WK_MPI-2. Tatalaksana Bayi dan balita dari ibu terinfeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B.pptx
eunikesalipadang
7 views
36 slides
Sep 12, 2025
Slide 1 of 36
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
About This Presentation
terapi hiv anak
Size: 2.24 MB
Language: none
Added: Sep 12, 2025
Slides: 36 pages
Slide Content
Juni 2025 MATERI PELATIHAN INTI 2 Tatalaksana bayi baru lahir dan balita dari ibu terinfeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B Pelatihan Pencegahan Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak Menuju Tripel Eliminasi Bagi Tenaga Kesehatan di FKTP Tahun 2025
DESKRIPSI SINGKAT Peran Keluarga & Informasi Ibu, pasangan, dan keluarga harus mendapatkan: Informasi akurat tentang kondisi ibu dan bayi Panduan perawatan & pemantauan sejak dini Tujuan Tata Laksana Bayi Lahir dari Ibu Terinfeksi Cegah penularan dari ibu ke bayi Deteksi dini infeksi pada bayi Pemberian terapi profilaksis Pemantauan perkembangan bayi secara berkala Peran Tenaga Kesehatan (Puskesmas & PPIA) Semua petugas program PPIA wajib : Paham tatalaksana bayi dari ibu HIV/Sifilis/Hepatitis B Melaksanakan prosedur sesuai standar nasional Menindaklanjuti pemantauan dan rujukan bila diperlukan Penanganan tepat sejak lahir sangat krusial dalam mencegah infeksi dan menjamin tumbuh kembang bayi secara optimal.
peserta mampu melakukan tata laksana bayi baru lahir dan balita dari ibu yang terinfeksi HIV, Sifilis dan/atau Hepatitis B HASIL BELAJAR INDIKATOR HASIL BELAJAR Menjelaskan risiko penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu kepada bayi dan anak Mampu menjelaskan pemberian profilaksis dan pemantauan bayi dari Ibu terinfeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B Mampu menjelaskan tata laksana bayi dan balita positif HIV, Sifilis dan Hepatitis Menjelaskan pemberian makanan bagi bayi dari ibu dengan HIV, Sifilis dan atau Hepatitis B
MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah : 4 1. Risiko penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu kepada bayi dan anak 2. Pemberian profilaksis dan pemantauan bayi dari Ibu HIV, Sifilis dan Hepatitis B 3. Tatalaksana bayi positif HIV, Sifilis dan Hepatitis B ARV profilaksis Kotrimoksazol profilaksis Profilaksis Sifilis Pemantauan tanda tanda infeksi Sifilis kongenital Pemberian HB- 0, HBIg Pemeriksaan untuk mengetahui status bayi tertular atau tidak Pemantauan tumbuh kembang Pemberian imunisasi 4. Pemberian makanan bagi bayi dari ibu HIV, Sifilis dan /atau Hepatitis B
Risiko penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B kepada bayi dan anak Uraian Materi Pokok 1: Risiko penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu kepada bayi dan anak Ineksi Tanpa intervensi Dengan intervensi (Pencegahan/Pengob atan) Periode transmisi/penularan HIV 1 15–45% <2% (tanpa ART, bedah sesar, tanpa ASI) Penularan terbesar pada saat persalinan (50–70% penularan), juga saat dalam kandungan (15–30%) dan saat menyusui (10–20%) Syphilis 2 50–80% (jika tidak diobati) <1% (dengan pengobatanBenzathin Penicilin G sebelum trimester ketiga) Penularan terbesar saat dalam kandungan (Syphilis kongenital), juga selama persalinan Hepatitis B 3 70–90% (jika HBeAg+), 10– 30% (jika HBeAg- ) <5% (dengan vaksin HBV + HBIG saat lahir) Penularan terbesar saat persalinan (terpapar dengan darah). Penularan lebih kecil saat dalam kandungan atau saat menyusui (Sumber: WHO, 2023, Prevention of Mother- to- child transmission of HIV; 2WHO, 2017, Guidelines for treatment of Treponema Pallidum (Syphilis); 3WHO, 2020, Hepatitis B vaccination in infants)
Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke Anak berdasarkan periode penularan Uraian Materi Pokok 1: Risiko penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu kepada bayi dan anak (Sumber: WHO, 2023, Prevention of Mother- to- child transmission of HIV; 2WHO, 2017, Guidelines for treatment of Treponema Pallidum (Syphilis); 3WHO, 2020, Hepatitis B vaccination in infants) Infeksi Dalam kehamilan Saat persalinan Nifas (saat menyusui) HIV 1 15–30% 50–70% 10–20% (jika menyusui) Syphilis 2 50–80% (jika tidak diobati) Bisa ada, tapi lebih kecil dibanding saat dalam kehamilan Jarang (kecuali adanya lesi aktif) Hepatitis B3 <10% (tebesar pada saat trimester ketiga ) 80–90% (jika tanpa immunoprofilaksis) Risiko minimal (jika bayi mendapatkan vaksinasi)
A. ARV Profilaksis Uraian Materi Pokok 2: Pemberian profilaksis dan pemantauan bayi dari Ibu HIV, Sifilis dan Hepatitis B Seluruh bayi yang lahir dari ibu dengan HIV wajib mendapatkan ARV Profilaksis. Prinsip pemberian ARV profilaksis pada bayi yang lahir dari ibu dengan HIV: a. Untuk semua bayi lahir dari ibu dengan HIV harus mendapat Zidovudin sejak hari pertama (sebelum umur 12 jam), selama 6 minggu. Dilanjutkan dengan Kotrimoksazol profilaksis sampai 12 bulan atau sampai terdiagnosis HIV. b. Fasyankes yang melayani persalinan ibu dengan HIV, harus juga menyediakan ARV profilaksis untuk bayinya sebelum bayi dilahirkan. Bila fasyankes tersebut tidak memiliki sediaan Zidovudin tunggal, maka ia harus bekerja sama dengan fasyankes lain yang memilikinya. c. Harus memperhatikan dosis dan efek samping d. Harus memantau kepatuhan minum obat Kondisi Jenis ARV Profilaksis Lama pemberian Bayi + ASI AZT 2x perhari, atau NVP 1x perhari 4- 6 minggu Bayi + PASI NVP 1x perhari 6 minggu Pemberian ARV Profilaksis pada bayi lahir dari ibu HIV Jenis ARV Profilaksis Dosis NVP Berat lahir 1500- 2000 gram: 8 mg/dosis Berat lahir 2000- 2499 gram: 10 mg/dosis Berat lahir ≥2500 gram: 15 mg/dosis AZT Usia gestasi ≥35 minggu: 4 mg/kg/kali, 2 kali sehari, dapat dimulai pada usia 6- 12 jam Usia gestasi ≥30 minggu sampai <35 minggu: 2 mg/kg/kali, setiap 12 jam, lalu 3 mg/kg/kali setiap 12 jam pada usia 15 hari Usia gestasi <30 minggu: 2 mg/kg/kali, setiap 12 jam, lalu 3 mg/kg/kali setiap 12 jam setelah usia 4 minggu Dosis ARV Profilaksis
B. Kotrimoksazol profilaksis Uraian Materi Pokok 2: Pemberian profilaksis dan pemantauan bayi dari Ibu HIV, Sifilis dan Hepatitis B Tujuan & Manfaat Lama Pemberian Usia Bayi Keterangan 6 minggu Mulai pemberian Kotrimoksazol 18 bulan Dihentikan jika HIV negatif serologi 9 bulan Bisa dilakukan pemeriksaan serologis jika ada kecurigaan klinis (presumtif HIV) Kapan Dihentikan? *Kotrimoksazol = proteksi penting sambil menunggu konfirmasi status HIV pada bayi. Diberikan mulai usia 6 minggu Untuk bayi dari ibu HIV- positif Dihentikan jika bayi dipastikan tidak terinfeksi HIV Manfaat utama: Cegah infeksi oportunistik: ➤ Diare, pneumonia, malaria Turunkan angka kematian anak HIV+ Bila HIV negatif (virologis atau serologis) Anak HIV usia 1–5 tahun: CD4 >25% dua kali berturut-turut, selisih 6 bulan
SEROLOGI – yang dicek ANTIBODI VIROLOGI – yang dicek DNA atau RNA VIRUS
C. Profilaksis Sifilis Uraian Materi Pokok 2: Pemberian profilaksis dan pemantauan bayi dari Ibu HIV, Sifilis dan Hepatitis B Pentingnya Profilaksis Jenis Profilaksis Berdasarkan Kondisi Bayi Notes Diberikan kepada semua bayi lahir dari ibu dengan Sifilis Baik ibu sudah diterapi atau belum Dilakukan sebelum bayi pulang dari fasilitas kesehatan Oleh dokter / bidan / perawat Bila bayi sudah pulang → diberikan saat kunjungan nifas pertama Jika Tersedia: Lakukan RPR (Rapid Plasma Reagin) pada bayi sebelum profilaksis Jika 1 dosis Prokain Penicillin terlewat → ulang pemberian dari awal (hari ke- 1) Kondisi Bayi Obat & Dosis Asimtomatik Benzatin Penicillin G → 50.000 IU/kgBB IM , dosis tunggal Simtomatik Prokain Penicillin injeksi → 50.000 IU/kg/dosis , selama 10 hari berturut
D. Pemantauan tanda- tanda infeksi Sifilis Kongenital Uraian Materi Pokok 2: Pemberian profilaksis dan pemantauan bayi dari Ibu HIV, Sifilis dan Hepatitis B Kriteria Diagnosis Sifilis Kongenital Pemeriksaan Penunjang Tanda Klinis pada Bayi (Usia < 2 Tahun) Bayi lahir dari ibu dengan Sifilis dengan: Titer serologi ≥ 4x lebih tinggi dari titer ibu, atau Hasil serologi tetap positif ≥ 4 bulan setelah lahir Jika titer negatif → dapat dilakukan pemeriksaan liquor (CSF) Pembengkakan sendi Pilek kronis (rhinitis) Gelembung/bula pada kulit Hepatosplenomegali Ikterus (kuning) Anemia Perubahan radiologis tulang panjang Rontgen tulang janin Pemeriksaan fungsi hati Sifilis Kongenital pada Bayi Lahir Mati Dapat dicurigai jika ibu: Tidak mendapat pengobatan Diobati < 4 minggu sebelum persalinan Tidak menggunakan penisilin Pengobatan tidak sesuai stadium penyakit
E. Pemberian HB0, HBIg Uraian Materi Pokok 2: Pemberian profilaksis dan pemantauan bayi dari Ibu HIV, Sifilis dan Hepatitis B Setiap bayi yang lahir dari ibu dengan Hepatitis B, perlu mendapatkan imunoprofilaksis sesuai dengan berat badan lahir dan seperti pada tabel dibawah ini. Status HBsAg Ibu Bayi dengan Berat Lahir (BL) 2000 gram atau lebih Bayi dengan Berat Lahir (BL) kurang dari 2000 gram HBsAg positif HB0 + HBIg 0,5ml sedini mungkin dalam <24 jam HB0 + HBIg 0,5ml sedini mungkin dalam <24 jam Lanjutkan pemberian imunisasi HB1, HB2 dan HB3 sesuai jadwal program imunisasi nasional Vaksin saat lahir tidak dihitung. Pemberian imunisasi Hepatitis: Usia kronologis 1 bulan menggunakan vaksin Hepatitis B monovalent, dilanjutkan dengan pemberian imunisasi DPT-HB- Hib (bulan 2,3,4) Periksa HBsAg dan anti- HBs pada usia 9- 12 bulan Periksa HBsAg dan anti- HBs pada usia 9- 12 bulan Jika HBsAg negatif dan anti- HBs 10 mIU/mL atau lebih, anak dinyatakan aman dan terlindungi. Jika HBsAg negatif dan anti- HBs 10 MIU/mL atau lebih, anak dinyatakan aman dan terlindungi. Jika HBsAg negatif dan anti HBs kurang dari 10mIU/mL maka anak harus diberikan vaksinasi ulang (Hep B monovalen) sebanyak 3x (dengan jadwal 0,1,6 bulan) dan diperiksa kembali anti HBs setelah 1- 3 bulan setelah vaksinasi Jika HBsAg negatif dan anti HBs kurang dari 10 mIU/mL maka anak harus diberikan vaksinasi ulang (Hep B monovalent) sebanyak 3x (dengan jadwal 0,1,6 bulan) dan diperiksa kembali anti HBs setelah 1- 3 bulan setelah vaksinasi. Jika HBsAg positif maka anak harus menerima evaluasi medis dan pemantauan lebih lanjut. Jika HBsAg positif maka anak harus menerima evaluasi medis dan pemantauan lebih lanjut. HBsAg negatif HB0 sedini mungkin dalam waktu <24 jam Tunda pemberian HB0 hingga usia kronologis 1 bulan atau saat berat mencapai 2000 gram Lanjutkan pemberian imunisasi Hepatitis dengan pemberian imunisasi DPT-HB- Hib 1, 2 dan 3 (bulan 2,3, 4), sesuai jadwal program imunisasi Pemberian imunisasi Hepatitis: Dilanjutkan dengan pemberian imunisasi DPT- HB- Hib1, 2, dan 3 (bulan 2,3,4) Pemeriksaan HBsAg dan anti- HBs sesudah vaksinasi tidak diperlukan. Pemeriksaan HBsAg dan anti- HBs sesudah vaksinasi tidak diperlukan. HBsAg tidak diketahui Periksa status HbsAg ibu segera setelah persalinan Periksa status HBsAg ibu segera setelah persalinan Vaksin HB0 sedini mungkin dalam waktu <24 jam Vaksin HB0 sedini mungkin dalam waktu <24 jam Berikan HBIg sedini mungkin dalam <24 jam jika hasil HBsAg ibu positif atau status HBsAg Ibu tetap belum diketahui dalam <24 jam setelah lahir Berikan HBIg sedini mungkin dalam <24 jam jika HBsAg Ibu positif atau status HBsAg Ibu tetap belum diketahui dalam <24 jam setelah lahir. Lanjutkan pemberian vaksin sesuai rekomendasi Lanjutkan pemberian vaksin sesuai jadwal berdasarkan hasil HBsAg Ibu Imunoprofilaksiss Hepatitis B pada Bayi Baru Lahir Sumber: PNPK Hepatitis tahun 2019
Antibodi ibu dapat menembus plasenta selama kehamilan dan terdeteksi pada bayi. F. Pemeriksaan untuk menentukan status bayi dan balita tertular atau tidak
F. Pemeriksaan untuk menentukan status bayi dan balita tertular atau tidak Uraian Materi Pokok 2: Pemberian profilaksis dan pemantauan bayi dari Ibu HIV, Sifilis dan Hepatitis B Diagnosis Presumtif Infeksi HIV ditegakkan apabila Terdapat dua gejala dari: Oral thrush (sariawan) Pneumonia berat Sepsis berat ATAU Terdapat penyakit/kondisi yang mengarah pada AIDS, seperti: Pneumonia pneumositis Meningitis kriptokokus pneumonia Gizi buruk Kandidosis esofageal Sarkoma kaposi TBC ekstra paru DAN Pemeriksaan Serologis HIV Reaktif Petunjuk lain yang mendukung adanya infeksi HIV pada anak dengan seropositif, termasuk: Kematian ibu terkait infeksi HIV Penyakit pada ibu terkait HIV CD4 <20% Penegakan Diagnosis HIV Presumtif pada Bayi/Anak <18 Bulan (Sumber: Permenkes nomor 23 tahun 2022) Alur Diagnosis HIV pada bayi/anak <18 bulan yang terpajan HIV dengan pemeriksaan serologis (dilakukan bila pemeriksaan virologis tidak tersedia) (Sumber: Permenkes nomor 23 tahun 2022) Alur Deteksi Dini HIV pada anak <18 bulan yang terpajan (Sumber: Permenkes nomor 23 tahun 2022)
Observasi Bayi yang dilahirkan dari Ibu Positif Sifilis Uraian Materi Pokok 2: Pemberian profilaksis dan pemantauan bayi dari Ibu HIV, Sifilis dan Hepatitis B Bayi yang lahir dari ibu positif Sifilis perlu dilakukan observasi karena pada lebih dari 50% kasus asimptomatis terutama pada minggu pertama kehidupan. Ini membuat deteksi dan diagnosis Sifilis kongenital sulit dilakukan. Tes serologis IgG tidak bermakna karena adanya transfer pasif antibodi ibu. Biasanya gejala muncul pada bulan pertama tetapi manifestasi klinis baru terlihat sampai tahun kedua kehidupan. Pemeriksaan titer Sifilis bayi dilakukan pada usia 3, 6, dan 9 bulan, dan hasilnya dibandingkan dengan titer ibunya untuk menentukan adanya Sifilis kongenital. Pemeriksaan ini dianjurkan dilakukan bersamaan dengan kunjungan bayi untuk imunisasi dan pemeriksaan tumbuh kembang. Diagnosis Sifilis kongenital harus dilakukan secara komprehensif, dengan pemeriksaan titer rutin dan pemantauan klinis.
Observasi Bayi yang dilahirkan dari Ibu Positif Hepatitis B Uraian Materi Pokok 2: Pemberian profilaksis dan pemantauan bayi dari Ibu HIV, Sifilis dan Hepatitis B Bayi yang lahir dari ibu positif Hepatitis B dilakukan pemeriksaan tes HBsAg pada usia 9- 12 bulan dengan RDT di Puskesmas ataupun FKRTL. Pemeriksaan ini dianjurkan dilakukan bersamaan dengan kunjungan bayi untuk imunisasi Campak. Hasil pemeriksaan HBsAg non reaktif, dilakukan pemeriksaan dengan anti- HBs. menunjukkan hasil dapat dinyatakan penularan Hepatitis Bila positif, tidak B dari lanjutan anti- HBs maka terjadi ibu ke anak. Bila hasil pemeriksaan HBsAg reaktif, maka bayi perlu dirujuk ke RS yang mampu tatalaksana Hepatitis untuk mendapatkan tatalaksana selanjutnya. Alur pemeriksaan HBsAg dan anti- HBs pada bayi dari ibu HBsAg Reaktif
G. Pemantauan tumbuh kembang Uraian Materi Pokok 2: Pemberian profilaksis dan pemantauan bayi dari Ibu HIV, Sifilis dan Hepatitis B Pemantauan Tumbuh Kembang pada anak yang lahir dari ibu terkonfirmasi HIV, Sifilis dan Hepatitis B perlu dilaksanakan secara rutin dan sesuai standar seperti pada gambar dibawah ini. Pemeriksaan ini terutama untuk mendeteksi secara dini adanya masalah pertumbuhan, perkembangan ataupun penyakit penyerta pada anak. Ibu perlu dimotivasi agar tidak perlu malu memeriksakan anaknya dan lingkungan pemeriksaan seyogyanya menjauhi adanya stigma bagi pasien yang terkonfirmasi positif. Melalui pemeriksaan tumbuh kembang secara teratur, tenaga kesehatan dapat memberikan nasehat mengenai kepatuhan minum obat, kapan bayi dan atau anak harus mendapatkan pemeriksaan EID, anjuran terkait pemberian makan bayi dan anak, dll. Apabila ditemukan balita yang berat badan tidak naik, berat badan kurang, dan gizi kurang maka perlu dilakukan rujukan ke tenaga kesehatan di Puskesmas untuk dilakukan konfirmasi ulang status gizi serta tata laksana masalah gizi yang sesuai, diantaranya intervensi berupa makanan tambahan disertai edukasi dan stimulasi perkembangan, serta rujukan ke Rumah Sakit pada kasus balita stunting.
G. Pemantauan tumbuh kembang Uraian Materi Pokok 2: Pemberian profilaksis dan pemantauan bayi dari Ibu HIV, Sifilis dan Hepatitis B Jadwal dan Jenis deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak di Puskesmas (Sumber: Buku Bagan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar, Kementerian Kesehatan, 2022).
H. Pemberian imunisasi Uraian Materi Pokok 2: Pemberian profilaksis dan pemantauan bayi dari Ibu HIV, Sifilis dan Hepatitis B Prinsip Pemberian Imunisasi Pasien HIV tetap memerlukan imunisasi , walau respon bisa lebih rendah Imunisasi dengan vaksin hidup atau mati mengikuti rekomendasi nasional Dilakukan di RS atau dengan arahan dokter anak Pelayanan Imunisasi rutin dasar wajib diberikan bagi setiap bayi sesuai jadwal nasional. Pada bayi lahir dari ibu dengan Sifilis tidak ada perubahan jadwal imunisasi rutin. Pada bayi lahir dari ibu dengan Hepatitis B, juga tidak ada perubahan jadwal imunisasi rutin, ada penambahan vaksin imunisasi pasif HBIg setelah pemberian HB0, dimana keduanya diberikan dalam waktu <24 jam. Pada bayi lahir dari ibu dengan HIV dengan kondisi bugar (asimtomatik), semua imunisasi dapat diberikan termasuk BCG, Rotavirus dan Campak (MR) dapat diberikan. Bila hasil pemeriksaan EID positif, maka imunisasi BCG tidak dapat diberikan. Dianjurkan pemberian imunisasi pada bayi dengan HIV dilakukan dengan berkonsultasi dengan dokter spesialis anak. Jadwal Kunjungan Imunisasi Disamakan dengan bayi sehat lain (klinik bersama) Tidak boleh ada pelabelan HIV/Sifilis/Hepatitis B Tetap lakukan kewaspadaan standar Manfaatkan kunjungan untuk: Edukasi nutrisi ibu Konseling KB, saudara kandung, sosial ekonomi keluarga Evaluasi Tripel Eliminasi secara menyeluruh Pemeriksaan Lanjutan untuk Bayi dari Ibu Hepatitis B Di usia 9–12 bulan , lakukan: HBsAg & Anti- HBs Hasil interpretasi: HBsAg (–), Anti- HBs (+) → Anak tidak terinfeksi, punya kekebalan HBsAg (+), Anti- HBs (–) → Anak terinfeksi Hepatitis B → Rujuk ke RS Suntikan vitamin K1 diberikan 2–3 jam sebelum HB- & HBIg pada bayi baru lahir.
H. Pemberian imunisasi Uraian Materi Pokok 2: Pemberian profilaksis dan pemantauan bayi dari Ibu HIV, Sifilis dan Hepatitis B Jadwal Imunisasi Bayi dan Baduta, Buku Saku Imunisasi Kemkes
A. Tatalaksana bayi dengan HIV Uraian Materi Pokok 3: Tatalaksana bayi positif HIV, Sifilis dan Hepatitis B Keberhasilan pengobatan ARV pada anak memerlukan kerjasama pengasuh atau orang tua, karena mereka harus memahami tujuan pengobatan, mematuhi program pengobatan dan pentingnya kontrol. Bila ada banyak orang yang mengasuh si anak, saat akan memulai pengobatan ART maka harus ada satu yang utama, yang memastikan bahwa anak ini minum obat. Pemantauan dan pengobatan harus diatur menurut situasi dan kemampuan keluarga. Bila keluarga sudah siap dan patuh baru mulai berikan ARV. Bimbingan dan konseling terus menerus perlu diberikan bagi anggota keluarga yang lain agar mereka memahami penyakit HIV dan mendukung keluarga yang mengasuh anak HIV. Umumnya orangtua dan anak lain dalam keluarga inti tersebut juga terinfeksi HIV, maka penting bagi manajer program untuk memfasilitasi akses terhadap terapi untuk anggota keluarga lainnya. Kepatuhan berobat umumnya didapat dengan pendekatan terapi keluarga. Pemberian ARV pada bayi dan anak < 18 bulan dengan diagnosis presumtif. Bayi umur < 18 bulan yang didiagnosis terinfeksi HIV dengan cara presumtif harus SEGERA mendapat terapi ARV. Segera setelah diagnosis konfirmasi dapat dilakukan (mendapat kesempatan pemeriksaan PCR DNA sebelum umur 18 bulan atau menunggu sampai umur 18 bulan untuk dilakukan pemeriksaan antibodi HIV ulang); maka dilakukan penilaian ulang apakah pasien PASTI terdiagnosis HIV atau tidak. Bila hasilnya negatif maka pemberian ARV dihentikan.
A. Tatalaksana bayi dengan HIV Uraian Materi Pokok 3: Tatalaksana bayi positif HIV, Sifilis dan Hepatitis B PERSIAPAN PEMBERIAN ARV 1. Memulai pemberian ARV bukan keadaan suatu gawat darurat. Namun setelah ARV dimulai, obat ARV harus diberikan waktu setiap tepat hari. Ketidakpatuhan berobat merupakan alasan utama kegagalan pengobatan. 2. Memulai pemberian ARV pada saat anak atau orangtua belum siap dapat mengakibatkan kepatuhan yang buruk dan resistensi ARV PERSIAPAN PENGASUH ANAK Pengasuh harus mampu untuk: Mengerti perjalanan penyakit infeksi HIV pada anak, keuntungan dan efek samping ART Mengerti pentingnya meminum ARV tepat waktu setiap hari dan mampu memastikan kepatuhan berobat Bertanggung jawab langsung untuk mengamati anak meminum ARV setiap hari 4. Bertanggung jawab untuk kepatuhan berobat pada memastikan remaja. Pemantauan langsung konsumsi obat pada remaja mungkin tidak diperlukan. Pengasuh dapat memberikan tanggung jawab kepada remaja tersebut untuk meminum ARV Menyimpan ARV secara tepat Menunjukkan cara mencampur atau mengukur ART 7. Mampu menyediakan ART, pemantauan laboratorium dan transportasi ke rumah sakit bila diperlukan PERSIAPAN ANAK Anak yang mengetahui status HIV (penjelasan mereka diberikan oleh tenaga Kesehatan sesuai tingkat kedewasaan anak) harus mampu untuk: Mengerti perjalanan penyakit infeksi HIV, keuntungan dan efek samping ART Mengerti pentingnya meminum ARV tepat waktu setiap hari dan mampu patuh berobat
A. Tata laksana bayi dengan HIV Uraian Materi Pokok 3: Tatalaksana bayi positif HIV, Sifilis dan Hepatitis B Setiap bayi yang lahir dari ibu HIV wajib mendapatkan profilaksis ARV dan Kotrimoksazol sampai terbukti bahwa bayi tersebut tidak terinfeksi HIV dengan uji diagnostik sesuai usia bayi/anak Jika hasil negatif maka profilaksis kotrimoksasol dapat dihentikan, BCG dapat diberikan dan tidak perlu mendapatkan ARV. Sebaliknya jika hasilnya positif , maka profilaksis kotrimoksasol dilanjutkan dan diberikan pengobatan ARV. Imunisasi BCG tidak diberikan, sementara imunisasi lain tetap diberikan sesuai jadwal. Untuk polio diberikan yang IPV. Pemantauan dan pengobatan harus diatur menurut situasi dan kemampuan keluarga. Bila keluarga sudah siap , ARV dapat dimulai. Bimbingan dan konseling terus menerus perlu diberikan bagi anggota keluarga yang lain agar mereka memahami infeksi HIV dan mendukung keluarga yang mengasuh anak HIV. Kepatuhan berobat umumnya didapat dengan pendekatan terapi keluarga. Bayi umur < 18 bulan yang didiagnosis terinfeksi HIV dengan cara presumtif harus SEGERA mendapat terapi ARV. Namun diagnosis konfirmasi tetap perlu dilakukan dengan virologis <18 bulan atau serologis saat usia 18 bulan. Bila hasilnya negatif maka pemberian ARV dihentikan.
A. Tata laksana bayi dengan HIV Uraian Materi Pokok 3: Tatalaksana bayi positif HIV, Sifilis dan Hepatitis B Sumber: Permenkes No.23 tahun 2022
B. Tata laksana bayi dengan Sifilis Bayi dengan Klinis terbukti/kemungkinan besar Sifilis Kongenital Anjuran Terapi Anjuran Evaluasi Titer serologi nontreponema kuantitatif lebih tinggi sampai 4x lipat titer ibu Hasil positif pada pemeriksaan mikroskopis lapangan gelap dari cairan tubuh - Aqueous Crystaline Penisilin G 100.000 – 150.000 unit/Kg BB/hari, Injeksi IV 50.000 unit/kg BB/dosis IV setiap 12jam dalam 7hari pertama, dilanjutkan dengan setiap 8jam selama total 10 hati, atau ; - Prokain penisilin G 50.000 unit/kg BB/dosis.\, injeksi IM sekali suntik perhari selama 10 hari. Catatan: Bila ada pengobatan yang tidak diberikan lebih dari satu hari, maka pengobatan diulang dari awal. Analisis cairan serebrospinal (dilakukan di RS): VDRL, protein dan hitung sel Complete blood count differential count, platelet count. Tes lain, sesuai inddikasi klinis : Rontgen tulang Panjang, Rontgen toraks, Tes fungsi hati, USG Cranial, Pemeriksaan oftamologi, Respons pendengaran. Pengobatan harus segera diberikan setelah kelahiran, terutama jika ada tanda- tanda infeksi atau jika ibu terkonfirmasi memiliki Sifilis. Penisilin tetap menjadi pengobatan standar dan pemantauan lanjutan hingga usia 9- 12 bulan diperlukan untuk memastikan bayi terbebas dari infeksi. Uraian Materi Pokok 3: Tatalaksana bayi positif HIV, Sifilis dan Hepatitis B Bayi dengan Klinis terbukti/kemungkinan besar Sifilis Kongenital (Sumber: Pedoman Eliminasi Penularan HIV, Sifilis, Hepatitis B dari Ibu ke Anak, Kemkes, 2024)
Sumber: NEJM
B. Tata laksana bayi dengan Sifilis Uraian Materi Pokok 3: Tatalaksana bayi positif HIV, Sifilis dan Hepatitis B Bayi dengan klinis normal dan titer serologi Nontreponema Kuantitatif sama atau tidak melebihi 4x lipat titer Ibu Anjuran Terapi Anjuran Evaluasi Ibu belum diobati, pengobatan tidak adekuat, tidak ada catatan pernah diobati. Ibu diobati dengan eritromisin atau obat bukan penisilin lain Ibu diobati kurang dari 4 minggu sebelum partus Aqueous Crystaline Penisilin G 100.000 – 150.000 unit/Kg BB/hari, Injeksi IV 50.000 unit/kg BB/dosis IV setiap 12jam dalam 7hari pertama, dilanjutkan dengan setiap 8jam selama total 10 hati, atau ; Prokain penisilin G 50.000 unit/kg BB/dosis.\, injeksi IM sekali suntik perhari selama 10 hari. Analisis cairan serebrospinal (dilakukan di RS): VDRL, protein dan hitung sel Complete blood count differential count, platelet count. Rontgen tulang Panjang. Ibu sudah diobati saat hamil, pengobatan adekuat, sesuai stadium, diobati lebih 4 minggu sebelum partus. Tidak ada bukti ibu mengalami relaps atau reinfeksi Benzatin penisilin G 50.000 unit/kg BB/dosisi IM sekali suntik Pendapat lain : Tidak mengobati bayi, tetapi pengamatan ketat serologi bayi, bila si ibu titer serologi nontreponemal menurun 4x lipat sesudah terapi stabil atau rendah pada Sifilis lanjut. Tidak ada Ibu pengobatan adekuat sebelum hamil Ibu titer serologi nontreponemal tetap rendah dan stabil, sebelum dan selama kehamilan atau saat partus. (VDRL <1:2 & RPR ,1:4) Tidak perlu terapi Dapat diberikan terapi Benzatinn penisilin G 50.000 unit/kg BB/dosisi IM sekali suntik, terutama bila follow up meragukan. Tidak ada Bayi dengan klinis normal dan titer serologi Nontreponema Kuantitatif sama atau tidak melebihi 4x lipat titer Ibu. (Sumber: Pedoman Eliminasi Penularan HIV, Sifilis, Hepatitis B dari Ibu ke Anak, Kemkes, 2024)
C. Tata laksana bayi dengan Hepatitis B Uraian Materi Pokok 3: Tatalaksana bayi positif HIV, Sifilis dan Hepatitis B Prinsip tatalaksana bayi yang lahir dari ibu dengan Hepatitis B adalah: Diberikan HBO dan HBIg pada saat kelahiran sampai bayi berusia <72 jam Pemberian HB Ig setelah Vit K dan HBO, pada sisi paha yang sama dengan Vit K, dengan jarak 2cm ASI tetap boleh diberikan, sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan dimana ketentuan mengenai ASI tercantum mulai dari Pasal 24 hingga Pasal 48. Imunisasi lain sesuai jadwal dan evaluasi Hep B pada usia 9 bulan dst Anak yang terkena Hepatitis B kronik umumnya tidak memiliki gejala karena berada pada fase imunotoleran sehingga sebagian besar anak dengan Hepatitis B tidak terapi. Belum ada pengobatan medis yang spesifik diperuntukan bagi bayi yang lahir dengan diagnosis noenatal hepatitis. Maka penanganan yang biasanya dilakukan dokter adalah memberikan terapi Simplomatik, yaitu terapi yang diberikan berdasarkan gejala- gejala yang muncul pada pasien.
A. Pilihan pemberian makanan pada bayi dari ibu terinfeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B Uraian Materi Pokok 4: Pemberian makanan bagi bayi dari ibu HIV, Sifilis dan /atau Hepatitis B Prinsip Umum ASI adalah makanan terbaik untuk bayi ➤ Sesuai PP No. 28 Tahun 2024 (Pasal 24–48) ASI eksklusif selama 6 bulan , lalu: 6–12 bulan: makanan lunak keluarga 12 bulan ke atas: makanan keluarga penuh Bayi dari Ibu dengan Sifilis atau Hepatitis B Boleh diberikan ASI eksklusif Pemberian nutrisi sama seperti bayi pada umumnya Bayi dari Ibu dengan HIV Boleh ASI atau susu formula , dengan syarat: Dipilih salah satu saja ( tidak boleh mixed feeding) Mixed feeding = risiko tertinggi penularan HIV Karena merusak mukosa usus & membuka jalur infeksi Pertimbangan pemberian nutrisi yang dianjurkan bagi bayi lahir dari ibu terinfeksi HIV yang belum diketahui status HIV- nya sebagai berikut. ✔ Konseling pemilihan makanan bayi yang terkait risiko penularan HIV diberikan sejak sebelum persalinan. ✔ Pengambilan keputusan dapat dilakukan oleh ibu/keluarga setelah mendapat informasi dan konseling secara lengkap. Pilihan apapun yang diambil seorang ibu haruslah didukung. ✔ Pilihan yang diambil haruslah antara ASI saja atau susu formula saja (bukan mixed feeding). ✔ Sangat tidak dianjurkan untuk mencampur ASI dengan susu formula (Mixed feeding), karena memiliki risiko tertinggi untuk terjadinya penularan virus HIV kepada bayi. Hal ini karena susu formula adalah benda asing yang dapat menimbulkan perubahan mukosa dinding usus dan mempermudah masuknya virus HIV yang ada dalam ASI ke aliran darah bayi. ✔ lbu dengan HIV boleh memberikan susu formula bagi bayinya jika Ibu dapat memberikan susu formula bagi bayinya jika SELURUH syarat AFASS terpenuhi seperti dijelaskan pada tabel disamping ini.
A. Pilihan pemberian makanan pada bayi dari ibu terinfeksi HIV Uraian Materi Pokok 4: Pemberian makanan bagi bayi dari ibu HIV, Sifilis dan /atau Hepatitis B Acceptable Ibu tidak merasakan adanya hambatan untuk mengganti asupan nutrisi. Hambatan dapat berupa factor kultur, sosial, atau ketakutan terhadap stigma (diskriminasi). Sesuai dengan konsep ini Ibu tidak boleh berada di bawah tekanan sosial atau kultural untuk tidak menggunakan PASI. Ibu harus didukung oleh keluarga dan Masyarakat saat memilih memberikan PASI, dapat mengatasi tekanan dari keluarga dan lingkungan untuk menyusui, serta dapat mengatasi kemungkinan stigma yang terkait dengan pemberian PASI. Feasible Ibu (atau keluarga) memiliki pengetahuan, keterampilan, waktu yang adekuat, dan sumber daya lain untuk menyiapkan pembuatan PASI kurang lebih 12 kali dalam 24 jam. Sesuai dengan konsep ini, Ibu mengerti dan dapat mengikuti petunjuk pembuatan PASI. Ibu dengan dukungan keluarga dapat menyiapkan PASI dengan benar baik saat siang maupun malam hari tanpa mengganggu pekerjaan rumah tangga lainnya. Affordable Ibu dan keluarga dengan dukungan dari lingkungan atau sistem kesehatan bila dibutuhkan, dapat membayar biaya pembelian, persiapan dan penggunaan PASI, termasuk formulanya, air bersih, sabun dan perlengkapannya, serta bahan bakar untuk menyiapkan PASI, tanpa mengorbankan kesehatan dan gizi keluarga. Konsep ini juga mencakup akses terhadap perawatan medis dan biaya perawatan untuk diare bila diperlukan. Sustainable Tersedianya pasokan yang berkesinambungan dan tidak terputus untuk seluruh bahan dan peralatan yang dibutuhkan untuk membuat PASI, selama dibutuhkan (satu tahun atau lebih). Menurut konsep ini saat terjadi risiko bahwa formula tidak tersedia atau tidak dapat diakses, ada orang lain yang dapat mempersiapkan dan memberikan PASI tanpa ketidakhadiran Ibu. Safe Pengganti ASI harus dipersiapkan dengan benar dan higienis serta diberikan dalam kuantitas yang adekut menggunakan tangan dan peralatan yang bersih (diutamakan menggunakan gelas/cup). Konsep ini juga mencakup agar Ibu dan pelaku rawat dapat: Memiliki akses yang terpercaya terhadap air bersih Mempersiapkan PASI dengan kandungan nutrisi sesuai kebutuhan dan bebas dari patogen Dapat mencuci tangan dan peralatan yang dibutuhkan menggunakan sabun, serta merebus peralatan untuk proses sterilisasi secara teratur Dapat merebus air untuk mempersiapkan setiap pemberian PASI Dapat menyimpan bahan PASI dalam wadah yang bersih yang tertutup dan melindunginya dari hewan pengerat, serangga dan hewan lainnya.
B. Kelebihan dan kekurangan memberikan ASI dan susu formula bagi bayi dari ibu HIV Uraian Materi Pokok 4: Pemberian makanan bagi bayi dari ibu HIV, Sifilis dan /atau Hepatitis B Telah diketahui sebelumnya bahwa ASI merupakan makanan yang paling cocok untuk diberikan kepada bayi yang baru lahir. Tidak ada lagi makanan yang sesempurna ASI yang bisa dicerna oleh bayi dengan mudah, mencegah berbagai penyakit infeksi, serta merupakan sumber makanan yang baik untuk proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Namun jika ibu memiliki HIV positif, memberikan ASI pada bayi dikhawatirkan dapat menularkan bayi. ASI dapat mengandung virus HIV yang ada di ibu yang kemudian ditularkan ke bayi. Konseling pemilihan makanan bayi yang terkait risiko penularan HIV, diberikan sejak sebelum Keputusan ibu/keluarga p[ersalinan. dapat setelah Pengambilan dilakukan oleh mendapatkan informasi dan konseling secara lengkap. Pilihan apapun yang diambil seorang ibu haruslah didukung. AIR SUSU IBU SUSU FORMULA KELEBIHAN Meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi Meningkatkan kecerdasan bayi Menjaga berat badan bayi ideal Mengurangi risiko bayi terkena alergi Memperkuat hubungan ibu dan anak Adanya perlekatan membuat kedekatan ibu dan bayi Ekonomis Kenyamanan karena bisa dilakukan oleh siapa saja kapan saja. Tidak perlu khawatir apa yang dimakan, Sebab tidak ada makanan yang ibu konsumsi akan masuk ke system pencernaan bayi. KEKURANGAN Adanya penularan Virus saat ibu belum ARV Terjadinya perlukaan puting saat menyusui Ibu mendapat Stigma karena tidak menyusui bayinya Kurangnya Asupan antibody Tidak bisa menandingi kompleksitas ASI Susu formula menghasilkan gas dan sembelit Tidak Ekonomis Pemberian Makanan pada Bayi yang Lahir dari Ibu Sifilis dan Hepatitis B Tidak ada perlakuan khusus tentang pemberian makanan pada bayi yang lahir dari Ibu Sifilis dan Hepatitis B.
Permenkes No 27 Tahun 2017 tentang PPI di Fasyankes Permenkes No 52 Tahun 2017 - Permenkes No 21 Tahun 2021 Permenkes No 23 Tahun 2022 Permenkes No 6 Tahun 2024 tentang Standar Teknis Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Kesehatan (SPM) KMK No HK.01.07/ MENKES/90/2019 PNPK Tata Laksana HIV (2019) KMK No. HK.01.07/ Menkes/322/2019 tentang PNPK Tata Laksana Hepatitis B (2019) KMK No. HK.01.07/ MENKES/15/2023 tentang Percontohan Pemberian Antivirus pada Ibu Hamil untuk Pencegahan Transmisi Virus Hepatitis B dari Ibu ke Anak Pedoman Pelaksanaan pencegahan penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak bagi tenaga kesehatan Kementerian kesehatan RI, 2011, Buku Pedoman Nasional Pencegahan, Perawatan dan Pengobatan HIV/AIDS Kementerian Kesehatan RI, 2012, Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) Kementerian Kesehatan RI, 2009, Panduan Pelatihan Konselor Laktasi. WHO/UNICEF, Infant and Young Child Counselling: an Intergrated Course WHO, 2023, Prevention of Mother- to- child transmission of HIV. WHO, 2017, Guidelines for treatment of Treponema Pallidum (Syphilis). WHO, 2020, Hepatitis B vaccination in infants. REFERENSI
TERIMA KASIH
PENUGASAN Panduan Penugasan MPI. 2 (Tata Laksana bayi baru lahir dan balita dari ibu terinfeksi HIV, Sifilis dan epatitis B) Panduan Diskusi kelompok Tujuan : Peserta latih mampu mengidentifikasi kegiatan Tatalaksana bayi baru lahir dan balita dari ibu terinfeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B Waktu : 2 JPL x 45 menit = 90 Menit Bahan Penunjang Diskusi Kelompok : Bahan Tayang, Modul, LCD, Komputer, Pointer, Flip Chart , Kertas Plano, Spidol , Panduan diskusi kelompok, Alat tulis Langkah – Langkah Peserta dibagi dalam 3 kelompok (5 menit) Tiap kelompok menunjuk ketua kelompok dan notulen Tiap kelompok mendiskusikan topik: Kelompok 1 : Tatalaksana bayi baru lahir dari Ibu HIV, Sifilis dan Hepatitis B Kelompok 2 : Deteksi bayi apakah tertular dari Ibunya atau tidak Kelompok 3 : Eliminasi HIV, Sifilis dan Hepatitis B Masing- masing kelompok memilih salah satu puskemas peserta anggota kelompok sebagai lokus puskesmas yang akan dikaji: Penemuan kasus HIV, Sifilis dan Hepatitis B pada bayi Identifikasi permasalahan Mengidentifikasi penyebab masalah Menetapkan upaya penanggulangan masalah Waktu diskusi 30 menit Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya (masing- masing 10 menit) Kelompok lain menyampaikan tanggapan/masukan kepada kelompok (15 menit) Fasilitator membulatkan hasil diskusi (15 menit) 35
PENUGASAN 36 Panduan Penugasan MPI. 2 (Tata Laksana bayi baru lahir dan balita dari ibu terinfeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B) Panduan Bermain Peran Tujuan : Peserta latih mampu memperagakan kegiatan Tatalaksana bayi baru lahir dan balita dari ibu terinfeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B Waktu : 2 JPL x 45 menit = 90 Menit Bahan Penunjang Diskusi Kelompok : Bahan Tayang, Modul, LCD, Komputer, Pointer, Flip Chart , Kertas Plano, Spidol , Panduan diskusi kelompok, Alat tulis Langkah – Langkah Fasilitator menyampaikan akan dilakukan bermain peran kegiatan Tatalaksana bayi baru lahir dan balita dari ibu terinfeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B Fasilitator meminta atau memilih sukarelawan yang akan menjadi pemeran yaitu : Satu orang sebagai petugas kesehatan / bidan puskesmas Satu orang sebagai pasien/klien Satu orang pengamat utama (peserta lain juga mengamati) Fasilitator menyampaikan penjelasan tentang peran masing – masing Kepada setiap pemeran diberikan skenario dan tugasnya masing – masing untuk dipelajari Selama proses bermain peran pengamat dan peserta lain melakukan pengamatan dan membuat catatan Setelah selesai waktu bermain peran kurang lebih 10 menit, fasilitator menghentikan bermain peran Fasilitator memandu penyampaian hasil pengamatan Pada akhir sessi fasilitator menyampaian ulasan Skenario Bermain Peran Pemeran Petugas Puskesmas Anda adalah seorang bidan di puskesmas Sukarahayu, hari ini anda memeriksa ibu Lia seorang ibu yang baru saja melahirkan anak; status ibu adalah HIV Positif. Pada Pelayanan KIA apa yang akan anda tawarkan kepada ibu yang baru melahirkan tersebut? Komunikasikan kepada ibu agar ibu dapat memahami secara jelas Pemeran pasien (Ibu Lia) Anda adalah pasien yang baru saja melahirkan di puskesmas sukarahayu. Anda sudah memberitahukan status anda sebagai ODHIV (Orang Hidup dengn HIV), Sifilis dan Hepatitis B. Anda ingin segera membawa bayi Anda pulang ke rumah karena setelah melahirkan Anda ingin mendapatkan penjelasan dari ibu bidan karena bulan depan Anda dan keluarga akan pindah rumah ke Desa Sukamaju. Anda ingin segera pulang tidak mau banyak bicara dengan ibu bidan yang memeriksa anda.