Urbanism_Wirth_1938_paparan urbanism as way of life.pptx

ssuser034c86 0 views 19 slides Sep 28, 2025
Slide 1
Slide 1 of 19
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19

About This Presentation

urbanism as way of life


Slide Content

Urbanism as a Way of Life — Louis Wirth (1938) Ringkasan kritis & implikasi bagi studi perkotaan Indonesia

Tujuan Pembelajaran Memahami definisi sosiologis kota menurut Wirth (ukuran, kepadatan, heterogenitas). Menjelaskan bagaimana urbanisme membentuk relasi sosial, institusi, dan kepribadian. Mengkritisi keterbatasan pendekatan Wirth dan Chicago School. Merancang cara operasionalisasi konsep untuk riset di Indonesia.

Pertanyaan Pemandu Bagaimana ukuran, kepadatan, dan heterogenitas penduduk membentuk cara hidup urban? Apa konsekuensinya bagi solidaritas sosial, kontrol sosial, dan kesejahteraan? Sejauh mana tesis Wirth masih relevan di era digital dan di kota-kota Indonesia?

Konteks Historis Chicago School (awal abad 20): ekologi manusia, urbanisasi cepat, industrialisasi. Wirth merumuskan 'urbanisme' sebagai bentuk asosiasi manusia (bukan sekadar fisik). Latar empiris: kota-kota besar AS; migrasi, keragaman etnis, pasar tenaga kerja.

Definisi Sosiologis Kota (Wirth) Kota dicirikan oleh: (1) ukuran penduduk besar, (2) kepadatan tinggi, (3) heterogenitas sosial. Ketiga dimensi → kondisi ekologis & sosial yang khas → 'cara hidup urban'. Urbanisme: kontak sosial lebih impersonal, sementara, dan segmental.

Mekanisme 1 — Ukuran Penduduk Skala besar → anonimitas lebih tinggi & pembagian kerja yang kompleks. Pasar & organisasi formal berkembang menggantikan ikatan personal. Mobilitas vertikal & horizontal meningkat; jaringan sosial melebar namun dangkal.

Mekanisme 2 — Kepadatan Persaingan atas ruang & sumber daya → segmentasi spasial & spesialisasi fungsi. Ritme hidup cepat, penjadwalan ketat, efisiensi tinggi namun potensi 'overload'. Kontak antar-orang banyak namun singkat; 'civil inattention' (menjaga jarak).

Mekanisme 3 — Heterogenitas Pluralisme nilai & gaya hidup → toleransi meningkat, tetapi juga potensi konflik. Subkultur berkembang sesuai minat/profesi/etnis. Norma bersama melemah → kontrol sosial bergeser ke aturan formal/simbolik.

Pola Relasi Sosial Urban Relasi cenderung impersonal, sementara, dan berbasis peran (kontak sekunder). Ikatan komunitas lokal & keluarga melemah; jejaring terfragmentasi. Masyarakat urban lebih toleran namun juga 'blasé' (acuh/ambivalen).

Organisasi Sosial & Institusi Fungsi sosial terdisagregasi: pendidikan, ekonomi, rekreasi → institusi khusus. Kontrol sosial dijalankan lewat birokrasi, hukum, dan simbol (bukan keakraban). Profesionalisasi & spesialisasi tinggi; peran formal menggeser peran komunal.

Implikasi bagi Kepribadian Kosmopolitanisme: keterpaparan keragaman mendorong perspektif luas. Risiko: disorganisasi pribadi, alienasi, deviasi/kejahatan meningkat. Ambivalensi: kebebasan memilih tinggi, tetapi dukungan sosial lemah.

Keterbatasan & Kritik Tendensi determinisme ekologis & generalisasi berlebihan. Bias konteks Amerika/Eropa; kurang menangkap komunitas kohesif di kota. Dikritik oleh Gans (komunitas perkotaan) & Fischer (subcultural theory of urbanism).

Relevansi Kontemporer Urbanisme digital: platform/gig economy, jaringan online–offline. Gentrifikasi & ekonomi kreatif; transformasi ruang publik & privat. Krisis iklim & ketahanan perkotaan: solidaritas baru vs fragmentasi.

Konteks Indonesia Mega-urban Jabodetabek: komuter, polisentris, dan ketimpangan spasial. Kampung kota: kohesi tinggi di level mikro berdampingan dengan impersonalitas makro. Informalitas & modal sosial lokal (RT/RW) sebagai bantalan kontrol sosial.

Operasionalisasi & Metode Indikator: ukuran (N), kepadatan (jiwa/ha), heterogenitas (entropi/keragaman). Data: BPS, citra satelit, CDR/telekom, survei sosial, data platform. Metode: survei jejaring, etnografi, spatial/statistical modeling, mixed-methods.

Kerangka Riset (Contoh) Ukuran–Kepadatan–Heterogenitas → (Kontak sekunder, fragmentasi institusi) → (Partisipasi sipil, kepercayaan, deviasi). Moderator: modal sosial lokal, inklusivitas layanan, kualitas ruang publik. Hipotesis: H1 (heterogenitas ↑ → toleransi ↑), H2 (kepadatan ↑ → kontak sekunder ↑), H3 (modal sosial kuat → dampak negatif berkurang).

Studi Kasus Singkat Rehabilitasi kampung & co-production layanan (mis. Surabaya). Transit-Oriented Development & perubahan relasi sosial di koridor. Kawasan kreatif & subkultur (Bandung/Jogja) vs risiko gentrifikasi.

Diskusi & Tugas Diskusi: contoh relasi 'impersonal namun efisien' yang Anda alami? Tugas mini: pilih 1 RW di kota Anda; petakan indikator Wirth + temuan awal (1 halaman).

Referensi Kunci Wirth, L. (1938). Urbanism as a Way of Life. Simmel, G. (1903). The Metropolis and Mental Life. Park, R., & Burgess, E. (1925). The City. Gans, H. (1962). The Urban Villagers. Fischer, C. (1975). Toward a Subcultural Theory of Urbanism.
Tags