Situasi Hidup Jaman Abraham Terah, ayah Abraham memimpin migrasi keluarga dari Ur. Ur berada di suatu tempat yang kita kenal sebagai Irak bagian selatan sekarang ini. Kota ini terletak di tepi Sungai Efrat dan pada jaman purba merupakan pusat perdagangan yang penting. Kota Ur ini sangat maju dan makmur selama ribuan tahun. Orang-orang di kota Ur ini sebagian besar menyembah dewa-dewa. Dewa tertinggi yang mereka sembah adalah dewa bulan “Sin”.
Terah membawa Abraham, Nahor, saudara laki-lakinya dan Lot keponakannya, para hamba dan harta milik mereka pada perjalanan panjang ke Haran. Mereka berjalan lebih dari 1.100km ke Haran, sebuah kota lain yang maju pesat pada salah satu jalur perdagangan dari Asyur ke Laut Tengah. Penduduk Haran ini juga menyembah Dewi Bulan.
Peta Perjalanan Abraham
Abraham sendiri adalah seorang yang taat dan menyembah kepada Allah. Sekalipun masyarakat lingkungannya menyembah berhala, juga keluarganya, Abraham tetap setia kepada Allah. Dalam lingkungan yang sulit dan tidak masuk akal itu Abraham telah menjalaninya selama 75 tahun. Sampai akhirnya Allah menyuruh Abraham pergi ke “negri yang AKAN Kutunjukan kepadamu”. Haran, The Village of Abraham
Abraham pada mulanya bernama Abram ( Kej 12:1). Abram berasal dari kata Ur “ Bapa yang Agung ” “ Bapa yang Dimuliakan ”. Di kemudian hari Allah mengganti namanya menjadi : Abraham ( Kej 17:4-5) “ Bapa sejumlah besar bangsa ” “ Bapa orang beriman ”.
Kejadian 12:1-9
Abraham dikenal sebagai bapa orang beriman . Bagaimana ia bisa dikenal dengan julukan seperti itu? Apa itu “Iman” menurut Alkitab? “ D a s a r d a r i s e g a l a s e s u a t u y a n g k i t a h a r a p k a n d a n b u k t i d a r i s e g a l a s e s u a t u y a n g t i d a k k i t a l i h a t ” (Ibrani 11:1)
Alkitab menjelaskan bahwa Abraham mengalami banyak masa-masa dimana ia mengalami pergumulan iman seperti kita. Penulis Ibrani mencatat beberapa kisah kekuatan iman Abraham. "Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu.... (Ibrani 11:8-10). Abraham memilih untuk taat ketika ia disuruh berangkat ke negeri lain, meninggalkan tanah dimana ia sedang hidup nyaman . Abraham BELUM pernah melihat tanah yang dijanjikan Tuhan, namun dia PATUH mengikuti Tuhan.
" Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia." (ay 11). Lihatlah usia Abraham dan Sarai ketika mendapat janji Tuhan mengenai keturunan sebanyak bintang di langit (Kejadian 15:15). Pada saat itu Sara sudah menopause, usianya sudah sangat lanjut, dan Abraham pun demikian, sudah sangat tua, secara logika sudah tidak lagi mampu. Abraham saat itu tentu tidak bisa melihat masa depan, namun dia tetap percaya, bahwa Tuhan, yang memberikan janji itu adalah setia.
Lihatlah rentang waktu yang panjang sejak Abraham menerima janji Tuhan hingga saat janji itu digenapi dengan kelahiran Ishak. Jarak waktu yang panjang ini memang pantas menjadi salah satu alasan mengapa Abraham dijuluki bapak orang beriman, meskipun dalam rentang waktu yang panjang ini Abraham mengalami jatuh bangun berkali-kali dalam perjalanan imannya.
Kisah Abraham yang disuruh mengorbankan Ishak. " Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu." (Ibrani 1:18).
Abraham taat, meski saat itu mungkin hatinya hancur berantakan. Untuk menuju tempat mempersembahkan Ishak di sebuah gunung, Abraham membawa dua bujangnya bersama-sama dengan mereka. Perhatikan sebuah ayat yang secara luar biasa menggambarkan sebesar apa iman Abraham. ...Kejadian 22
Bukankah Abraham seharusnya kembali seorang diri, karena Ishak sudah dijadikan korban bakaran? Tapi begitu luar biasa iman Abraham, ia tahu pasti bahwa Tuhan sungguh setia, Tuhan sanggup membuat segala mukjizat. Abraham percaya sepenuhnya pada Tuhan, meskipun pada saat ia berkata kepada bujangnya ia belum melihat apa yang akan terjadi di depan. Melihat atau tidak, Abraham percaya dan taat pada Tuhan dengan sepenuh hati, tanpa protes, tanpa bersungut-sungut, tanpa ragu. Mengapa Abraham begitu yakin “kami” akan kembali?
Penulis Ibrani berkata: " Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali." (Ibrani 11:19). Itulah bentuk iman Abraham yang luar biasa, lewat imannya ia mampu setia dan taat pada Tuhan, mampu percaya bahwa setiap rancangan Tuhan adalah yang terbaik bagi dirinya, meskipun ia belum melihatnya. Abraham berkali-kali membuktikan imannya yang luar biasa, karenanya ia pantas menyandang predikat bapak orang beriman.
Sejauh mana kita bisa percaya pada sesuatu yang belum kita lihat, sejauh mana kita mampu taat meski apa yang kita hadapi belum menunjukkan apapun yang bisa kita terima secara logika, sejauh mana kita mau melakukan kehendak Tuhan meski tidak masuk akal, iman kita lah buktinya . Sebuah iman yang teguh akan membuat kita sanggup untuk taat tanpa ragu, tanpa bertanya-tanya.
Dengan iman Abraham menerima semua janji Tuhan tepat pada waktuNya