UAS (Ujian Akhir Semester).pdf. hgfjugtfg

rudolfpsitumorang 97 views 6 slides Jan 06, 2025
Slide 1
Slide 1 of 6
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6

About This Presentation

uas


Slide Content

Nama : Rudolf P. Situmorang
NPM : 23022110009
Kelas : Bahasa Indonesia PPG Prajabatan G2 2023
Pengampu : Dr. Charles Butar-Butar, M.Pd.
Mata Kuliah : Prinsip Pengajaran dan Assesmen II

UJIAN AKHIR SEMESTER
1. Jelaskan keunggulan menerapkan pendekatan Culturally Responsive Teaching dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran dan asesmen!
Jawaban:
Pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) merupakan suatu strategi pengajaran yang
memfokuskan pentingnya memahami dan menghargai keberagaman budaya peserta didik
dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran serta asesmen. Beberapa keunggulan
menerapkan pendekatan CRT:
a. Meningkatkan antusias dan partisipasi peserta didik
Culturally Responsive Teaching mengacu pada relevansi budaya dalam materi
pembelajaran. Ketika materi pelajaran disesuaikan dengan latar belakang budaya peserta didik,
mereka merasa lebih terhubung dan termotivasi untuk belajar. Hal ini bisa meningkatkan
keterlibatan dan partisipasi aktif dalam kelas.
b. Memperkokoh rasa identitas pada peserta didik
Dengan mengintegrasikan elemen budaya peserta didik ke dalam pembelajaran, mereka
merasa dihargai dan diakui. Ini dapat memperkuat rasa identitas dan harga diri mereka, yang
penting untuk perkembangan akademis dan pribadi.
c. Meningkatkan pemahaman dan hasil belajar
Pembelajaran yang relevan secara budaya dapat membantu peserta didik memahami
konsep-konsep lebih baik karena materi tersebut lebih dekat dengan pengalaman dan konteks
mereka. Ini dapat memperbaiki hasil belajar dan mengurangi kesenjangan akademis.
d. Mendukung keterampilan sosial dan emosional

CRT membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial dan emosional dengan
mengajarkan mereka untuk menghargai dan memahami perbedaan budaya. Ini memfasilitasi
penciptaan lingkungan kelas yang inklusif dan harmonis.
e. Memperbaiki praktik penilaian
Pendekatan ini mendorong pengajaran dan asesmen yang lebih adil dengan
mempertimbangkan konteks budaya siswa. Penilaian yang responsif budaya dapat mengurangi
bias dan memastikan bahwa semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk menunjukkan
kemampuan mereka.
f. Membangun hubungan yang kuat antara guru dan siswa
Dengan menghargai dan merespons latar belakang budaya siswa, guru dapat membangun
hubungan yang lebih kuat dan saling percaya. Hubungan ini penting untuk menciptakan
lingkungan belajar yang positif dan mendukung.
g. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas
Guru yang menerapkan crt biasanya lebih sadar akan dinamika kelas yang beragam dan
memiliki keterampilan yang lebih baik dalam menangani perbedaan dan konflik yang mungkin
timbul, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang lebih produktif.
h. Mengoptimalkan pembelajaran dan pengajaran
CRT memungkinkan guru untuk menyesuaikan strategi pengajaran dan materi dengan
kebutuhan spesifik siswa. Ini mengoptimalkan proses pembelajaran dan memastikan bahwa
pendekatan yang digunakan sesuai dengan keragaman yang ada di kelas.

2. Bu Sari adalah Guru kelas 3 SD di desa Sukamaju. Desa tersebut terletak di lereng gunung
dengan jarak supermarket terdekat adalah 45 km. Suatu hari bu Sari perlu untuk mengajarkan
materi mengenai transaksi jual beli. Bagaimana sebaiknya bu Sari merancang pembelajaran
agar sesuai dengan pendekatan CRT?
Jawaban:
Dalam merancang pembelajaran mengenai transaksi jual beli dengan pendekatan culturally
responsive teaching (CRT) di desa sukamaju, bu sari perlu mempertimbangkan konteks
budaya dan kehidupan sehari-hari siswa. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil
untuk merancang pembelajaran yang sesuai:

a. Menghubungkan dengan konteks lingkungan sekitar yang dapat menggunakan contoh
yang relevan seperti Bu sari bisa menggunakan contoh transaksi jual beli yang sering
terjadi di desa tersebut. Misalnya, transaksi di pasar tradisional desa, jual beli hasil
pertanian seperti sayur-sayuran, buah-buahan, atau produk lokal lainnya. Selanjutnya
dengan mempraktikan jual beli di warung kecil, kios, atau pasar lokal dan bandingkan
dengan transaksi di supermarket yang jauh. Selain itu, melibatkan komunikasi local
dengan mengundang pedagang lokal atau pemilik warung untuk berbagi pengalaman
mereka tentang transaksi jual beli. Kemudian, Minta siswa untuk berbicara dengan orang
tua mereka tentang cara mereka melakukan transaksi di pasar atau warung.
b. Menyusun aktivitas yang kontekstual. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat simulasi
pasar local yakni simulasi pasar mini di kelas di mana siswa dapat memainkan peran
sebagai pembeli dan penjual. Gunakan barang-barang yang biasa dijual di pasar desa
untuk meningkatkan relevansi. Kemudian, membuat lembar kerja yang mencakup
perhitungan harga, tawar-menawar, dan transaksi sederhana yang mencerminkan praktik
lokal.
c. Praktik transaksi sehari-hari. Hal ini bisa dilakukan dengan latihan transaksi jual beli
menggunakan mata uang lokal dan harga barang yang sesuai dengan konteks desa.
Diskusikan berbagai metode pembayaran yang mungkin digunakan di desa, seperti
pembayaran tunai atau barter, jika berlaku.
d. Menggunakan media dan sumber belajar yang relevan. Salah satunya umber belajar visual
yakni dengan menggunakan gambar, foto, atau video yang menggambarkan pasar lokal,
transaksi di warung, atau kegiatan sehari-hari di desa untuk membantu siswa memahami
materi dengan lebih baik.
e. Menggunakan Bahasa yang Dimengerti Siswa:
Menggunakan bahasa sehari-hari yang akrab bagi siswa saat menjelaskan konsep jual
beli. Bu Sari bisa memanfaatkan dialek lokal atau istilah-istilah yang biasa digunakan di
desa untuk memudahkan pemahaman.
f. Menyertakan perspektif dan tradisi budaya. Hal ini bisa dilakukan dengan diskusi tentang
tradisi dan nilai. Kemudian, mengajak siswa berdiskusi tentang bagaimana nilai-nilai
budaya mempengaruhi cara mereka melakukan transaksi. Misalnya, bagaimana budaya

lokal mempengaruhi harga barang atau cara tawar-menawar. Cerita dan tradisi local
seperti menyisipkan cerita atau legenda lokal yang berkaitan dengan perdagangan atau
jual beli. Ini bisa membantu siswa melihat bagaimana praktik tersebut memiliki makna
dalam konteks budaya mereka.
g. Penilaian yang responsif budaya. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya tugas proyek
yakni meminta siswa untuk melakukan proyek tentang pasar atau toko lokal mereka,
termasuk membuat poster atau presentasi tentang bagaimana transaksi dilakukan di desa
mereka. Tugas ini memungkinkan siswa untuk menerapkan apa yang telah mereka
pelajari dalam konteks nyata dan relevan. Penilaian praktik dengan melakukan penilaian
berbasis praktik di mana siswa harus melakukan transaksi simulasi dengan
mempertimbangkan elemen budaya yang telah dipelajari.
h. Menggunakan metode pengajaran yang inklusif. Hal ini dapat dilakukan dengan
melaksanakan pembelajaran kolaboratif yakni dengan mendorong peserta didik untuk
bekerja dalam kelompok dan mendiskusikan pengalaman mereka terkait transaksi jual
beli. Ini mendorong pertukaran ide dan pemahaman yang lebih dalam. Mendukung
keterampilan sosial dengan melakukan latihan dalam bernegosiasi, bertanya, dan
berbicara dengan percaya diri selama simulasi transaksi akan membantu siswa dalam
keterampilan sosial dan komunikasi mereka.
Dengan merancang pembelajaran yang memanfaatkan konteks dan budaya lokal, Bu Sari dapat
membuat materi jual beli menjadi lebih relevan, menarik, dan bermakna bagi siswa-siswanya, serta
sesuai dengan prinsip-prinsip Culturally Responsive Teaching.

3. Anda adalah Guru di daerah dengan 70% mata pencaharian warganya adalah nelayan. Suatu
hari Anda harus mengajarkan peserta didik Anda materi mengenai menulis dan mengirim
surel (surat elektronik). Bagaimana Anda akan memasukkan muatan budaya pada rancangan
pembelajaran Anda?
Jawaban:

Untuk memasukkan muatan budaya dalam pembelajaran mengenai menulis dan mengirim surel
kepada peserta didik yang mayoritas berasal dari keluarga nelayan, saya akan merancang
pembelajaran dengan konteks yang relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Berikut adalah
langkah-langkah yang dapat saya ambil
a. Menghubungkan materi dengan konteks lokal. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan contoh surat elektronik (surel) yang berkaitan dengan kehidupan nelayan.
Misalnya, membuat surel antara seorang nelayan dan pemasok ikan, atau antara nelayan
dengan agen pasar ikan untuk mengatur penjualan hasil tangkapan mereka. Sehingga
mempermudah siswa dalam memahami pemebelajaran.
b. Simulasi Pengiriman Surel langsung oleh peserta didik. Setelah menulis surel, peserta didik
akan berlatih mengirimkannya melalui akun surel mereka. Saya akan menjelaskan cara
melampirkan foto hasil tangkapan ikan atau laporan tangkapan harian yang relevan dengan
keseharian keluarga mereka.
c. Menggunakan media dan sumber belajar yang relevan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan sumber belajar visual, seperti menggunakan gambar atau video yang
menunjukkan bagaimana nelayan berkomunikasi secara profesional menggunakan
teknologi, termasuk surel. Ini bisa termasuk video tutorial atau dokumenter tentang industri
perikanan. Contoh surah elektronik nyata dengan menampilkan contoh surel yang
digunakan dalam industri perikanan atau kegiatan sehari-hari nelayan. Ini membantu siswa
memahami format dan gaya surel yang sesuai.
d. Mengintegrasikan tradisi dan praktik budaya. Hal ini dapat dilakukan dengan diskusi
tentang komunikasi tradisional. Diskusikan bagaimana nelayan di daerah tersebut biasanya
berkomunikasi sebelum adanya teknologi digital. Bandingkan dengan cara modern
menggunakan surel dan manfaatnya dalam konteks nelayan. Cerita local dengan
menyisipkan cerita atau pengalaman lokal tentang bagaimana komunikasi melalui surel
bisa membantu meningkatkan hasil tangkapan ikan atau menjalin kerja sama antar nelayan.
e. Penilaian yang responsif budaya. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan tugas proyek
seperti memberikan tugas di mana siswa harus menulis surel tentang topik yang relevan
dengan kehidupan nelayan, seperti meminta harga peralatan perikanan, melaporkan hasil
tangkapan, atau berkoordinasi dengan penyedia bahan baku. Minta siswa untuk

menciptakan surel yang efektif dan sesuai dengan konteks industri perikanan mereka.
Penilaian praktik yakni dengan melakukan penilaian berbasis praktik di mana siswa
berlatih menulis dan mengirim surel, serta membahas bagaimana surel tersebut bisa
membantu dalam pekerjaan mereka sehari-hari sebagai nelayan.
f. Penugasan Berbasis Proyek: Sebagai tugas akhir, peserta didik bisa diminta membuat
sebuah proyek kecil, misalnya membuat daftar kontak pembeli atau supplier yang potensial
dan menulis beberapa surel yang berbeda sesuai dengan situasi yang telah mereka pelajari.
Tags