BUDIDAYA DAN PEMASARAN PORANG (Amorphophallus muelleri Blume)
mahrus13
0 views
33 slides
Sep 13, 2025
Slide 1 of 33
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
About This Presentation
BUDIDAYA DAN PEMASARAN PORANG (Amorphophallus muelleri Blume)
Size: 2.53 MB
Language: none
Added: Sep 13, 2025
Slides: 33 pages
Slide Content
BUDIDAYA DAN PEMASARAN P ORANG ( A m orphoph a l l us m uel l eri B lu me ) SE B A G AI SAL A H SA T U KOMODITI P O T E N SI DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAERAH HUTAN (PMDH) DI JAWA TIMUR Oleh : Ir. Bambang Wicaksono Hariyadi , M.Agr Mahrus Ali, S.TP.,M.Agr
Porang Porang ( Amorphophallus muelleri Blume ) adalah salah satu jenis tanaman iles-iles yang tumbuh dalam hutan . Porang merupakan tumbuhan semak ( herba ) yang berumbi di dalam tanah . Umbi porang berpotensi memiliki nilai ekonomis yang tinggi , karena mengandung glukomanan yang baik untuk kesehatan dan dapat dengan mudah diolah menjadi bahan pangan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari .
Batang tanaman . Cenderung tegak dan lunak serta terdapat totol putih-hijau , berbatang halus ,. Tinggi tanaman berkisar 100 – 150 cm.
Daun tanaman . Menjari berpangkal 3, berwarna hijau cenderung gelap ataupun hijau cerah . Mempunyai titik pangkal daun tempat tumbuhnya bulbil ( sejak tanaman berusia 2 bulan )
Bulbil mulai terlihat pada usia tanaman 2 bulan . Ditandai dengan bintik gelap pada pangkal daun . Berwarna coklat gelap dan tumbuh pada pangkal daun . B) Bulbil ( umbi generarif ).
Umbi porang . Merupakan umbi tunggal . Daging umbi berwarna kuning cerah , seratnya halus . Terdapat getah yang dapat menimbulkan rasa gatal di kulit .
SYARAT TUMBUH Keadaan iklim Intensitas cahaya 60 – 70% Ketinggian 0 – 700 m dpl . Namun yang paling bagus pada daerah dengan ketinggian 100 – 600 m dpl . Keadaan tanah Dibutuhkan tanah yang gembur / subur dan tidak becek . Tanah dengan tekstur lempung berpasir dan bersih dari alang-alang . Derajat keasaman tanah ideal antara pH 6 – 7. Kondisi lingkungan Naungan yang ideal: Jati , Mahoni Sono , dan lain-lain. Tingkat kerapatan naungan minimal 40 % maksimal 60 %. Semakin rapat semakin baik .
BUDIDAYA PORANG Persiapan lahan Lokasi tumbuh tanaman porang yang baik adalah di bawah naungan dengan itensitas cahaya 60-70 %. Kegiatan persiapan lahan Pada lahan datar Setelah lahan dibersihkan dari semak - semak liar/ gulma lalu dibuat guludan selebar 50 cm dengan tinggi 25 cm dan panjang disesuaikan dengan lahan . Jarak antara guludan adalah 50 cm. Pada lahan miring Lahan dibersihkan tidak perlu diolah . Lalu dibuat lubang tempat ruang tumbuh bibit yang dilaksanakan pada saat penanaman .
Persiapan Bibit Porang dapat diperbanyak secara vegetatif dan generatif ( biji , bulbil/ katak ). Bibit yang dipilih adalah dari umbi dan bulbil yang sehat . Bibit porang cukup ditanam sekali . Setelah bibit yang ditanam berumur 3 tahun , dapat dipanen selanjutnya dapat dipanen setiap tahunnya tanpa perlu penanaman kembali . Kebutuhan bibit per satuan luas sangat tergantung pada jenis bibit yang digunakan dan jarak tanam . Dengan prosentase tumbuh benih . diatas 90%, kebutuhan benih per hektar dengan jarak tanam 0,5 m adalah : 1. Umbi : 1.500 kg (± 20-30 buah /kg) 2. Biji : 300 kg 3. Bulbil : 350 kg (±170 – 175 buah /kg )
Tata cara penyiapan bibit dari umbi Tentukan anakan tanaman porang yang berumur ±1 tahun yang pertumbuhannya subur dan sehat . Bongkar tanaman dan bersihkan umbi dari akar dan tanah . Kumpulkan bibit tersebut di tempat yang teduh untuk penanganan selanjutnya yaitu penanaman (1 umbi porang hanya menghasilkan 1 tanaman porang ).
Tata cara penyiapan bibit dari biji Tanaman porang pada setiap kurun waktu 4 tahun akan menghasilkan bunga yang kemudian menjadi buah atau biji . Dalam 1 tongkol buah bisa menghasilkan biji sampai 250 butir yang dapat digunakan sebagai bibit porang dengan cara disemaikan terlebih dahulu .
Tata cara budidaya dengan perkecambahan poliembrioni Poliembrioni adalah adanya lebih dari satu embrio dalam satu biji . Pada tata cara budidaya pembibitan dengan menggunakan biji maka satu biji porang akan langsung disemai sehingga satu biji porang hanya menghasilkan satu bibit baru . Namun demikian dengan metode poliembrioni , pada satu biji porang dilakukan proses pembelahan biji untuk memisahkan embrio-embrio dalam satu biji ( Gambar 5D). Embrio yang telah dipisahkan tersebut kemudian disemai hingga tumbuh tunas sehingga dihasilkan lebih dari satu bibit baru dari satu biji .
Lanjutan >>> Budidaya porang metode poliembrioni ini biasanya dilaksanakan sejak bulan Agustus , ketika bunga porang mulai rebah , kemudian biji ditampung . Selanjutnya biji-biji tersebut kemudian dibelah dan embrio-embrionya dipisahkan . Dibutuhkan waktu 6-7 minggu sejak embrio disemaikan hingga berkecambah . Embrio yang telah berkecambah dipindahkan ke dalam kantong polybag hingga 8 minggu sebelum siap ditanam ke lahan .
Perkecambahan Poliembrioni . A) Biji porang yang baru dipanen , B) Biji porang yang telah matang berwarna merah , C) Biji porang dikeringkan hingga kecoklatan , D) poliembrio dalam 1 biji , E) poliembrio yang telah dipisahkan , F) Embrio yang telah disemai hingga bertunas
Tata cara penyiapan bibit dari kultur jaringan bulbil/ katak Ambil bulbil dari sekitar rumpun tanaman yang berumur cukup tua ( seleksi / pilih bulbil yang sehat ). Bulbil yang telah dipilih dikumpulkan dalam wadah dan disemai hingga tumbuh tunas yang kemudian ditanam ( tanaman porang yang cukup besar dan tua dapat menghasilkan bulbil ±40/ pohon ).
Budidaya dari kultur jaringan ( in vitro ) Kultur jaringan (in vitro) merupakan metode mengisolasi bagian tanaman yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik ( tidak ada patogen ), sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali . Eksplan ( jaringan tanaman yang diambil untuk diperbanyak ) yang telah dipisahkan dengan biji ditanam pada media MS ( Murashige-Skoog ) dengan penambahan BAP ( Benzyl Amino Purine ) dan IBA ( Indole Butyric Acid ). Terbentuk kalus ( hasil pembelahan sel dari jaringan esplan ) yang terjadi dalam 3 tahap , yaitu : Induksi sel à sel siap melakukan pembelahan
Lanjutan >>> Pembelahan à sel lebih aktif membelah dan mengalami peningkatan ukuran sel Diferensiasi à sel melebar dan membelah hingga tercapai keseimbangan antara pembelahan dan pelebaran sel. Dilakukan aklimatisasi ( upaya penyesuaian fisiologis / adaptasi tanaman pada suatu lingkungan yang baru ) dalam seedbed / bedengan . Terbentuk porang siap tanam .
Tahapan Budidaya Kultur Jaringan
Penanaman porang Porang sangat baik ditanam ketika musim hujan , yaitu sekitar bulan November – Desember . Tahap penanaman porang adalah sebagai berikut : Bibit yang sehat satu per satu dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan letak bakal tunas menghadap ke atas . Tiap lubang tanaman diisi 1 bibit porang dengan jarak tanam sesuai kebutuhan . Tutup bibit dengan tanah halus / tanah olahan setebal ±3 cm.
Pemeliharaan tanaman porang Penyiangan Dilakukan dengan membersihkan gulma yang berupa rumput liar yang dapat menjadi pesaing tanaman porang dalam hal kebutuhan air dan unsur hara . Sebaiknya dilakukan sebulan setelah umbi porang ditanam . Penyiangan berikutnya dapat dilakukan saat gulma muncul . Gulma yang terkumpul ditimbun dalam sebuah lubang agar membusuk dan menjadi kompos .
Lanjutan >>> Pemupukan Pada saat pertama kali ditanam , dilakukan pemupukan dasar . Untuk pemupukan berikutnya dapat dilakukan setahun sekali ( awal musim hujan ). Jenis pupuk adalah pupuk urea 10 g/ lubang dan SP 36,5 g/ lubang . Pemberian pupuk dilakukan dengan cara ditanam disekitar batang porang . Pengamanan pohon pelindung Porang merupakan tanaman yang butuh naungan . Oleh karena itu perlu dilakukan pemeliharaan terhadap pohon pelindung agar pohon pelindung dan tanaman porang dapat tumbuh dengan baik .
PERTUMBUHAN DAN MASA PANEN TANAMAN PORANG Tanaman porang dapat dipanen untuk pertama kali setelah umur tanaman mencapai 3 tahun . Setelah itu , tanaman dapat dipanen setahun sekali tanpa harus menanam kembali umbinya . Tanaman porang hanya mengalami pertumbuhan selama 5 – 6 bulan tiap tahunnya ( pada musim penghujan ). Di luar masa itu , tanaman mengalami masa istirahat / dorman dan daunnya akan layu sehingga tampak seolah-olah mati .
Lanjutan >>> Waktu panen tanaman porang dilakukan pada bulan April – Juli ( masa dorma ). Umbi yang dipanen adalah umbi besar yang beratnya lebih dari 2 kg/ umbi , sedangkan umbi yang masih kecil ditinggalkan untuk dipanen pada tahun berikutnya . Rata-rata produksi umbi porang berkisar 10 ton per hektar .
PENGOLAHAN Setelah dipanen , umbi porang dibersihkan dari kotoran berupa tanah dan akar yang menempel . Setelah itu , untuk memperpanjang umur simpan umbi porang , maka dapat dilakukan pengolahan dengan menjadikan umbi porang sebagai chip porang ataupun dapat dijadikan tepung porang .
Pembuatan chip porang Umbi porang dibersihkan dari kotoran . Umbi dikupas dan dicuci dengan air bersih . Diiris dengan ketebalan ±5 cm. Dijemur dibawah terik matahari hingga benar-benar kering (±5 hari ). Porang harus benar-benar kering untuk menghindari timbulnya jamur yang dapat mengurangi kualitas dan harga jual porang .
Chip porang
Pembuatan tepung porang Chip porang yang telah kering dimasukkan dalam disc mill ( mesin penepung ). Setelah keluar dari disc mill, tepung porang dihaluskan menggunakan ball mill ( mesin penepung ). Tepung porang difraksinasi ( pemisahan senyawa berdasarkan berat jenis . Pada tahap ini , kalsium oksalat dan zat pengotor yang lain akan dibuang dengan cara dihembuskan )
Lanjutan >>> Dilakukan pencucian dengan etanol . Tahap ini bertujuan untuk meminimalisir kandungan kalsium oksalat ( dapat menyebabkan gatal pada kulit dan mengendap di ginjal serta merusak hati ) dan zat-zat pengotor pada tepung porang sehingga yang tersisa sebagian besar adalah glukomanan . Didapatkan tepung porang murni .
Tepung porang kasar
Lanjutan >>> Tepung porang yang telah dimurnikan dapat dimanfaatkan untuk industri farmasi dan makanan . Hal ini dikarenakan tepung porang mempunyai glukomanan yang baik bagi kesehatan . Contoh penggunaan tepung glukomanan antara lain: Mie jepang ( shirataki ), Bahan campuran pembuatan mie instan , Tahu jepang ( konyaku ), Pembuat daging bagi vegetarian, Penguat kertas , Bahan pengikat rasa pada bumbu penyedap , Bahan lem , Edible film, Perekat tablet dan Pembungkus kapsul
ANALISA FINANSIAL Dalam hitungan normal, 100 pohon porang bisa menghasilkan Rp 500.000,00 – 625.000,00/ 100 pohon dengan perhitungan sebagai berikut : = 2,5 kg/ umbi / pohon X 100 pohon = 250 kg umbi X Rp 2,500/kg = Rp 500.000,00 – 625.000,00/100 pohon Untuk luasan 1 Ha bisa ditanam sebanyak 6.000 bibit , sehingga bisa menghasilkan 24 ton/Ha, yakni dengan penghitungan 6.000 x 4 kg. Jika 1 Ha bisa menghasilkan 24 ton, dan dikalikan dengan harga Rp 2.500/kg, kurang lebih bisa menghasilkan Rp 60.000.000/Ha.
Lanjutan >>> Pengolahan umbi porang menjadi chip ataupun tepung dapat memberikan nilai tambah . Jika umbi porang dihargai sebesar Rp 2.500,00/kg , maka chip porang dihargai sekitar Rp 27.000,00/kg, dan harga tepung porang dapat mencapai Rp 250.000,00/kg.