Pada bagian ini unsur-unsur transisi yang akan dibahas adalah unsur transisi pada periode
4, yang terdiri dari skandium (Sc), titanium (Ti), vanadium (V), krom (Cr), mangan (Mn), besi
(Fe), kobalt (Co), nikel (Ni), tembaga (Cu), dan seng (Zn).
1.Sifat Logam
Semua unsur transisi adalah logam, yang bersifat lunak, mengkilap, dan penghantar
listrik dan panas yang baik. Perak merupakan unsur transisi yang mempunyai konduktivitas
listrik paling tinggi pada suhu kamar dan tembaga di tempat kedua. Dibandingkan dengan
golongan IA dan IIA, unsur logam transisi lebih keras, punya titik leleh, titik didih, dan
kerapatan lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena unsur transisi berbagi elektron pada kulit d dan
s, sehingga ikatannya semakin kuat (Mc. Murry dan Fay, 2000: 867).
2.Bilangan Oksidasi
Tidak seperti golongan IA dan IIA yang hanya mempunyai bilangan oksidasi +1 dan +2,
unsur-unsur logam transisi mempunyai beberapa bilangan oksidasi. Seperti vanadium yang
punya bilangan oksidasi +2, +3, dan +4 (Keenan, dkk, 1992: 167).
3.Sifat Kemagnetan
Setiap atom dan molekul mempunyai sifat magnetik, yaitu para-magnetik, di mana atom,
molekul, atau ion sedikit dapat ditarik oleh medan magnet karena ada elektron yang tidak
berpasangan pada orbitalnya dandiamagnetik, di mana atom, molekul, atau ion dapat ditolak oleh
medan magnet karena seluruh elektron pada orbitnya berpasangan. Sedangkan pada umumnya
unsur-unsur transisi bersifat paramagnetik karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan
pada orbital-orbital d-nya. Sifat paramagnetik ini akan semakin kuat jika jumlah elektron yang
tidak berpasangan pada orbitalnya semakin banyak. Logam Sc, Ti, V, Cr, dan Mn bersifat
paramagnetik, sedangkan Cu dan Zn bersifat diamagnetik. Untuk Fe, Co, dan Ni bersifat
feromagnetik, yaitu kondisi yang sama dengan paramagnetik hanya saja dalam keadaan padat
(Brady, 1990: 698).
4.Ion Berwarna