Tugas UTS Analisis Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 SMA_Kelompok 8

citrayunianti1 4 views 22 slides Apr 30, 2025
Slide 1
Slide 1 of 22
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22

About This Presentation

Pengembangan Kurikulum


Slide Content

ANALISA KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) 2004 SMA
Dosen Pengampu: Fitri Lestari Issom, M.Si.
Mata Kuliah: Pengembangan Kurikulum



Disusun oleh:

Citra Yunianti - 1801617129
Firza Salsabila - 1801617187
Ummi Maimunah - 1801617086



Kelas: Selasa, pukul 12.30




PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020

BAB I
SEJARAH DAN JENIS-JENIS KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

A. Sejarah Kurikulum Berbasis Kompetensi
Muqarrobin (2014), Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) berlaku sebagai
pedoman kurikulum pendidikan pada tahun 2004. KBK muncul sebagai salah satu bentuk
inovasi kurikulum karena adanya semangat reformasi pendidikan. Hal ini ditandai dengan
dikeluarkannya kebijakan pemerintah daerah yakni Undang-Undang Nomor 22 tahun
1999. Munculnya Undang-Undang tersebut terjadi karena dorongan perubahan dan
tuntutan kebutuhan masyarakat dalam dimensi globalisasi yang ditandai dengan
munculnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat sehingga kehidupan penuh
persaingan pada segi apapun.
Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam
penyelenggaraan pendidikan yang mengakibatkan perubahan pengelolaan pendidikan
menjadi desentralisasi. Hal ini terwujud dalam rancangan undang-undang sistem
pendidikan nasional 2002. Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu
didesentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang
disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah.
Dengan demikian, daerah atau sekolah memiliki kewenangan yang cukup untuk
merancang dan menentukan hal-hal yang akan diajarkan, pengelolaan pengalaman
belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan atau proses belajar mengajar (Hanum,
2003).
Departemen Pendidikan Nasional (2003) menyebutkan, penyempurnaan
kurikulum ini telah diamanatkan dalam kebijakan-kebijakan nasional sebagai berikut:
a) Perubahan keempat UUD 1945 Pasal 31 tentang Pendidikan;
b) Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun 1999-2004;
c) Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional;
d) Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah;
e) Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Daerah sebagai Daerah Otonom;

f) Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1999.
g) Gerakan peningkatan mutu pendidikan yang telah dicanangkan oleh Presiden.
Adanya perkembangan dan perubahan global dalam berbagai aspek kehidupan
yang cepat menjadikan tantangan nasional yang serius. Hal ini dikarenakan fenomena
dalam era global khususnya yang berkaitan dengan dunia kerja selalu ditandai oleh
ketidakpastian dan semakin sering berubah sehingga menuntut para angkatan kerja
memiliki fleksibilitas yang tinggi. Perubahan ini, tidak hanya menuntut angkatan kerja
yang mempunyai kemampuan bekerja dalam bidangnya (hard competencies), namun juga
sangat penting untuk menguasai kemampuan menghadapi perubahan serta memanfaatkan
perubahan itu sendiri (soft competence). Oleh karena itu, menjadi tantangan pendidikan
kejuruan untuk mampu mengintegrasikan kedua macam komponen kompetensi tersebut
secara terpadu dalam menyiapkan peserta didik untuk memiliki kemampuan bekerja dan
berkembang di masa depan (Rahdiyanta, 2003).
KBK 2004 merupakan salah satu upaya untuk mengantisipasi perubahan dan
perkembangan global tersebut. Dengan KBK 2004, pengembangan kurikulum
pendidikan khususnya pada pendidikan kejuruan yang mampu memberikan keterampilan
dan keahlian untuk dapat bertahan hidup dan berkompetisi dalam perubahan,
pertentangan, ketidakmenentuan, ketidakpastian, dan kesulitan dalam kehidupan
(Rahdiyanta, 2003).
Sebelum KBK ini diberlakukan pada seluruh sekolah di Indonesia tahun pelajaran
2003/2004 mendatang, dilakukanlah rintisan pelaksanaannya sejak tahun 2002 telah di
beberapa sekolah. Contohnya di Daerah Istimewa Yogyakarta pada jenjang Sekolah
Menengah Umum (SMU) yakni SMU Negeri 7 Yogyakarta, SMU Negeri 11 Yogyakarta,
SMU Negeri 1 Kalasan dan SMU Negeri 1 Sewon. Rintisan ini bertujuan untuk mendapat
masukan tentang kekuatan dan kelemahan perangkat yang telah disusun sebagai bahan
penyempurnaan (Hanum, 2003).

B. Jenis Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 pada Sekolah Menengah Atas
1. Guide Curriculum
Guide curriculum merupakan metode pembelajaran yang menekankan para
peserta didik dalam memecahkan masalah dari guru atau buku teks melalui cara-cara
ilmiah. Tugas guru ialah membimbing siswa dalam menentukan proses pemecahan dan
identifikasi soulusi semetara dari masalah tersebut (Purwaningtyas dkk., 2016). Jenis
kurikulum ini menawarkan suatu penyelidikan yang terintegrasi, direncanakan, dan
dibimbing oleh guru untuk membantu peserta didik mendapatkan dan mengembangkan
pemahaman yang lebih baik mengenai konsep pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk dapat digunakan di kehidupan sehari-hari (Kuhlthau, Maniotes dan
Caspari dalam Firdaus dan Wilujeng, 2018).
Berdasarkan sudut pandang guru, KBK 2004 termasuk ke dalam guide
curriculum. Hal ini dikarenakan pada KBK 2004, siswa diharuskan belajar secara
mandiri. Menurut Sa’ud (2008), rancangan kegiatan pembelajaran KBK harus
memberikan kesempatan pada siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan sendiri
ilmu pengetahuannya. Kegiatan pembelajaran dirancang agar siswa dapat
mengembangkan keterampilan dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Selain itu, KBK
2004 juga harus dirancang dengan mengordinasikan berbagai pendekatan belajar. Disini
guru berperan sebagai fasilitator yang harus bisa membimbing para peserta didik selama
proses pembelajaran mereka.
2. Intergrated Curriculum
Intergrated curriculum ialah sebuah sistem dan pendekatan pembelajaran yang
melibatkan beberapa disiplin ilmu atau mata pelajaran untuk memberikan pengalaman
yang bermakna dan luas kepada peserta didik. Dikatakan bermakna karena dalam konsep
kurikulum kurikulum yang terintegrasi, peserta didik akan memahami konsep-konsep
yang mereka pelajari itu secara utuh dan realistis. Dan dikatakan luas karena pengetahuan
yang mereka dapatkan tidak dibatasi oleh lingkup disiplin tertentu saja, tetapi melingkupi
semua lintas disiplin yang dipandang berkaitan antar satu sama lain (Sabda, 2019).

Jika dilihat dari karakteristiknya, KBK 2004 merupakan salah satu contoh yang
menerapkan intergrated curriculum. Departemen Pendidikan Nasional (2002)
mengemukakan KBK 2004 menekankan pada ketercapaian kompetensi baik secara
individual maupun klasikal. Hal ini selaras dengan konsep intergrated curriculum yang
mana kegiatan pembelajaran sesuai dengan kesanggupan para murid secara individual
maupun secara berkelompok. KBK memuat sejumlah kompetensi yang harus dicapai
siswa dan kompetensi tersebut sebagai standar minimal atau kemampuan dasar.
Karakteristik lainnya, KBK 2004 berorientasi pada hasil belajar dan
keberagaman. Hal ini berarti keberhasilan pencapaian kompetensi dasar diukur oleh
indikator hasil belajar yang dijadikan acuan kompetensi yang diharapkan. Dalam cara
penyampaian dalam pembelajaran, KBK 2004 menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi sesuai dengan keberagaman siswa (Departemen Pendidikan Nasional,
2002). Intergrated curriculum merupakan sistem pembelajaran yang menggabungkan
dan mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu. Dari hasil keberagaman disiplin ilmu ini
lah yang akan mengembangkan indikator-indikator yang harus dicapai para peserta didik
selanjutnya.
Menurut Rahdiyanta (2003), KBK 2004 ditujukan untuk menciptakan lulusan
pelajar yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsanya.
KBK 2004 memasukkan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar
yang membangun integritas sosial, serta membudayakan dan mewujudkan karakter
nasional. Hal selaras dengan prinsip intergrated curriculum. Dalam intergrated
curriculum, jenis kurikulum ini memasukkan unsur-unsur lokal seperti kebudayaan di
daerah setempat untuk dipadukan dengan kurikulum nasional. Tujuan dari memasukkan
unsur-unsur lokal ini ialah untuk membentuk para murid menjadi pribadi yang
terintegrasi dan selaras dengan kehidupannya di sekitarnya.

BAB II
KONSEP DASAR KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

A. Dimensi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Dimensi kurikulum mencakup empat aspek yaitu dimensi ide, dimensi rencana,
dimensi aktivitas, dan dimensi hasil.
1. Dimensi Ide
Kurikulum dikaitkan dengan dimensi ide memiliki arti kurikulum merupakan
sebuah ide yang dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum selanjutnya. Pusat
kurikulum, Balitbang Depdiknas (2002:3), mendefinisikan bahwa kurikulum berbasis
kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil
belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan
sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Pengajaran berbasis
kompetensi adalah keseluruhan tentang pembelajaran aktif (active learning) dimana guru
membantu siswa untuk belajar bagaimana belajar dari pada hanya mempelajari isi (learn
how to learn rather than just cover content) (Widuri, 2012).
Merujuk kepada pengertian dan penjelasan di atas, maka kurikulum berbasis
kompetensi muncul dari ide dan gagasan bahwa diperlukan adanya pembelajaran yang
aktif antara guru dan murid, di mana guru tidak hanya berperan dalam mentransfer ilmu,
tetapi juga membantu siswa dalam proses belajar dan bagaimana cara untuk belajar.
Setelah ide dan gagasan tersebut terbentuk maka dibuat perangkat rencana dan
pengaturan pembelajaran berupa kurikulum untuk menyiapkan peserta didik dengan
kompetensi untuk mendukung perkembangannya di dunia yang sesungguhnya.
2. Dimensi Rencana
Kurikulum dikaitkan dengan dimensi rencana memiliki arti kurikulum merupakan
seperangkat rencana yang disusun dan cara mengadministrasikan tujuan, isi, dan bahan
pembelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Setelah ide dan gagasan tersebut

terbentuk maka dibuat perangkat rencana dan pengaturan pembelajaran untuk
menyiapkan peserta didik melalui kompetensi yang mendukung perkembangannya.
Menurut (Marsigit, nd) dalam perencanaannya perlu memperhatikan Pedoman
Khusus Pengembangan silabus, petunjuk teknis pelaksanaan kurikulum yang
dikembangkan, penunjang kurikulum dalam berbagai bentuknya, seperti: buku sumber,
fasilitas pembelajaran dan kemampuan guru, keterlibatan guru dan tenaga kependidikan
lainnya dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum, perlunya sosialisasi
pengembangan kurikulum kepada stake-holder, dan perlunya evaluasi berkelanjutan
terhadap pelaksanaan kurikulum.
3. Dimensi Aktifitas
Kurikulum dikaitkan dengan dimensi aktifitas merupakan segala aktifitas dari
guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar seperti tercantum
pada Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2002) berpusat pada peserta didik,
mengembangkan kreativitas, menciptakan kondisi yang mnyenangkan dan menantang,
bersifat kontekstual, menyediakan pengalaman belajar yang beragam, serta belajar
melalui berbuat (learning by doing).
Pengelolaan kurikulum dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini berbasis
sekolah, yang artinya pengelolaan kurikulum mengacu pada visi dan misi sekolah.
Pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lainnya dilakukan untuk
meningkatkan mutu hasil belajar. Pemantauan dan penilaian untuk meningkatkan
efisiensi, kinerja, dan kualitas pelayanan kepada pendidik juga diperhatikan dalam
kurikulum ini. Kolaborasi secara horizontal (kepada sekolah lain, komite sekolah,
organisasi profesi) dan secara vertikal (kepada dewan dan dinas pendidikan) juga
diharapkan berjalan agar pengelolaan kurikulum dapat berjalan sesuai dengan tujuan
capaian.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) juga memperkenalkan Contextual
Teaching and Learning (CTL) yang merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa
menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam memecahkan
masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan (Depdiknas,
2002). Model pembelajaran ini memiliki tujuh kunci utama dalam pelaksanaannya, yaitu:

• Inquiri, siklus yang meliputi kegiatan mengamati, bertanya, menganalisis,
dan merumuskan teori, baik secara individu maupun bersama-sama dengan
teman lainnya.
• Bertanya, digunakan oleh guru untuk mendorong, membimbing dan menilai
kemampuan berpikir siswa, dan dilakukan oleh siswa selama kegiatan inquiri.
• Konstruksivisme, membangun pemahaman oleh diri sendiri dari
pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pada pengalaman sebelumnya.
• Masyarakat Belajar, Bekerjasama dengan orang lain untuk menciptakan
pembelajaran adalah lebih baik dibandingkan dengan belajar sendiri.
• Pemodelan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan siswa untuk
belajar.
• Penilaian Autentik, mengukur kemampuan dan keterampilan siswa.
• Refleksi, cara-cara berpikir tentang apa-apa saja yang telah dipelajari.

4. Dimensi Hasil
Kurikulum dikaitkan dengan dimensi hasil memiliki arti kurikulum dipandang
dari segi hasil yang akan dicapai oleh siswa sesuai dengan apa yang telah direncanakan
dan apa yang menjadi tujuan kurikulum tersebut. Kurikulum berbasis kompetensi
memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran. Standar
kompetensi diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan tingkat
penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran
(Rahdiyanta, nd).
Dengan demikian kurikulum berbasis kompetensi ditujukan untuk menciptakan
tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsanya.
Kurikulum ini dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, pengalaman
belajar yang membangun integritas sosial, serta membudayakan dan mewujudkan
karakter nasional.

B. Fungsi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik
untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum itu segala aspek
yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana
lainnya (Kartika, nd). Sehingga, fungsi kurikulum dapat dilihat sebagai berikut:
1. Fungsi Penyesuaian
Karena individu hidup dalam lingkungan, sedangkan lingkungan tersebut
senantiasa berubah dan dinamis, maka setiap individu harus mampu menyesuaikan diri
secara dinamis. Dan di balik lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi
perorangan, disinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan menuju individu
yang well adjusted.
Fungsi penyesuaian ini tercermin dalam alasan mengapa diperlukan penerapan
kurikulum berbasis kompetensi tahun 2004 sebagai pilihan dalam upaya perbaikan
pendidikan Indonesia, menurut Mukminin (dalam Marsigit, nd): penyesuaian terhadap
potensi siswa yang berbeda-beda, dan potensi tersebut akan berkembang jika stimulusnya
tepat; mutu hasil pendidikan yang masih rendah serta mengabaikan aspek-aspek moral,
akhlak, budi pekerti, seni & olahraga, serta life skill; (persaingan global sehingga
menyebabkan siswa yang mampu akan berhasil, dan yang kurang mampu akan gagal;
persaingan pada kemampuan SDM (Sumberdaya Manusia) produk lembaga pendidikan,
serta persaingan terjadi pada lembaga pendidikan, sehingga perlu rumusan yang jelas
mengenai standar kompetensi lulusan, yang selanjutnya standar kompetensi mata
pelajaran perlu dijabarkan menjadi sejumlah kompetensi dasar.
2. Fungsi Integrasi
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Oleh karena
individu itu sendiri merupakan bagian integral dari masyarakat, maka pribadi yang
terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan atau
pengintegrasian masyarakat. Salah satu unsur kunci dalam Contextual Teaching and
Learning (CTL) yang tercantum dalam KBK adalah learning community (belajar
masyarakat), memperlihatkan adanya pembelajaran dengan berbagi pengalaman bersama
orang lain, sehingga tercipta proses pembelajaran yang terintegrasi.

Fungsi integrasi ini tercermin dalam program pendidikan berorientasi kecakapan
hidup (life skill) melalui pendekatan pendidikan berbasis luas (Broad Based Education)
ini sangat memungkinkan untuk dilaksanakan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan
karena tidak merubah sistem kurikulum yang ada, tidak menambah beban mata pelajaran
yang baru melainkan hanya merubah orientasi program pembelajaran. Setiap jenjang
mengakomodasikan berbagai kebutuhan masyarakat dan atau dunia kerja serta kebutuhan
siswa, baik yang melanjutkan maupun yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi. Lulusan yang dihasilkan diharapkan memiliki kemampuan akademik
dan kecakapan khusus yang mengacu pada standar lokal, nasional maupun internasional
mencakup bidangbidang ilmu dasar, bahasa asing, keterampilan, lingkungan hidup,
teknologi informatik, seni, olahraga prestasi dan kepribadian yang dilandasi oleh budi
pekerti dan ajaran agama yang diyakini para siswa (Indrasutanto, 2017).
3. Fungsi Diferensiasi
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan-perbedaan
perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi akan mendorong orang
berpikir kritis dan kreatif, dan ini akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat.
Kurikulum berbasis kompetensi merupakan perangkat standar program
pendidikan yang dapat menghantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai
bidang kehidupan yang dipelajarinya, akan tetapi kurikulum ini tetap berorientasi pada
keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga,
individu yang memiliki latar belakang dan kebutuhan berbeda dapat mempelajari suatu
hal sesuai dengan bidang-bidang kehidupan yang diminati. Akan tetapi, pada Kurikulum
Berbasis Kompetensi fungsi ini terlihat kurang optimal, karena kurikulum ini terkesan
kurang memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bagi siswa penyandang difabel yang juga
membutuhkan pendidikan. Selain itu, standar kompetensi dan indikator keberhasilan
mutlak harus tercapai oleh siswa tanpa mempertimbangkan kemampuan dan kelebihan
lain yang dimiliki siswa.
4. Fungsi Persiapan
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih
lanjut untuk jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke masyarakat. Mempersiapkan

kemampuan sangat perlu, karena sekolah tidak mungkin memberikan semua apa yang
diperlukan atau semua apa yang menarik minat mereka.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) memiliki kegiatan terprogram,
merupakan kegiatan yang diprogramkan dan direncanakan baik pada tingkat kelas
maupun sekolah yang bertujuan memberikan wawasan tambahan pada anak tentang
unsur-unsur baru dalam kehidupan bermasyarakat yang penting untuk perkembangan
anak. Kegiatan ini mengandung wawasan baru yang tidak didapatkan di dalam kelas,
contohnya seperti seminar atau workshop, kunjungan ke panti asuhan atau tempat-tempat
penting, maupun proyek lomba, pentas, dan bazar.
5. Fungsi Pemilihan
Pengakuan atas perbedaan berarti pula diberikan kesempatan bagi seseorang
untuk memilih apa yang dinginkan dan menarik minatnya. Ini merupakan kebutuhan yang
sangat ideal bagi masyarakat yang demokratis, sehingga kurikulum perlu diprogram
secara fleksibel.
Strategi penilaian pembelajaran kontekstual menyajikan observasi sistematik bagi
siswa untuk merefleksikan dan menginterpretasikan apakah petunjuk siswa sesuai dengan
tujuan dan outcome pembelajaran, serta terdapat portfolio untuk memberikan gambaran
dari kemampuan siswa. Hal ini dapat berguna bagi siswa untuk mengembangkan dirinya.
Namun, standar kompetensi dan indikator keberhasilan yang telah ditentukan, dapat
mengikis perkembangan siswa lebih fokus ke kelebihan dirinya, karena semua
keterampilan harus dikuasai, sehingga fungsi pemilihan diterapkan tetapi dapat terlaksana
kurang optimal.
6. Fungsi Diagnostik
Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan mengarahkan para
siswa agar mereka mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat
mengembangkan semua potensi yang dimiliki. Ini dapat dilakukan bila mereka menyadari
semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki melalui eksplorasi dan prognosa. Fungsi
kurikulum dalam mendiagnosa dan membimbing siswa agar dapat mengembangkan
potensi siswa secara optimal. Kurikulum dan pembelajarannya diorganisasikan menjadi
berbagai aspek, salah satunya adalah bimbingan konseling. Sekolah berkewajiban

memberikan bimbingan dan konseling yang menyangkut pribadi, sosial, belajar dan
karier.

C. Peranan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
1. Peranan Konservatif
Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan menafsirkan
warisan sosial kepada generasi muda. Dengan demikian, sekolah sebagai suatu lembaga
sosial dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku para siswa dengan nilai-nilai sosial
yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses
sosial. Karena pendidikan itu sendiri pada hakekatnya berfungsi pula menjembatani
antara siswa dengan orang dewasa di dalam proses pembudayaan yang semakin
berkembang menjadi lebih kompleks, dan disinilah peranan kurikulum turut membantu
proses tersebut (Kartika, nd).
Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada mengeksplorasi kemampuan/
potensi peserta didik secara optimal, mengkonstruk apa yang dipelajari dan
mengupayakan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kurikulum berbasis
kompetensi berupaya mengkondisikan setiap peserta didik agar memiliki pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak sehingga proses penyampaiannya harus bersifat kontekstual dengan
mempertimbangkan faktor kemampuan, lingkungan, sumber daya, norma, integrasi dan
aplikasi berbagai kecakapan kinerja, dengan kata lain KBK berorientasi pada pendekatan
konstruktivisme (Rahdiyanta, nd).
Sehingga, kurikulum berbasis kompetensi ditujukan untuk menciptakan tamatan
yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsanya.
Kurikulum ini dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, pengalaman
belajar yang membangun integritas sosial, serta membudayakan dan mewujudkan
karakter nasional. Selain itu, perkembangan teknologi yang mendorong pertukaran
informasi internasional, kurikulum ini memudahkan guru dalam penyajian pengalaman
belajar yang sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu pada empat

pilar pendidikan universal (UNESCO), yaitu: learning to know, learning to do, learning
to be, dan learning to live together.
2. Peranan Kreatif
Kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti
mencipta dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan
masa yang akan datang dalam masyarakat. Guna membantu setiap individu
mengembangkan semua potensi yang ada padanya, maka kurikulum menciptakan
pelajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan dan keterampilan yang baru yang dapat
bermanfaat bagi masyarakat (Kartika, nd).
Secara umum, kurikulum berbasis kompetensi 2004 menitikberatkan pada
pemberian kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk
mengembangkan dan melaksanakan program-program pembelajaran sesuai kebutuhan
(Yani, 2004). Kemajemukan sumber daya pendidikan di Indonesia sangat memungkinkan
munculnya keragaman pemahaman dan penafsiran terhadap standar nasional dan
dampaknya akan mempengaruhi pencapaian standar kompetensi nasional yang sudah
ditetapkan. Dengan demikian, KBK dapat memberi peluang kepada sekolah untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensinya, memudahkan guru dalam
menentukan materi pembelajaran, dan meningkatkan kreativitas guru dalam proses
belajar, dan memudahkan system evaluasi.
3. Peranan Kritis Evaluatif
Kebudayaan senantiasa berubah dan sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan
yang ada, melainkan juga menilai, memilih unsur-unsur kebudayaan yang akan
diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan
menekankan pada unsur berpikir kritis. Niali-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan
keadaan masa mendatang dihilangkan dan diadakan modifikasi dan perbaikan, sehingga
kurikulum perlu mengadakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu (Kartika, nd).
Kurikulum berbasis kompetensi pada dasarnya tidak lagi menonjolkan isi atau
materi pelajaran, akan tetapi menempatkan pengalaman belajar untuk membentuk
kemampuan sebagai arah pengembangan kurikulum, maka dalam implementasinya
kurikulum lebih menekankan kepada proses belajar. Pegelolaan pembelajaran tidak lagi

didesain untuk memberikan informasi kepada siswa untuk dicatat dan dihafal, tetapi
didesain bagaimana siswa bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

BAB III
KARAKTERISTIK DAN ASAS -ASAS KURIKULUM BERBASIS
KOMPETENSI
Kurikulum 2004 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum kompetensi
menyatakan bahwa seorang siswa sebagai pembelajar harus menguasai sejumlah
kompetensi tertentu yang ditargetkan setelah lulus dari suatu jenjang pendidikan
(Depdiknas, 2002).
Terdapat beberapa prinsip yang harus di perhatikan untuk mengembangkan
kurikulum 2004, diantaranya (Depdiknas, 2003):
1. Mengembangkan budi pekerti luhur dan nilai-nilai budaya.
2. Penguatan integritas nasional.
3. Memperhatikan keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika.
4. Kesamaan memperoleh kesempatan.
5. Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi.
6. Pengembangan kecakapan hidup.
7. Menerapkan prinsip belajar sepanjang hayat.
8. Pembelajaran harus berpusat pada anak.
9. Pendekatan harus menyeluruh dan kemitraan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, Kurikulum 2004, prinsip yang diterapkan
meliputi diversifikasi peserta didik, yang dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu
kelompok normal, kelompok sedang dan kelompok tinggi (Brady, 1992).
1. Pembelajaran bagi kelompok normal
a. Mengembangkan pemahaman prinsip dan praktikal aplikasi
b. Mengembangkan kemampuan praktikal akademik yang berhubungan dengan
alam pekerjaan
2. Pembelajaran bagi kelompok sedang
a. Mengembangkan kemahiran berkomunikasi, kemahian menggali potensi diri,
dan aplikasi praktikal

b. Mengembangkan kemahiran akademik dan kemahiran praktikal sehubungan
dengan tuntutan dunia kerja ataupun untuk melanjutkan program pendidikan
profesional
3. Pembelajaran bagi kelompok tinggi:
a. Mengembangkan pemahaman prinsip, teori dan aplikasi
b. Mengembangkan kemampuan akademik untuk memasuki pendidikan tinggi
Kurikulum Berbasis Kompetensi dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang
memiliki karakter, kecakapan, dan keterampilan yang kuat yang digunakan dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar
serta mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan lebih
lanjut (Depsiknas, 2002). Kurikulum ini dirancang agar dapat menghasilkan lulusan yang
kompeten yakni memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan betindak
dalam bentuk mampu memecahkan masalah yang dihadapi secara wajar, dan diwujudkan
dalam bentuk kecakapan hidup yang meliputi:
1. Kecakapan umum:
a. Kecakapan personal sebagai cerminan jati diri seseorang melalui keberadaan
atau eksistensi diri dan aktualisasi diri, sehingga ia berani hidup dengan
mengandalkan pada kepercayaan diri, tidak ragu untuk memutuskan segala
sesuatu maupun untuk bertindak,
b. Kecakapan rasional sebagai kecakapan untuk mampu berpikir untuk
mempertimbangkan segala hal sebelum ia bertindak, sehingga dapat
mempertanggungjawabkan apa yang akan ia lakukan.
c. Kecakapan sosial sebagai kecakapan yang menggambarkan kecerdasan
emosional saat ia berinteraksi dengan orang lain, sehingga ia mampu secara
arif dalam bekerjasama dan saling membantu, dan selalu menghargai dan
menunjukkan kepedulian antar sesama,
2. Kecakapan khusus:
a. kecakapan akademik merupakan kecakapan yang melekat pada basis
keilmuan dasar yang dipelajarinya, berupa kecakapan untuk melakukan
metode ilmiah berbasis sikap ilmiah untuk menemukan konsep ilmiah,

b. kecakapan vokasional merupakan kecakapan yang juga melekat pada basis
keilmuan profesional yang dipelajarinya untuk mengembangkan profesi yang
digeluti.
Kegiatan pembelajaran dalam kurikulum berbasis kompetensi dengan
paradigma baru yakni: (a) berpusat pada peserta didik, (b) mengembangkan kreatifitas,
(c) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang, (d) kontekstual, (e)
menyediakan pengalaman belajar yang beragam, (f) belajar melalui berbuat.
Keberhasilan siswa dalam menguasai kompetensi yang ditargetkan di nilai
dengan melakukan penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas dilakukan oleh Guru
untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi yang dimiliki siswa. Penilaian berbasis
kelas berorientasi pada kompetensi yang mengacu pada patokan ketuntasan belajar dan
dilakukan melalui berbagai cara antara lain melalui portofolio (kumpulan kerja siswa),
products (hasil karya), projects (penugasan), performances (unjuk kerja), dan paper &
pencil (tes tulis).
Kurikulum berbasis kompetensi memuat standar kompetensi dan kompetensi
dasar pada setiap mata pelajaran. Standar kompetensi diartikan sebagai kebulatan
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan tingkat penguasaan yang diharapkan dapat dicapai
dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Cakupan standar kompetensi standar isi
(content standard) dan standar penampilan (performance standard). Kompetensi dasar,
merupakan jabaran dari standar kompetensi yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap
minimal yang harus dikuasai dan dapat diperagakan oleh siswa pada masing-masing
standar kompetensi (Brady, 1992).
Materi pokok atau materi pembelajaran, yaitu pokok suatu bahan kajian yang
dapat berupa bidang ajar, isi, proses, keterampilam, serta konteks keilmuan suatu mata
pelajaran. Sedangkan indikator pencapaian dimaksudkan adalah kemampuan-
kemampuan yang lebih spesifik yang dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menilai
ketuntasan belajar (Depdiknas, 2003).
Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada eksplorasi kemampuan atau
potensi peserta didik secara optimal kemudian mengkonstruk apa yang dipelajari dan
mengupayakan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Kurikulum berbasis kompetensi

berupaya mengkondisikan setiap peserta didik agar memiliki pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sehingga
proses penyampaiannya harus bersifat kontekstual dengan mempertimbangkan faktor
kemampuan, lingkungan, sumber daya, norma, integrasi dan aplikasi berbagai kecakapan
kinerja.
Ciri-ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu:
a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual maupun
klasikal.
b. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar yang lain yang
memenuhi unsur edukasi.
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.
Komponen Utama Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum berbasis
kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki empat komponen dasar yaitu: 1)
Kurikulum dan Hasil Belajar, 2) Penilaian Berbasis Kelas, 3) Kegiatan Belajar Mengajar,
dan 4) Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah.

Keempat komponen dasar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
a. Kurikulum Hasil Belajar (KHB).
Memuat perencanaan pengembangan peserta didik yang perlu dicapai secara
keseluruhan. Kurikulum dan hasil belajar ini memuat kompetensi, hasil belajar,
dan indikator keberhasilan. KHB memberikan suatu rentang kompetensi dan hasil
belajar siswa yang bermanfaat bagi guru untuk menentukan apa yang harus
dipelajari oleh siswa, bagaimana seharusnya mereka dievaluasi, dan bagaimana
pembelajaran disusun.
b. Penilaian Berbasis Kelas (PBK).
Memuat prinsip, sasaran, dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih
akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui penilaian terpadu
dengan kegiatan belajar mengajar di kelas (berbasis kelas) dengan mengumpulkan
kerja siswa (fortofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja
(performance), dan tes tertulis. Penilaian ini mengidentifikasi kompetensi/hasil
belajar yang telah dicapai, dan memuat pernyataan yang jelas tentang standar yang
harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.
c. Kegiatan Belajar Mengajar.
Memuat gagasan-gagasan pokok tentang pembelajaran dan pengajaran untuk
mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan-gagasan pedagogis dan
andragogis yang mengelola pembelajaran agar tidak mekanistik.
d. Pengelolaan Kurikulum Berbasis sekolah.
Memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lain
untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi dengan gagasan
pembentukan jaringan kurikulum, pengembangan perangkat kurikulum (antara
lain silabus), pembinaan profesional tenaga kependidikan, dan pengembangan
sistem informasi kurikulum.
Berdasarkan Kepmen 045/U/2002, terdapat lima unsur pokok kompetensi dan
empat gugus utama kompetensi. Adapun lima unsur pokok kompetensi tersebut adalah:
1) Pengembangan Kepribadian (MK), 2) Pengembangan Keahlian Keilmuan (MKK), 3)
Pengembangan Keahlian Berkarya (MKB), 4) Pengembangan Perilaku Berkarya (MPB),
dan 5) Pengembangan Berkehidupan Bermasyarakat (MBB). Sedangkan empat gugus

utama kompetensi meliputi: 1) factual knowledge, 2) conceptual knowledge, 3)
procedural knowledge, dan 4) metacognitive knowledge.

Sumber:
Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pedoman Umum Pelaksanaan Pendidikan
Berbasis Keterampilan Hidup (Life Skill) Melalui Pendidikan Broad Based
Education dalam Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. Jakarta: Ditjen PLS dan
Pemuda.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Pelayanan Profesional Kurikulum 2004
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Depdiknas, T. B. (2002). Pola Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup. SIC
bekerjasama dengan LPM UNESA.
Firdaus, M., & Wilujeng, I. (2018). Pengembangan LKPD inkuiri terbimbing untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik
Developing student worksheet on guided inquiry to improve critical thinking
skills and learning outcomes of students. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 4(1), 26–
40.
Hanum, F. (2003). Kesiapan Sekolah Menengah Umum (SMU) dalam Menerapkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Kabupaten Kulon Progo DIY.
Laporan Penelitian Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta dan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo.
Indrasutanto, T. (2017). Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Pendidikan Kecakapan
Hidup (Life Skill Education). Magister Scientiae, 1-29.
Kartika, I. M. (nd). Pengertian Peranan Dan Fungsi Kurikulum. FKIP Universitas
Dwijendra Denpasar.
Marsigit. (nd). Konsep Dasar Kurikulum 2004. Universitas Negeri Yogyakarta.
Muqarrobin, F. (2014). Kurikulum Berbasis Kompetensi : Kurikulum 2004. Diakses di
<https://eurekapendidikan.com/berbasis-kompetensi-kurikulum-2004> pada
tanggal 31 Oktober 2020.
Purwaningtyas, D., Dasna, I. wayan, & Fariati. (2016). Penggunaan Pendekatan Inkuiri
Terbimbing Sesuai dengan Kurikulum Nasional pada bahan ajar Laju Reaksi
untuk SMA. In Pendidikan IPA (Vol. 1, pp. 568–575).

Rahdiyanta, D. (nd). Revitalisasi Pembelajaran Berbasis Kompetensi Sebagai Upaya
Peningkatan Mutu Pendidikan Kejuruan.
Sabda, S. (2019). Model Pengembangan Kurikulum Terintegrasi Saintek dengan Imtaq.
Banjarmasin: Antasari Pess.
Sa’ud, S.S. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Widuri, E. (2012). Perbandingan Pengajaran Dengan Menggunakan KBK (Kurikulum
Berbasis Kompetensi) Dan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Basastra, 1.
Yani, A. (2004). Implementasi Kurikulum 2004 dan Resistensi Budaya Birokratik.
Tags