LANJUTAN ANALITIK WACANA KRITIS DITERAPKAN UNTUK FILM AYU LESTARI IDIL ABD MUTAHIR
Pengetahuan di dalam pratik-praktik no- diskursif bisa diamati dan dideskripsikan . Tgas CDA/AWK adalah merekonstrksi pengetahuan it yang memngkinkanntk mengungkap aspek yang tidak bisa di ungkap oleh praktik diskursif . Maka memilih dengan selektf potongan-potongan film diperlukan agar bisa menjelaskan pegetahuan praktik non- diskrsif yag representatif yag mengambarkan adegan penting dalam flm . Dalam perpektif teori narasi , potongan adegan film bisa menandai nsr penting narasi seperti , eksposisi , momen yang menggugah , komplikasi dan kesimpulan . PRAKTIK NON-DISKURSIF
Dalam film Lost in Translation, situasi galau , kosong dan tak menentu dari Bob diungkap dengn bagus melalui gambar Bob yang berlama -lama duduk di pinggir tempat tidur hotel mengenakan piyama dengan wajah dan pakaian acak-acakan . Semua penenonton bisa membayangkan afeksi dan perhatiaanya pada charlotte ketika setelah pesta Charlotte menyandarakan kepalanya di pundak Bob, dan juga ketika mengantara di atas kursi roda Charlotte ke rumah sakit . Adengan sederhana ini mengandaikan pengetahuan luar biasa tentang relasi dua insan berbeda jenis dan sikap seorang yang di tuangkan ata dalam situasi rmah tangga yang sedang krisis . Masalahnya CDA/AWK tidak hanya mengganti tidakan yang sederhana bisa dideskripsikan ada juga yang mengadaikan pengetahuan yang lebih dalam . POTONGAN FILM YANG REPREENTATIF DAN BERMAKNA
Dalam film Lost in Traslation , ada adegan di mana digambarkan orang jepang begitu kelihatan sangata ramah dan hangat ketika menyambt Bob, tetapi dalam keseharian yang digambarakan dengan bagus ketika mereka berangkat kerja bersama di lift hotel, terasa sangat dingin tanpa ekspresi . Tidak ckup menebak sikap ereka , maka ada tiga cara untk membantu penelti mendapat informasi tentang gambaram sikap orang jepang tersebut .
Tiga Cara Dalam Mendapat Informasi dengan Tepat Dengan mempelajari arsip , hasil studi / penelitian sebelumnya bisa juga dokumen atau literatur yangmembahas tentang hal itu . Wawancara langsung dengan orang yang diteliti it, atau yang dikenal dengan etnografi . Peneliti mengandalkan pada pegamatan partisipatif untk mempelajari pengetahan yang tersirat itu dengan tinggal bersama mereka dan ikut dalam kegiatan mereka .
Dalam menerapkan CDA/AWK tidak bisa selalu menggunakan pengamatan partisipatoris karena biaya mahal dan tempat jah serta menuntt waktu yang tidak sedikit , maka sebgai gantinya bisa mempelajarinya dari dokumen arsip atau penelitian yang telah dilakukan sebelumnya . Sumbangan bagian penelitian praktik non- diskursif ini sekaligs bisa mengungkap sesuatu bentu-bentuk non- wacana yang menyingkap sesatu yang diandaikan , implikasi atau ilusi . Di bawah ini di perlihatkan potongan film yang mengungkap pengetahuan non- diskursif
Berbeda dengan kata-kata, gambar atau visualisasi mendorong penafsiran bkan pertama -tama melalui yang tersurat , tetapi melalui sugeti , konotasi atau menghentak ntuk segera menyadari karena gambar mirip dengan suatu pengetahuan yang hampir terlupakan . Lebih jauh lagi , gambar dan visual bisa mengungkapkan hal-hal yang tidak terkontrol pewicara seperti intonasi , gambar retorika , pembicaraan spontan ketika mengambil giliran mengoreksi atau ragu-ragu . KEKUATAN GAMBAR ATAU VISUALISASI
Dalam meterialisasi objek , peneliti tidak bisa langsung memberi makna pada hotel, lapangan golf, mobil yang di kendarai , latar belakang kota yang di tampilkan . Untuk menganalisis materialisasi , peneliti harus mengandalkan pada pengetahuan tentang latar belakang yang dimiliki dirinya dan mitra peneliti yang lain. MATERIALISASI OBJEK
Di film Lost in Translation, sebagai contoh , cukup kami ketengahkan tentang hanya menampilkan latar belakang Jepang seperti gedung-gedung pencakar langit , bukan bangunan antik , istana kaisar atau rumah-rumah tradisional . Meterialisasi dalam film ini tidak ada kaitan dengan perjalanan pariwisata , namun suasana hati Bob yang sedang mengalami krisis tengah umur . Maka hotel mewah , padang golf, atau mobil mewah lebih representatif melukiskan suasana hati yang akan nanti lebih mudah dihubungkan dengan teoretisasi CDA/AWK film ini .
“ Krisis Tengah Umur ” menurut pakar psikologi Kieran Setiya dianggap sebagai bentuk reaksi manusia setelah sekitar umur empat puluhan ketika merasa hampa karena mengalami harus berhadapan dengan bayang-bayang kematian . TEORETISASI KRISIS TENGAH UMUR ( MIDLIFE CRISIS)
Ciri-ciri krisis tengah umur : Tema Manifestasi Tidak puas dengan cara hidup yang sedang dijalani sekarang 2. Menyesali harapan yang tak tercapai 3. Nostalgia pada masa muda 4. Tidak bahagia karena mengalami tanda-tanda ketuaan bosan , selingkuh , cerai , sadar akan penampilan , beli mobil bagus , motor gede , olahraga besiko , meninggalkan pekerjaan , petualangan . Depresi , mudah marah , ska menyalahkan , bertindak semau sendiri , tidak peduli sekitar Menghubngi sahabat-sahabat lama (SMA/SMP), menghayati lagi masa lalu Rambut mulai beruban , operasi plastik , berbagai bentuk pengobatan