2016_IHF Rules of the Game Bahasa Indonesia.docx

EkhohanungPrihanto 10 views 103 slides Jan 11, 2025
Slide 1
Slide 1 of 103
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64
Slide 65
65
Slide 66
66
Slide 67
67
Slide 68
68
Slide 69
69
Slide 70
70
Slide 71
71
Slide 72
72
Slide 73
73
Slide 74
74
Slide 75
75
Slide 76
76
Slide 77
77
Slide 78
78
Slide 79
79
Slide 80
80
Slide 81
81
Slide 82
82
Slide 83
83
Slide 84
84
Slide 85
85
Slide 86
86
Slide 87
87
Slide 88
88
Slide 89
89
Slide 90
90
Slide 91
91
Slide 92
92
Slide 93
93
Slide 94
94
Slide 95
95
Slide 96
96
Slide 97
97
Slide 98
98
Slide 99
99
Slide 100
100
Slide 101
101
Slide 102
102
Slide 103
103

About This Presentation

handball


Slide Content

Federasi
Bola-tangan
Internasional
IX.
Aturan Permainan
a) Bola-tangan Dalam Ruangan
Edisi: 1 Juli 2016
Edisi: 1 Juli 2016 Halaman
1

HalamEdisi: 1 Juli 2016
Daftar Isi
Kata Pengantar 4
Aturan Permainan 5
1.Lapangan Bermain 5
2.Waktu Permainan, Tanda Berakhir dan Time-Out 10
3.Bola Permainan 13
4.Tim Yang Bertanding, Pemain Pengganti, Peralatan, Cidera Pemain 14
5.Kiper 18
6.Daerah Gawang 20
7.Memainkan Bola, Permainan Pasif 22
8.Pelanggaran dan Tindakan Tidak Sportif 25
9.Membuat Angka 31
10.Lemparan Ke Atas 33
11.Lemparan Ke Dalam 34
12.Lemparan Kiper 35
13.Lemparan Bebas 36
14.Lemparan 7-Meter 39
15.Petunjuk Umum Eksekusi Lemparan 41
(Lemparan Ke Atas, Lemparan Ke Dalam, Lemparan Kiper, Lemparan Bebas dan
Lemparan 7-Meter)
16.Hukuman-hukuman 44
17.Wasit-wasit 48
18.Penjaga Waktu dan Penjaga Skor 50
Sinyal Tangan 51

HalamEdisi: 1 Juli 2016
Klarifikasi terhadap Aturan Bermain 61
Regulasi Daerah Pergantian Pemain 76
Petunjuk dan Interpretasinya 79
Petunjuk Lapangan Bermain dan Gol 97

HalamEdisi: 1 Juli 2016
Kata
Pengantar
Aturan Bermain berikut ini akan mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2016.
Teks peraturan, komentar, isyarat tangan FBI, klarifikasi peraturan permainan, dan regulasi area
pergantian pemain merupakan komponen dari peraturan secara keseluruhan.
Mohon dicatat juga “Aturan dan Interpretasinya” yang terintegrasi dan memberikan petunjuk
tambahan pada aplikasi aturan-aturan tertentu. Versi sebelumnya yang diterbitkan pada tahun
2010 dengan pemutakhirannya tidak berlaku lagi. “Aturan dan Interpretasinya” akan
diperluas, apabila diperlukan.
“Aturan untuk Lapangan Bermain dan Gawang”, yang termasuk di dalam buku peraturan
yang disediakan untuk kemudahan pengguna, bukanlah bagian integral dari aturan bermain.
Catatan:
Untuk kemudahan maka buku aturan bermain ini secara umum menggunakan pola gender pria
yang berhubungan dengan pemain, pejabat, wasit dan pihak lainnya.
Namun aturan bermain diterapkan sama baik untuk partisipan pria dan wanita, kecuali yang
berkenaan dengan ukuran bola permainan (lihat Aturan ke-3).

HalamEdisi: 1 Juli 2016
A TURAN 1
Lapangan Bermain
1:1 Lapangan bermain (lihat diagram 1) berukuran panjang 40 meter dan lebar 20 meter
empat persegi panjang, terdiri dari dua daerah gawang (lihat 1:4 dan 6) serta daerah
bermain. Garis batas yang paling panjang dinamakan garis tepi, dan yang lebih pendek
dinamakan garis gawang (di antara tiang-tiang gawang) atau garis luar gawang (di
kedua sisi gawang).
Perlu ada daerah aman yang mencakup lapangan bermain dengan lebar setidaknya 1
meter sepanjang batas tepi dan 2 meter di belakang garis-garis gawang.
Karakteristik lapangan bermain tidak boleh diubah ketika permainan berlangsung
sedemikian rupa sehingga ada tim yang diuntungkan.
1:2 Gawang (lihat diagram 2a dan 2b) diletakkan di tengah masing-masing garis terluar
gawang. Gawang-gawang harus dipasang dengan kuat di lantai atau di dinding di
belakangnya. Bagian dalam gawang-gawang tersebut mempunyai tinggi 2 meter dan
lebar 3 meter.
Tiang-tiang gawang dihubungkan dengan palang horizontal. Bagian belakang tiang
gawang harus sejajar dengan batas belakang dari garis gawang. Tiang-tiang gawang
dan palang horizontal harus mempunyai persilangan seluas 8 cm persegi. Pada tiga sisi
yang terlihat dari lapangan harus dicat dengan dua warna yang kontras, yang mana juga
kontras dengan latar belakangnya.
Gawang-gawang harus mempunyai jaring, yang terpasang sedemikian rupa sehingga
ketika bola masuk ke dalam gawang maka bola tersebut tetap berada di dalam gawang.
1:3 Semua garis di lapangan adalah bagian dari daerah yang diliputinya. Garis-garis gawang
mempunyai lebar 8cm di antara tiang-tiang gawang (lihat diagram 2a), yang mana
garis-garis lainnya mempunyai lebar 5cm.
Garis-garis di antara dua daerah yang berdekatan dapat diganti dengan daerah berwarna
kontras di antara lantai yang berdekatan.
1:4 Di depan masing-masing gawang terdapat daerah gawang (lihat diagram 5, halaman
100). Daerah gawang adalah daerah yang dibatasi oleh garis daerah gawang (sepanjang
6 meter), yang digambarkan sebagai berikut:
a)sebuah garis sepanjang 3 meter di depan gawang; garis ini paralel dengan garis
gawang dan terletak 6 meter dari garis gawang (diukur dari batas belakang dari garis
gawang ke batas depan garis daerah gawang);
b)dua perempat lingkaran, masing-masing dengan radius 6 meter (diukur dari
seperempat sudut bagian dalam tiang-tiang gawang), menghubungkan garis sepanjang
3 meter dengan garis gawang bagian terluar (lihat diagram 1 dan 2a).
1:5 Garis lemparan bebas (garis sepanjang 9 meter) adalah garis putus-putus, digambar 3

HalamEdisi: 1 Juli 2016
meter di luar garis daerah gawang. Setiap bagian garis putus-putus dan jarak di
antaranya panjangnya 15cm (lihat diagram 1).
1:6 Garis sepanjang 7 meter adalah garis sepanjang 1 meter, tepat di depan gawang. Garis
tersebut paralel dengan garis gawang terletak 7 meter dari garis gawang (diukur dari
batas belakang garis gawang ke batas depan garis 7 meter tersebut); (lihat diagram 1).
1:7 Garis pembatas kiper (yaitu garis sepanjang 4 meter) adalah garis sepanjang 15cm, tepat
di depan gawang. Garis tersebut paralel dengan garis gawang dan terletak 4 meter
darinya (diukur dari batas belakang garis gawang ke batas depan garis 4 meter tersebut);
(lihat diagram 1).
1:8Garis tengah menghubungkan titik-titik tengah dari dua garis tepi (lihat diagram 1 dan 3).
1:9 Garis pergantian pemain (bagian dari garis tepi) untuk masing-masing tim dimulai dari
garis tengah ke sebuah titik yang berjarak 4,5 meter dari garis tengah. Titik akhir dari
garis pergantian pemain ini ditambahkan dengan sebuah garis yang paralel dengan garis
tengah, yaitu sepanjang 15cm di dalam pinggir lapangan dan 15cm di luar pinggir
lapangan (lihat diagram 1 dan 3).
Catatan:
Persyaratan teknis lebih detail untuk lapangan bermain beserta gawang-gawangnya dapat
dibaca di Petunjuk untuk Lapangan Bermain dan Gawangnya, dimulai dari halaman 97.

HalamEdisi: 1 Juli 2016
Diagram 1: Dimensi lapangan
bermain diukur dalam cm.
Daerah gawang: lihat juga diagram 5 (halaman 100)

HalamEdisi: 1 Juli 2016
Diagram 2a: Gawang

HalamEdisi: 1 Juli 2016
Diagram 2b: Gawang – dilihat dari samping
Diagram 3: Garis-garis dan daerah pergantian pemain
Meja penjaga waktu, penjaga skor, dan bangku-bangku pemain pengganti harus diletakkan
sedemikian rupa sehingga penjaga skor/waktu dapat melihat garis-garis pergantian pemain.
Meja tersebut harus diletakkan lebih dekat dengan garis pinggir lapangan dibanding dengan
bangku-bangku pemain pengganti, namun sedikitnya 50cm di luar garis pinggir lapangan.

Edisi: 1 Juli Hala
A TURAN 2
Waktu Permainan, Tanda Berakhir dan Waktu Jeda
Waktu Permainan
2:1 Waktu permainan normal untuk semua tim dengan pemain berusia 16 tahun ke atas
adalah 2 paruh waktu 30 menit. Waktu istirahat tengah main biasanya selama 10 menit.
Waktu normal permainan untuk tim muda adalah 2 x 25 menit bagi grup usia 12-16 dan
2 x 20 menit untuk grup usia 8-12. Pada kedua kondisi waktu istirahat paruh main
biasanya selama 10 menit.
Catatan:
IHF, para konfederasi benua, dan para federasi nasional mempunyai hak mengubah aturan
dalam domain yang merupakan tanggung-jawab mereka mengenai istirahat paruh main.
Waktu istirahat paruh main paling lama selama 15 menit.
2:2 Waktu tambahan dimainkan setelah istirahat selama 5 menit, jika pertandingan seri
setelah waktu bermain reguler dimainkan dan pemenang harus ditentukan. Periode
waktu tambahan terdiri dari 2 paruh waktu 5 menit, dengan waktu paruh main 1 menit.
Jika pertandingan masih seri setelah periode waktu tambahan pertama maka periode
kedua dimainkan setelah istirahat selama 5 menit. Periode waktu tambahan ini juga
terdiri dari 2 paruh waktu 5 menit, dengan waktu paruh main 1 menit.
Jika pertandingan masih seri, pemenang ditentukan sesuai aturan kompetisi yang sedang
dimainkan. Dalam kasus dimana perlu diambil keputusan untuk menggunakan lemparan
7 meter sebagai pengakhir hasil seri untuk menentukan pemenang maka langkah-
langkah berikut harus dilakukan.
Komentar:
Jika lemparan 7 meter digunakan sebagai pengakhir hasil seri maka pemain yang tidak
diskors atau didiskualifikasi sampai akhir pertandingan boleh ikut ambil bagian (lihat Aturan
4:1, Paragraf ke-4). Setiap tim memilih 5 pemainnya. Para pemain tersebut masing-masing
melempar satu kali, bergantian dengan para pemain dari tim lawan. Tim-tim tersebut tidak
harus menentukan urutan dari para pelempar mereka. Para kiper boleh dipilih secara bebas
dan diganti dengan pemain yang berhak untuk bermain. Para pemain berhak untuk bermain
dalam lemparan 7 meter sebagai pelempar dan kiper.
Wasit menentukan gawang mana yang digunakan. Wasit melempar koin dan tim yang menang
memilih untuk melempar lebih dulu atau tidak. Urutan berlawanan digunakan untuk semua
lemparan selanjutnya jika lemparan harus berlanjut karena skor masih seri setelah lima
lemparan pertama masing-masing.
Untuk kelanjutannya maka setiap tim memilih lagi lima pemain. Semua atau beberapa
pemain boleh mengulang seperti di ronde pertama. Cara memilih lima pemain ini berlanjut
selama diperlukan. Namun pemenangnya kali ini ditentukan segera setelah terjadi perbedaan
skor setelah kedua tim telah melempar dalam jumlah yang sama.

Edisi: 1 Juli Hala
Para pemain dapat didiskualifikasi untuk keikutsertaan selanjutnya dalam lemparan 7 meter
apabila ada kasus tidak sportif yang nyata atau berulang (16:6e). Apabila hal ini terjadi pada
pemain dalam grup lima pelempar yang telah dinominasikan maka tim yang bersangkutan
harus menominasikan seorang pelempar lainnya.

Edisi: 1 Juli Hala
Tanda Berakhir
2:3 Waktu bermain dimulai ketika wasit meniup peluit tanda lemparan awal. Pertandingan
berakhir saat tanda berakhir otomatis berbunyi dari jam publik atau dari penjaga waktu.
Apabila tanda tidak berbunyi maka wasit, penjaga waktu atau delegasi membunyikan
peluit untuk memberitahukan bahwa waktu bertanding sudah selesai (17:9).
Komentar:
Jika jam publik dengan tanda berakhir otomatis tidak tersedia maka penjaga waktu dapat
menggunakan jam meja atau stopwatch dan mengakhiri pertandingan dengan tanda berakhir
(18:2, Paragraf ke-2).
2:4 Semua pelanggaran dan tindakan tak sportif yang terjadi sebelum atau bersamaan dengan
bunyi peluit akhir (untuk paruh waktu atau akhir waktu, dan juga untuk akhir paruh
waktu di perpanjangan waktu) akan diberi hukuman, dan juga jika pada akibatnya
lemparan ke dalam (di bawah Aturan 13:1) atau lemparan 7-meter tidak dapat dilakukan
sampai dengan setelah berakhirnya bunyi peluit akhir.
Persis dengan hal tersebut, lemparan ke dalam harus diulang apabila peluit akhir (untuk
separuh waktu atau akhir waktu permainan, dan juga pada saat perpanjangan waktu)
berbunyi tepat pada saat lemparan ke dalam atau lemparan 7-meter telah dilakukan atau
ketika bola sudah mengudara.
Untuk kedua kasus maka para wasit mengakhiri permainan hanya setelah lemparan ke
dalam atau lemparan 7-meter telah dilakukan (atau dilakukan ulang) dan hasil
langsungnya telah dilakukan.
2:5 Untuk lemparan-lemparan ke dalam (atau yang telah dilakukan ulang) di bawah Aturan
2:4, batasan-batasan khusus dilakukan sehubungan dengan posisi-posisi dan juga
pergantian-pergantian pemain. Sebagai pengecualian untuk fleksibilitas pergantian
normal dalam Aturan 4:4, suatu pergantian dibolehkan apabila hanya untuk satu pemain
di tim yang sedang menyerang; dan juga apabila tim yang sedang bertahan dibolehkan
untuk mengganti pemain di lapangan dengan seorang kiper apabila tim ini sedang
bermain tanpa seorang kiper ketika peluit akhir telah berbunyi. Segala pelanggaran
akan diberi hukuman seperti tertulis di Aturan 4:5, paragraf pertama. Dan juga apabila
pemain yang satu tim dengan pelempar harus berada setidaknya 3 meter dari pelempar,
sebagai tambahan karena di luar garis lemparan ke dalam dari tim lainnya (13:7, 15:6;
lihat juga Klarifikasi No. 1). Posisi-posisi para pemain bertahan seperti dimaksud dalam
Aturan 13:8.
2:6 Para pemain dan ofisial tim tetap menjadi subyek atas hukuman perorangan untuk segala
pelanggaran dan tindakan tidak sportif yang terjadi selama dijalankannya lemparan ke
dalam atau lemparan 7-meter dalam keadaan sebagaimana dijelaskan dalam Aturan 2:4-
5. Pelanggaran yang terjadi pada saat dilakukannya lemparan tersebut tidak dapat
menyebabkan sebuah lemparan bebas untuk arah yang berlawanan.
2:7 Apabila para wasit menandakan bahwa penjaga waktu telah memberikan peluit akhir
(untuk separuh waktu atau akhir permainan, dan juga pada saat perpanjangan waktu)
terlalu dini, mereka harus memastikan para pemain masih di dalam lapangan dan
memainkan sisa waktu permainan.
Tim yang sedang memegang bola pada saat bunyi peluit yang terlalu cepat tersebut akan
tetap memegang bola ketika permainan berlanjut. Apabila bola permainan sedang tidak

Edisi: 1 Juli Hala
di pihak mana pun maka permainan diulang dengan lemparan sesuai sesuai situasi yang
sedang terjadi. Ketika bola permainan sedang dimainkan maka permainan diulang
dengan sebuah lemparan bebas sesuai Aturan 13:4a-b.
Apabila di paruh waktu pertama (atau di periode perpanjangan waktu) telah berakhir
terlalu lama maka paruh kedua harus diperpendek sesuai aturan. Apabila paruh kedua
permainan (atau pada perpanjangan waktu) telah berakhir terlalu lama maka para wasit
tidak berhak untuk mengubah apapun.

Edisi: 1 Juli Hala
Waktu Jeda
2:8Para wasit menentukan dimulainya dan panjang waktunya atas waktu yang terpakai
(“waktu jeda”).
Suatu waktu jeda harus dilakukan apabila:
a)sebuah hukuman atau diskualifikasi diberikan;
b)waktu jeda dikabulkan;
c)ditiupnya peluit dari penjaga waktu atau dari delegasi;
d)konsultasi di antara para wasit diperlukan sesuai dengan Aturan 17:7.
Suatu waktu jeda juga biasanya diberikan pada situasi tertentu, tergantung pada keadaan
(lihat Klarifikasi No. 2).
Pelanggaran selama waktu jeda berakibat sama dengan pelanggaran sepanjang waktu
bermain (16:10).
2:9 Intinya adalah para wasit menentukan kapan waktu harus dihentikan dan dimulai
sehubungan dengan suatu waktu jeda.
Terganggunya waktu bermain di indikasikan kepada penjaga waktu dengan cara tiga
tiupan pendek dan sinyal tangan no. 15.
Namun pada kasus waktu jeda wajib dimana permainan terganggu oleh tanda
berbunyinya peluit dari penjaga waktu atau Delegasi (2:8b-c) maka penjaga waktu harus
menghentikan waktu yang resmi dengan segera tanpa menunggu konfirmasi dari para
wasit.
Peluit harus dibunyikan untuk mengindikasikan diulangnya permainan setelah waktu jeda
(15:5b).
Komentar:
Suatu bunyi peluit dari penjaga waktu/delegasi secara efektif menghentikan permainan.
Bahkan jika para wasit (dan para pemain) tidak segera menyadari bahwa permainan telah
dihentikan maka segala tindakan di lapangan setelah bunyi peluit tidak akan berlaku. Hal ini
berarti bahwa jika sebuah gol dicetak setelah bunyi peluit dari meja maka gol tersebut tidak
sah. Sama halnya keputusan memberikan lemparan ke dalam untuk suatu tim (lemparan 7-
meter, lemparan bebas, lemparan ke dalam, lemparan ke atas atau lemparan oleh kiper) juga
tidak sah. Maka permainan akan dimulai lagi dengan cara sesuai situasi yang terjadi ketika
penjaga waktu/Delegasi meniup peluit. (Harus diingat bahwa alasan terjadinya hal tersebut
adalah ketika waktu jeda tim atau pergantian pemain yang salah terjadi).
Namun segala hukuman pribadi yang diberikan oleh para wasit di antara waktu ketika peluit
dibunyikan oleh penjaga waktu/delegasi dan ketika para wasit menghentikan permainan
berlaku secara sah. Hal ini berlaku tanpa memandang pelanggaran dan seberapa serius
hukuman yang diberikan.
2:10 Setiap tim berhak untuk menerima satu satu-menit waktu jeda pada setiap paruh waktu
dari permainan reguler, namun tidak dalam hal perpanjangan waktu. (Klarifikasi No. 3).
Catatan:
IHF, para konfederasi kontinental dan federasi nasional mempunyai hak untuk menjalankan
aturan-aturan yang dibelokkan di dalam daerah tanggung jawab mereka mengenai jumlah
waktu jeda tim, dengan alasan bahwa setiap tim berhak untuk menerima waktu jeda 1-menit
sebanyak tiga kali di setiap permainan (tidak termasuk perpanjangan waktu) namun
dibolehkan untuk diberikan paling banyak dua kali waktu jeda tim sepanjang waktu bermain
reguler. (Lihat catatan di dalam Klarifikasi No. 3).

Edisi: 1 Juli Hala
A TURAN 3
Bola Permainan
3:1Bola permainan terbuat dari kulit atau materi sintetis. Bola harus berbentuk bulat.
Permukaannya tidak boleh berkilau atau licin (17:3).
3:2 Ukuran bola, yaitu lingkar dan beratnya, yang akan dipakai sesuai kategori-kategori tim
yang berbeda adalah sebagai berikut:
-58-60cm dan 425-475g (IHF Ukuran 3) untuk Putra dan Remaja Putra (di atas usia 16
tahun);
-54-56cm dan 325-375g (IHF Ukuran 2) untuk Putri dan Remaja Putri (di atas usia 14
tahun), dan Remaja Putra (usia 12-16 tahun);
-50-52cm dan 290-330g (IHF Ukuran 1) untuk Remaja Putri (usia 8-14 tahun), dan
Remaja Putra (usia 8-12 tahun).
Komentar:
Persyaratan-persyaratan teknis untuk bola-bola permainan yang digunakan pada semua
permainan internasional dijelaskan di dalam “Aturan bola IHF”.
Ukuran dan berat bola yang akan digunakan untuk “Bolatangan-Mini” tidak diatur dalam
aturan bermain normal.
3:3 Untuk setiap permainan harus ada setidaknya dua bola permainan. Bola-bola cadangan
harus segera ada di atas meja penjaga waktu sepanjang permainan. Bola-bola permainan
harus memenuhi persyaratan di Aturan 3:1-2.
3:4 Para wasit menentukan kapan bola cadangan dipakai. Apabila hal itu terjadi maka para
wasit harus mengambil bola cadangan tersebut secepatnya untuk dimainkan dan untuk
meminimalisir gangguan dan juga menghindari waktu jeda.

Edisi: 1 Juli Hala
A TURAN 4
Tim Yang Bertanding, Pemain Pengganti, Peralatan, Cidera Pemain
Tim Yang Bertanding
4:1Sebuah tim yang terdiri atas sampai dengan 14 pemain.
Pemain-pemain yang berada di dalam lapangan pada waktu yang sama tidak boleh
melebihi 7 pemain. Pemain-pemain lainnya adalah pemain pengganti.
Pemain yang ditunjuk menjadi kiper dibolehkan untuk menjadi pemain lapangan kapanpun juga
(harap dicatat pada komentar Aturan 8:5, paragraf ke-2) Hal yang sama juga bahwa pemain
lapangan dibolehkan menjadi kiper kapanpun juga selama dia ditunjuk menjadi kiper
(namun lihat 4:4 dan 4:7).
Apabila salah satu tim bermain tanpa kiper maka maksimal 7 pemain lapangan
dibolehkan untuk berada di lapangan permainan pada saat yang sama (lihat Aturan 4:7,
6:1, 6:2c, 6:3, 8:7f, 14:1a).
Aturan 4:4-4:7 diterapkan pada saat pergantian kiper menjadi pemain lapangan.
Salah satu tim harus mempunyai setidaknya 5 pemain di lapangan pada saat
dimulainya permainan.
Jumlah pemain suatu tim dapat ditambah sampai dengan 14 kapanpun juga sepanjang
permainan, termasuk saat perpanjangan waktu.
Permainan boleh berlanjut walaupun salah satu tim berkurang menjadi kurang dari 5
pemain di lapangan. Para wasit menentukan apakah dan kapankah suatu permainan
harus dihentikan selamanya (17:12)
Catatan:
IHF, konfederasi-konfederasi benua dan federasi-federasi nasional mempunyai hak untuk
mengubah aturan dalam domain yang merupakan tanggung-jawab mereka mengenai jumlah
pemain. Namun pemain yang bermain tidak boleh melebihi 16 orang.
4:2 Suatu tim dibolehkan untuk membawa maksimal 4 ofisial tim sepanjang permainan. Para
ofisial tersebut tidak dibolehkan untuk diganti sepajang permainan. Salah satu dari
mereka harus ditunjuk sebagai “penanggung jawab ofisial tim”. Hanya ofisial tim inilah
yang dibolehkan untuk berkomunikasi dengan penjaga waktu/penjaga skor dan juga
para wasit (namun lihat juga Klarifikasi No.3).
Seorang ofisial tim pada umumnya tidak dibolehkan untuk memasuki lapangan
sepanjang pertandingan berlangsung. Pelanggaran aturan ini akan diberikan hukuman
sebagai tindakan tidak sportif (lihat 8:7-10, 16:1b, 16:3e-g dan 16:6c). Permainan
dimulai ulang dengan lemparan bebas bagi tim lawan (namun lihat 13:1a-b, Klarifikasi
No. 7).

Edisi: 1 Juli Hala
‘Ofisial tim penanggung-jawab’ memastikan bahwa, ketika permainan telah dimulai,
tidak seorangpun dibolehkan untuk berpartisipasi (lihat 4:3) di daerah pergantian
pemain kecuali ofisial tim yang terdaftar (maksimal 4 orang) dan para pemain. Dia
juga bertanggung jawab atas terpenuhinya syarat-syarat dengan aturan di Daerah
Pergantian Pemain. Pelanggaran berujung ke hukuman progresif bagi ‘ofisial tim
penanggung-jawab’ (16:1b, 16:3e dan 16:6c).
4:3 Seorang pemain atau ofisial tim dibolehkan untuk berpartisipasi apabila dia hadir di awal
permainan dan termasuk dalam lembaran skor.
Para pemain dan ofisial tim yang tiba setelah permainan dimulai harus mendapatkan ijin
partisipasi mereka dari penjaga waktu/penjaga skor dan harus dimasukkan dalam
lembaran skor.
Seorang pemain yang dibolehkan untuk berpartisipasi boleh, pada prinsipnya, untuk
memasuki lapangan melalui garis pergantian pemain dari tim yang bersangkutan (lihat
juga 4:4 dan 4:6).
‘Ofisial tim penanggung jawab’ memastikan bahwa hanya para pemain yang dibolehkan
bermain memasuki lapangan. Pelanggaran akan diberi hukuman sebagai tindakan tak
sportif oleh ‘ofisial tim penanggung jawab’ (13:1a-b, 16:1b 16:3D, dan 16:6c; namun
lihat Klarifikasi No. 7).
Pergantian Pemain
4:4 Pemain pengganti dibolehkan untuk masuk ke lapangan kapanpun juga dan berulang
(namun lihat Aturan 2:5 dan Aturan 4:11) tanpa memberitahukan penjaga
waktu/penjaga skor, selama pemain yang mereka gantikan sudah meninggalkan
lapangan (4:5).
Para pemain yang terlibat dalam pergantian pemain harus selalu meninggalkan dan
memasuki lapangan melewati garis pergantian pemain tim mereka (4:5). Persyaratan ini
juga diterapkan di pergantian para kiper (lihat juga 4:7 dan 14:10).
Aturan-aturan pergantian pemain juga diterapkan selama waktu jeda (kecuali selama
waktu jeda tim).
Komentar:
Maksud konsep ‘garis pergantian pemain’ adalah untuk memastikan pergantian pemain yang
adil dan teratur. Hal tersebut tidak untuk menghukum pada situasi yang berbeda, dimana
seorang pemain melangkah melalui batas garis atau bagian luar dari garis gol dengan cara
yang wajar dan tanpa berniat untuk mengambil keuntungan (contohnya, mengambil air atau
handuk di bangku cadangan yang terletak di luar garis pergantian pemain atau
meninggalkan lapangan dengan cara tidak sportif ketika menerima hukuman dan melewati
garis tepi di bangku cadangan namun sedikit di luar garis 15cm). Penggunaan daerah di luar
lapangan secara taktis maupun penyalahgunaannya dibahas secara terpisah di Aturan 7:10.
4:5 Pergantian pemain secara tidak wajar akan diberi hukuman dengan penangguhan selama
2 menit untuk pemain yang bersalah tersebut. Apabila lebih dari satu pemain dari tim
yang sama bersalah atas pergantian pemain yang tidak wajar maka hanya pemain
pertama yang melakukan pelanggaran yang akan diberi hukuman.
Permainan dimulai ulang dengan lemparan bebas bagi tim lawan (namun lihat 13:1a-b,
Klarifikasi No. 7).

Edisi: 1 Juli Hala
4:6 Apabila seorang pemain tambahan memasuki lapangan tanpa adanya pergantian pemain
atau apabila seoran pemain melanggar dengan cara melanggar permainan dari daerah
pergantian pemain maka akan ditangguhkan selama 2 menit bagi pemain tersebut. Jadi
tim yang bersangkutan harus dikurangi satu pemain di lapangan selama 2 menit (selain
fakta bahwa pemain yang masuk lapangan harus meninggalkan lapangan).
Apabila seorang pemain memasuki lapangan dalam kondisi sedang ditangguhkan
selama 2 menit , maka dia akan diberikan tambahan penangguhan selama 2 menit.
Penangguhan ini dimulai segera jadi tim yang bersangkutan berkurang pemainnya di
lapangan selama waktu yang berselang antara penangguhan pertama dan kedua.
Untuk kedua kasus permainan dimulai ulang dengan lemparan bebas bagi tim lawan
(namun lihat 13:1a-b, Klarifikasi No. 7).
Peralatan
4:7 Semua pemain di lapangan dalam satu tim harus memakai kostum yang sama. Kombinasi
warna dan desain bagi kedua tim harus secara jelas berbeda satu dengan yang lainnya.
Semua pemain yang bermain dalam posisi sebagai kiper harus memakai warna yang
sama, warna yang terlihat beda dengan para pemain lapangan kedua tim dan juga kiper
dari tim lawan (17:3).
4:8 Para pemain diharuskan untuk memakai nomor yang tembus pandang yang setidaknya 20
cm tinggi di bagian punggung baju dan setidaknya 10 cm tingginya di bagian dada baju.
Nomor yang dipakai adalah antara 1 dan 99. Seorang pemain yang berpindah posisi
antara pemain lapangan dan kiper diharuskan memakai nomor yang sama di dada dan
punggung.
Warna angka harus secara jelas kontras dengan warna dan desain baju yang dikenakan
para pemain.
4:9 Para pemain diharuskan mengenakan sepatu olahraga.
Memakai alat-alat yang berbahaya bagi pemain lainnya atau memberikan keuntungan
bagi pemain tertentu secara tidak layak adalah tidak diperbolehkan. Hal ini termasuk,
contohnya, pengaman kepala, topeng muka, sarung tangan, gelang, arloji, cincin,
tindikan yang terlihat, kalung atau rantai, anting, kacamata tanpa talinya atau dengan
frame yang kokoh atau obyek-obyek lainnya yang berbahaya (17:3).
Para pemain yang tidak memenuhi persyaratan ini tidak diperbolehkan untuk ikut ambil
bagian sampai masalah tersebut mereka koreksi.
Cincin datar, anting kecil atau tindikan yang terlihat dapat diperbolehkan sepanjang
diberi plester sedemikian rupa sehingga tidak berbahaya bagi pemain lainnya. Ikat
kepala, kain kepala dan tanda kapten di bahu diperbolehkan selama terbuat dari bahan
yang lembut dan elastis.
Ofisial tim penanggung jawab menyatakan setuju dengan menandatangani laporan
pertandingan sebelum pertandingan dimulai bahwa semua pemain telah memenuhi
syarat peralatan. Apabila para wasit menemukan peralatan yang tidak layak pakai
setelah pertandingan dimulai (menurut Aturan 4:9) maka ofisial tim yang bertanggung
jawab akan dihukum secara bertahap dan pemain yang bersangkutan diharuskan
meninggalkan lapangan bermain sampai ada perbaikan masalah.

Edisi: 1 Juli Hala
Apabila tim yang bertanding meragukan apa pun mengenai peralatan yang digunakan
maka ofisial tim penanggung jawab wajib menghubungi para wasit atau delegasi
sebelum dimulainya pertandingan (lihat juga “Aturan Main dan Interpretasinya,
Lampiran 2).

Edisi: 1 Juli Hala
Cidera Pemain
4:10 Pemain yang berdarah atau ada darah di tubuh atau seragamnya harus meninggalkan
lapangan segera dan secara sukarela (melalui pergantian pemain secara normal) agar
pendarahan dihentikan, lukanya ditutup, dan tubuh serta seragamnya dibersihkan.
Pemain tersebut tidak boleh memasuki lapangan sampai hal di atas telah dilakukan.
Seorang pemain yang tidak mengikuti petunjuk wasit dalam hubungannya dengan
ketentuan ini dianggap melakukan hal yang tidak sportif (8:7, 16:1b dan 16:3d)
4:11 Pada kasus cidera, wasit dapat memberikan ijin (melalui isyarat tangan no 15 dan 16)
bagi dua orang yang boleh berpartisipasi (lihat 4:3) untuk memasuki lapangan saat time-
out, dengan maksud spesifik membantu pemain yang cidera dari tim mereka.
Setelah menerima perawatan medis di lapangan, pemain tersebut harus meninggalkan
lapangan segera. Ia hanya dapat memasuki lapangan kembali setelah serangan ketiga
dari timnya (prosedur dan perkecualian liat Klarifikasi No. 8).
Tanpa memperhitungkan jumlah serangan, pemain tersebut dapat memasuki lapangan
kembali ketika permainan dilanjutkan setelah waktu paruh main berakhir. Jika pemain
tersebut memasuki lapangan terlalu cepat, ia akan dihukum menurut peraturan 4:4-4:6.
Catatan:
Hanya federasi nasional yang berhak menangguhkan Peraturan 4:11, paragraf ke 2 dalam
pertandingan untuk kategori muda.
Jika personil tambahan memasuki lapangan setelah dua orang telah memasuki lapangan,
termasuk personil dari tim yang tidak bersangkutan, ia dikenakan hukuman masuk
secara illegal, jika seorang pemain dengan Peraturan 4:6 dan 16:3a, dan jika seorang
pejabat tim dengan Peraturan 4:2, 16:1b, 16:3d, dan 16:6c. Seorang yang telah diijinkan
memasuki lapangan dalam Peraturan 4:11, paragraf 1, bukannya membantu pemain
yang cidera, tetapi memberikan arahan kepada pemain, mendekati lawan, atau wasit,
dsb, dianggap melakukan tindakan tidak sportif (16:1b, 16:3d, dan 16:6c).

Edisi: 1 Juli Hala
A TURAN 5
Kiper
Kiper diperkenankan untuk:
5:1menyentuh bola dengan bagian apapun tubuhnya ketika bertahan dalam daerah gawang;
5:2 bergerak dengan bola dalam daerah gawang, tanpa melanggar aturan yang berlaku bagi
pemain lapangan (7:2-4, 7:7); namun kiper tidak boleh menunda eksekusi lemparan
kiper (6:4-5, 12:2, dan 15:5b);
5:3 meninggalkan daerah gawang tanpa bola dan ikut bermain di daerah bermain; ketika
melakukannya, kiper mengikuti peraturan yang berlaku bagi pemain dalam daerah
bermain (kecuali pada situasi yang dijelaskan dalam Aturan 8:5 Komentar, paragraf ke
2). Kiper dianggap meninggalkan daerah gawang setelah bagian apapun tubuhnya
menyentuh lantai di luar garis daerah gawang.
5:4 meninggalkan daerah gawang dengan bola dan memainkannya lagi dalam daerah bermain
jika ia belum mampu mengendalikan bola tersebut.
Kiper tidak diperkenankan untuk:
5:5membahayakan lawan ketika bertahan (8:3, 8:5, 8:5 Komentar, 13:1b);
5:6 meninggalkan daerah gawang dengan bola dalam kendali; ini menyebabkan lemparan
bebas (menurut 6:1, 13:1a dan 15:7, paragraf ke 3), jika wasit telah meniup peluit
untuk melakukan lemparan kiper; jika belum, lemparan kiper cukup diulangi (15:7,
paragraf 2); namun lihat interpretasi manfaat dalam 15:7, jika kiper kehilangan bola di
luar daerah gawang setelah melewati garis dengan bola di tangannya .
5:7 menyentuh bola ketika bola diam atau bergulir di lantai di luar daerah gawang, ketika ia
berada di dalam daerah gawang (6:1, 13:1a);
5:8 membawa bola ke dalam daerah gawang ketika bola diam atau bergulir di lantai di luar
daerah gawang (6:1, 13:1a);
5:9memasuki kembali daerah gawang dari area bermain dengan bola (6:1, 13:1a);
5:10 menyentuh bola dengan kaki atau tungkai di bawah lutut, ketika bergerak ke luar ke arah
daerah bermain (13:1a);
5:11 menyeberangi garis batas kiper (garis 4 meters) atau penggambarannya pada kedua sisi,
sebelum bola meninggalkan tangan lawan yang melakukan lemparan 7 meter (14:9).

Edisi: 1 Juli Hala
Komentar:
Selama kiper menjaga satu kaki di lantai di atas atau di belakang garis pembatas (garis 4
meter), ia diijinkan untuk menggerakkan kaki lainnya atau bagian apapun tubuhnya keluar
dari garis batas.

Edisi: 1 Juli Hala
A TURAN 6
Daerah Gawang
6:1 Hanya kiper yang diijinkan untuk memasuki daerah gawang (lihat, bagaimanapun, 6:3).
Daerah gawang, yang termasuk garis daerah gawang, dianggap dimasuki jika pemain
lapangan menyentuhnya dengan bagian apapun tubuhnya.
6:2Ketika seorang pemain lapangan memasuki daerah gawang, keputusannya adalah sbb:
a)Lemparan kiper jika pemain timnya memasuki daerah gawang dengan bola atau tanpa
bola tetapi mendapatkan keuntungan dengan melakukannya (12:1);
b)Lemparan bebas ketika pemain lapangan dari tim bertahan memasuki daerah gawang
dan mendapatkan keuntungan, tetapi tanpa menghilangkan kesempatan untuk
mencetak skor (13:1b; lihat juga 8:7f);
c)Lemparan 7 meter ketika pemain lapangan dari tim bertahan memasuki daerah gawang
dan karenanya menghilangkan kesempatan yang jelas untuk mencetak skor. (14:1a).
Untuk tujuan aturan ini, konsep “memasuki daerah gawang” bukan hanya berarti
menyentuh garis daerah gawang, tetapi jelas-jelas menginjak daerah gawang.
.
6:3Memasuki daerah gawang tidak dikenakan penalti ketika:
a)Seorang pemain memasuki daerah gawang setelah memainkan bola, selama hal ini
tidak menciptakan kerugian di pihak lawan;
b)Seorang pemain dari salah satu tim memasuki daerah gawang tanpa bola dan tidak
mendapatkan keuntungan dengan melakukannya.
6:4 Bola dianggap ‘di luar permainan’ saat kiper menguasai bola di daerah gawang (12:1).
Bola harus dikembalikan melalui lemparan kiper (12:2).
6:5 Bola tetap dimainkan, ketika bergulir di lantai dalam daerah gawang. Bola berada dalam
kuasa tim kiper dan hanya kiper boleh menyentuhnya. Kiper boleh mengambilnya,
menjadikan bola di luar permainan, mengembalikannya ke dalam permainan sesuai
Aturan 6:4 dan 12:1-2 (lihat, namun, 6:7b). Terjadi lemparan bebas (13:1a) jika bola
disentuh oleh teman tim kiper ketika bergulir (lihat, namun, 14:1a, dalam hubungan
dengan Klarifikasi 6c), dan permainan dilanjutkan dengan lemparan kiper (12:1(III))
jika bola disentuh lawan.
Bola keluar dari permainan, segera sesudah bola tergeletak di lantai di daerah gawang
(12:1 (II)). Bola dalam kuasa tim kiper dan hanya kiper boleh menyentuhnya. Kiper
harus menaruhnya kembali dalam permainan sesuai dengan 6:4 dan 12:2 (lihat, namun,
6:7b). Lemparan kiper tetap harus dilakukan jika bola disentuh oleh pemain dari salah
satu tim (12:1 paragraf 2, 13:3).
Diijinkan untuk menyentuh bola ketika melambung di udara di atas daerah gawang,
selama sesuai dengan Aturan 7:1 dan 7:8.

Edisi: 1 Juli Hala
6:6 Permainan dilanjutkan (melalui lemparan kiper menurut 6:4-5) jika seorang pemain tim
bertahan menyentuh bola ketika bertahan, dan bola ditangkap oleh kiper atau berhenti di
daerah gawang.
6:7Jika pemain memainkan bola memasuki daerah gawangnya sendiri , keputusannya sbb.:
a)Gol jika bola memasuki gawang;
b)Lemparan bebas jika bola berhenti di daerah gawang, atau jika kiper menyentuh bola
dan bola tidak masuk gawang (13:1a-b);
c)Lemparan ke dalam jika bola keluar melewati garis gawang terluar;
d)Permainan berlanjut jika bola melewati daerah gawang kembali ke daerah permainan,
tanpa tersentuh oleh kiper.
6:8Bola yang kembali dari daerah gawang ke daerah permainan tetap berada dalam
permainan.

Edisi: 1 Juli Hala
A TURAN 7
Memainkan Bola, Permainan Pasif
Memainkan Bola
Diperkenankan untuk:
7:1melempar, menangkap, menghentikan, mendorong, atau memukul bola, menggunakan
tangan (terbuka atau tertutup), lengan, kepala, dada, paha, dan lutut ;
7:2menahan bola maksimum selama 3 detik , juga ketika tergeletak di lantai (13:1a);
7:3melangkah maksimum 3 langkah dengan bola (13:1a); dianggap satu langkah ketika:
a)Pemain yang berdiri dengan kedua kaki di lantai mengangkat satu kaki dan
menaruhnya kembali, atau menggerakkan satu kaki dari satu tempat ke tempat lainnya.
b)Pemain menyentuh lantai hanya dengan satu kaki, menangkap bola, dan menyentuh
lantai dengan kaki yang lain.
c)Pemain setelah melompat, menyentuh lantai hanya dengan satu kaki, dan kemudian
melompat dengan kaki yang sama atau menyentuh lantai dengan kaki yang lain.
d)Pemain setelah melompat, kedua kaki menyentuh lantai bersamaan, dan mengangkat
satu kaki dan menaruh lagi, atau satu kaki bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya.
Komentar:
Jika satu kaki bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan kaki lainnya diseret di
belakangnya dianggap hanya satu langkah yang diambil
Begitu juga halnya, jika pemain dengan bola jatuh ke lantai, meluncur dan kemudian berdiri
lalu memainkan bola. Ini juga berlaku jika seorang pemain terjun untuk mendapatkan bola,
menguasainya, dan berdiri untuk memainkannya.
7:4 ketika berdiri atau berlari:
a)Memantulkan bola sekali dan menangkapnya lagi dengan satu atau kedua tangan;
b)Memantulkan bola berulang-ulang dengan satu tangan (dribble), dan menangkapnya
atau mengangkatnya dengan satu atau kedua tangan;
c)Menggulirkan bola di lantai berulang-ulang dengan satu tangan, dan menangkapnya
atau mengangkatnya dengan satu atau kedua tangan.
Segera setelah dipegang satu atau kedua tangan, bola harus dimainkan dalam 3 detik atau
tidak lebih dari 3 langkah (13:1a).
Dribbling (penggiringan bola) dianggap dimulai ketika pemain menyentuh bola dengan
bagian apapun tubuhnya dan mengarahkannya ke lantai.

Edisi: 1 Juli Hala
Setelah bola menyentuh pemain lain atau gawang, pemain semula boleh menepuk atau
memantulkan dan menangkap bola itu lagi (lihat, namun, 14:6).
7:5memindahkan bola dari satu tangan ke tangan lainnya.
7:6 memainkan bola ketika berlutut, duduk, atau terbaring di lantai; ini berarti diijinkan untuk
melakukan lemparan (misalnya lemparan bebas), dari posisi tersebut, jika syarat Aturan
15:1 dipenuhi, termasuk syarat sebagian dari satu kaki selalu bersentuhan dengan lantai.
Tidak diperkenankan untuk:
7:7 setelah bola dikuasai, menyentuhnya lebih dari sekali , kecuali bola telah menyentuh
lantai, pemain lain, atau gawang sebelum disentuh lagi (13:1a); namun, menyentuh
lebih dari sekali diijinkan jika pemain tidak dapat menguasai bola, misal ketika gagal
menguasai saat mencoba menangkap atau menghentikannya.
7:8 menyentuh bola dengan kaki atau tungkai di bawah lutut, kecuali ketika bola dilemparkan
kepadanya oleh pemain lawan (13:1a-b; lihat juga 8:7e).
7:9 permainan dilanjutkan jika bola menyentuh seorang wasit di lapangan.
7:10 Jika pemain dengan bola bergerak di luar lapangan dengan satu atau kedua kaki (ketika
bola masih dalam lapangan), misalnya untuk menghindari pemain bertahan, ini akan
mengakibatkan lemparan bebas untuk lawan (13:1a).
Jika pemain dalam tim yang menguasai bola mengambil posisi di luar lapangan tanpa
bola, wasit akan mengisyaratkan pemain untuk masuk ke lapangan. Jika pemain tidak
melakukannya, atau jika tindakan tersebut diulangi oleh tim yang sama, maka akan
diberikan lemparan bebas kepada lawan (13:1a) tanpa peringatan lebih lanjut Tindakan
tersebut tidak akan dikenakan hukuman personal dalam Aturan 8 dan 16.
Permainan Pasif
7:11 Tidak diijinkan untuk menahan bola dalam penguasaan tim tanpa usaha nyata untuk
menyerang atau menembak ke gawang. Demikian juga tidak diijinkan untuk menunda-
nunda pelaksanaan lemparan ke atas, lemparan bebas, lemparan ke dalam, atau
lemparan kiper untuk tim sendiri (lihat Klarifikasi No. 4). Hal ini dianggap sebagai
permainan pasif yang akan dikenakan penalti lemparan bebas melawan tim yang
menguasai bola kecuali kecenderungan pasif berakhir (13:1a).
Lemparan bebas dilakukan di tempat di mana bola berada ketika permainan terputus.
7:12 Ketika kecenderungan permainan pasif dikenali, isyarat peringatan dini (isyarat tangan
no. 17) diperlihatkan. Ini memberikan kesempatan bagi tim yang menguasai bola untuk
mengubah cara menyerangnya untuk menghindari kehilangan penguasaan. Jika cara menyerang
tidak berubah setelah isyarat peringatan dini diperlihatkan, wasit dapat meniup peluit untuk
permainan pasif kapan pun. Jika tidak ada tembakan ke gawang yang dilakukan oleh tim
penyerang setelah pengoperan sebanyak maksimum 6 kali, maka lemparan bebas dilakukan
melawan tim ini (13:1a, prosedur dan pengecualian lihat Klarifikasi No. 4, bagian D).

Edisi: 1 Juli Hala
Keputusan para wasit mengenai jumlah operan adalah keputusan berdasarkan
pengamatan mereka terhadap fakta menurut Aturan 17:11.
Dalam situasi tertentu, wasit dapat menentukan lemparan bebas melawan tim yang
menguasai bola tanpa isyarat peringatan dini sebelumnya, misalnya jika pemain secara
sengaja menahan diri untuk tidak menggunakan kesempatan yang jelas untuk mencetak
skor.

Edisi: 1 Juli Hala
A TURAN 8
Pelanggaran dan Tindakan Tidak Sportif
Gerakan yang diperkenankan
Diperkenankan untuk:
8:1
a)Menggunakan tangan terbuka untuk memainkan bola dari tangan pemain lain.
b)Menggunakan lengan yang ditekuk untuk melakukan kontak fisik dengan lawan, dan
untuk mengawasi dan mengikutinya dengan cara ini.
c)Menggunakan badan untuk merintangi lawan, dalam perebutan posisi.
Komentar:
Merintangi berarti mencegah lawan untuk bergerak ke tempat terbuka. Mengatur rintangan,
menjaga rintangan, dan keluar dari rintangan, harus, pada prinsipnya, dilakukan secara
sikap pasif dalam kaitannya dengan lawan (lihat, namun, 8:2b ).
Pelanggaran-pelanggaran yang umumnya tidak mendapatkan hukuman perorangan
(namun pertimbangkan kriteria pembuatan keputusan dalam 8:3a-d)
Tidak diperkenankan:
8:2
a)Menarik atau memukul bola lepas dari tangan lawan.
b)Merintangi lawan dengan lengan, tangan, kaki, atau bagian manapun dari tubuh untuk
memindahkan atau mendorongnya; ini termasuk penggunaan berbahaya dari siku, baik
sebagai posisi awal atau dalam gerakan.
c)Untuk menahan lawan (tubuh atau baju), bahkan jika ia tetap bebas bermain.
d)Berlari atau melompat menabrak lawan.
Pelanggaran yang dikenai hukuman perorangan dalam Aturan 8:3-6
8:3 Pelanggaran, di mana tindakan terutama ditujukan pada tubuh lawan harus dikenakan
hukuman perorangan. Ini berarti sebagai tambahan dari lemparan bebas atau lemparan 7
meter, setidaknya pelanggaran harus dihukum secara progresif dimulai dengan
peringatan (16:1), lalu dengan skorsing 2 menit (16:3b) dan diskualifikasi (16:6d).
Untuk pelanggaran yang lebih berat, ada 3 tingkat hukuman lebih lanjut berdasarkan pada
kriteria pembuatan keputusan berikut:

Edisi: 1 Juli Hala
-Pelanggaran yang harus dihukum dengan skorsing 2 menit segera (8:4);
-Pelanggaran yang harus dihukum dengan diskualifikasi (8:5);
-Pelanggaran yang harus dihukum dengan diskualifikasi dan di mana penulisan laporan
diperlukan (8:6).
Kriteria pembuatan keputusan
Untuk penilaian mengenai hukuman perorangan mana yang tepat untuk pelanggaran
spesifik, diterapkan kriteria pembuatan keputusan berikut; kriteria ini digunakan dengan
penggabungan secara semestinya dalam setiap situasi:
a)Posisi dari pemain yang melakukan pelanggaran (dari depan, dari samping, atau
dari belakang);
b)Bagian tubuh yang mana yang dituju oleh tindakan ilegal tersebut (tubuh, tangan
kanan, tungkai, kepala/tenggorokan/leher);
c)Dinamika dari tindakan ilegal tersebut (intensitas kontak fisik ilegal, dan/atau
pelanggaran yang terjadi saat lawan penuh gerakan);
d)Akibat dari tindakan ilegal:
-Benturan pada tubuh dan kendali bola
-Pengurangan atau pencegahan dari kemampuan bergerak
-Pencegahan kelanjutan permainan
Untuk penilaian pelanggaran, situasi permainan tersebut juga relevan (misal, tindakan
menembak, lari ke ruangan terbuka, situasi berlari dengan kecepatan tinggi).
Pelanggaran yang menyebabkan skorsing 2 menit segera
8:4Untuk pelanggaran tertentu, hukumannya adalah skorsing 2 menit secara langsung, baik
dengan atau tanpa peringatan sebelumnya.
Ini berlaku khususnya untuk pelanggaran dimana pemain yang bersalah tidak
memedulikan bahaya bagi lawannya (lihat juga 8:5 dan 8:6).
Dengan memerhitungkan kriteria pembuatan keputusan dalam 8:3, contoh pelanggaran
tersebut adalah:
a)Pelanggaran dengan intensitas tinggi atau terhadap lawan yang berlari kencang;
b)Berpegangan pada lawan untuk waktu yang lama atau menariknya jatuh;
c)Pelanggaran terhadap kepala, tenggorokan, atau leher;
d)Memukul keras bagian tubuh atau tangan pelempar (umumnya tangan kanan);

Edisi: 1 Juli Hala
e)Mencoba membuat lawan kehilangan kontrol tubuh (misalnya menarik tungkai/kaki
lawan yang sedang melompat; lihat, namun, 8:5a);
f)Berlari atau melompat dengan kecepatan tinggi menabrak lawan.
Pelanggaran yang dapat didiskualifikasi
8:5 Pemain yang menyerang lawan dengan cara yang berbahaya bagi kesehatannya akan
didiskualifikasi (16:6a). Bahaya bagi lawan khususnya karena intensitas tinggi dari
pelanggaran atau dari fakta bahwa lawan sama sekali tidak siap untuk pelanggaran
tersebut sehingga tidak bisa melindungi dirinya (lihat Aturan 8:5 Komentar).
Sebagai tambahan untuk kriteria 8:3 dan 8:4, kriteria pembuatan keputusan berikut juga
berlaku:
a)Aktualitas kehilangan kendali tubuh ketika berlari atau melompat, atau saat melempar;
b)Tindakan agresif tertentu terhadap bagian tubuh lawan, terutama wajah, tenggorokan,
atau leher; (intensitas dari kontak fisik);
c)Sikap ceroboh yang dilakukan oleh pemain yang melanggar ketika melakukannya.
Komentar:
Pelanggaran dengan benturan fisik yang sangat ringan juga dapat menyebabkan cidera yang
parah, jika pelanggaran dilakukan ketika pemain sedang melompat di udara atau berlari,
karenanya tidak dapat melindungi diri. Dalam situasi seperti ini, bahaya terhadap lawan lah
dan bukan intensitas kontak fisik yang menjadi dasar pertimbangan apakah diskualifikasi
akan diberikan kepada pelanggar.
Ini juga berlaku dalam situasi dimana kiper meninggalkan daerah gawang dengan tujuan
menangkap operan yang ditujukan untuk lawan. Di sini kiper memiliki tanggung jawab untuk
memastikan bahwa situasi tidak berbahaya bagi kesehatan lawan.
Ia dapat didiskualifikasi jika:
a)Mendapatkan bola, tetapi tindakannya menyebabkan tubrukan dengan lawan;
b)Tidak mendapatkan atau mengontrol bola, tetapi bertubrukan dengan lawan.
Jika wasit yakin akan salah satu situasi ini, bahwa, tanpa tindakan ilegal dari kiper, pemain
lawan akan mampu menggapai bola, maka lemparan 7 meter akan diberikan.

Edisi: 1 Juli Hala
Diskualifikasi yang disebabkan oleh kecerobohan tertentu, tindakan berbahaya
tertentu, terencana, atau tindakan jahat (juga akan dilaporkan secara tertulis)
8:6 Jika para wasit mendapati tindakan kecerobohan tertentu, tindakan berbahaya tertentu,
terencana, atau jahat, mereka harus mengajukan laporan tertulis setelah permainan,
sehingga pihak berwenang dapat memutuskan tindak lanjut yang tepat.
Indikasi dan karakteristik yang dapat dijadikan kriteria pembuatan keputusan sebagai
tambahan pada Aturan 8:5 adalah:
a)Tindakan ceroboh atau tindakan berbahaya tertentu;
b)Tindakan terencana atau tindakan jahat, yang tidak berhubungan dengan situasi
permainan.
Komentar:
Ketika pelanggaran dalam Aturan 8:5 atau 8:6 dilakukan saat 30 detik terakhir permainan,
dengan tujuan mencegah gol, maka tindakan tersebut dilihat sebagai ‘sangat tidak sportif’
dalam Aturan 8:10d dan dihukum sesuai dengan itu.
Tindakan tidak sportif yang mendapatkan hukuman perorangan sesuai Aturan 8:7-10
Yang dianggap tindakan tidak sportif adalah tindakan atau ekspresi apapun baik verbal
maupun non-verbal yang tidak sesuai dengan semangat sportifitas. Ini berlaku baik bagi
pemain maupun pejabat, di lapangan dan di luar lapangan. Untuk hukuman bagi tindakan
tidak sportif, benar-benar tidak sportif, dan sangat tidak sportif, perbedaannya dibagi menjadi
4 tingkatan tindakan:
-Tindakan yang akan dihukum secara progresif (8:7);
-Tindakan yang akan dihukum dengan skorsing 2 menit langsung (8:8);
-Tindakan yang akan dihukum dengan diskualifikasi (8:9);
-Tindakan yang akan dihukum dengan diskualifikasi dan laporan tertulis (8:10a,b).
Tindakan tidak sportif yang mendapatkan hukuman secara progresif
8:7 Tindakan yang terdaftar di bawah dari poin a-f adalah contoh tindakan tidak sportif yang
akan dihukum secara progresif, dimulai dari peringatan (16:1b).
a)Protes terhadap keputusan wasit, atau tindakan verbal dan non-verbal yang bertujuan
untuk menyebabkan keputusan tertentu wasit;
b)Melecehkan pemain lawan atau kawan melalui kata-kata atau sikap, atau berteriak
kepada lawan dengan maksud mengalihkan perhatian;

Edisi: 1 Juli Hala
c)Menunda pelaksanaan lemparan formal bagi lawan, dengan tidak mengindahkan jarak
3 meter atau dengan cara lainnya;
d)Dengan bersandiwara, mencoba untuk mengecoh wasit mengenai tindakan pemain
lawan atau melebih-lebihkan dampak dari sebuah tindakan, dengan maksud
menyebabkan time-out atau hukuman yang tidak layak bagi seorang pemain lawan;
e)Secara aktif menghalangi tembakan atau operan dengan menggunakan kaki atau
tungkai bawah; gerakan reflek murni, misal menggerakkan kaki bersamaan tidak akan
dihukum (lihat juga Aturan 7:8);
f)Berulang kali memasuk daerah gawang untuk alasan taktis.
Tindakan tidak sportif yang dapat dihukum dengan skorsing 2 menit langsung
8:8 Tindakan tidak sportif yang dilihat lebih parah dapat langsung dihukum dengan skorsing 2
menit, walau tanpa peringatan kepada pemain atau pejabat yang melanggar. Termasuk:
a)Protes yang melibatkan keributan dengan sikap memaksa, atau sikap menantang;
b)Ketika ada keputusan melawan tim yang menguasai bola, dan pemain dengan bola
tidak langsung memberikannya kepada lawan dengan menjatuhkan bola atau
menaruhnya di lantai;
c)Menghalangi jalan menuju bola yang memasuki daerah pergantian pemain.
Tindakan tidak sportif serius dapat dihukum dengan diskualifikasi
8:9 Tindakan tidak sportif tertentu dapat dianggap sangat serius sehingga dapat dihukum
dengan diskualifikasi.
Berikut adalah contoh dari tindakan tersebut:
a)Melempar atau memukul bola keluar dengan sikap demonstratif, setelah keputusan
oleh wasit;
b)Jika kiper secara demonstratif menolak mencoba menahan lemparan 7 meter;
c)Secara sengaja melempar bola kepada lawan saat permainan sedang dihentikan; jika
dilakukan dengan kuat dan dari jarak yang sangat dekat, dapat dianggap sebagai
‘tindakan ceroboh tertentu’ dalam 8:6 di atas;
d)Ketika penembak 7m mengenai kepala kiper, jika kiper tidak menggerakkan kepalanya
ke arah bola;
e)Ketika pelempar lemparan bebas mengenai kepala pemain bertahan, jika pemain
bertahan tidak menggerakkan kepalanya ke arah bola;
f)Sebuah aksi balas dendam setelah menjadi korban pelanggaran.

Edisi: 1 Juli Hala
Komentar:
Dalam kasus lemparan 7 meter atau lemparan bebas, pelempar memiliki tanggung jawab
untuk tidak membahayakan kiper atau pemain bertahan.
Diskualifikasi dikarenakan tindakan tidak sportif yang ekstrim juga akan dilaporkan
secara tertulis
8:10 Jika wasit menilai sebuah tindakan sebagai tindakan tidak sportif ekstrim, hukuman
diberikan berdasarkan peraturan-peraturan berikut.
Dalam kasus yang melibatkan pelanggaran berikut (a, b), sebagai contoh, wasit harus
menyerahkan laporan tertulis setelah permainan berakhir agar pihak berwenang dapat
membuat keputusan mengenai tindakan yang harus dilakukan:
a)Tindakan menghina atau mengancam yang ditujukan kepada pihak lain, misal wasit,
penjaga waktu/penjaga nilai, delegasi, pejabat tim, pemain, penonton; baik dalam
bentuk verbal atau non-verbal (misal, expresi wajah, sikap, bahasa tubuh, atau kontak
fisik);
b)(I) Campur tangan pejabat tim dalam permainan, di lapangan atau di daerah pergantian
pemain, atau (II) pemain yang menghancurkan kesempatan untuk mencetak skor,
dengan cara masuk secara ilegal (Aturan 4:6) atau dari daerah pergantian pemain.
Dalam kasus yang melibatkan pelanggaran berikut (c, d), sebuah lemparan 7m diberikan
kepada lawan.
c)Jika pada 30 detik terakhir permainan bola di luar permainan, dan pemain atau pejabat
tim mencegah atau menunda pelaksanaan lemparan bagi lawan, dengan maksud untuk
mencegah mereka menembak ke gawang atau untuk mendapatkan kesempatan
mencetak skor, pelanggar tersebut akan didiskualifikasi dan lemparan 7m diberikan
kepada lawan. Ini berlaku untuk campur tangan apapun (misal, hanya dengan aksi fisik
terbatas, mencampuri pelaksanaan sebuah lemparan seperti menghadang operan,
mencampuri penyerahan bola dengan tidak memberikan bola).
d)Jika pada 30 detik terakhir permainan bola dalam permainan , dan lawan
a)Melalui pelanggaran oleh pemain dalam Aturan 8:5 atau 8:6 maupun 8:10a atau
8:10b (II)
b)Melalui pelanggaran oleh pejabat dalam Aturan 8:10a atau 8:10b (I)
mencegah tim yang menguasai bola untuk menembakkan bola ke gawang atau untuk
mendapatkan kesempatan mencetak angka, pelanggar akan didiskualifikasi menurut
yang tertulis pada Aturan dan tim yang menguasai bola akan diberikan lemparan 7m.
Jika pemain yang menjadi korban pelanggaran, atau temannya, mencetak gol sebelum
pertandingan diinterupsi, lemparan 7m tidak akan diberikan.

Edisi: 1 Juli Hala
A TURAN 9
Mencetak Skor
9:1 Sebuah gol dicetak ketika bola telah seluruhnya melintasi garis gawang (lihat diagram 4),
dengan catatan tidak ada pelanggaran yang dilakukan oleh pelempar, temannya, atau
pejabat tim sebelum atau saat pelemparan. Wasit gawang membenarkan dengan isyarat
peluit dua kali tiupan pendek dan isyarat tangan no. 12 bahwa gol telah dicetak.
Gol tetap diberikan jika ada pelanggaran yang dilakukan oleh tim bertahan tetapi bola
tetap masuk gawang.
Gol tidak dapat diberikan jika wasit, penjaga waktu, atau delegasi telah menginterupsi
permainan sebelum bola melintasi garis gawang seluruhnya.
Sebuah gol akan diberikan kepada lawan jika pemain memasukkan bola ke gawangnya
sendiri, kecuali dalam situasi dimana kiper melakukan lemparan kiper (12:2, paragraf
ke 2).
Komentar:
Sebuah gol akan diberikan jika bola dicegah memasuki gawang oleh seseorang atau sesuatu
yang tidak berpartisipasi dalam permainan (penonton, dsb.), dan wasit yakin bahwa bola
seharusnya masuk ke gawang.
9:2 Sebuah gol yang telah diberikan tidak dapat dibatalkan, jika wasit telah meniup peluit
untuk lemparan ke atas berikutnya. (lihat, namun, Aturan 2:9 Komentar).
Wasit harus dengan jelas menentukan (tanpa lemparan ke atas) bahwa mereka telah
memberikan gol, jika isyarat akhir paruh main dibunyikan segera setelah sebuah gol
dicetak dan sebelum lemparan bebas dapat dilakukan.
Komentar:
Sebuah gol harus ditulis pada papan skor segera sesudah gol tersebut diberikan oleh wasit.
9:3Tim yang telah mencetak gol lebih banyak daripada lawan adalah pemenangnya.
Permainan menjadi seri jika kedua tim mencetak jumlah gol yang sama atau tidak
mencetak gol sama sekali (lihat 2:2).

Edisi: 1 Juli Hala
Diagram 4: Mencetak Skor

Edisi: 1 Juli Hala
A TURAN 10
Lemparan Ke Atas
10:1 Di awal permainan, lemparan ke atas dilakukan oleh tim yang memenangkan lemparan
koin dan menentukan untuk memulai dengan bola dalam kekuasaannya. Lawan lalu
berhak untuk memilih akhir. Sebagai alternatif, jika tim yang memenangkan lemparan
koin memilih akhir, maka lawan yang melakukan lemparan ke atas.
Tim berganti akhir pada paruh kedua permainan. Lemparan ke atas pada awal paruh kedua
dilakukan oleh tim yang tidak melakukan lemparan ke atas pada awal permainan.
Lemparan koin dilakukan lagi untuk setiap periode perpanjangan waktu, dan semua
peraturan dalam Aturan 10:1 juga berlaku untuk perpanjangan waktu.
10:2 Setelah gol dicetak, permainan dilanjutkan dengan lemparan ke atas oleh tim yang
kebobolan (lihat, namun, 9:2, paragraf 2).
10:3 Lemparan ke atas dilakukan ke arah manapun dari tengan lapangan (dengan toleransi ke
samping sekitar 1.5 meter).Lemparan ke atas harus dilakukan sebelum 3 detik setelah
isyarat awal peluit ditiup (13:1a, 15:7 paragraf 3). Pemain yang melakukan lemparan
ke atas harus mengambil posisi dengan setidaknya satu kaki di atas garis tengah dan
kaki lainnya di atas atau di belakang garis (15:6), dan tetap pada posisi ini sampai bola
meninggalkan tangan (13:1a, 15:7 paragraf 3) (lihat juga Klarifikasi No. 5).
Teman tim pemain yang melakukan lemparan tidak boleh melintasi garis tengah
setelah peluit dibunyikan (15:6).
10:4 Untuk lemparan ke atas pada awal setiap paruh permainan (termasuk setiap periode
perpanjangan waktu), semua pemain harus berada di bagian paruh lapangan mereka.
Namun, untuk lemparan ke atas setelah gol dicetak, pihak lawan dari pelempar
diijinkan untuk berada di kedua paruh bagian lapangan..
Namun dalam kedua kasus, pihak lawan harus berada setidaknya 3 meter jauhnya dari
pemain yang melakukan lemparan ke atas (15:4, 15:9, 8:7c).

Edisi: 1 Juli Hala
A TURAN 11
Lemparan Ke Dalam
11:1 Lemparan ke dalam diberikan ketika bola telah seluruhnya melintasi garis tepi, atau
ketika pemain lapangan dari tim bertahan adalah yang terakhir menyentuh bola sebelum
bola melintasi garis gawant terluar timnya.
Lemparan ke dalam juga diberikan jika bola menyentuh langit-langit di atas lapangan.
11:2 Lemparan ke dalam dilakukan tanpa isyarat peluit dari wasit (lihat, namun, 15:15b) oleh
lawan dari tim yang pemainnya terakhir menyentuh bola sebelum bola melintasi garis
atau menyentuh langit-langit atau lampu.
11:3 Lemparan ke dalam dilakukan dari titik di mana bola melintasi garis tepi atau, jika bola
melintasi garis gawang terluar, dari pertemuan garis tepi dan garis gawang terluar di sisi
itu.
Untuk lemparan ke dalam setelah bola menyentuh langit-langit di atas lapangan,
lemparan ke dalam dilakukan pada titik terdekat pada garis tepi terdekat dari titik di
mana bola menyentuh langit-langit atau lampu.
11:4 Pelempar harus berdiri dengan satu kaki pada garis tepi dan tetap pada posisi yang benar
sampai bola meninggalkan tangannya. Tidak ada batasan untuk penempatan kaki kedua
(13:1a, 15:6, 15:7, paragraf 2 dan 3).
11:5 Ketika lemparan ke dalam di lakukan, pihak lawan tidak boleh lebih dekat dari 3 meter
dengan pelempar (15:4, 15:9, 8:7c).
Namun hal ini tidak berlaku jika mereka berdiri di luar daerah gawang mereka sendiri.

Edisi: 1 Juli Hala
A TURAN 12
Lemparan Kiper
12:1 Lemparan kiper diberikan ketika: (I) seorang pemain dari tim lawan memasuki daerah
gawang dan melanggar Aturan 6:2a; (II) kiper menguasai bola di daerah gawang atau
bola diam di lantai di daerah gawang (6:4-5); (III) seorang pemain tim lawan telah
menyentuh bola ketika bergulir di lantai di daerah gawang (6:5, paragraf 1) atau (IV)
ketika bola telah melintasi garis gawang terluar, setelah terakhir disentuh oleh kiper atau
pemain dari tim lawan.
Ini berarti dalam semua situasi ini bola dianggap di luar permainan, dan permainan
dimulai kembali dengan lemparan kiper (13:3) jika ada pelanggaran setelah lemparan
kiper diberikan dan sebelum lemparan kiper dilaksanakan.
12:2 Lemparan kiper dilakukan oleh kiper tanpa isyarat peluit dari wasit (lihat, namun,
15:15b), dari daerah gawang keluar dari garis daerah gawang.
Jika tim yang harus melakukan lemparan kiper bermain tanpa kiper, seorang kiper harus
menggantikan salah satu pemain lapangan (Aturan 4:4). Wasit menentukan jika time-
out diperlukan (Aturan 2:8, paragraf 2, Klarifikasi No. 2).
Lemparan kiper dianggap sudah dilakukan ketika bola yang dilempar kiper telah
sepenuhnya melintasi garis daerah gawang.
Pemain tim lawan diijinkan untuk berada langsung di luar garis daerah gawang tetapi
mereka tidak diijinkan untuk menyentuh bola sampai bola sepenuhnya melintasi garis
tersebut (15:4, 15:9, 8:7c).

Edisi: 1 Juli Hala
A TURAN 13
Lemparan Bebas
Keputusan Lemparan Bebas
13:1 Pada prinsipnya, wasit menginterupsi permainan dan memulainya kembali dengan
lemparan bebas bagi lawan ketika:
a)Tim yang menguasai bola melanggar aturan yang mengharuskan tim kehilangan
kepemilikan bola (lihat 4:2-3, 4:5-6, 5:6-10, 6:5 paragraf 1, 6:7b, 7:2-4, 7:7-8, 7:10,
7:11-12, 8:2-10, 10:3, 11:4, 13:7, 14:4-7, 15:7 paragraf 3, dan 15:8);
b)Pihak lawan melakukan pelanggaran yang menyebabkan tim yang menguasai bola
harus kehilangan bola. (lihat 4:2-3, 4:5-6, 5:5, 6:2b, 6:7b, 7:8, 8:2-10).
13:2 Wasit harus mengijinkan kelanjutan permainan dengan menahan untuk tidak
menginterupsi permainan secara prematur dengan keputusan lemparan bebas.
Ini berarti, dalam Aturan 13:1a, wasit tidak boleh menentukan lemparan bebas jika tim
bertahan menguasai bola segera setelah pelanggaran dilakukan oleh tim penyerang.
Begitupun dalam Aturan 13:1b, wasit tidak boleh mencampuri sampai jelas bahwa tim
penyerang telah kehilangan bola atau tidak mampu melanjutkan serangan mereka,
disebabkan oleh pelanggaran yang dilakukan tim bertahan.
Jika hukuman perorangan akan diberikan karena pelanggaran aturan, maka wasit berhak
memutuskan untuk menginterupsi permainan segera, jika ini tidak menyebabkan
kerugian bagi lawan dari tim yang melakukan pelanggaran. Jika merugikan, maka
hukuman harus ditunda sampai situasi tersebut berakhir.
Aturan 13:2 tidak berlaku dalam kasus pelanggaran Aturan 4:2-3 atau 4:5-6, dimana
permainan harus dihentikan segera, umumnya melalui campur tangan penjaga waktu,
delegasi, atau para wasit.
13:3 Jika pelanggaran yang umumnya akan dihukum dengan lemparan bebas dalam Aturan
13:1a-b terjadi ketika bola di luar permainan, maka permainan dimulai kembali dengan
lemparan yang sesuai dengan alasan interupsi yang terjadi (mohon lihat juga Aturan
8:10c, instruksi khusus pada masa 30 detik terakhir sebelum pertandingan berakhir).
13:4 Sebagai tambahan situasi yang diindikasikan pada Aturan 13:1a-b, sebuah lemparan
bebas juga digunakan sebagai cara untuk memulai kembali permainan dalam situasi
tertentu dimana permainan diinterupsi (misal ketika bola dalam permainan), walaupun
tidak ada pelanggaran yang dilakukan:

Edisi: 1 Juli Hala
a)Jika salah satu tim menguasai bola pada saat interupsi, tim ini akan mendapatkan bola
kembali;
b)Jika tidak ada tim yang menguasai bola, maka tim yang terakhir menguasai akan
diberikan bola lagi.
13:5 Jika ada keputusan lemparan bebas melawan tim yang menguasai bola ketika wasit
meniup peluit, maka pemain yang memegang bola saat itu harus segera menjatuhkan
atau menaruhnya di lantai, sehingga bola dapat dimainkan (8:8b).
Eksekusi Lemparan Bebas
13:6 Lemparan bebas umumnya dilakukan tanpa isyarat peluit dari wasit (lihat, namun,
15:5b) dan pada prinsipnya, dari tempat di mana pelanggaran terjadi .
Berikut adalah perkecualian untuk prinsip ini:
Dalam situasi yang dijabarkan dalam 13:4a-b, lemparan bebas dilakukan, setelah isyarat
peluit, pada prinsipnya dari tempat di mana bola berada pada saat interupsi.
Jika seorang wasit atau delegasi (dari IHF atau konfederasi benua/federasi nasional)
menginterupsi permainan karena pelanggaran dari pihak pemain atau pejabat tim
bertahan, dan menyebabkan peringatan lisan atau hukuman perorangan, maka lemparan
bebas harus dilakukan dari tempat di mana bola berada ketika permainan dihentikan,
jika ini merupakan lokasi yang menguntungkan dibandingkan posisi ketika pelanggaran
terjadi.
Perkecualian yang sama dengan paragraf sebelumnya berlaku jika penjaga waktu
menghentikan permainan karena pelanggaran dalam Aturan 4:2-3 atau 4:5-6.
Seperti disebut dalam Aturan 7:11, lemparan bebas yang dilakukan karena permainan
pasif harus dilakukan dari tempat di mana bola berada ketika permainan dihentikan.
Walaupun prinsip dasar dan prosedur telah dikemukakan di paragraf sebelumnya,
lemparan bebas tidak pernah dapat dilakukan dalam daerah gawang tim pelempar atau
di dalam garis lemparan bebas lawan. Dalam situasi apapun di mana lokasi disebutkan
oleh salah satu paragraf sebelumnya yang melibatkan salah satu dari daerah-daerah ini,
lokasi pelaksanaan harus dipindahkan ke titik terdekat tepat di luar daerah terlarang.
Komentar:
Jika posisi yang tepat untuk lemparan bebas adalah di garis lemparan bebas dari tim
bertahan, maka pelaksanaan harus dilakukan tepat pada titiknya. Namun, semakin jauh
lokasinya dari garis lemparan bebas tim bertahan, semakin ada kesempatan untuk
mengijinkan lemparan bebas dilakukan sedikit lebih jauh dari titik tepatnya. Toleransi jarak
ini dapat meningkat sampai jarak 3 meter, yang berlaku dalam kasus lemparan bebas
dilakukan tepat di luar daerah gawang tim pelempar.
Selisih jarak yang baru saja dijelaskan tidak berlaku untuk pelanggaran Aturan 13:5, jika
pelanggaran ini dihukum menurut Aturan 8:8b. Dalam kasus-kasus tersebut, pelaksanaan
harus selalu dari titik tepat di mana pelanggaran telah dilakukan.

Edisi: 1 Juli Hala
13:7 Pemain dari tim pelempar tidak boleh menyentuh atau melintasi garis lemparan bebas
dari pihak lawan sebelum lemparan bebas dilakukan. Lihat juga batasan khusus dalam
Aturan 2:5.
Wasit harus memerbaiki posisi para pemain dari tim pelempar yang berada di antara
garis lemparan bebas dan garis daerah gawang sebelum pelaksanaan lemparan bebas,
jika posisi yang tidak tepat dapat memengaruhi permainan (15:3, 15:6). Lemparan
bebas lalu dilakukan setelah isyarat peluit (15:15b). Prosedur yang sama berlaku
(Aturan 15:7, paragraf 2) jika pemain dari tim pelempar memasuki daerah terbatas saat
pelaksanaan lemparan bebas (sebelum bola meninggalkan tangan pelempar), jika
pelaksanaan lemparan tidak didahului oleh isyarat peluit.
Dalam kasus dimana pelaksanaan lemparan bebas telah diijinkan melalui isyarat peluit,
jika pemain dari tim penyerang menyentuh atau melintasi garis lemparan bebas sebelum
bola meninggalkan tangan pelempar, maka akan ada lemparan bebas yang diberikan
bagi tim bertahan (15:7, paragraf 3; 13:1a).
13:8 Ketika lemparan bebas dilakukan, pihak lawan harus tetap berada dalam jarak sedikitnya
3 meter dari pelempar. Namun mereka diijinkan untuk berdiri tepat di luar daerah
gawang mereka sendiri jika lemparan bebas dilakukan di garis lemparan bebas mereka.
Campur tangan dalam pelaksanaan lemparan bebas akan dihukum sesuai Aturan 15:9
dan 8:7c.

Edisi: 1 Juli Hala
A TURAN 14
Lemparan 7-Meter
Keputusan 7 Meter
14:1 Lemparan 7 meter diberikan ketika:
a)Kesempatan yang jelas untuk mencetak skor dihancurkan secara ilegal di mana pun di
lapangan oleh pemain atau pejabat tim lawan;
b)Isyarat peluit yang tidak beralasan ketika ada kesempatan jelas untuk mencetak skor;
c)Kesempatan mencetak skor yang jelas dihancurkan melalui campur tangan seseorang
yang tidak berpartisipasi dalam permainan, misal penonton memasuki lapangan atau
menghentikan pemain melalui isyarat peluit (kecuali ketika Komentar 9:1 berlaku).
d)Ada pelanggaran sesuai Aturan 8:10c atau 8:10d (namun, lihat 8:10 paragraf akhir).
Sesuai analogi, aturan ini juga berlaku dalam kasus ‘force majeure’, seperti mati lampu,
yang menghentikan permainan tepat saat ada kesempatan yang jelas untuk mencetak skor.
Lihat Klarifikasi No. 6 untuk definisi dari kesempatan yang jelas untuk mencetak skor.
14:2 Jika pemain penyerang mendapatkan kendali bola dan tubuh walaupun melanggar
Aturan 14:1a, tidak ada alasan untuk memberikan lemparan 7 meter, walaupun setelah
itu pemain tersebut gagal untuk menggunakan kesempatan mencetak skor yang jelas.
Kapanpun ada potensi keputusan 7 meter, wasit harus selalu menahan diri untuk ikut
campur hingga mereka dapat dengan jelas menentukan jika keputusan 7 meter
dibenarkan dan dibutuhkan. Jika pemain penyerang mencetak gol walaupun ada campur
tangan ilegal dari tim bertahan, maka tidak ada alasan untuk memberikan lemparan 7
meter. Sebaliknya jika terlihat dengan jelas bahwa pemain sungguh kehilangan bola
atau kendali tubuh karena pelanggaran tersebut, sehingga kesempatan yang jelas
tersebut hilang, maka lemparan 7 meter akan diberikan..
Aturan 14:2 tidak berlaku dalam kasus yang melibatkan pelanggaran dari Aturan 4:2-3
atau 4:5-6, ketika permainan harus dihentikan segera oleh isyarat dari penjaga waktu,
delegasi, atau wasit.
14:3 Ketika memberikan lemparan 7 meter, wasit dapat memberikan time-out, tapi hanya jika
ada penundaan yang penting, misal karena ada pergantian kiper atau pelempar, dan
keputusan time-out akan berkenaan dengan prinsip dan kriteria yang di jelaskan dalam
Klarifikasi No. 2.

Edisi: 1 Juli Hala
Pelaksanaan 7 meter
14:4 Lemparan 7 meter akan dilakukan sebagai tembakan ke gawang , sebelum 3 detik setelah
isyarat peluit dari wasit (15:7, paragraf 3; 13:1a).
14:5 Pemain yang akan melakukan lemparan 7 meter harus mengambil posisi di belakang
garis 7 meter, tidak lebih jauh dari 1 meter di belakang garis (15:1, 15:6). Setelah
isyarat peluit dari wasit, pelempar tidak boleh menyentuh atau melintasi garis 7 meter
sebelum bola meninggalkan tangannya (15:7, paragraf 3; 13:1a).
14:6 Bola tidak boleh dimainkan lagi oleh pelempar atau temannya setelah pelaksanaan
lemparan 7 meter, sampai bola menyentuh lawan atau gawang (15:7, paragraf 3;
13:1a).
14:7 Ketika lemparan 7 meter dilaksanakan, teman tim dari pelempar harus memosisikan diri
mereka sendiri di luar garis lemparan bebas, dan tetap tinggal hingga bola meninggalkan
tangan pelempar (15:3, 15:6). Jika mereka tidak melakukannya, lemparan bebas akan
dilakukan melawan tim yang melakukan lemparan 7 meter (15:7, 3rd paragraf; 13:1a).
14:8 Ketika lemparan 7 meter dilaksanakan, tim pemain lawan harus tinggal di luar garis
lemparan bebas dan berjarak setidaknya 3 meter dari garis 7 meter, sampai bola
meninggalkan tangan pelempar. Jika mereka tidak melakukannya, maka lemparan 7
meter akan diulang jika tidak menghasilkan gol, tetapi tidak ada hukuman perorangan.
14:9 Lemparan 7 meter akan diulang, kecuali jika gol dicetak, jika kiper melintasi garis
batasnya, misal garis 4 meter (1:7, 5:11), sebelum bola meninggalkan tangan pelempar.
Namun ia tidak akan diberikan hukuman perorangan karena hal ini.
14:10 Tidak diijinkan untuk mengganti kiper saat pelempar sudah siap untuk melakukan
lemparan 7 meter, berdiri di posisi yang tepat dengan bola di tangan. Usaha apapun
untuk melakukan penggantian dalam situasi ini akan dihukum dengan tindakan tidak
sportif (8:7c, 16:1b dan 16:3d).

Edisi: 1 Juli Hala
A TURAN 15
Instruksi Umum Eksekusi Lemparan (Lemparan ke Atas, Lemparan ke
Dalam, Lemparan Kiper, Lemparan Bebas, dan Lemparan 7 Meter)
Sang Pelempar
15:1 Sebelum melaksanakan lemparan, pelempar harus berada di posisi yang benar yang
ditentukan untuk pelempar. Bola harus berada di tangan pelempar (15:6).
Saat pelaksanaan, kecuali dalam kasus lemparan kiper, satu bagian kaki pelempar harus
selalu bersentuhan dengan lantai sampai bola dilepaskan. Kaki yang lainnya boleh
diangkat dan ditaruh berulang-ulang (lihat juga Aturan 7:6).
Pelempar harus tetap dalam posisi yang benar sampai lemparan telah dilaksanakan
(15:7, paragraf 2 dan 3).
15:2 Sebuah lemparan dianggap telah dilakukan ketika bola telah meninggalkan
tangan pelempar (lihat,namun, 12:2).
Pelempar tidak boleh menyentuh bola lagi sampai bola telah menyentuh pemain lain
atau gawang (15:7, 15:8). Lihat juga batasan lebih lanjut situasi dalam 14:6.
Gol dapat dicetak langsung dari lemparan apapun, kecuali gol ‘bunuh diri’ langsung
yang dihasilkan dari lemparan kiper (misal menjatuhkan bola ke gawang sendiri).
Teman-Teman Tim dari Pelempar
15:3 Teman-teman tim harus mengambil posisi yang ditentukan oleh lemparan yang
dimaksud (15:6). Para pemain harus tetap berada di posisi yang benar sampai bola
meninggalkan tangan pelempar, kecuali dalam 10:3, paragraf 2.
Bola tidak boleh disentuh oleh, atau diberikan kepada, teman tim saat pelaksanaan
(15:7, paragraf 2 dan 3).
Para Pemain Bertahan
15:4 Pemain bertahan harus mengambil posisi seperti ditentukan untuk lemparan dimaksud dan
tetap dalam posisi yang benar sampai bola meninggalkan tangan pelempar (15:9).
Posisi yang tidak benar dari pihak pemain bertahan dalam hubungannya dengan
pelaksanaan lemparan ke atas, lemparan ke dalam, atau lemparan bebas tidak boleh
diperbaiki oleh wasit jika pemain penyerang tidak dirugikan dengan melakukan
lemparan segera. Jika dirugikan, maka posisi harus diperbaiki.

Edisi: 1 Juli Hala
Isyarat Peluit untuk Memulai Kembali
15:5Wasit harus meniup peluit untuk memulai kembali:
a)Selalu dalam kasus lemparan ke atas (10:3) atau lemparan 7 meter (14:4);
b)Dalam kasus lemparan ke dalam , lemparan kiper , atau lemparan bebas :
-Untuk memulai kembali setelah time-out;
-Untuk memulai kembali setelah lemparan bebas dalam Aturan 13:4;
-Ketika ada penundaan dalam pelaksanaan;
-Setelah perbaikan posisi pemain;
-Setelah peringatan atau teguran lisan.
Wasit dapat menilai perlu, untuk kejelasan, untuk meniup peluit, saat memulai kembali
dalam situasi lainnya.
Pada prinsipnya, wasit tidak akan memberikan isyarat peluit untuk memulai kembali
kecuali dan hingga persyaratan posisi pemain dalam 15:1, 15:3 dan 15:4 telah dipenuhi
(lihat, namun, 13:7 paragraf 2 dan 15:4 paragraf 2). Jika wasit meniup peluit untuk
sebuah lemparan dilakukan, walaupun posisi pemain tidak benar, maka para pemain
tersebut boleh mencampuri.
Setelah isyarat peluit, pelempar harus memainkan bola sebelum 3 detik.
Sanksi-sanksi
15:6 Pelanggaran oleh pelempar atau teman timnya sebelum pelaksanaan sebuah lemparan,
misal, umumnya dalam bentuk posisi yang tidak benar atau penyentuhan bola oleh
teman tim, akan berujung pada perbaikan. (Lihat, namun, 13:7 paragraf 2).
15:7 Konsekuensi dari pelanggaran oleh pelempar atau teman timnya ( 15:1-3 ) saat
pelaksanaan lemparan bergantung terutama pada apakah pelaksanaannya didahului oleh
isyarat peluit untuk memulai kembali.
Pada prinsipnya, pelanggaran apapun saat pelaksanaan yang tidak didahului oleh isyarat
mulai kembali akan ditangani melalui perbaikan dan pengulangan lemparan setelah
isyarat peluit. Namun, sebuah konsep keuntungan, dalam analogi dengan Aturan 13:2,
berlaku di sini. Jika tim pelempar kehilangan bola setelah pelaksanaan yang tidak tepat,
maka lemparan dianggap telah dilakukan dan permainan berlanjut.
Pada prinsipnya, pelanggaran apapun saat pelaksanaan setelah isyarat mulai kembali
akan dihukum. Ini berlaku, misalnya, jika pelempar melompat saat pelaksanaan,
memegang bola lebih dari 3 detik, atau keluar dari posisi yang benar sebelum bola
meninggalkan tangannya. Ini berlaku jika teman tim bergerak ke posisi ilegal setelah
isyarat peluit tapi sebelum bola meninggalkan tangan pelempar (kecuali 10:3, paragraf
2). Dalam kasus-kasus ini, lemparan awal dianulir, dan lawan diberikan lemparan bebas
(13:1a) dari tempat pelanggaran (lihat, namun, Aturan 2:6). Keuntungan dari ketentuan
dalam Aturan 13:2 berlaku, misal jika tim pelempar kehilangan bola sebelum wasit
mendapat kesempatan untuk mencampuri, permainan berlanjut.

Edisi: 1 Juli Hala
15:8 Pada prinsipnya, pelanggaran apapun setelah, tetapi berhubungan dengan, pelaksanaan
lemparan akan dihukum. Ini merujuk pada pelanggaran 15:2, paragraf 2, misal pelempar
menyentuh bola kedua kalinya sebelum bola menyentuh pemain lain atau gawang. Hal
ini dapat berbentuk dribble, atau menangkap bola lagi setelah bola di udara atau telah
ditaruh di lantai. Hal ini dikenakan sanksi dengan lemparan bebas (13:1a) untuk lawan.
Seperti dalam kasus 15:7 paragraf 3, keuntungan ketentuan berlaku.
15:9 Kecuali seperti disebutkan dalam Aturan 14:8, 14:9, 15:4 paragraf 2 dan 15:5 paragraf 3,
pemain bertahan yang mencampuri pelaksanaan lemparan untuk pihak lawan, misalnya
dengan tidak mengambil posisi yang benar pada awalnya atau dengan bergerak ke posisi
yang salah setelahnya, akan dihukum. Hal ini berlaku tanpa melihat apakah hal ini
terjadi sebelum atau saat pelaksanaan (sebelum bola meninggalkan tangan pelempar).
Hal ini juga berlaku tanpa melihat apakah lemparan didahului isyarat peluit untuk
memulai kembali atau tidak. Aturan 8:7c berlaku serangkaian dengan Aturan 16:1b dan
16:3d.
Sebuah lemparan yang terpengaruh secara negatif oleh campur tangan pemain bertahan
akan, dalam prinsipnya, diulangi.

Edisi: 1 Juli Hala
A TURAN 16
Hukuman-hukuman
Peringatan
16:1 Sebuah peringatan adalah hukuman yang tepat untuk:
a)Pelanggaran yang dihukum secara progresif (8:3; bandingkan namun 16:3b dan 16:6d);
b)Tindakan tidak sportif yang akan dihukum secara progresif (8:7).
Komentar:
Pemain tidak akan diperingatkan lebih dari sekali, dan para pemain dalam satu tim tidak akan
diperingatkan lebih dari 3 kali total; setelah itu, hukuman sedikitnya adalah skorsing 2 menit.
Seorang pemain yang telah diskorsing 2 menit tidak dapat diberikan peringatan lagi setelahnya.
Totalnya tidak boleh lebih dari satu kali peringatan untuk diberikan kepada pejabat tim.
16:2 Wasit akan memberikan peringatan kepada pemain yang bersalah atau pejabat dan kepada
penjaga waktu/penjaga skor dengan mengangkat kartu kuning (isyarat tangan no. 13).
Skorsing
16:3 Skorsing (selama 2 menit) adalah hukuman yang tepat:
a)Untuk pelanggaran pergantian pemain, jika tambahan pemain memasuki lapangan,
atau jika pemain mencampuri permainan dari daerah pergantian pemain (4:5-6);
catatan, namun, Aturan 8:10b (II);
b)Untuk pelanggaran seperti dalam 8:3, jika pemain dan/atau timnya telah menerima
jumlah peringatan maksimum (lihat 16:1 Komentar);
c)Untuk pelanggaran seperti dalam 8:4;
d)Untuk tindakan tidak sportif oleh pemain seperti dalam 8:7, jika pemain dan/atau
timnya telah menerima jumlah peringatan maksimum;
e)Untuk tindakan tidak sportif oleh pejabat tim seperti dalam 8:7, jika salah seorang
pejabat dalam tim telah menerima peringatan;
f)Untuk tindakan tidak sportif oleh pemain atau pejabat tim seperti dalam 8:8 (lihat juga
4:6);
g)Sebagai akibat diskualifikasi pemain atau pejabat tim (16:8, paragraf 2; lihat, namun,
16:11b);

Edisi: 1 Juli Hala
h)Untuk tindakan tidak sportif oleh pemain sebelum permainan dimulai kembali, setelah
ia baru saja diskorsing 2 menit (16:9a).
Komentar:
Tidak mungkin untuk memberi pejabat sebuah tim lebih dari satu kali skorsing 2 menit total.
Ketika skorsing 2 menit diberikan kepada pejabat tim menurut 16:3e, pejabat tersebut
diijinkan untuk tetap berada di daerah pergantian pemain dan melakukan tugasnya. Namun,
kekuatan tim di lapangan dikurangi dua menit.
16:4 Setelah mengumumkan time-out, wasit harus menunjukkan dengan jelas skorsing kepada
pemain atau pejabat bersalah, dan kepada penjaga waktu/penjaga skor, melalui isyarat
tangan, misal satu tangan diangkat dengan dua jari diacungkan (isyarat tangan no. 14).
16:5 Lama skorsing selalu 2 menit permainan; skorsing ketiga untuk pemain yang sama selalu
menyebabkan diskualifikasi (16:6d).
Pemain yang diskors tidak boleh berpartisipasi dalam permainan selama masa
skorsingnya, dan tim tidak boleh mencari penggantinya di lapangan.
Masa skorsing dimulai ketika permainan dimulai kembali dengan isyarat peluit.
Skorsing 2 menit dilanjutkan di paruh kedua permainan jika skorsing belum selesai di
akhir paruh pertama. Hal yang sama berlaku dari permainan normal ke permainan
tambahan dan saat permainan tambahan. Skorsing 2 menit yang belum selesai saat akhir
permainan tambahan berarti pemain tersebut tidak boleh ikut dalam permainan tie-
breaker melalui lemparan 7 meter sesuai dengan 2:2 Komentar.
Diskualifikasi
16:6 Diskualifikasi adalah hukuman yang tepat:
a)Untuk pelanggaran 8:5 dan 8:6;
b)Untuk tindakan tidak sportif yang serius dalam 8:9 dan tindakan tidak sportif ekstrim
dalam 8:10, oleh pemain atau pejabat tim, di dalam atau di luar lapangan;
c)Untuk tindakan tidak sportif yang dilakukan oleh salah satu pejabat tim dalam 8:7,
setelah mereka secara kolektif menerima peringatan dan skorsing 2 menit sesuai
dengan 16:1b dan 16:3e;
d)Sebagai akibat dari skorsing ketiga bagi pemain yang sama (16:5);
e)Untuk tindakan tidak sportif yang signifikan atau berulang selama tie-breaker seperti
lemparan 7 meter (2:2 Komentar dan 16:10).
16:7 Setelah meminta time-out, wasit harus menunjukkan dengan jelas diskualifikasi kepada
pemain atau pejabat bersalah, dan kepada penjaga waktu/penjaga skor, dengan
mengangkat kartu merah (isyarat tangan no. 13, lihat juga Aturan 16:8).

Edisi: 1 Juli Hala
16:8 Diskualifikasi seorang pemain atau pejabat selalu untuk selama permainan berlangsung.
Pemain atau pejabat tersebut harus segera meninggalkan lapangan dan daerah
pergantian pemain. Setelah pergi, pemain atau pejabat tersebut dilarang mengadakan
kontak apapun dengan tim.
Diskualifikasi pemain atau pejabat tim, di dalam atau di luar lapangan, dalam masa
permainan, selalu menyebabkan skorsing 2 menit untuk tim. Ini berarti kekuatan tim di
lapangan dikurangi satu (16:3f). Pengurangan di lapangan akan berlangsung 4 menit
jika pemain terdiskualifikasi menurut situasi yang disebutkan dalam Aturan 16:9b-d.
Diskualifikasi mengurangi jumlah pemain, atau pejabat, yang tersedia bagi pemain
(kecuali seperti dalam 16:11b). Namun tim diperbolehkan untuk menambah jumlah
pemain di lapangan lagi setelah masa skorsing berakhir.
Seperti disebutkan dalam Aturan 8:6 dan 8:10a-b, diskualifikasi menurut aturan-aturan
ini akan dilaporkan secara tertulis kepada pihak berwenang untuk ditindak lanjuti.
Dalam kasus-kasus tersebut, ‘pejabat penanggung jawab tim’, dan delegasi (lihat
Klarifikasi No. 7), akan diberitahukan segera setelah keputusan tersebut.
Untuk tujuan ini, wasit juga menunjukkan kartu biru sebagai informasi setelah
mengangkat kartu merah.
Lebih dari satu pelanggaran dalam situasi yang sama
16:9 Jika pemain atau pejabat tim melakukan lebih dari satu pelanggaran secara berturut-turut
atau dalam urutan langsung sebelum permainan dimulai lagi, dan pelanggaran ini dapat
dikenakan hukuman yang berbeda, maka pada prinsipnya, hanya hukuman yang paling
berat yang akan diberikan.
Namun ada beberapa perkecualian spesifik dimana dalam semua kasus, tim tersebut
harus bermain dengan kekuatan yang dikurangi di lapangan selama 4 menit:
a)Jika seorang pemain yang baru saja diskorsing 2 menit melakukan tindakan tidak
sportif sebelum permainan dimulai kembali, maka pemain tersebut diberikan
tambahan skorsing 2 menit (16:3g); jika skorsing tambahan tersebut adalah yang
ketiga kalinya untuk pemain tersebut, maka ia akan didiskualifikasi;
b)Jika pemain baru saja didiskualifikasi (langsung atau karena skorsing ketiga) bersalah
karena melakukan tindakan tidak sportif sebelum permainan dimulai kembali, maka
tim tersebut akan dihukum lebih lanjut sehingga pengurangan pemain akan menjadi
selama 4 menit (16:8, paragraf 2);
c)Jika pemain baru saja diskorsing 2 menit bersalah karena melakukan tindakan tidak
sportif serius atau tindakan tidak sportif ekstrim sebelum permainan dimulai kembali,
maka pemain tersebut akan didiskualifikasi (16:6b); gabungan hukuman-hukuman ini
menyebabkan pengurangan pemain selama 4 menit (16:8, paragraf 2);

Edisi: 1 Juli Hala
d)Jika pemain baru saja didiskualifikasi (langsung atau karena skorsing ketiga) bersalah
karena melakukan tindakan tidak sportif serius atau tindakan tidak sportif ekstrim
sebelum permainan dimulai kembali, maka tim tersebut akan dihukum lebih lanjut
sehingga pengurangan pemain akan menjadi selama 4 menit (16:8, paragraf 2).
Pelanggaran selama masa permainan
16:10 Hukuman-hukuman untuk tindakan-tindakan selama masa permainan diatur dalam
Aturan 16:1, 16:3, dan 16:6.
Konsep ‘masa permainan’ adalah termasuk semua waktu istirahat, time-out, time-out
tim, dan masa perpanjangan waktu. Dalam semua bentuk tie-breaker (misal lemparan 7
meter), hanya Aturan 16:6 berlaku.
Dengan cara ini segala bentuk tindakan tidak sportif yang signifikan atau berulang akan
mencegah partisipasi pemain bersangkutan (lihat Aturan 2:2 Komentar).
Pelanggaran di luar masa permainan
16:11 Tindakan tidak sportif, tindakan tidak sportif serius, tindakan tidak sportif ekstrim, atau
segala bentuk tindakan ceroboh tertentu (lihat Aturan 8:6-10) dari pihak pemain atau
pejabat tim, yang terjadi di tempat permainan tetapi di luar masa permainan, akan
dihukum sebagai berikut:
Sebelum permainan
a)Peringatan akan diberikan dalam kasus tindakan tidak sportif dalam Aturan 8:7-8;
b)Diskualifikasi untuk pemain atau pejabat tim yang bersalah akan diberikan dalam
kasus tindakan yang dijabarkan dalam Aturan 8:6 dan 8:10a, tetapi tim diijinkan untuk
memulai dengan 14 pemain dan 4 pejabat; Aturan 16:8, paragraf 2 berlaku hanya
untuk pelanggaran saat masa bermain; sesuai dengan itu, diskualifikasi tidak
menyebabkan skorsing 2 menit.
Hukuman untuk pelanggaran sebelum permainan tersebut dapat diterapkan kapanpun
dalam masa permainan, ketika pihak yang bersalah berpartisipasi dalam permainan,
karena fakta ini mungkin tidak dapat ditentukan pada saat kejadian.
Setelah permainan
c)laporan tertulis.

Edisi: 1 Juli Hala
A TURAN 17
Wasit-wasit
17:1 Dua wasit dengan kuasa yang sama akan bertanggung jawab untuk setiap permainan.
Mereka dibantu oleh seorang penjaga waktu dan penjaga skor.
17:2 Para wasit mengawasi perilaku para pemain dan pejabat tim dari saat mereka memasuki
tempat sampai mereka meninggalkannya.
17:3 Para wasit bertanggung jawab memeriksa lapangan bermain, gawang, dan bola sebelum
permainan dimulai; mereka memutuskan bola yang akan digunakan (1 dan 3:1).
Para wasit juga memastikan kehadiran kedua tim dalam seragam yang tepat. Mereka
memeriksa lembaran skor dan perlengkapan para pemain. Mereka memastikan jumlah
pemain dan pejabat dalam daerah pergantian pemain tidak melebihi batas, dan mereka
memastikan kehadiran dan identitas ‘pejabat penanggung jawab tim’, untuk setiap tim.
Segala ketidaksesuaian harus diperbaiki (4:1-2 dan 4:7-9).
17:4 Pelemparan koin dilakukan oleh salah satu wasit yang disaksikan oleh wasit lainnya dan
‘pejabat tim bertanggung jawab’ untuk masing-masing tim, atau pejabat tim atau
pemain (misal kapten tim) mewakili ‘pejabat penanggung jawab tim’.
17:5 Pada prinsipnya, seluruh permainan akan dipimpin oleh para wasit yang sama .
Merupakan tanggung jawab mereka untuk memastikan permainan dimainkan sesuai
aturan dan setiap pelanggaran dihukum (lihat, namun, 13:2 dan 14:2).
Jika salah satu wasit tidak mampu menyelesaikan permainan, maka wasit yang lain akan
melanjutkannya sendiri.
Catatan:
IHF, konfederasi benua, dan konfederasi nasional memiliki hak untuk mengubah aturan
dalam daerah tanggung jawab mereka, berkenaan dengan penerapan paragraf 1 dan 3
dalam Aturan 17:5.
17:6 Jika kedua wasit meniup peluit untuk sebuah pelanggaran dan setuju mengenai tim mana
yang harus dihukum tetapi memiliki pendapat berbeda mengenai beratnya hukuman,
maka hukuman yang paling berat lah yang akan diberikan.
17:7 jika kedua wasit meniup peluit untuk sebuah pelanggaran, atau bola telah meninggalkan
lapangan, dan kedua wasit memiliki perbedaan pendapat mengenai tim mana yang harus
menguasai bola, maka keputusan gabungan yang telah disepakati para wasit setelah
berunding satu sama lain akan berlaku. Jika mereka tidak mencapai kesepakatan, maka
pendapat wasit lapangan yang akan menang.

Edisi: 1 Juli Hala
Time-out adalah keharusan. Setelah diskusi antar wasit, mereka memberi isyarat tangan
yang jelas dan permainan dimulai lagi setelah isyarat peluit (2:8d, 15:5).
17:8 Kedua wasit bertanggung jawab untuk mencatat skor.
Mereka juga mencatat tentang peringatan, skorsing, dan diskualifikasi.
17:9 Kedua wasit bertanggung jawab mengendalikan waktu permainan. Jika ada keraguan
mengenai akurasi waktu, para wasit akan mencapai kesepakatan (lihat juga 2:3).
Catatan:
IHF, konfederasi benua, dan federasi nasional memiliki hak untuk mengubah aturan dalam
daerah tanggung jawab mereka, berkenaan dengan penerapan Aturan 17:8 dan 17:9.
17:10 Para wasit bertanggung jawab memastikan bahwa setelah permainan, lembaran skor
dilengkapi dengan benar.
Jenis diskualifikasi yang disebutkan dalam Aturan 8:6 dan 8:10 harus dijelaskan dalam
laporan pertandingan.
17:11 Keputusan yang dibuat oleh para wasit atau para delegasi berdasarkan pengamatan
faktual mereka atau penilaian mereka adalah final.
Permohonan banding dapat diajukan hanya terhadap keputusan yang tidak sesuai
dengan peraturan. Selama permainan, hanya ‘pejabat penanggung jawab tim’ terkait
yang boleh berbicara dengan wasit.
17:12 Para wasit berhak untuk menghentikan permainan secara temporer atau permanen.
Segala usaha harus dilaksanakan untuk melanjutkan permainan, sebelum keputusan dibuat
untuk menghentikan permainan secara permanen.
17:13 Seragam hitam khusus diperuntukkan bagi para wasit.
17:14 Para wasit dan para delegasi boleh menggunakan peralatan elektronik untuk
komunikasi internal mereka. Aturan penggunaannya ditentukan oleh federasi terkait.

Edisi: 1 Juli Hala
A TURAN 18
Penjaga Waktu dan Penjaga Skor
18:1 Pada prinsipnya, penjaga waktu memiliki tanggung jawab mengenai waktu bermain,
time-out, dan waktu skorsing dari pemain yang diskors.
Penjaga skor memiliki tanggung jawab utama untuk daftar pemain tim, lembaran skor,
masuknya pemain yang datang setelah permainan dimulai, dan masuknya pemain yang
tidak berhak untuk berpartisipasi.
Tugas lain, seperti mengendalikan jumlah pemain dan pejabat tim di daerah pergantian
pemain, keluar masuknya pemain pengganti, dan penghitungan jumlah serangan setelah
perlakuan yang diberikan kepada pemain di lapangan, dianggap sebagai tanggung jawab
bersama. Keputusan ini dianggap berdasarkan pengamatan faktual mereka.
Umumnya, hanya penjaga waktu (dan, jika dimungkinkan, seorang delegasi dari
federasi yang bertanggung jawab) yang boleh menghentikan permainan jika diperlukan.
Lihat juga Klarifikasi No. 7 mengenai prosedur yang benar untuk campur tangan
penjaga waktu/penjaga skor ketika memenuhi tanggung jawab seperti di atas.
18:2 Jika tidak ada jam papan skor publik tersedia , maka penjaga waktu harus tetap
menginformasikan ‘pejabat penanggung jawab tim’ untuk setiap tim mengenai lama
permainan berlangsung atau berapa waktu yang tersisa, terutama setelah time-out.
Jika tidak ada jam papan skor dengan isyarat otomatis tersedia, maka penjaga waktu
bertanggung jawab memberi isyarat final pada paruh waktu dan pada akhir permainan
(lihat 2:3).
Jika papan skor publik tidak mampu menampilkan waktu skorsing (setidaknya tiga per
tim selama pertandingan IHF), penjaga waktu harus menampilkan kartu pada meja
penjaga waktu, yang menunjukkan waktu usainya setiap skorsing, bersamaan dengan
nomor pemainnya.

Edisi: 1 Juli Hala
S INYAL T ANGAN
Isyarat Tangan
Ketika lemparan ke dalam atau lemparan bebas diserukan, wasit harus segera
menunjukkan arah lemparan yang akan dilakukan (isyarat 7 atau 9).
Setelah itu, isyarat tangan yang wajib dan benar harus diberikan, untuk menunjukkan
hukuman perorangan (isyarat 13-14).
Jika tampaknya diperlukan untuk menjelaskan alasan dari keputusan lemparan bebas
atau lemparan 7 meter, maka salah satu isyarat dari 1-6 dan 11 dapat diberikan untuk
sekedar informasi. Namun isyarat 11 selalu diberikan dalam situasi dimana keputusan
lemparan bebas untuk permainan pasif tidak didahului isyarat 17.
Isyarat 12, 15 dan 16 adalah suatu keharusan di dalam situasi-situasi tersebut.
Isyarat 8, 10 dan 17 digunakan jika diperlukan oleh para wasit.
Daftar isyarat tangan:
1.Memasuki Daerah Gawang 52
2.Dribel ilegal 52
3.Terlalu banyak langkah atau memegang bola lebih dari 3 detik 53
4.Mengekang, menahan, atau mendorong 53
5.Memukul 54
6.Pelanggaran ofensif 54
7.Arah lemparan ke dalam 55
8.Lemparan kiper 55
9.Arah lemparan bebas 56
10.Jaga jarak 3 meter 56
11.Permainan pasif 57
12.Gol 57
13.Peringatan (kuning) – Diskualifikasi (merah) 58
Informasi laporan tertulis (biru)
14.Skorsing (2 menit) 58
15.Waktu jeda 59
16.Ijin untuk dua orang (yang berhak berpartisipasi) 59
Untuk memasuki lapangan saat time-out
17.Isyarat pendahuluan untuk permainan pasif 60

Edisi: 1 Juli Hala
1
Memasuki Daerah Gawang
2
Dribel ilegal

Edisi: 1 Juli Hala
3
Terlalu banyak langkah
atau memegang bola
lebih dari 3 detik
4
Mengekang, menahan,
atau mendorong

Edisi: 1 Juli Hala
5
Memukul
6
Pelanggaran ofensif

Edisi: 1 Juli Hala
7
Arah lemparan ke dalam
8
Lemparan kiper

Edisi: 1 Juli Hala
9
Arah lemparan bebas
10
Jaga jarak 3 meter

Edisi: 1 Juli Hala
11
Permainan Pasif
12
Gol

Edisi: 1 Juli Hala
13
Peringatan (kuning)
Diskualifikasi (merah)
Informasi laporan tertulis (biru)
14
Skorsing
(2 menit)

Edisi: 1 Juli Hala
15
Waktu Jeda
16
Ijin untuk dua orang (yang
berhak berpartisipasi) untuk
memasuki lapangan
selama waktu jeda

Edisi: 1 Juli Hala
17
Isyarat pendahuluan
untuk permainan pasif

Edisi: 1 Juli Hala
Federasi
Bola-tangan
Internasiona
l
Klarifikasi terhadap
Aturan Bermain

Edisi: 1 Juli Hala
Daftar Isi
1.Pelaksanaan Lemparan Bebas setelah Isyarat Final (2:4-6) 63
2.Waktu Jeda (2:8) 64
3.Waktu Jeda Tim (2:10) 65
4.Permainan Pasif (7:11-12) 67
5.Lemparan ke Atas (10:3) 71
6.Definisi “Kesempatan Mencetak Skor yang Jelas” (14:1) 72
7.Campur tangan oleh Penjaga Waktu atau oleh Delegasi (18:1) 73
8.Cidera Pemain (4:11) 75

Edisi: 1 Juli Hala
1.Pelaksanaan Lemparan Bebas setelah Isyarat Final (2:4-6)
Dalam banyak kasus, tim yang memiliki kesempatan untuk melaksanakan lemparan bebas
setelah waktu bermain selesai tidak tertarik untuk mencoba mencetak gol, baik karena hasil
permainan yang sudah jelas atau karena posisi dari lemparan bebas terlalu jauh dari gawang
lawan. Walaupun secara teknis aturan menentukan lemparan bebas dilaksanakan, wasit harus
menilai dengan baik dan memertimbangkan lemparan bebas yang dilakukan jika pemain yang
berada di posisi yang tepat cukup menjatuhkan bola atau memberikannya ke wasit.
Dalam kasus-kasus tersebut dimana tim dengan jelas ingin mencoba mencetak gol, wasit
harus mencoba menyeimbangkan antara memberikan kesempatan (walaupun sangat kecil) dan
memastikan bahwa situasi tidak akan memburuk menjadi “drama” yang mengecewakan dan
menghabiskan waktu. Ini berarti wasit harus menempatkan pemain kedua tim dalam posisi
yang tepat dengan cepat sehingga lemparan bebas dapat dilaksanakan tanpa penundaan.
Batasan dalam Aturan 2:5 mengenai posisi pemain dan pengganti harus diterapkan (4:5 dan
13:7).
Wasit harus sangat waspada akan pelanggaran yang dapat dikenakan hukuman dari kedua tim.
Gangguan terus menerus oleh tim bertahan harus dihukum (15:4, 15:9, 16:1b, 16:3d).
Terlebih, pemain penyerang seringkali melanggar peraturan saat pelaksanaan, misalnya satu
atau lebih pemain melintasi garis lemparan bebas setelah peluit ditiup tetapi sebelum
pelemparan (13:7, paragraf 3), atau pelempar bergerak atau melompat ketika melempar
(15:1, 15:2, 15:3).
Sangat penting untuk tidak membiarkan gol apapun dicetak secara ilegal.

Edisi: 1 Juli Hala
2.Waktu Jeda (2:8)
Selain situasi yang disebutkan dalam Aturan 2:8, dimana time-out adalah kewajiban, wasit
diharapkan untuk menimbang perlunya time-out dalam situasi yang lain. Beberapa situasi
umum dimana time-out bukanlah kewajiban tetapi cenderung diberikan dalam keadaan
normal adalah:
a)Ada pengaruh luar, misal lapangan harus dibersihkan;
b)Seorang pemain terlihat cidera;
c)Salah satu tim jelas menghabiskan waktu, misal ketika tim menunda pelaksanaan
lemparan formal, atau ketika seorang pemain membuang bola, atau tidak melepasnya;
d)Jika bola menyentuh langit-langit atau fitting di atas lapangan (11:1), dan bola
memantul jauh dari lokasi yang menyebabkan lemparan ke dalam, menyebabkan
penundaan yang tidak wajar;
e)Mengganti pemain lapangan dengan kiper untuk melaksanakan lemparan kiper.
Ketika menentukan perlunya time-out dalam situasi-situasi semacam ini, wasit harus lebih
dulu menimbang apakah penghentian permainan tanpa time-out akan menyebabkan kerugian
yang tidak adil bagi salah satu tim. Misalnya, jika salah satu tim memimpin dengan selisih
yang jelas di menit-menit terakhir permainan, maka mungkin tidak perlu untuk membuat
time-out selama gangguan singkat untuk menyapu lapangan. Begitupun jika tim yang akan
dirugikan karena kurangnya time-out adalah tim yang, dengan suatu alasan, menyebabkan
penundaan sendiri, maka jelas tidak diperlukan time-out.
Faktor penting lainnya adalah perkiraan lamanya interupsi. Lamanya interupsi karena cidera
seringkali sulit diperkirakan, jadi akan lebih aman untuk meminta time-out. Sebaliknya, wasit
tidak boleh terburu-buru meminta time-out hanya karena bola keluar lapangan. Dalam kasus-
kasus tersebut, bola seringkali kembali dan siap dimainkan lagi dengan segera. Jika tidak,
para wasit harus berkonsentrasi untuk mendapatkan bola cadangan untuk dimainkan segera
(3:4), dengan maksud untuk menghindari time-out yang tidak perlu.
Time-out wajib dalam hubungannya dengan lemparan 7 meter telah dihapuskan. Mungkin
masih diperlukan untuk memberikan time-out berdasarkan penilaian subyektif dalam situasi
tertentu, sesuai dengan prinsip yang baru saja didiskusikan. Ini mungkin melibatkan situasi
dimana salah satu tim jelas-jelas menunda pelaksanaan, termasuk misalnya penggantian
kiper atau pelempar.

Edisi: 1 Juli Hala
3.Waktu Jeda Tim (2:10)
Setiap tim berhak untuk menerima 1 menit time-out tim dalam setiap paruh waktu
permainan reguler (tetapi tidak dalam permainan perpanjangan waktu).
Tim yang ingin meminta time-out tim harus melakukannya dengan meminta pejabat tim untuk
meletakkan kartu hijau di meja di depan penjaga waktu. Disarankan ukuran kartu hijaunya
adalah 15 x 20 cm dan memiliki tanda “T” besar pada setiap sisinya.
Sebuah tim hanya boleh mengajukan time-out timnya saat mereka memiliki bola (saat bola
dimainkan atau saat interupsi). Asalkan tim tidak kehilangan bola sebelum penjaga waktu
sempat meniup peluit (dalam kasus tersebut, kartu hijau akan dikembalikan kepada tim
tersebut), tim tersebut akan diberikan time-out segera.
Penjaga waktu kemudian akan menghentikan permainan segera dengan meniup peluit, dan
menghentikan jam (2:9). Ia memberi isyarat tangan untuk time-out (no. 15) dan menunjuk
dengan tangan terentang kepada tim yang meminta time-out tim.
Kartu hijau diletakkan di meja, di bagian sisi tim yang meminta time-out tim dan tetap di sana
selama time-out.
Para wasit mengakui time-out tim, dan penjaga waktu memulai jam yang terpisah menghitung
lamanya time-out tim. Penjaga skor memasukkan waktu time-out tim dalam lembaran skor
untuk tim yang memintanya.
Selama time-out tim, pemain dan pejabat tim tetap di daerah pergantian pemain mereka, baik
di lapangan maupun di daerah pergantian pemain. Para wasit tetap di tengah lapangan, tetapi
salah satu dari mereka boleh ke meja penjaga waktu untuk berkonsultasi sesaat.
Untuk tujuan penghukuman dalam Aturan 16, time-out tim dianggap bagian dari waktu
bermain (16:10), jadi tindakan tidak sportif dan pelanggaran apapun akan dihukum secara
normal. Konteks ini tidak sesuai, jika pemain/pejabat itu berada di dalam atau luar lapangan.
Karenanya, peringatan, skorsing, atau diskualifikasi dalam Aturan 16:1-3 dan 16:6-9 dapat
diberikan untuk tindakan tidak sportif (8:7-10) atau untuk tindakan dalam Aturan 8:6b.
Setelah 50 detik, penjaga waktu memberi isyarat akustik memberitahukan bahwa permainan
akan dimulai dalam 10 detik.
Kedua tim diwajibkan untuk siap memulai permainan kembali ketika waktu time-out habis.
Permainan dimulai kembali baik dengan lemparan yang sesuai dengan situasi yang ada
ketika time-out diberikan, atau jika bola saat itu sedang dimainkan, dengan lemparan bebas
untuk tim yang meminta time-outtim dari tempat di mana bola berada saat interupsi.
Saat wasit meniup peluit, penjaga waktu menjalankan jam lagi.

Edisi: 1 Juli Hala
Catatan:
Jika IHF, konfederasi benua, atau federasi nasional menerapkan aturan yang berbeda
menurut Catatan dalam Aturan 2:10, tiap tim memiliki hak menerima maksimum tiga kali
time out selama masa bermain reguler tetapi tidak dalam masa perpanjangan waktu. Tidak
lebih dari dua time-out tim diberikan untuk tiap paruh waktu bermain reguler. Di antara dua
time-out tim dari satu tim, lawan harus setidaknya sekali memiliki bola. 3 kartu hijau, dengan
nomor 1, 2, dan 3, tersedia untuk setiap tim.
Kedua tim menerima kartu bertuliskan nomor ‘1’, dan ‘2’ di paruh pertama permainan dan
kartu no. 2 dan no. 3 di paruh kedua asalkan mereka menerima tidak lebih dari satu time-out
tim pada paruh pertama. Dalam kasus mereka menerima dua time-out tim pada paruh
pertama, mereka hanya menerima kartu hijau no. 3.
Dalam lima menit terakhir dari permainan reguler, hanya satu time-out tim per tim
diperbolehkan.

Edisi: 1 Juli Hala
4.Permainan Pasif (7:11-12)
A.Petunjuk Umum
Penerapan aturan mengenai permainan pasif bertujuan untuk mencegah metode permainan
yang tidak menarik dan penundaan yang disengaja dalam permainan. Ini membutuhkan
kejelian wasit dalam menilai metode pasif yang digunakan secara konsisten.
Metode permainan pasif dapat timbul dalam semua fase serangan sebuah tim, misal ketika bola
memasuki lapangan, selama fase membangun, atau selama fase penyelesaian.
Cara bermain pasif umumnya digunakan dalam situasi berikut:
Sebuah tim memimpin dengan tipis mendekati akhir permainan;
Seorang pemain tim telah diskors;
Ketika kemampuan lawan lebih kuat, terutama dalam pertahanan.
Kriteria yang disebutkan dalam spesifikasi berikut jarang terjadi secara tersendiri, tapi harus
dinilai secara keseluruhan oleh wasit. Khususnya akibat dari pertahanan aktif yang bekerja
sesuai aturan harus diperhitungkan.
B.Penggunaan Isyarat Peringatan Dini
Isyarat peringatan dini harus ditunjukkan terutama dalam situasi berikut:
B1. Isyarat peringatan dini ketika pergantian pemain diperlambat atau ketika bola bergerak
lambat di lapangan
Indikasi umumnya adalah:
Pemain hanya berdiri saja di tengah lapangan menunggu pergantian pemain;
Seorang pemain menunda pelaksanaan lemparan bebas (dengan berpura-pura tidak
tahu tempat yang benar), lemparan ke atas (dengan pengembalian bola yang lambat
oleh kiper, dengan operan tak menentu ke tengah yang disengaja, atau dengan berjalan
lambat-lambat ke tengah), lemparan kiper, atau lemparan ke dalam, setelah tim
sebelumnya telah diperingatkan untuk tidak melakukan taktik penundaan;
Seorang pemain berdiri diam sambil memantulkan bola;
Bola dimainkan kembali ke dalam paruh lapangan tim sendiri walaupun lawan tidak
melakukan tekanan.
B2. Isyarat peringatan dini dalam hubungannya dengan penggantian yang terlambat selama fase
membangun
Indikasi umumnya adalah:
Semua pemain telah berada di posisi menyerang mereka;
Tim memulai fase membangun dengan permainan operan yang telah dipersiapkan;
Sampai fase ini tim tidak melakukan penggantian.

Edisi: 1 Juli Hala
Komentar:
Tim yang telah mencoba melakukan serangan balik cepat dari paruh lapangannya, tetapi
gagal untuk mendapatkan kesempatan mencetak skor setelah mencapai paruh lapangan
lawan, harus diperbolehkan melakukan pergantian pemain dengan cepat pada tingkatan itu.
B3. Selama fase membangun yang terlalu lama
Dalam prinsipnya, tim harus selalu diijinkan melakukan fase membangun dengan permainan
operan sebelum mereka dapat diharapkan untuk memulai situasi menyerang sasaran.
Indikasi umum dari fase membangun yang terlalu lama adalah:
Serangan tim tidak mengarah pada tindakan menyerang sasaran apapun;
Komentar:
Tindakan menyerang sasaran ada ketika tim dengan bola di tangan menggunakan metode
taktis untuk bergerak sehingga mereka mendapatkan keuntungan ruang atas pihak bertahan,
atau ketika mereka meningkatkan kecepatan serangan dibandingkan fase membangun.
Pemain berulang kali menerima bola ketika berdiri diam atau bergerak menjauhi
gawang;
Berulang-ulang memantulkan bola ketika berdiri diam;
Ketika berhadapan dengan lawan, penyerang berbalik secara prematur, menunggu
wasit menginterupsi, atau tidak mendapatkan keuntungan ruang atas pihak bertahan;
Tindakan bertahan aktif: metode bertahan aktif mencegah penyerang mempercepat
permainan karena pihak bertahan menghadang gerakan bola yang diinginkan dan
jalur-jalur lari;
Kriterium khusus untuk fase membangun yang lama adalah ketika tim penyerang tidak
meningkatkan kecepatan permainan dari fase membangun ke fase akhir.
C.Bagaimana Isyarat Peringatan Dini Harus Digunakan
Jika seorang wasit (baik wasit lapangan atau wasit garis gawang) mengenali kemunculan
permainan pasif, ia mengangkat tangannya (isyarat tangan no. 17), untuk mengindikasikan
penilaian bahwa tim tidak mencoba untuk mendapatkan posisi menembak gawang. Wasit
lainnya juga harus memberikan isyarat peringatan dini.
Isyarat peringatan dini menyatakan bahwa tim dengan bola tidak berusaha untuk menciptakan
kesempatan mencetak skor, atau berulang kali menunda dimulainya kembali permainan.
Isyarat tangan dilakukan sampai:
Serangan selesai, atau
Isyarat peringatan dini tidak lagi sah (lihat komentar di bawah).
Sebuah serangan dimulai ketika tim menguasai bola, dan dianggap berakhir ketika tim
mencetak gol atau kehilangan bola.
Isyarat peringatan dini sewajarnya berlaku untuk selama masa serangan. Namun, selama masa
serangan, ada dua situasi dimana penilaian permainan pasif tidak lagi sah, dan isyarat
peringatan dini harus dihentikan:

Edisi: 1 Juli Hala
a)Tim dengan bola menembak gawang dan bola memantul langsung ke tim penyerang
dari gawang atau kiper, atau menghasilkan lemparan ke dalam untuk tim tersebut;
b)Pemain atau pejabat dari tim bertahan diberikan hukuman perorangan dalam Aturan 16
karena pelanggaran atau tindakan tidak sportif.
Dalam dua situasi ini, tim dengan bola harus diijinkan melakukan fase membangun lagi.
D.Setelah Isyarat Peringatan Dini Telah Ditunjukkan
Setelah menunjukkan isyarat peringatan dini, wasit harus mengijinkan tim dengan bola
beberapa saat untuk mengubah tindakan mereka. Dalam situasi ini, tingkat keahlian pada usia
dan kategori penampilan yang berbeda harus diperhitungkan.
Tim yang telah diperingatkan sebelumnya akan diijinkan menyiapkan tindakan serangan
sasaran menuju gawang.
Jika tim dengan bola tidak mencoba bergerak menuju posisi menembak gawang (kriteria
pembuatan keputusan lihat D1 dan D2), maka satu wasit memutuskan bahwa ini permainan
pasif selambatnya ketika tidak ada tembakan ke gawang dilakukan setelah 6 operan (7:11-12).
Tindakan berikut tidak dianggap sebagai operan:
Ketika percobaan operan tidak bisa dikendalikan karena pelanggaran terkena hukuman
oleh pemain bertahan.
Jika percobaan operan dibelokkan oleh pemain bertahan hingga keluar garis tepi atau
garis gawang terluar.
Percobaan lemparan yang dihadang oleh lawan.
Kriteria Pembuatan keputusan setelah memperlihatkan isyarat peringatan dini:
D1. Tim penyerang:
Tidak ada peningkatan permainan yang jelas;
Tidak ada tindakan terarah menuju gawang;
Tindakan 1 lawan 1 dimana tidak ada keuntungan ruang yang didapatkan;
Penundaan ketika memainkan bola (misal ketika jalur operan terhadang oleh tim
bertahan).
D2. Tim bertahan:
Tim bertahan mencoba mencegah peningkatan permainan atau tindakan menyerang
sasaran melalui metode bertahan aktif yang benar;
Jika tim bertahan mencoba menginterupsi urutan operan tim penyerang dengan
melakukan pelanggaran menurut Aturan 8:3, perilaku ini secara konsisten harus
dihukum secara progresif.

Edisi: 1 Juli Hala
D3. Catatan mengenai jumlah maksimum operan
D3a. Sebelum pelaksanaan operan ke 6:
Jika wasit memutuskan lemparan bebas atau lemparan ke dalam bagi tim penyerang
ketika isyarat peringatan dini telah ditunjukkan, hal ini tidak mengganggu hitungan
operan.
Begitupun jika operan atau tembakan ke gawang dihadang pemain lapangan tim
bertahan dan bola jatuh ke tangan tim penyerang (bahkan sebagai lemparan kiper), hal
ini tidak mengganggu hitungan operan.
D3b. Setelah pelaksanaan operan ke 6:
Jika lemparan bebas, lemparan ke dalam (atau lemparan kiper) diberikan kepada tim
penyerang setelah operan ke 6, tim tersebut memiliki kesempatan menggabungkan
sebuah lemparan dengan sebuah operan tambahan untuk menyelesaikan serangan.
Hal yang sama berlaku jika lemparan yang dilaksanakan setelah operan ke 6 dihadang
oleh tim bertahan dan bola diarahkan ke pemain penyerang atau melewati garis tepi
atau garis terluar gawang. Dalam hal ini, tim penyerang memiliki kesempatan
menyelesaikan serangan dengan membuat satu kali operan tambahan.
E.Lampiran
Indikasi pengurangan kecepatan permainan
Tindakan menyimpang dan tidak mendalam menuju gawang
Sering berlari diagonal di depan pemain bertahan tanpa menekan mereka
Tidak ada aksi mendalam, seperti menghadang musuh 1 lawan 1 atau mengoper bola
ke pemain di antara garis daerah gawang dan garis lemparan bebas
Operan berulang antara dua pemain tanpa peningkatan kecepatan permainan atau
tindakan menuju gawang
Operan bola kepada semua posisi terlibat (pemain sayap, pivot, dan pemain belakang)
tanpa peningkatan kecepatan yang jelas atau tindakan menuju gawang
Indikasi tindakan 1 lawan 1 tanpa keuntungan ruang yang didapatkan
Aksi 1 lawan 1 dalam situasi di mana jelas tidak ada ruang untuk bergerak (beberapa
lawan menutup ruangan untuk bergerak)
Aksi 1 lawan 1 tanpa tujuan untuk bergerak menuju gawang
Aksi 1 lawan 1 dengan tujuan hanya untuk mendapatkan lemparan bebas (misal,
membiarkan dirinya ‘terjepit’, atau mengakhiri aksi 1 lawan 1 walaupun ada
kemungkinan untuk bergerak bebas)
Indikasi metode bertahan aktif yang sesuai dengan aturan
Mencoba untuk tidak melakukan pelanggaran agar menghindari interupsi permainan
Menghalangi jalur lari penyerang, mungkin dengan menggunakan dua pemain bertahan
Bergerak untuk menutup jalur operan
Pemain bertahan maju untuk memaksa penyerang mundur ke belakang lapangan
Memaksa penyerang mengoper bola jauh ke belakang menuju posisi aman

Edisi: 1 Juli Hala
5.Lemparan ke Atas (10:3)
Sebagai acuan untuk interpretasi Aturan 10:3, wasit harus mengingat tujuan mendorong tim
untuk melakukan lemparan ke atas yang cepat. Ini artinya wasit harus menghindari menjadi
terlalu kaku dan tidak mencari kesempatan untuk mengulang atau menghukum pemain yang
mencoba melempar dengan cepat.
Sebagai contoh, wasit harus menghindari pembuatan catatan atau tugas lainnya mencampuri
kesiapan mereka untuk memeriksa posisi pemain secepatnya. Wasit lapangan harus siap untuk
meniup peluit saat pelempar mencapai posisi yang benar, dengan beranggapan tidak
diperlukan untuk memerbaiki posisi pemain lain. Wasit juga harus mengingat bahwa teman
tim dari pelempar diijinkan melintasi garis tengah segera sesudah peluit dibunyikan. (Ini
adalah perkecualian dari prinsip dasar untuk pelaksanaan lemparan formal.)
Walau aturan menyebutkan bahwa pelempar harus menginjak garis tengah dan berada dalam
jarak 1.5 meter dari tengah, wasit harus lebih tolerir terhadap ukuran dan tidak memusingkan
soal sentimeter. Yang paling penting adalah untuk menghindari ketidakadilan dan
ketidakpastian dari lawan mengenai kapan dan di mana lemparan ke atas dilakukan.
Lebih lanjut, kebanyakan lapangan tidak memiliki titik tengah yang ditandai, dan beberapa
lapangan bahkan memiliki garis tengah yang diinterupsi oleh iklan di tengah. Dalam hal ini,
baik pelempar atau wasit akan harus memperkirakan posisi yang tepat, dan segala tuntutan
ketepatan akan menjadi tidak realistis dan tidak pada tempatnya.

Edisi: 1 Juli Hala
6.Definisi “Kesempatan Mencetak Skor yang Jelas” (14:1)
Untuk tujuan Aturan 14:1, sebuah kesempatan mencetak skor yang jelas terjadi ketika:
a)Seorang pemain yang sudah memiliki bola dan kendali tubuh pada garis daerah
gawang lawan memiliki kesempatan untuk menembak ke gawang, tanpa lawan
manapun mampu mencegah tembakan dengan cara legal.
Ini juga berlaku jika pemain tersebut belum memiliki bola tetapi siap untuk langsung
menerima bola; tidak ada lawan berada pada posisi untuk mencegah penerimaan bola
dengan cara legal.
b)Seorang pemain yang memiliki bola dan kendali tubuh berlari (atau mendribel)
sendirian menuju kiper dalam serangan balasan, tanpa ada lawan yang mampu
menghadangnya dan mencegah serangan balasan.
Ini juga berlaku jika pemain tersebut belum memiliki bola tetapi siap untuk langsung
menerima bola, dan kiper lawan melalui bentrokan seperti dalam 8:5 Komentar
mencegah penerimaan bola; dalam kasus khusus ini, posisi dari para pemain bertahan
adalah tidak relevan.
c)Seorang kiper meninggalkan daerah gawangnya dan seorang lawan dengan bola dan
kendali tubuh memiliki kesempatan yang jelas dan tak dapat dicegah untuk melempar
bola ke gawang kosong tersebut.

Edisi: 1 Juli Hala
7.Campur tangan oleh Penjaga waktu atau oleh Delegasi (18:1)
Jika penjaga waktu atau delegasi ikut campur, ketika permainan sudah dihentikan, lalu
permainan dimulai kembali dengan lemparan yang sesuai dengan alasan interupsi.
Jika penjaga waktu atau delegasi ikut campur, dan karenanya menghentikan permainan saat
bola sedang dimainkan , maka peraturan berikut berlaku:
A.Pelanggaran pergantian pemain atau pemain masuk secara ilegal (Aturan 4:2-3, 5-6)
Penjaga waktu (atau delegasi) harus menghentikan permainan segera, tanpa memedulikan
konsep ‘keuntungan’ dalam Aturan 13:2 dan 14:2. Jika karena interupsi tersebut, dikarenakan
pelanggaran oleh tim bertahan, sebuah kesempatan yang jelas untuk mencetak skor
dihancurkan, maka lemparan 7 meter harus diberikan sesuai Aturan 14:1a. Dalam hal lainnya,
permainan dimulai lagi dengan lemparan bebas.
Pemain yang melanggar dihukum sesuai Aturan 16:3a. Namun dalam hal masuk secara ilegal,
dengan Aturan 4:6, saat kesempatan yang jelas untuk mencetak skor, maka pemain dihukum
sesuai Aturan 16:6b berkesinambungan dengan Aturan 8:10b.
B.Interupsi untuk alasan lainnya, misal tindakan tidak sportif di daerah pergantian
pemain
a.Campur tangan oleh penjaga waktu
Penjaga waktu harus menunggu sampai interupsi permainan berikutnya lalu memberitahukan
wasit.
Jika penjaga waktu menginterupsi permainan saat bola dimainkan, maka permainan dimulai
kembali dengan lemparan bebas dari tim yang menguasai bola pada saat interupsi.
Jika interupsi disebabkan pelanggaran oleh tim bertahan, dan menghancurkan kesempatan
jelas untuk mencetak skor, maka lemparan 7 meter harus diberikan sesuai Aturan 14:1b.
(Hal yang sama berlaku jika penjaga waktu menghentikan permainan karena permintaan time-
out tim, dan wasit menolak time-out tim karena saat yang tidak tepat. Jika kesempatan jelas
mencetak skor hancur karena interupsi, maka lemparan 7 meter harus diberikan).
Penjaga waktu tidak berhak menentukan hukuman bagi pemain atau pejabat tim. Hal yang
sama berlaku bagi wasit, jika mereka tidak melihat sendiri pelanggarannya. Dalam hal itu,
mereka hanya bisa memberikan peringatan informal. Jika pelanggaran yang dilaporkan jatuh
dalam Aturan 8:6 atau 8:10, mereka harus menyerahkan laporan tertulis.

Edisi: 1 Juli Hala
b.Campur tangan oleh delegasi
Delegasi dari IHF, konfederasi benua, atau federasi nasional, yang bertugas di dalam
permainan, memiliki hak untuk memberitahu wasit mengenai keputusan yang dimungkinkan
dalam hal pelanggaran aturan (kecuali dalam hal keputusan wasit berdasarkan pengamatan
faktual) atau mengenai pelanggaran aturan daerah pergantian pemain.
Delegasi dapat menghentikan permainan segera. Dalam hal ini, permainan dimulai lagi
dengan lemparan bebas untuk tim yang tidak melakukan pelanggaran yang menyebabkan
interupsi. Jika interupsi disebabkan oleh pelanggaran dari tim bertahan, dan interupsi
menghancurkan kesempatan jelas untuk mencetak skor, maka lemparan 7 meter sesuai Aturan
14:1a harus diberikan.
Wasit diwajibkan untuk memberikan hukuman perorangan sesuai instruksi dari delegasi.
Fakta yang berhubungan dengan pelanggaran Aturan 8:6 atau 8:10 akan dilaporkan secara
tertulis.

Edisi: 1 Juli Hala
8.Pemain Cidera (4:11)
Jika pemain terlihat cidera di lapangan, maka tindakan berikut harus dilakukan:
a)Jika wasit benar-benar yakin bahwa pemain yang cidera memerlukan perawatan medis
di lapangan, mereka akan segera menunjukkan isyarat tangan no. 15 dan 16. Maka,
pemain harus memenuhi syarat Aturan 4:11 paragraf 2 setelah menerima perawatan.
Dalam hal lainnya, wasit akan meminta pemain untuk keluar dan mendapatkan
perawatan di luar lapangan. Jika ini tidak mungkin dilakukan pemain tersebut, wasit
akan menampilkan isyarat tangan no. 15 dan 16. Aturan 4:11, paragraf 2 berlaku.
Pelanggaran aturan-aturan ini akan dihukum karena tindakan tidak sportif.
Jika pemain, yang harus meninggalkan lapangan saat tiga serangan, dihukum dengan
skors 2 menit, ia boleh memasuki lapangan kembali saat akhir masa skorsingnya,
tanpa memedulikan jumlah serangan yang telah dimainkan..
Jika pejabat tim menolak memberikan perawatan yang diperlukan pemain, ‘pejabat
penanggung jawab tim’ dihukum secara progresif (lihat Aturan 4:2, paragraf 3).
b)Penjaga waktu dan penjaga skor atau delegasi bertanggung jawab untuk menghitung
jumlah serangan. Mereka memberi tahu tim bersangkutan saat pemain sudah boleh
memasuki lapangan kembali.
Sebuah serangan dimulai dengan penguasaan bola dan berakhir ketika sebuah gol
dicetak atau tim penyerang kehilangan bola.
Jika tim menguasai bola pada saat pemainnya membutuhkan perawatan, serangan ini
dianggap sebagai serangan pertama.
c)Aturan 4:11 paragraf 2 tidak berlaku untuk kasus-kasus berikut:
-Jika perawatan cidera yang dibutuhkan di lapangan merupakan akibat dari aksi
ilegal dari pemain lawan yang telah dihukum secara progresif oleh wasit;
-Jika kepala kiper terkena pukulan bola dan perawatan di lapangan dibutuhkan.

Edisi: 1 Juli Hala
Federasi
Bola-tangan
Internasiona
l
Regulasi Daerah
Pergantian
Pemain

Edisi: 1 Juli Hala
1.Daerah pergantian pemain terletak di luar garis tepi, ke kiri dan ke kanan dari perpanjangan
garis tengah, hingga mencapai akhir dari kursi masing-masing tim (sesuai dengan barisan
tempat duduk yang juga diijinkan), dan juga di belakang mereka jika ada tempat (Aturan
Permainan: diagram 1).
Peraturan untuk acara/kompetisi IHF dan konfederasi benua menjelaskan bahwa kursi-
kursi tim, dan juga ‘zona pelatihan’ masing-masing tim, harus dimulai pada jarak 3.5 meter
dari garis tengah. Ini juga rekomendasi untuk permainan pada semua tingkatan lainnya.
Tidak ada benda apapun yang boleh diletakkan pada garis tepi di depan kursi-kursi tim
(untuk setidaknya 8 meter dari garis tengah).
2.Hanya pemain dan pejabat tim yang tercatat dalam lembaran skor diijinkan untuk berada di
daerah pergantian pemain (4:1-2).
Jika seorang penerjemah dibutuhkan, ia harus mengambil posisi di belakang daerah
pergantian pemain.
3.Pejabat tim di daerah pergantian pemain harus sepenuhnya berpakaian olah raga atau sipil.
Warna yang dapat menyebabkan kebingungan dengan pemain lapangan dari pihak lawan
tidak diijinkan.
4.Penjaga waktu dan penjaga skor harus membantu wasit mengawasi kependudukan daerah
pergantian pemain sebelum dan selama permainan.
Jika sebelum permainan ada pelanggaran aturan mengenai daerah pergantian pemain,
permainan tidak boleh dimulai sampai pelanggaran telah diperbaiki Jika aturan-aturan ini
dilanggar saat permainan berlangsung, permainan harus dihentikan setelah interupsi
berikutnya sampa masalahnya diselesaikan.
5.Pejabat tim mempunyai hak dan kewajiban untuk memandu dan mengatur tim mereka juga
selama pertandingan, dengan semangat adil dan sportif dalam kerangka peraturan. Pada
prinsipnya mereka harus duduk di kursi pemain.
Namun, para pejabat dibolehkan untuk bergerak leluasa di dalam ‘zona pelatihan’. ‘Zona
pelatihan’ adalah daerah tepat di depan kursi dan, jika dimungkinkan, juga tepat di
belakangnya.
Gerakan dan pengaturan posisi di ‘zona pelatihan’ diijinkan untuk tujuan memberikan
nasihat taktis dan untuk memberikan perawatan medis. Pada prinsipnya, hanya satu pejabat
tim diijinkan untuk berdiri atau bergerak pada saat bersamaan. Namun, posisi atau
perilakunya tidak boleh mencampuri aksi pemain di lapangan. Dalam hal pelanggaran
aturan-aturan ini, pejabat tersebut dihukum secara progresif.

Edisi: 1 Juli Hala
Tentu saja diijinkan untuk seorang pejabat tim meninggalkan ‘zona pelatihan’ ketika ia
mau menyerahkan ‘kartu hijau’ untuk meminta time-out tim. Namun pejabat tim tersebut
tidak boleh meninggalkan ‘zona pelatihan’ dengan ‘kartu hijau’ dan berdiri menunggu di
meja untuk meminta time-out tim.
‘Pejabat penanggung jawab tim’ juga boleh meninggalkan ‘zona pelatihan’ dalam situasi
tertentu, misalnya untuk keperluan penting menghubungi penjaga waktu atau penjaga skor.
Pada prinsipnya pemain di daerah pergantian pemain harus diam di kursi pergantian pemain.
Namun pemain diijinkan untuk:
-Hilir mudik di belakang kursi untuk pemanasan, tanpa bola, asalkan ada tempat yang
cukup dan tidak mengganggu.
Tidak diijinkan untuk pejabat tim atau pemain untuk:
-Mencampuri atau menghina wasit, delegasi, penjaga waktu/penjaga skor, pemain,
pejabat tim, atau penonton, dengan berlaku menantang, memrotes, atau bersikap tidak
sportif (berbicara, ekspresi wajah, atau gerakan);
-Meninggalkan daerah pergantian pemain dengan maksud memengaruhi permainan.
Pejabat tim dan pemain umumnya diharapkan untuk tetap berada di daerah pergantian
pemain tim mereka. Jika pejabat tim meninggalkan daerah pergantian pemain untuk posisi
lain, ia kehilangan hak untuk membimbing dan mengatur timnya dan ia harus kembali ke
daerah pergantian pemain untuk mendapatkannya kembali.
Lebih umum lagi, pemain dan pejabat tim tetap di bawah yurisdiksi wasit selama
permainan, dan aturan normal untuk hukuman perorangan berlaku juga jika pemain atau
pejabat memutuskan untuk mengambil posisi jauh dari lapangan dan daerah pergantian
pemain. Karena itu, tindakan tidak sportif, tindakan tidak sportif serius, dan tindakan tidak
sportif ekstrim akan dihukum dengan cara yang sama dengan jika pelanggaran dilakukan di
lapangan atau di daerah pergantian pemain.
6.Jika Aturan Daerah Pergantian Pemain dilanggar, wasit atau delegasi wajib bersikap sesuai
Aturan 4:2 paragraf 3, 16:1b, 16:3d-f atau 16:6b-d (peringatan, skorsing, diskualifikasi).

Edisi: 1 Juli Hala
Federasi
Bola-tangan
Internasiona
l
Petunjuk dan
Interpretasi

Edisi: 1 Juli Hala
Penggantian pemain dan pejabat (Aturan 4:1 – 4:2)
Dalam situasi sebuah tim belum kehabisan jumlah maksimum pemain (Aturan 4:1) atau
pejabat (Aturan 4:2), diijinkan:
-Untuk mendaftarkan seseorang sebagai pejabat walau sebelumnya terdaftar sebagai
pemain
-Untuk mendaftarkan seseorang sebagai pemain walau sebelumnya
terdaftar sebagai pejabat.
Jumlah pemain dan pejabat tidak boleh melebihi batas maksimum.
Fungsi awal pemain atau pejabat akan dihapus dari laporan pertandingan. Tidak boleh untuk
menggantikan pemain atau pejabat dalam fungsi asalnya jika sudah dihapus. Lebih lanjut,
tidak diijinkan untuk menghapus partisipan dengan tujuan agar penggantian sesuai dengan
jumlah maksimum. Seseorang tidak boleh terdaftar sebagai pemain dan pejabat..
IHF, konfederasi benua, dan federasi nasional berhak mengubah aturan dalam daerah
tanggung jawab mereka.
Hukuman perorangan karena pergantian fungsi (peringatan, skorsing) akan dihitung baik
sebagai kuota perorangan dan kuota ‘pemain’ dan ‘pejabat’.
Penanda lapangan (Aturan 1, Aturan Daerah Pergantian Pemain Bab 1)
Garis batas ‘zona pelatihan’ diberikan untuk tujuan informatif.
Garis ini 50 cm panjangnya dan ditarik sejarak 350 cm (di luar lapangan, paralel dengan garis
tengah). Dimulai pada jarak 30 cm di luar garis tepi (dimensi yang disarankan).
Time-Out Tim (Aturan 2:10, Klarifikasi No. 3)
Dimulainya waktu 5 menit terakhir permainan diawali ketika jam menunjukkan 55:00 atau
05:00.

Edisi: 1 Juli Hala
Penggantian pemain (Aturan 4:4)
Pemain selalu keluar masuk lapangan melalui garis pergantian pemain tim mereka sendiri.
Pemain cidera yang keluar lapangan ketika permainan dihentikan merupakan perkecualian.
Para pemain cidera tersebut tidak boleh dipaksa keluar lapangan melalui garis pergantian
pemain ketika jelas-jelas mereka membutuhkan perawatan medis di dalam tempat pergantian
pemain atau di ruang ganti. Lebih lanjut, wasit harus mengijinkan pemain pengganti untuk
masuk lapangan sebelum pemain cidera keluar lapangan, untuk meminimalisir interupsi.
Pemain tambahan (Aturan 4:6, paragraf 1)
Jika pemain tambahan memasuki lapangan tanpa sebuah pergantian, pemain tersebut akan
diskors 2 menit.
Jika tidak mungkin mengidentifikasi pemain bersalah, maka hal-hal berikut harus dilakukan:
-Delegasi atau wasit menyarankan ‘pejabat penanggung jawab tim’ untuk menyebut nama
pemain bersalah tersebut.
-Pemain yang disebutkan namanya itu akan menerima hukuman perorangan skors 2 menit.
-Jika ‘pejabat penanggung jawab tim’ menolak menyebut nama pemain bersalah tersebut,
delegasi atau wasit akan menyebut nama seorang pemain. Pemain yang disebut namanya akan
menerima hukuman perorangan skors 2 menit.
Catatan:
-Hanya pemain yang di lapangan pada saat permainan dihentikan dapat dinamakan ‘pemain
bersalah’.
-Jika ‘pemain bersalah’ menerima skorsing ketiga, ia akan didiskualifikasi menurut Aturan
16:6d.
Benda terlarang, helm, pelindung muka, dan pelindung lutut (Aturan 4:9)
Segala jenis dan ukuran pelindung muka dan helm dilarang. Bukan hanya pelindung seluruh
muka, tetapi pelindung sebagian muka juga dilarang.
Untuk pelindung lutut, tidak diijinkan untuk menggunakan komponen logam. Benda yang
terbuat dari plastik harus seluruhnya dilapisi busa.
Untuk pelindung sendi pergelangan kaki, semua bagian keras terbuat dari logam atau plastik
harus dilapisi.
Pelindung siku diijinkan hanya jika terbuat dari bahan yang lembut.
Federasi dan wasit tidak diijinkan untuk memberikan perkecualian. Namun, jika pejabat
penanggung jawab tim meragukan delegasi atau wasit, mereka akan membuat keputusan
berdasarkan Aturan 4:9 dan “Panduan”. Dalam konteks ini, ‘tidak berbahaya’ dan ‘tidak
memberikan keuntungan yang tidak seharusnya’ adalah prinsip yang paling penting.
Keputusan ini dibuat dengan berkoordinir dengan Komisi Kesehatan IHF.

Edisi: 1 Juli Hala
Untuk saran tambahan (tindakan yang disarankan untuk wasit dan delegasi teknis), lihat
lampiran 1 dan lampiran 2.
Lem (Aturan 4:9)
Lem boleh digunakan. Diperbolehkan untuk menyimpan lem pada sepatu. Ini tidak
membahayakan kesehatan lawan.
Namun, tidak diperbolehkan untuk menyimpan lem di tangan atau di pergelangan tangan. Ini
membahayakan kesehatan lawan, karena lem dapat mengenai mata atau wajah mereka.
Menurut Aturan 4:9 tindakan ini tidak diperbolehkan.
Federasi nasional berhak untuk menambahkan batasan di dalam daerah mereka.
Membantu pemain cidera (Aturan 4:11)
Dalam hal dimana beberapa pemain dari tim yang sama telah cidera, misalnya karena
bertubrukan, wasit atau delegasi dapat mengijinkan tambahan orang yang berhak untuk masuk
lapangan demi membantu para pemain cidera tersebut. Lebih lanjut, wasit dan delegasi
mengawasi petugas medis yang mau memasuki lapangan.
Kiper yang cidera (Aturan 6:8)
Kiper yang terpukul bola yang sedang dimainkan dan tidak mampu bertindak. Umumnya
dalam kasus-kasus ini, perlindungan kiper harus diprioritaskan. Dalam hal memulai kembali
permainan, situasi yang berbeda mungkin terjadi:
a)Bola melewati garis tepi, garis terluar gawang, atau tergeletak atau bergulir dalam
daerah gawang.
Penerapan Aturan yang tepat: Interupsi permainan segera, lemparan ke dalam atau
lemparan kiper dalam hubungannya dengan kasus-kasus di atas, harus dilakukan untuk
memulai permainan kembali.
b)Wasit tidak menghentikan permainan sebelum bola melewati garis tepi atau garis
terluar gawang atau sebelum bola tergeletak atau bergulir dalam daerah gawang.
Penerapan Aturan yang tepat: Memulai kembali permainan dengan lemparan yang
sesuai dengan situasi.
c)Bola melambung di atas daerah gawang.
Penerapan Aturan yang tepat: Tunggu satu atau dua detik sampai satu tim menguasai
bola, hentikan permainan, memulai permainan kembali dengan lemparan bebas bagi
tim yang menguasai bola.
d)Wasit meniup peluit saat bola masih di udara.
Penerapan Aturan yang tepat: Memulai kembali permainan dengan lemparan bebas
untuk tim yang terakhir menguasai bola.
e)Bola memantul dari kiper yang tidak mampu bereaksi balik terhadap seorang
penyerang.
Penerapan Aturan yang tepat: Menghentikan permainan segera, memulai kembali
permainan dengan lemparan bebas bagi tim yang menguasai bola.
Catatan: Dalam hal-hal ini, lemparan 7m tidak mungkin terjadi. Wasit menghentikan
permainan dengan sengaja untuk melindungi kiper. Karenanya, ini bukanlah masalah
‘meniup peluit tanpa alasan’ menurut Aturan 14:1b.

Edisi: 1 Juli Hala
Langkah, memulai dribbling (Aturan 7:3)
Menurut Aturan 7:3c,d menaruh kaki pertama kali setelah menerima bola saat melompat tidak
dianggap satu langkah (tak ada kontak). Namun ‘menerima bola’ berarti menerima operan .
Dribbling dan menangkap bola di udara saat melompat tidak dianggap ‘menerima bola ’
menurut aturannya. Karena itu menaruh kaki setelah dribbling dimulai, tanpa perkecualian
dianggap satu langkah.
Menghitung jumlah operan setelah isyarat peringatan dini (7:11)
Lihat dukungan pelatihan di lampiran 3.
Campur tangan oleh pemain tambahan atau pejabat (Aturan 8:5, 8:6, 8:9, 8:10b)
Dalam kasus campur tangan oleh pemain tambahan atau pejabat, keputusan hukuman dan
kelanjutan permainan harus mengikuti kriteria sebagai berikut:
-Pemain atau pejabat
-Menghancurkan kesempatan yang jelas untuk mencetak skor
Karena kriteria di atas, situasi-situasi berikut dapat terjadi:
a)Saat kesempatan mencetak skor yang jelas, pemain tambahan yang belum melalui
proses pergantian pemain hadir di lapangan.
Penerapan Aturan yang tepat: lemparan 7m, diskualifikasi yang dilaporkan tertulis
b)Pergantian pemain yang tidak tepat: Penjaga waktu/delegasi meniup peluit ketika ada
kesempatan mencetak skor yang jelas.
Penerapan Aturan yang tepat: lemparan 7m, skorsing 2 menit.
c)Saat ada kesempatan yang jelas untuk mencetak skor pejabat tim memasuki lapangan.
Penerapan Aturan yang tepat: lemparan 7m, diskualifikasi yang dilaporkan tertulis.
d)Seperti poin (c), tetapi tanpa kesempatan yang jelas untuk mencetak skor.
Penerapan Aturan yang tepat: lemparan bebas, hukuman progresif.
Tindakan setelah diskualifikasi yang dilaporkan tertulis (Aturan 8:6, 8:10a, b)
Kriteria untuk hukuman paling berat ini ditulis dalam Aturan 8:6 (untuk perilaku ilegal) dan
8:10 (untuk perilaku tidak sportif); lihat juga Aturan 8:3 bab 2.
Karena akibat dari hukuman menurut aturan 8:6 atau 8:10, selama permainan, tidak berbeda
dari hukuman menurut aturan 8:5 dan 8:9 (diskualifikasi tanpa laporan tertulis) IHF
menambahkan ketentuan berikut untuk kedua peraturan:
“... mereka harus menyerahkan laporan tertulis setelah permainan, sehingga pihak berwenang
dapat memutuskan tentang tindak lanjutnya .”
Ketentuan tambahan membangun prinsip bagi pihak berwenang untuk menentukan tentang
tindakan lebih lanjut. Kata-kata “... dapat memutuskan” dalam peraturan sama sekali tidak
boleh diinterpretasikan sebagai menurut kebijakan pihak berwenang, jika tindak lanjutnya
dilakukan. Ini berarti tergantung fakta yang ditemukan oleh wasit. Segala tambahan pada
hukuman diskualifikasi tidak perlu dilaporkan secara tertulis seperti yang dimaksud IHF,
maka penulisan laporan tidak diperlukan lagi.

Edisi: 1 Juli Hala
Kriteria untuk diskualifikasi tanpa / dengan laporan tertulis (Aturan 8:5, 8:6)
Kriteria berikut membantu membedakan antara Aturan 8:5 dan Aturan 8:6:
a)Apa yang dimaksud ‘kecerobohan tertentu’?
Serangan fisik dan tindakan yang mirip serangan fisik
Tindakan kejam atau tidak bertanggung jawab tanpa perasaan perilaku yang tepat
Pemukulan yang tidak ditahan
Tindakan jahat
b)Apa yang dimaksud ‘berbahaya tertentu’?
Tindakan terhadap lawan yang tidak dilindungi
Tindakan serius dan riskan ekstrim yang membahayakan kesehatan lawan
c)Apa yang dimaksud ‘tindakan terencana’?
Secara sengaja dan berniat untuk melakukan tindakan jahat
Tindakan disengaja terhadap tubuh lawan hanya untuk menggagalkan tindakan
lawan
d)Apa yang dimaksud ‘tindakan jahat’?
Tindakan licik dan tersembunyi terhadap lawan yang tidak siap
e)Apa yang dimaksud ‘tidak ada hubungannya dengan situasi permainan’?
Tindakan yang dilakukan jauh dari pemain yang memegang bola
Tindakan yang tidak ada hubungannya dengan taktik permainan
Pemain lapangan memasuki daerah gawang (8:7f)
Jika sebuah tim bermain tanpa kiper dan kehilangan bola, seorang pemain lapangan dari tim ini
memasuki daerah gawangnya untuk mendapatkan keuntungan akan dihukum secara progresif.
Meludah (Aturan 8:9, 8:10a)
Meludah pada seseorang dianggap tindakan yang mirip serangan fisik dan harus dihukum
dengan 8:10a (diskualifikasi dengan laporan tertulis). Pembedaan antara ‘berhasil meludahi’
(dihukum berdasarkan Aturan 8:10) dan ‘gagal meludahi’ (percobaan, dihukum menurut
Aturan 8:9), yang sebelumnya telah ditulis, tidak berubah.
30 detik terakhir (Aturan 8:10c, 8:10d)
30 detik terakhir permainan muncul saat permainan reguler (akhir dari paruh kedua) dan juga
saat akhir paruh kedua saat kedua periode perpanjangan waktu. 30 detik terakhir permainan
dimulai ketika jam menunjukkan 59 menit 30 detik (atau 69:30, 79:30) atau 0 menit 30 detik.

Edisi: 1 Juli Hala
Tidak mematuhi jarak (Aturan 8:10c)
“Tidak mematuhi jarak” hanya dapat dihukum dengan diskualifikasi + lemparan 7m jika
sebuah lemparan saat 30 detik terakhir permainan (!) tidak dapat dilaksanakan.
Jika lemparan dilaksanakan dan terhadang pemain yang berdiri terlalu dekat, hukuman
progresif biasa akan diterapkan juga saat 30 detik terakhir permainan, ketika bola telah
meninggalkan tangan pelempar (lihat Aturan 15:2 paragraf 1).
Aturan dapat diterapkan jika pelanggaran dilakukan saat 30 detik terakhir permainan atau
saat bersamaan dengan isyarat final (lihat Aturan 2:4, paragraf 1). Dalam hal ini, wasit akan
membuat keputusan berdasarkan pengamatan faktual mereka (Aturan 17:11).
Jika permainan dihentikan saat 30 detik terakhir karena campur tangan yang tidak
berhubungan dengan persiapan pelaksanaan lemparan (misalnya pelanggaran pergantian
pemain, tindakan tidak sportif di daerah pergantian pemain), Aturan 8:10c akan diterapkan.
Diskualifikasi saat 30 detik terakhir (Aturan 8:10d)
Dalam hal diskualifikasi pemain bertahan menurut Aturan 8:5 dan 8:6 saat 30 detik terakhir
permainan, hanya pelanggaran menurut Aturan 8:6 Komentar dapat didiskualifikasi dengan
laporan tertulis + lemparan 7m. Pelanggaran dari pemain bertahan menurut Aturan 8:5 saat 30
detik terakhir permainan didiskualifikasi tanpa laporan tertulis + lemparan 7m.
Mendapatkan keuntungan saat 30 detik terakhir (8:10d, paragraf akhir)
Wasit menghentikan permainan dan memberikan lemparan 7m selambatnya ketika pemain
yang menerima operan tidak mencetak gol atau melanjutkan permainan dengan operan
berikutnya.
Aturan 8:10d dapat diterapkan jika pelanggaran dilakukan saat waktu permainan atau saat
bersamaan dengan isyarat final (lihat Aturan 2:4, paragraf 1). Dalam hal ini, wasit akan
membuat keputusan berdasarkan pengamatan faktual mereka (Aturan 17:11).
Diskualifikasi kiper dijalankan Aturan 8:5 Komentar (meninggalkan daerah gawang) dapat
dihukum dengan lemparan 7m saat 30 detik terakhir permainan jika kondisinya menurut
Aturan 8:5, paragraf terakhir, dipenuhi atau pelanggaran dilakukan menurut Aturan 8:6.
Pelaksanaan lemparan ke dalam (Aturan 11:4)
Lemparan ke dalam dilaksanakan ke arah lapangan bermain sebagai lemparan langsung
melewati garis tepi.

Edisi: 1 Juli Hala
Pelaksanaan sebuah lemparan (Aturan 15)
Aturan 15:7, paragraf 3 dan Aturan 15:8 termasuk contoh kemungkinan pelanggaran saat
melaksanakan lemparan. Dribbling dan menaruh bola di lantai (sebelum mengangkatnya lagi)
adalah pelanggaran, termasuk membuat bola bersentuhan dengan lantai ketika melaksanakan
lemparan (perkecualian: lemparan kiper).
Dalam hal ini, pelanggaran juga akan diperlakukan menurut Aturan 15:7 dan 15:8 (perbaikan
atau hukuman).
Pemain / pejabat terdiskualifikasi (Aturan 16:8)
Pemain dan pejabat terdiskualifikasi harus segera meninggalkan lapangan dan daerah
pergantian pemain dan tidak boleh melakukan kontak apapun dengan timnya setelah itu.
Dalam hal dimana wasit melihat pelanggaran lain yang dilakukan oleh pemain atau pejabat
terdiskualifikasi, setelah memulai lagi permainan, harus melaporkannya secara tertulis .
Namun tidak memungkinkan untuk menambahkan lebih lanjut hukuman dalam permainan
bagi pemain atau pejabat tersebut, karenanya perilaku mereka tidak boleh menyebabkan
pengurangan jumlah pemain di lapangan. Ini juga berlaku saat pemain terdiskualifikasi
memasuki lapangan.
Penonton bersikap membahayakan pemain (Aturan 17:12)
Aturan 17:12 juga berlaku jika penonton bersikap membahayakan pemain, misalnya dengan
menggunakan laser pointer atau melemparkan berbagai macam benda. Dalam hal ini, tindakan
berikut harus dilakukan:
-Jika perlu, permainan segera dihentikan dan tidak dilanjutkan;
-Penonton diminta untuk berhenti mengganggu permainan;
-Jika perlu, penonton dikeluarkan dari tempat duduknya dan permainan baru dilanjutkan
setelah semua penonton yang mengganggu meninggalkan aula.
-Tim tuan rumah diminta untuk melakukan tindakan pengamanan tambahan
-Laporan tertulis.
Jika permainan telah dihentikan setelah terjadi penyimpangan, Aturan 13:3 (dengan analogy)
dapat diterapkan.
Jika permainan dihentikan saat ada kesempatan yang jelas untuk mencetak skor, Aturan
14:1c dapat diterapkan. Dalam hal lainnya, lemparan bebas harus diberikan untuk tim yang
menguasai bola dari tempat di mana bola berada ketika permainan dihentikan.
Lampiran-lampiran:
1)Tindakan yang disarankan untuk wasit dan delegasi teknis terkait larangan penutup
wajah dan benda lain yang dilarang (Aturan 4:9)
2)Perlengkapan yang dibolehkan dan tidak dibolehkan (4:9), dokumentasi bergambar
3)Dukungan latihan “6 operan”

Edisi: 1 Juli Hala
Lampiran 1
Saran tambahan untuk larangan penutup muka dan benda terlarang lainnya (Aturan 4:9)
IHF-PRCsecaraberkalamenerimapermohonanuntukpernyataanbahkanuntuk
membolehkan perkecualian terkait jenis pelindung muka tertentu, walaupun catatan tambahan
dimasukkan di dalam Panduan dan Interpretasi secara jelas menyebutkan total larangan
penggunaan penutup wajah.
Secara umum, argumentasi dari kuesioner atau pemohon adalah penilaian perorangan yang
mengatakan bahwa penutup muka yang bersangkutan, biasanya dengan foto terdokumentasi,
tidak membahayakan kesehatan pemain. Namun Komisi Kesehatan IHP menyebutkan semua
jenis dan ukuran penutup muka dalam rekomendasi larangan mereka untuk hal itu. Karenanya
tidak ada ruang untuk interpretasi lain bahkan jika penutup muka tersebut tidak berbahaya.
Namun, dari waktu ke waktu dilaporkan bahwa klub atau pemain individual yang mengacu
pada dugaan tidak berbahaya kepada orang lain, dengan niat menentang larangan penggunaan
penutup muka, menyebabkan masalah tambahan pada proses pembuatan keputusan bagi wasit
dan Delegasi Teknis yang bertugas pada suatu pertandingan.
Karena hal di atas, IHF-PRC dengan ini mengeluarkan rekomendasi berikut termasuk
lampiran skema untuk wasit dan penjaga waktu atau delegasi teknis dengan maksud untuk
mengubah ketentuan pada Aturan 4:9 dan 17:3, paragraf 2, dan pernyataan yang termasuk di
dalam Panduan dan Interpretasi yang bisa diterapkan.
Pemain yang menggunakan penutup muka ingin berpartisipasi dalam permainan!
Tindakan yang akan diputuskan wasit bergantung pada saat pertama dan, jika dimungkinkan,
saat identifikasi lanjutan.
Dalam hal pelanggaran diketahui pertama kali, pemain bersalah dan ‘pejabat penanggung
jawab tim’ A akan diingatkan mengenai larangan penggunaan penutup wajah. Pemain
bersalah akan diminta memperbaiki kesalahannya dan hanya boleh ikut bermain jika
kesalahannya telah diperbaiki. Jika pemain diingatkan untuk pertama kalinya, ia tidak akan
diberikan hukuman perorangan progresif.
Jika pemain tetap bersikukuh walaupun telah diingatkan, identifikasi lanjutan pertama akan
dihukum lebih berat dengan tindakan tidak sportif dan diskors 2 menit sesuai 8:8a
(perkecualian alasan aturan spesifik, lihat situasi 1.2 di bawah). Sebagai tambahan, pemain
diminta lagi untuk memperbaiki kesalahannya.
Jika pelanggaran diidentifikasi kedua kalinya , maka dianggap tindakan tidak sportif serius,
dan pemain bersalah tersebut akan didiskualifikasi (tanpa dilaporkan) sesuai dengan 8:9.

Edisi: 1 Juli Hala
Menurut pendapat IHF-PRC skenario berikut, yang sebagian mungkin berandai-andai –
dapat terjadi:
Jika pelanggaran menurut 4:9 dikenali sebelum permainan dimulai (saat pemanasan),
pemain dan ‘pejabat penanggung jawab tim’ A akan diingatkan tentang larangan
menurut 17:3, paragraf 2).
Pemain akan diberitahu untuk mencopot penutup mukanya (Aturan 4:9; Panduan dan
Interpretasi). Pemain dan ‘pejabat penanggung jawab tim’ A akan diingatkan jika
pelanggaran 4:9 terjadi kedua kalinya, maka akan dianggap perilaku tidak sportif menurut
17:5, paragraf 2, dan memperkenalkan 8:7, yang akan berakibat hukuman progresif bagi
pemain menurut 8:8a atau 8:9.
Dalam hal pemain mengenakan penutup muka memasuki lapangan pada saat
pertandingan dimulai, pertandingan tidak akan dimulai.
Pemain bersalah akan diperingatkan menurut 16:11, paragraf 2, poin a. Pemain dengan
penutup wajah harus meninggalkan lapangan.
Ia boleh berpartisipasi dalam permainan jika masalahnya telah diperbaiki.
Dalam hal pemain dengan penutup muka memasuki lapangan saat pertandingan, wasit
atau penjaga waktu/Delegasi Teknis harus memberi time-out untuk menghentikan
permainan segera karena potensi risiko membahayakan orang lain.
Menurut 8:8a (perilaku provokatif) pemain bersalah akan dihukum dengan skorsing 2 menit
(16:3 f).
Pemain tersebut harus meninggalkan lapangan untuk memperbaiki kesalahannya.
Pemain tersebut akan dibolehkan bertanding lagi setelah masa 2 menit skorsingnya habis dan
setelah memperbaiki kesalahannya.
Pertandingan akan dimulai kembali dengan lemparan bebas untuk tim lawan menurut 13:1a
(lemparan 7 meter jika pertandingan dihentikan pada saat kesempatan yang jelas untuk
mencetak skor (14:1a)).
Dalam hal pemain mengenakan penutup muka memasuki lapangan kedua kalinya saat
pertandingan, wasit atau penjaga waktu/Delegasi Teknis harus memberi time-out
untuk menghentikan pertandingan segera karena potensi risiko membahayakan orang
lain.
Pelanggaran berulang pemain tersebut dianggap tindakan tidak sportif serius menurut 8:9.
Pemain tersebut harus didiskualifikasi menurut 16:6b.
Ketentuan yang ditulis pada 16:7 dan 16:8, paragraf 1-4 akan diamati.
Pertandingan akan dimulai kembali dengan lemparan bebas untuk tim lawan menurut 13:1a
(lemparan 7m jika pertandingan dihentikan pada saat kesempatan yang jelas untuk mencetak
skor (14:1a).
Dalam hal pelanggaran tidak diketahui oleh wasit sebelum permainan dimulai (saat
pemanasan), pelanggar yang berada di lapangan saat pertandingan dimulai akan diberi
tahu untuk memperbaiki kesalahannya menurut 4:9.
Pertandingan tidak boleh dimulai selama pemain bersalah berada di lapangan.

Edisi: 1 Juli Hala
Pemain dan ‘pejabat penanggung jawab tim’ A akan diingatkan dalam hal pelanggaran 4:9
dilakukan kedua kalinya akan dianggap tindakan tidak sportif menurut 17:5 paragraf 2, dan
memperkenalkan 8:7, akan berakibat hukuman progresif bagi pemain menurut 8:8a atau 8:9.
Maka lemparan ke atas akan dilakukan seperti biasa (10:1, paragraf 1).
Dalam hal pemain mengenakan penutup muka memasuki lapangan saat pertandingan
dengan pelanggaran sebelumnya tidak diketahui oleh wasit atau penjaga
waktu/Delegasi Teknis, time-out akan diputuskan untuk menghentikan pertandingan
segera karena potensi risiko membahayakan orang lain.
Pemain tersebut harus diberi tahu untuk memperbaiki kesalahannya menurut 4:9.
Pemain dan ‘pejabat penanggung jawab tim’ A akan diingatkan dalam hal pelanggaran 4:9
dilakukan kedua kalinya, maka dianggap perilaku tidak sportif menurut 17:5, paragraf 2, dan
memperkenalkan 8:7ff, mengakibatkan hukuman progresif bagi pemain menurut 8:8a atau
8:9.
Pertandingan dimulai lagi dengan lemparan bebas untuk pihak lawan menurut 13:1a
(lemparan 7m dalam hal pertandingan dihentikan saat ada kesempatan yang jelas untuk
mencetak skor) (14:1a).
Dalam hal pemain mengenakan penutup muka memasuki lapangan lagi walaupun
telah diingatkan seperti di atas, wasit atau penjaga waktu/Delegasi Teknis akan
memberikan time-out untuk menghentikan pertandingan segera karena potensi risiko
yang membahayakan orang lain.
Menurut 8:8a (perilaku provokatif) pelanggar akan diskorsing 2 menit (16:3 f).
Pemain tersebut harus meninggalkan lapangan untuk memperbaiki kesalahannya.
Pemain tersebut akan diijinkan untuk ikut dalam pertandingan lagi setelah masa skorsing 2
menitnya telah selesai dan ia telah memperbaiki kesalahannya.
Pertandingan dimulai lagi dengan lemparan bebas untuk pihak lawan menurut 13:1a
(lemparan 7m dalam hal pertandingan dihentikan saat ada kesempatan yang jelas untuk
mencetak skor) (14:1a).
Dalam hal pemain mengenakan penutup muka memasuki lapangan lagi saat
permainan, wasit atau penjaga waktu/Delegasi Teknis akan memberikan time-out
untuk menghentikan pertandingan segera karena potensi risiko yang membahayakan
orang lain.
Pemain yang mengulangi pelanggaran akan dianggap melakukan tindakan tidak sportif serius
menurut 8:9.
Pemain akan didiskualifikasi menurut 16:6 b.
Ketentuan yang ditulis dalam 16:7 dan 16:8, paragraf 1 – 4, akan diamati.
Pertandingan dimulai lagi dengan lemparan bebas untuk pihak lawan menurut 13:1a
(lemparan 7m dalam hal pertandingan dihentikan saat ada kesempatan yang jelas untuk
mencetak skor) (14:1a).

Player with face mask – Recommended actions for referees*
Yes
Has the player with the face
mask already been noticed
No
Player wearing a face mask
enters the court for the first time at the start of the match (throw-off)!
Player wearing a face mask
enters the court for the first
Advise player
dan responsible team official A
Advise player
dan responsible team official A
Advise player
dan responsible team official A
Player wearing a face mask
enters the court at the start of the match (throw- off) anyway.
Player wearing a face mask
enters the court during
Warning to
player according to 16:11a
Player wearing a face mask
enters the court a second
Player wearing a face mask
enters the court a second
Player wearing a face mask
enters the court a second
Player receives 2min
suspension in accordance with 8:8a
Player wearing a face mask enters the court another time during the match!
Player shall be disqualified in
accordance with 8:9
If the infraction occurs a
second time (exception excluded) despite previous advice, a suspension dan, in case of another infraction, a disqualification shall be decided!
Exception: Because of misconduct before the start of the game - according to 16:11 only warning atau disqualification possible!
Edisi: 1 Juli Hala
* If other dangerous objects as referred to in 4:9 cause the named infringements, the recommendations will
basically apply in that same manner.

Edisi: 1 Juli Hala
Lampiran 2
Saran tambahan untuk penutup wajah dan benda terlarang lainnya (Aturan 4:9)
Helm tidak boleh Segala jenis
Penutup wajah tidak boleh Juga penutup wajah sebagian
Pelindung hidung boleh Plester, bahan lembut
Ikat kepala boleh Bahan elastis
Hijab boleh Bahan elastis
Gelang kapten boleh Di lengan atas, lebar sekitar
5cm, satu warna
Pelindung siku boleh Bahan lembut, tipis, pendek
Pelindung pergelangan
tangan
boleh Bahan lembut, tipis, pendek
Gelang jari tidak boleh
Sarung tangan tidak boleh
Pelindung lutut boleh Bahan lembut, tanpa logam
Pelindung sendi
pergelangan kaki
boleh Bagian keras dilapisi
T-shirt untuk pemain
lapangan sebagai kiper
boleh Warna sama dengan kiper

Edisi: 1 Juli Hala
Aturan berikut adalah aturan yang mengikat untuk acara-acara yang diadakan oleh IHF
dan konfederasi benua.
Mereka juga digunakan sebagai rekomendasi untuk pertandingan di segala tingkat.
Pakaian dalam lengan panjang boleh Warna sama dengan warna
utama kaos, bahan tipis
T-shirt untuk pemain
lapangan sebagai kiper
boleh Identik dengan kaos kiper,
lubang di depan dan nomor
belakang, dilapisi bahan
transparan
Celana dalam pendek boleh Warna sama dengan
celana, bahan tipis
Celana dalam panjang tidak boleh
Celana panjang tidak boleh Perkecualian: kiper
Kaus kaki Warna dan panjang sama
Baju para pejabat
Standar, berpakaian olahraga atau
sipil; warna seragam, berbeda
dengan warna kaos pemain
lapangan tim lawan

Edisi: 1 Juli Hala
Contoh
Peralatan
(detailnya lihat daftar)
boleh tidak boleh
Helm
Penutup wajah
/ Pelindung
hidung
Ikat kepala
Hijab
Gelang kapten
Pelindung siku

Edisi: 1 Juli Hala
Gelang jari
Pelindung lutut
Pelindung sendi
pergelangan kaki
Untuk acara-acara yang diadakan IHF dan konfederasi benua
Pakaian dalam lengan
panjang
T-shirt untuk
pemain lapangan
sebagai kiper
Celana dalam pendek
Kaus kaki

Edisi: 1 Juli Hala
Lampiran 3
Dukungan latihan “Permainan pasif”

Edisi: 1 Juli Hala

Edisi: 1 Juli Hala
Federasi
Bola-tangan
Internasional
Petunjuk Lapangan
Bermain dan Gol

Edisi: 1 Juli Hala
a)Lapangan bermain (diagram 1) terdiri dari sebuah persegi panjang dengan ukuran 40 x
20m. Lapangan tersebut harus diperiksa dengan mengukur panjang dua diagonal. Dari
sisi luar satu sudut ke sisi luar dari sudut berlawanan panjangnya harus 44.72m.
Panjang diagonal untuk separuh lapangan harus berukuran 28.28m dari luar masing-
masing sudut ke tengah luar garis tengah yang berlawanan.
Lapangan bermain di tandai dengan garis penanda yang disebut “garis”. Lebar garis
gawang (antara tiang-tiang gawang) adalah 8 cm seperti tiang gawang, garis-garis
lainnya memiliki lebar 5cm. Garis yang memisahkan daerah lapangan bermain yang
bersebelahan dapat digantikan dengan perubahan warna antar daerah bersebelahan.
b)Daerah gawang di depan gawang terdiri dari persegi panjang berukuran 3 x 6m dan
dua bagian bidang seperempat lingkaran yang terhubung dengan radius masing-
masing 6m. Dibuat dengan menggambar garis 3m paralel dengan garis gawang. Pada
kedua sisi garis ini dilanjutkan dengan dua busur seperempat lingkaran dengan bagian
tengahnya berada pada tepi belakang dalam dari masing-masing tiang gawang dan
dengan radius 6m. Garis dan busur yang meliputi daerah gawang disebut garis daerah
gawang. Jarak luar antara titik-titik di mana dua busur bertemu dengan garis luar
gawang dengan cara ini akan memiliki ukuran 15m (diagram 5).
c)Garis putus-putus lemparan bebas (garis 9m) dibuat paralel dan konsentris dengan
garis daerah gawang dengan jarak 3m dari garis gawang. Bagian potongan garis dan
celah antar garis berukuran 15cm. Bagian-bagian tersebut harus dipotong dengan sudut
yang tepat dan secara radial. Ukuran bagian-bagian melengkung diambil dari tepi luar
(diagram 5).
d)Garis lemparan 7 meter sepanjang 1m digambar tepat di depan gawang, paralel dengan
garis gawang, dengan jarak 7m dari tepi belakang garis gawang ke tepi depan garis 7m
(diagram 5).
e)Garis pembatas kiper (garis 4m) tepat di depan gawang sepanjang 15cm. Paralel
dengan, dan berjarak 4m dari, garis gawang yang diukur dari tepi belakang garis
gawang ke tepi depan garis 4m, yang berarti lebar kedua garis sudah termasuk dalam
ukuran ini.
f)Daerah bermain harus dikelilingin dengan zona aman setidaknya 1m sepanjang garis
tepi dan 2m di belakang garis gawang.
g)Gawang (diagram 2) diletakkan di tengah setiap garis luar gawang. Gawang harus
ditanam dengan kokoh ke lantai atau ke dinding di belakangnya. Ukuran interiornya
adalah 3m lebar dan 2m tinggi. Bingkai gawang harus persegi panjang, yang berarti
diagonal sisi dalam akan berukuran 360.5cm (maks. 361cm – min. 360cm, dan pada
salah satu gawang yang sama, perbedaannya maksimum 0,5cm).
Sisi belakang tiang gawang harus sama rata dengan tepi belakang garis gawang (dan
garis luar gawang), yang berarti bagian depan tiang gawang diletakkan 3cm di depan
garis luar gawang.

Edisi: 1 Juli Hala
Tiang-tiang gawang dan palang horizontal yang menghubungkan mereka harus dibuat
dari bahan yang sama (misal kayu, logam ringan, atau bahan sintetis) dan mempunyai
bagian kotak persilangan selebar 8cm dengan tepi bulat dengan radius 4±1mm. Pada
ketiga sisinya yang terlihat dari lapangan, tiang-tiang gawang dan palangnya harus
dicat belang-belang dengan dua warna yang kontras jelas satu sama lain dan dengan
latar belakang; kedua gawang dalam lapangan yang sama harus memiliki warna sama.
Ukuran warna belang pada gawang di antara sudut tiang dan palang 28cm ke masing-
masing arah dengan warna yang sama. Warna belang lainnya memiliki panjang 20cm.
Gawang harus memiliki jaring yang disebut jaring gawang, yang harus diikat
sedemikian rupa sehingga bola yang dilempar masuk ke gawang tidak bisa memantul
lagi atau melewati gawang. Bila perlu, jaring tambahan yang diletakkan di belakang
garis gawang dapat digunakan. Jarak antara garis gawang ke jaring tambahan kira-kira
70cm, tapi minimum 60cm.
h)Dalamnya jaring gawang pada sisi atas harus 0.9m di belakang garis gawang, dan pada
sisi bawah 1.1m, keduanya diukur dengan toleransi ± 0.1m. Ukuran lubang jaring-
jaringnya tidak boleh lebih dari 10 x 10cm. Jaring harus diikat ke gawang dan palang
setidaknya setiap 20cm. Diijinkan untuk mengikat bersama-sama antara jaring gawang
dan jaring tambahan sedemikian rupa tidak ada bola dapat masuk di antara keduanya.
i)Di belakang gawang di tengah garis luar gawang pada jarak kira-kira 1.5m, harus ada
jaring vertikal penahan serangan dengan ukuran 9-14m dan tinggi 5m dari lantai.
j)Di tengah daerah pergantian pemain pada salah satu garis tepi, diletakkan meja
penjaga waktu. Panjang maksimum meja adalah 4m dan harus diletakkan 30-40cm di
atas lantai untuk memastikan daerah pandangan yang jelas.
k)Semua ukuran tanpa toleransi harus sesuai dengan ISO- Norm (International Standard
Organization -ISO 27681:1989).
l)Gawang handball distandarisasi oleh Komite Eropa untuk Standarisasi, CEN (Comité
Européen de Normalisation) sebagai EN 749 dalam hubungan dengan EN 202.10-1.

Edisi: 1 Juli Halam
Diagram 5: Daerah gawang dan sekitarnya
Tags