Arabic learning course for elementary student

rullymovizar2 0 views 19 slides Oct 11, 2025
Slide 1
Slide 1 of 19
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19

About This Presentation

arabic learning


Slide Content

TA’ARUF
(TERAMPILIMLA’ HURUF)
Pekan 3
PenulisanAlif di Akhir Kata, Hurufyang Ditulis,
tetapiTidakDibaca, dan
HurufyangDibaca, tetapiTidakDitulis, serta
Hurufyang Dibuang

PenulisanAlifdi AkhirKata
Semuaalif diakhirkataditulistegak( ا), kecualipada
beberapakasusditulissepertiya’ ( ى)
•Alif ditulisىberlakupada:
1. Empathuruf:
ّ
تح ىلب ىلع �إ
2. Fi’ilyang asalalifnyaadalahya’ :ىشم ىعس ىأر
Catatan: Jika asalalifnyawawumakaditulistegak, sepertiازغ افع اعد
3. Ism yang asalalifnyaadalahya’ : ىدلها تفلا

HurufyangDibaca,tetapiTakDitulis
Yang masyhurada12 kata dan inibukanpembatasan
الله
هلالا
نحمرلا
لإه
نكل
ذها
ذاها
ذهه
يهذاه
اذهن
كلذ
ناذك
كئلوأ
كئلاوأ
لاؤهء
وادد
تاومسلا

×

×

×

×

Hurufyang Ditulis, tetapiTakDibaca
أ وول(ملعلا)
رمعو
مائة
رمع لاق
اباطلخا نب
َّثما دلخ
وجرخا
وعدا
نل ولخديا


عسى لاتف


عديوالله
أ وكئل
رمعباطلخا نب
رمعباطلخا نبا

×
أ و �(ملعلا) ولخدي لما

Hurufyang Dibuang
Hurufyang
dibaca, tapi
TakDitulis
Lafalمسا
pada
Basmalah
Lafalام
istifhamiyah
setelah
hurufjarr
هلإ
قحسإ
اذه
نكل
يذلا
دواد
بمسحرلا نحمرلا اللهمي َّمع


ب


لم
َّمم


ملاع


ميف
Lafalيا
setelahnya
اهتيأ اهيأ
لهأ
لهيأ اهتييأ اهييأ
123
4

HURUF YANG DIBUANG
Ada pada enam kasus sebagaimana berikut:
1. Lam pada ي�ا
2. Lam pada تيلا
Karena sering ditulis, maka untuk memudahkan, orang Arab membuang salah satu
Lam pada kedua kata ini. Karenanya tidaklah ia ditulis يلذلا dan تيللا, tidak seperti
ليللا dan سابللا.
3. Lam pada Alladziina

ن
ْ
يِ
ذ
�ا
Agar menghindari keserupaan dengan Alladzaini, maka Lam di Alladziina dibuang.
Alladzaini sendiri tetap ditulis normal tanpa pembuangan Lam. Ia ditulis
ِ
ن
ْ
ي
ذ
لذلا.
Begitu pula, sejalan dengannya, penulisan Alladzaani tanpa pembuangan Lam: ِنا
ذ
لذلا.
4. Hamzah Washl pada kata Ism di Basmalah yang lengkap
Ia ditulis ميحرلا نحمرلا للها مسب, bukannya ميحرلا نحمرلا للها مساب. Alasannya karena
seringnya kalimat ini ditulis oleh mereka. Akan tetapi jika hanya Bismillah saja, atau
Bismi lainnya, maka ditulis dengan Hamzah Washl secara normal: للها مساب dan مساب
كبر.
5. Hamzah Washl pada kata yang ber-AL/Alif Lam
Ar-Rajulu (لجرلا) dan Al-Ustadzatu (ةذاتسلأا) jika disambungkan di awalnya dengan
Laam (baik yang merupakan huruf Jarr atau hanya taukid), maka Hamzahnya
dibuang, menjadi لجرلل dan ةذاتسلأل. Padahal normalnya ditulis لجرللا dan ةذاتسلأل.
Hikmahnya adalah untuk membedakan lirrajuli (لجرلل) dan laa lirajulin (لجرل لا).
6. Hamzah Washl pada kata Ibnun (نبا) jika ditulis di antara dua nama/kuniah.
Misalnya: ‘Utsmaan bnu ‘Affaan (نافع نب نامثع) dan Ali bnu Abi Thalib ( بيأ نب علي
بلاط)

Keliru jika ditulis نافع نبا نامثع atau بلاط بيأ نب علي. Hikmah pembuangan ini
adalah penyederhanaan penulisan.

HURUF YANG DITULIS TETAPI TIDAK DIBACA
Ada enam kasus terkait ini:
1. Ulaaika (كلئوأ)
Hikmah kata ini dituliskan Waaw padahal tidak panjang adalah untuk
membedakannya dengan ilaika (كليإ).
2. Ulii … (... ليوأ)
Hikmah kata ini ditulis begini adalah agar tidak ambigu dengan ilaa ( لىإ).
3. Uluu (... ولوأ)
Penulisan kata ini demikian semata mengikuti Ulii.
4. Waaw pada kata ‘Amr (ورمع)
Hikmahnya adalah agar tidak ambigu dengan ‘Umar (رمع).
5. Alif pada kata Miah (ةئام)
Hikmahnya adalah pembedaan antara kata ini dengan هنم di era titik pembeda huruf
belum tersebar dan harakat belum ada.
6. Waa pada dhamir Waaw Jamaa’ah
Misalnya اوجرخ, اوعد, اولخدي نل, dan اوبشر مل
Hikmahnya adalah
- untuk membedakan antara Waawul Jamaa’ah dengan Wawu yang merupakan
huruf asli fi’il tersebut.
- Untuk membedakan Waawul Jamaa’ah dengan Waawul ‘Athf.

HURUF YANG DIBACA TETAPI TIDAK DITULIS
Ada 12 (dua belas) kasus untuk ini:
1. Alif pada tulisan للها
2. Alif pada kata نحمرلا jika ber-AL begini.
3. Alif pada kata ilaah (إله)
4. Alif pada نكل atau
ذ
نكل
5. Alif pada Haadzaa (اذه)
6. Alif pada Haadzihii (هذه)
7. Alif pada Haadzaani (ناذه)
8. Alif pada Ulaaika (كلئوأ)
9. Alif pada Haaulaai (ءلاؤه)
Hikmah dari kesembilan kasus ini adalah untuk mempermudah sebab sering orang
Arab tulis.
10. Alif pada Dzaalika (كلذ)
Hikmahnya agar tidak terbaca Dzaa laka (كل اذ) yang artinya: “Ini untukmu.”
Karenanya Alif tidak dibuang dari Dzaanika (كناذ).
11. Waaw pada Daawuud (دواد)
Hikmahnya adalah karena orang Arab tidak menyukai dua Waaw berdampingan.
12. Alif pada Samaawaatun (تاومس)
Hikmahnya barangkali adalah agar tidak disangka bahwa Waaw di situ adalah Waaw
‘Athf sebab dahulu Hamzah belum diberi simbol Ra’sul ‘Ain.

ALIF DI TENGAH KATA
Alif di tengah kata selalu ditulis tegak (ا) atau diistilahkan Alif Mamdudah. Misalnya:

لاق
هاده

ALIF DI AKHIR KATA
Alif di akhir kata selalu ditulis tegak (ا) kecuali pada tujuh kasus berikut, maka ia
ditulis dengan Alif Maqshurah (ى).
1. Empat harf: لىب تىح لىإ على
2. Tiga Isim Mabni: تىم
ذ
نّأ ى�
3. Empat nama non-Arab: ىرابخ ىسرك سىيع سىوم
4. Isim yang penyusunnya lebih dari 3 (tiga) huruf asalkan huruf sebelum
akhirnya bukan Ya’.
Misalnya: ىداجم كىزأ ىرغص لىبح فىطصم
5. Isim yang penyusunnya 3 (tiga) huruf dan secara tashrif asal dari Alifnya
adalah Ya’.
Misalnya: ىدلها تىفلا
6. Fi’il yang penyusunnya lebih dari 3 (tiga) huruf asalkan huruf sebelum
akhirnya bukan Ya’.
Misalnya: ضىتقا ىدتها
ذ
كىز
7. Fi’il yang penyusunnya 3 (tiga) huruf dan secara tashrif asal dari Alifnya
adalah Ya’.
Misalnya: عىس شىم مىر

HAMZAH FATHAH PANJANG
Pada kasus suatu Hamzah Qath’ itu berharakat fathah dan panjang, maka ia ditulis
begini (آ).
Misalnya: ذخآ لكآ يوآس ذخآم نمآ

Wallahu A’lam.

H a l . 1 | 9
Transkrip Ta’aruf Pekan 3
•┈┈┈┈┈┈┈┈ •❅❖❅•┈┈┈┈┈┈┈┈ •
?????? Transkrip Materi Ta’aruf Pekan 3
?????? Pengisi Materi ::: Ustadz Nur Fajri Romadhon هظفح للها لىاعت
?????? Dars 4 ::: Penulisan Alif di Akhir Kata, Huruf yang
Dibaca Tetapi Tidak Ditulis, dan Huruf yang
Ditulis Tetapi Tidak Dibaca
⌛ Durasi Video ::: 09.57 Menit
•┈┈┈┈┈┈┈┈ •❅❖❅•┈┈┈┈┈┈┈┈ •
مسب للها نحمرلا ميحرلا
ملاسلا مكيلع ةحمرو للها هتكاربو
دملحا لله ةلاصلاو ملاسلاو على لوسر للها علىو لهآ هبحصو نمو ،هلااو لاو لوح لاو ةوق لاإ بللها،
امأ دعب
Masih bersama Program Ta’aruf - Terampil Imla Huruf -. Dan kita akan
membahas beberapa topik berikut:
1. Alif di akhir kata
2. Huruf yang dibaca tapi tidak ditulis
3. Huruf yang ditulis tapi tidak dibaca
4. Huruf yang dibuang

 Alif yang di akhir kata
Kaidahnya: semua alif di akhir kata ditulis tegak (ا) kecuali beberapa
kasus maka ditulis ى (alif maqsurah), seperti ya’. Maka kita hafalkan yang
seperti ya’-nya/pengecualiannya, setelah itu sisanya alif tegak.
Pengecualiannya berlaku pada:
1. Harf, dan hanya 4 harf saja, yaitu:
ٰ
لىِإ,
ٰل
على,
ٰ
ل
ل
ب,
ٰ
تّ
ل
ح
2. Fi’il yang asal alifnya adalah ya’. Misalnya: ى
ل
أ
ل
ر, karena aslinya ya’:
ٌ
ي
ْ
أ
ل
ر–
ا
ً
ي
ْ
أ
ل
ر–
ً
ة
ل
ي
ْ
ؤ
ُ
ر . Kemudian
ل
ع
ل
س (berusaha), aslinya ا
ً
ي
ْ
ع
ل
س. Kita bisa tau dengan
mencari mashdarnya, kemudian bisa juga kita mudhari’kan itu akan

H a l . 2 | 9
Transkrip Ta’aruf Pekan 3
kelihatan. Contoh yang lain:
ل
شَ
ل
م– ِش
ْ
م
ل
ي (berjalan). Tapi kalau aslinya
wawu maka ditulis tegak. Misalnya:
ل
ع
ل
د, ا
ل
ف
ل
ع (karena ا
ل
ف
ل
ع –
ْ
و
ُ
ف
ْ
ع
ل
ي), ا
ل
ز
ل
غ (
ْ
و
ُ
ز
ْ
غ
ل
ي).
3. Isim juga sama, yang asal alifnya adalah ya’. Misalnya:
ٰ
تّ
ل
ف
ْ
لا (tentu jamaknya
ا
ً
ي
ْ
تِف, berarti ya’), ى
ل
د
ُ
ه
ْ
لا.

 Huruf dibaca tapi tidak ditulis
Ada huruf-huruf tertentu yang dia dibaca tapi tidak ditulis. Artinya
kalau kita bicara, kelihatan panjangnya, tapi ketika kita tulis tidak kelihatan.
Sederhananya yang terkenal ada 12 kata, dan ini bukan pembatasan.
Misalnya:
Lafdzul Jalalah Allaah - للها, dibaca panjang, tapi tidah ada alif. Yang
dimaksud alif, alif besar. Alif besar maksudnya tidak ditulis seperti ini ه
ا
لالا,
ini salah ❌. Kalau alif kecil itu tidak dianggap alif yang dalam ilmu imla’.
Kata berikutnya adalah arrahmaan -
ْٰ
حم
ا
رلان. Dibaca panjang. Tapi tidak ada
alifnya, alif besar maksudnya, alif yang sungguhan.
Kata berikutnya: ilaah -
ٰ
لهِإ.
Laakin -
ٰ
ل
ْ
نِك (akan tetapi) atau laakinna
ٰ
ل
ا
نِك sama
Kemudian juga
ٰ
ها
ل
ذ, panjang membacanya haa, tapi ditulisnya bukan:
ا
ل
ذا
ل
ه❌ . Lalu
ٰ
ه ِهِذ, hii-nya juga sama, tidak ditulis
ل
ه
ْ
ِهِذا❌ .
Hadzaani -
ٰ
ه ِنا
ل
ذ (dua ini),
Dzaalika
ٰ
ذ
ل
كِل (itu). Tapi perhatikan! kalau
ل
كِنا
ل
ذ (itu untuk 2) pakai alif. Kalau

ٰ
ذ
ل
كِل tidak.
Kemudian juga ulaaika – ِ
ٰ
لو
ُ
أ
ل
ك. Di laa-nya, tidak diberi panjang, bukan
misalnya
ل
كِئ
ل
لاو
ُ
أ.
Juga haaulaai -
ٰ
ه ِء
ل
لا
ُ
ؤ.
Kemudian juga dawuud - ٗ واَدَٗد. Panjang wuu, tapi tidak ditulis wawu dua.

H a l . 3 | 9
Transkrip Ta’aruf Pekan 3
Kemudian assamaawaat -
ٰ
م
ا
سلاتا
ل
و. Boleh pakai alif lam, boleh tidak, sama saja.
tulisannya
ٰ
م
ا
سلاتا
ل
و, maa-nya panjang, tapi ini yang benar.
Berikutnya,
 Huruf ditulis tapi tidak dibaca
Misalnya:
Ulaaika –
ُ
أو ِ
ٰ
ل
ل
ك tadi. Memang seperti ini, wawu-nya tidak dibaca.
Ulul ‘ilm –
ُ
أو)م
ْ
لِع
ْ
لا(
ْ
و
ُ
ل. Misalnya
ُ
أو
ْ
و
ُ
ل sesuatu. Begitu juga saat dia majrur atau
manshub.
ُ
أو
ْ
و
ُ
ل saja atau
ُ
أو
ْ
ِ
ل saja. Ingat tidak pakai alif (ا
ْ
و
ُ
لو
ُ
أ❌ ). Ini wawunya
(
ُ
أو
ْ
و
ُ
ل) ditulis tapi tidak dibaca.
Kemudian ‘Amr -
ٌ
ر
ْ
م
ل
عو nama orang. Wawu-nya nempel saja seperti ini, tapi
tidak dibaca.
Kemudian miah - ِماة
ل
ئ (seratus), nanti dua ratus, dan seterusnya juga sama.
Kalau pakai penulisan cara yang klasik.
Juga termasuk alif fariqah, misalnya: kharajuu -
ْ
و
ُ
ج
ل
ر
ل
خا. Jadi kalau
ْ
م
ُ
ه, maka
diberi alif. Alif fariqah namanya di sini. Kemudian contoh lain: da’auu -
ْ
و
ل
ع
ل
دا.
Atau kalau mudhari’ majzum atau manshub, misalnya manshub:
ْ
و
ُ
ل
ُ
خ
ْ
د
ل
ي
ْ
ن
ل
لا ,
atau majzum:
للهاو ملعأ صلابباو
للهما كناحبسكليإ بوتأو كرفغتسأ ،تنأ لاإ إله لا نأ دهشأ ،كدمبحو
هتكاربو للها ةحمرو مكيلع ملاسلاو
•┈┈┈┈┈┈┈┈ •❅❖❅•┈┈┈┈┈┈┈┈ •

H a l . 4 | 9
Transkrip Ta’aruf Pekan 3
•┈┈┈┈┈┈┈┈ •❅❖❅•┈┈┈┈┈┈┈┈ •
?????? Transkrip Materi Ta’aruf Pekan 3
?????? Pengisi Materi ::: Ustadz Salman Al Farisi هظفح للها لىاعت
?????? Dars 5 ::: Huruf yang Dibuang
⌛ Durasi Video ::: 15.00 Menit
•┈┈┈┈┈┈┈┈ •❅❖❅•┈┈┈┈┈┈┈┈ •
مسب للها نحمرلا ميحرلا
دملحا لله ةلاصلاو ملاسلاو على لوسر للها علىو لهآ هبحصو نمو ،نيلدا موي لىإ ناسحإب مهعبت
امأ دعب
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kepada Allah هناحبسلىاعتو
yang telah memberikan kita nikmat dan karunia-Nya. Serta shalawat dan
salam kita curahkan kepada Nabi kita, Nabi Muhammad ﷺ, beserta para
keluarganya, shahabatnya, dan kita semua sebagai umatnya hingga hari
kiamat, yang insya allah senantiasa mengamalkan sunnah-sunnah beliau ﷺ.
Melanjutkan pembahasan ustadzunaa, ustadz Nur Fajri للها هظفح لىاعت ,
pembahasan terakhir berada pada pembahasan aliful fariqah yang
ditambahkan diakhir fi’il al-amtsilatul khamsah, ketika berada dalam kondisi
manshub, yang didahului oleh salah satu adatun nashb yaitu
ْ
ن
ل
ل. Maka ini
adalah salah satu contoh huruf yang ditulis tetapi tidak dibaca. Kita tidak
membaca alif di sini, tetapi kita mengabaikannya walaupun dia ditulis.
Karena alif di sini fungsinya tidak untuk dibaca, tetapi fungsinya adalah
untuk membedakan antara wawu asli dengan wawu dhamir, yaitu wawul
jama’ah. Begitu juga ketika fi’il al-amtsilatul khamsah ketika dalam kondisi
majzum, didahului oleh
ْ
م
ل
ل misalnya. Maka aliful fariqah ditambah diakhirnya.
Kasus lain pada huruf yang ditulis tetapi tidak dibaca yaitu pada fi’il
yang diakhiri dengan huruf ‘illah dan bertemu dengan huruf yang sukun.
Contohnya
ْ
لا misalnya. Maka huruf ‘illah diakhir ini tidak dibaca, langsung:

ل
ع
ل
سـى
ل
تّ
ل
ف
ْ
لا . Diabaikan. Jadi seolah-olah ‘ain langsung bertemu dengan lam.
Contoh lain:
ُ
ع
ْ
د
ل
يو
ل
للها. Seolah-olah ‘ain di sini langsung bertemu dengan lafdzul

H a l . 5 | 9
Transkrip Ta’aruf Pekan 3
jalalah. Jadi tidak dibaca dengan panjang sa-aaal fataa, atau yad’uuullah. Jadi
huruf ‘illah diakhirnya diabaikan, tidak dibaca.
Contoh lain hamzah washal yang berada pada fi’il amr, terutama pada fi’il
amr tsulatsy mujarrad. Maka ketika hamzah washal ini didahului oleh huruf atau
isim yang berharakat, maka dia tidak dibaca, dilongkap. Contoh:
ا
م
ُ
ثا
ْ
ل
ُ
خ
ْ
د
(kemudian masukklah kamu). Maka seolah-olah huruf mim langsung
bertemu dengan dal yang sukun.
Kasus yang lain, dan ini agak berbeda dengan yang sebelumnya, maka
kita pernah atau sering bahkan, menemukan
ُ
ر
ل
م
ُ
ع
ُ
ن
ْ
ب ِبا
ا
ط
ل
ْ
لْا , yang disisipi
dengan kata
ْ
بان atau
ل
ن
ْ
باة, sebagai nama kunyah dari nama sebelumnya. Maka
di sini kita tidak melihat adanya hamzah washal pada kata ن
ْ
با. Kita tau bahwa
lafal
ْ
بان memiliki hamzah washal, karena dia termasuk isim asyrah (isim yang
sepuluh). Kita tidak melihat hamzah washal di sini, kemana? Maka di sini ada
sebuah aturan bahwa hamzah washal lafal
ْ
بان dan
ل
ن
ْ
باة boleh dihapus dengan
berbagai syarat. Yang utamanya adalah ketika lafal
ْ
بان dan
ل
ن
ْ
باة diapit oleh dua
nama.
Syarat-syarat lainnya, di antaranya:
1. Na’at. Jadi ketika lafal
ْ
بان atau
ل
ن
ْ
باة ini berposisi sebagai na’at, maka hamzah
washalnya boleh dihapus. Maka
ُ
ن
ْ
ب di sini adalah na’at bagi
ُ
ر
ل
م
ُ
ع
2. Lafal نبا dan ةن
ْ
با dia wajib mufrad, tidak boleh mutsanna atau jamak. Kalau
dia tidak mufrad, maka nanti hamzahnya ditulis. Jadi kalau ِنا
ل
ن
ْ
با, atau
ل
أ
ُ
ءا
ل
ن
ْ
ب,
maka hamzahnya ditulis.
3. Dia tidak berada di awal jumlah. Jadi semisal kita menghapus lafal ر
ل
م
ُ
ع di
sini. Seolah-olah نبا pertama, di awal kalimat, maka ِبا
ا
ط
ل
ْ
لْا نبا misalnya.
Hamzah washalnya wajib ditulis, tidak boleh dihapus. Jadi dia harus
berada di tengah/di antara nama, tidak boleh di awal jumlah
4. Nama yang kedua, maksudnya nama setelah ن
ْ
با atau ة
ل
ن
ْ
با adalah nama
bapak bagi nama yang pertama. Jadi ِبا
ا
ط
ل
ْ
لْا adalah nama atau julukan
bapak dari Umar.

H a l . 6 | 9
Transkrip Ta’aruf Pekan 3
5. Nama yang pertama, maksudnya adalah nama sebelum ن
ْ
با atau ة
ل
ن
ْ
با, tidak
boleh bertanwin. Karena kalau nanti bertanwin akan berbeda hukumnya.
Dia bukan lagi na’at hukumnya.
6. Lafal ن
ْ
با atau ة
ل
ن
ْ
با tidak dipisah oleh sesuatupun dari nama yang pertama.
Jadi antara ن
ْ
با dengan ر
ل
م
ُ
ع tidak boleh ada pemisah. Seperti contohnya
dalam nadzham Alfiyah Syarah Ibnu Malik di bait yang pertama:
ٌ
د
ا
م
لُ
مُ
ل
لا
ل
ق
كِلا
ل
م
ُ
ن
ْ
با
ل
و
ُ
ه. Ada
ل
و
ُ
ه di situ, maka
ل
و
ُ
ه sebagai fashil/pemisah antara
ٌ
د
ا
م
لُ
مُ
dengan ن
ْ
با. Jadi hamzah washal pada ن
ْ
با harus ditulis, tidak boleh dihapus.
Karena dia terpisah oleh
ل
و
ُ
ه.
Maka kita bisa ambil kesimpulan bahwa kapan ن
ْ
با tidak dihapus? Berarti
pemahaman terbaliknya:
1. Apabila nama kedua adalah nama kakeknya, berarti bukan nama ayahnya
intinya bagi nama yang pertama,
2. Apabila nama pertama itu bertanwin, maka harus ada hamzah washalnya
3. Apabila ن
ْ
با itu jumlahnya mutsanna atau jamak, tidak mufrad,
4. Apabila ن
ْ
با berposisi sebagai khabar. Misalnya ِبا
ا
ط
ل
ْ
لْا
ُ
ن
ْ
با
ُ
ر
ل
م
ُ
ع (Umar adalah
anaknya al-Khatab). Maka ن
ْ
با berposisi sebagai khabar, dan mubtadanya
adalah ر
ل
م
ُ
ع,
5. Apabila dia ditulis di awal baris. Misal kita mau menulis sebuah kalimat,
ِبا
ا
ط
ل
ْ
لْا
ُ
ن
ْ
ب
ُ
ر
ل
م
ُ
ع
ل
لا
ل
ق, tetapi ketika kita menulis
ُ
ر
ل
م
ُ
ع
ل
لا
ل
ق sudah berada di tepi
halaman. Otomatis kita harus menulis ِبا
ا
ط
ل
ْ
لْا
ُ
ن
ْ
با di baris yang baru. Berarti
ini salah satu contoh lafal ن
ْ
با ditulis di awal baris. Jadi seolah-olah kita
tidak menulis ر
ل
م
ُ
ع. Maka hamzah washalnya wajib ditulis, tidak boleh
dihapus.
6. Apabila di antara ن
ْ
با dengan nama yang pertama terdapat fashil/pemisah.
Seperti
ل
و
ُ
ه misalnya.
7. Apabila nama setelah ن
ْ
با atau ة
ل
ن
ْ
با adalah nama ibunya. Jadi dia tidak
punya bapak seprti
ل
م
ل
ي
ْ
ر
ل
م
ُ
ن
ْ
با
ل
سَ
ْ
يِع. Makanya ن
ْ
با pada
ل
سَ
ْ
يِع itu ditulis

H a l . 7 | 9
Transkrip Ta’aruf Pekan 3
hamzah washalnya, karena setelah ن
ْ
با bukan nama bapak, tetapi nama
ibunya.
Jadi kurang lebih seperti itu, aturan penghapusan atau tidak boleh
dihapusnya hamzah washal pada lafal ن
ْ
با atau ة
ل
ن
ْ
با.
Pembahasan berikutnya adalah:
 Huruf yang Dibuang.
Kondisi pertama, terjadi ketika ada huruf yang dibaca tetapi tidak
ditulis. Dan ini sudah kita bahas pada sesi sebelumnya oleh ustadz Nur Fajri
للها هظفح. Jadi kalau kita simpulkan huruf yanf dibaca tapi tidak ditulis itu
berintersepsi/beririsan dengan huruf yang dibuang.
Contohnya:

ٰ
لهِإ, berarti ada alif yang dibuang.

ٰ
ح
ْ
سإ
ُ
ق, ada alif yang dibuang

ٰ
ها
ل
ذ, ada alif yang dibuang

ٰ
ل
ْ
نِك atau
ٰ
ل
ا
نِك, ada alif yang dibuang
 يِ
ا
لَّا, ada lam yang dibuang
 د واَد, ada wawu yang dibuang
Jadi semua ini termasuk ke dalam kaidah huruf yang dibaca tapi tidak
ditulis, dan juga termasuk kaidah huruf yang dibuang. Jadi bisa dikatakan
poin pertama ini dengan huruf yang dibuang sama saja.
Poin kedua, yang tidak kalah menarik adalah hamzah washal pada lafal
مسا dibuang terutama pada lafal basmalah: مسب للها نحمرلا ميحرلا . Kita tidak
melihat ada hamzah washal di sana. Jadi ba’ langsung bersambung dengan sin.
Tidak ada hamzah washal. Maka itu boleh dihapus. Tapi syaratnya satu, dia
berada pada lafal basmalah yang utuh, yang sempurna. Dan tidak berta’aluq
dengan kata atau kalimat setelahnya maupun sebelumnya.
Contoh yang berta’aluq dengan kalimah setelahnya misalnya:
ِ
با ِم
ْ
س ِللها

ِ
ن
ْٰ
حم
ا
رلا
ُ
حِت
ْ
ف
ل
ت
ْ
س
ل
أ ِم
ْ
يِح
ا
رلا (dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi

H a l . 8 | 9
Transkrip Ta’aruf Pekan 3
Maha Penyayang aku membuka). Maka basmalah di sini
berta’alluq/berkaitan/terikat dengan
ُ
حِت
ْ
ف
ل
ت
ْ
س
ل
أ, maka nanti hamzah washal ditulis,
tidak boleh dibuang.
Begitu pula misalnya berta’aluq dengan kalimat sebelumnya. Misalnya

ِ
ب
ُ
أ
ل
ر
ْ
ق
ل
أا ِم
ْ
س ِللها
ْٰ
حم
ا
رلا
ِ
ن ِم
ْ
يِح
ا
رلا (aku membaca dengan menyebut nama Allah yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Maka lafal basmalah ini berta’aluq
dengan kalimat sebelumnya, otomatis nanti hamzah washalnya ditulis setelah
ba’, tidak boleh dihapus.
Pengecualian dalam Alqur’an:
ل
ر
ْل
مَ ِللها بِسْمِ﴿﴾ا
ل
ها
ل
س
ْ
ر
ُ
م
ل
و ا
ل
ها :دوه[٤١] , hamzah
washal dibuang.
Lalu yang ketiga lafal ا
ل
م istifhamiyyah setelah huruf jar. Jadi ada ا
ل
م yang
merupakan anggota dari isim-isim istifham, yang didahului huruf jar. Seperti:

ا
م
ل
ع, seperti
ل
ع﴿﴾
ل
ن
ْ
و
ُ
ل
ل
ء
ٓ
ا
ل
س
ل
ت
ل
ي
ا
م (tentang apa mereka bertanya-tanya). Maka ا
ل
م di
sini menunjukkan bahwa dia ا
ل
م istifhamiyyah, yang dihapus alifnya, karena
didahului
ْ
ن
ل
ع, salah satu huruf jar.
 Begitu juga
ل
م
ِ
ب, maka ا
ل
م di sini adalah ا
ل
م istifhamiyyah. Didahului oleh ءا
ل
ْ
لْا
huruf jar.

ل
مِل, didahului oleh م
ا
لالا, huruf jar juga.

ا
مِم didahului oleh
ْ
نِم yang diidgham, menjadi bertasydid
ا
مِم

ل
م
ل
لا
ل
ع (kepada apa/atas apa), ini didahului oleh
لل
على, huruf jar juga

ل
م
ْ
يِف, didahului oleh huruf
ْ
ِف.
Poin keempat pada pembahasan huruf yang dibuang adalah ا
ل
ي. Alifnya
dibuang pada huruf nidaa, jika setelahnya adalah ا
ل
ه
ُّ
ي
ل
أ, atau ا
ل
ه
ُ
ت
ا
ي
ل
أ, atau ل
ْ
ه
ل
أ.
Contoh misalnya: ا
ل
ه
ُّ
ي
ل
أ
ٰ
ي- ا
ل
ه
ُ
ت
ا
ي
ل
أ
ٰ
ي , maka kita tidak melihat ada alif setelah ya’. Tidak
dipisah ا
ل
ي panjang, setelah itu hamzah di ا
ل
ه
ُّ
ي
ل
أ, tidak dipisah seperti itu, tetapi
digabung. Tapi tetap dibacanya panjang yaa-aiyyuhaa, tidak dipendekkan ya-
aiyyuhaa. Jadi tetapi dibaca tapi dia tidak ditulis atau dibuang. Sebagaimana
ل
ْ
ه
ل
أ
ٰ
ي, misalnya
ل
أ
ٰ
ي ِبا
ل
تِك
ْ
لا
ل
ل
ْ
ه. Maka dia tidak ditulis alifnya tapi tetap dibaca.

H a l . 9 | 9
Transkrip Ta’aruf Pekan 3
Seperti itu. Semoga bermanfaat.
Kita tutup dengan do’a kafaratul majelis.

كليإ بوتأو كرفغتسأ ،تنأ لاإ إله لا نأ دهشأ ،كدمبحو للهما كناحبس
هتكاربو للها ةحمرو مكيلع ملاسلاو
•┈┈┈┈┈┈┈┈ •❅❖❅•┈┈┈┈┈┈┈┈ •