KELAS G
Apa makna eksistensi Anda di dunia berdasarkan filsafat eksistensialisme?
Jawaban (minimal 2000 kata):
Sebelum membahas eksistensi saya di dunia, saya akan menjelaskan pengertian dari eksistensi itu sendiri.
Eksistensi adalah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu existere yang memiliki arti ada, timbul, muncul, atau
memiliki keberadaan yang aktual. Jika ingin lebih rinci lagi, maka existere berasal dari kata ex yang artinya
keluar dan sitere yang artinya membuat berdiri. Hal ini menciptakan empat arti baru yaitu: satu, eksistensi
merupakan apa yang ada; dua, eksistensi merupakan apa yang memiliki; tiga, eksistensi adalah segala sesuatu
yang dialami dengan penekanan bahwa sesuatu itu ada; empat, eksistensi adalah kesempurnaan. Dapat
disimpulkan bahwa eksistensi adalah saat sesuatu menjadi benar-benar ada, tidak dibuat-buat karena memang
sudah dari awal seperti itu, dan tidak berada dalam bayang-bayang karena sudah pasti adanya serta tidak bisa
disangkal keberadaannya.
Dalam kehidupan yang sebenarnya, tentunya tidak ada manusia yang identik seratus persen. Mereka
mempunya karakteristik yang berbeda-beda satu sama lain baik dari fisiknya, karakternya, atau pun dari cara
berpikirnya. Itulah eksistensi. Eksistensi menuntut ke-originalitas-an sehingga setiap orang berbeda-beda.
Setiap orang memiliki eksistensinya dengan caranya masing-masing. Begitu pun juga saya. Saya juga memiliki
eksistensi di dunia karena saya berbeda dari orang lain.
Menurut Soren Aabye Kierkegaard—seorang filsuf pertama yang mengenalkan eksistensi pada abad ke 20
yang nantinya akan dikenal dengan aliran eksistensialisme—menegaskan bawa yang terpenting adalah
meyakinkan akan eksistensinya sendiri. Hanya manusia yang dapat menerapkan pengertian eksistensi ini sebab
manusia merupakan individu yang konkret. Manusia adalah makhluk yang paling bebas namun dengan
kebebasannya itu ia harus menanggung tanggung jawab atas pilihan dan tindakan yang diperbuatnya. Menurut
teori yang saya tangkap dari Soren Aabye Kierkegaard, manusia yang bereksistensi adalah manusia yang
mampu mengaktualisasikan dirinya sebebas mungkin dengan bertanggung jawab, melaksanakan keyakinannya
dengan tindakan yang nyata, serta menjadi diri sendiri tanpa takut akan pilihannya dan tanpa dipengaruhi oleh
orang lain. Hal tersebut sudah saya aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari saya. Contoh terbarunya, saya
adalah satu-satunya mahasiswa dari program studi psikologi di Universitas Negeri Jakarta yang mengikuti unit
kegiatan mahasiswa yang bernama “resimen mahasiswa” atau yang biasa disingkat sebagai “menwa”. Entah
karena alasan apa teman-teman saya yang berasal dari program studi yang sama dengan saya tidak ingin
bergabung dengan unit kegiatan mahasiswa yang keren bernama “resimen mahasiswa” ini. Mungkin karena
kata orang-orang resimen mahasiswa itu keras makanya mereka selalu saja menolak ajakan saya. Yang
namanya juga resimen mahasiswa pastinya kami dilatih, ditempa, dan dibentak-bentak agar selain kuat secara
fisik kami juga kuat secara mental. Karena selain sebagai mahasiswa menwa juga mengemban kata resimen.
Tanggung jawabnya pastinya lebih besar dari mahasiswa biasa karena kami adalah pasukan cadangan pertama
yang dikerahkan negara saat tentara negara Republik Indonesia dan polisi Republik Indonesia sudah tidak
mampu mempertahankan kedaulatan Repulik Indonesia lagi. Pada masa pembentukan karakter tersebut tentu
saya mengalami fase stress yang lebih dari biasanya dan kata orang-orang itu anak psikologi harus bebas dari
yang namanya stress. Sebab bagaimana bisa anak psikologi yang stress tapi membantu orang lain yang sedang
mengalami masa stress pula. Namun hal tersebut tidak menyurutkan pilihan saya. Bagi saya hal itu merupakan
kesempatan emas bagi saya untuk bisa mengelola dan mengatur tingkat ke-stress-an saya. Sebab, kapan lagi
coba saat tubuh terasa letih, lesu, lemah, lunglai dan lelah namun saya tetap dipaksa untuk berpikir serta
bertindak secara cepat dan tanggap? Kapan lagi coba saat saya disuruh terbiasa dengan berpikir dibawah
tekanan? Kapan lagi coba saat saya kurang tidur dan dehidrasi namun tetap harus menjaga jiwa korsa—rasa
kebersamaan dan persatuan sesama teman seperjuangan—agar tidak menjadi pribadi yang egois yang
mementingkan dirinya sendiri? Saat hanya diperbolehkan minum satu buah vedples—botol minum untuk
bertahan hidup saat tentara dikirim untuk berperang—untuk satu pleton—pasukan—sehingga kami harus rela
berbagi minum yang mana satu orang hanya diperbolehkan minum satu loci—tutup dari vedples—saja,
padahal kami habis melakukan aktivitas yang sangat berat. Saat kurang tidur kita dituntut untuk menyimak
materi dan memberi tanggapan. Kapan lagi coba kita dituntut sempurna tanpa boleh berbuat salah baik dari
cara berbicara, berpakaian, berbaris, dan lainnya? Bagi saya anak psikologi haruslah memiliki mental yang kuat
dan resimen mahasiswa adalah jawabannya. Jujur saja, saat pendidikan dasar dan latihan kemiliteran tersebut
saya merasa ingin pergi dari situ atau mati saja karena didikan yang sangat berat. Tetapi jika dilihat dari
dampaknya ke depan, hal yang sudah saya lewati memiliki dampak yang sangat positif dan berkesinambungan
dengan progam studi yang saya ambil sekarang. Karena saya sudah bisa melewati rasa antara hidup dan mati
tersebut dengan lancar dan karena saya sudah merasakan pada saat titik kewarasan saya hampir diambang
Page 4 of 6