Buku jawaban tugas mata kuliah, tugas 1.docx

oetcuih 3 views 3 slides May 08, 2025
Slide 1
Slide 1 of 3
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3

About This Presentation

buku jawaban tugas, universitas terbuka, pdgk4407, bjt tugas 1, tahun 2024/2025


Slide Content

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH
TUGAS 1
Nama Mahasiswa : YODI RAMENRA
Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 856484692
Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4407
Kode/Nama UT Daerah : 16/PEKANBARU
Masa Ujian : 2024/2025 Genap ( 2025.1)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN TINGGI, SAINS, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA

1.Istilah-istilah yang Digunakan dan Perubahannya:
Anak Luar Biasa:
Istilah ini sering digunakan dalam konteks anak yang memiliki kecerdasan atau bakat istimewa
di atas rata-rata. Meskipun demikian, istilah ini juga dapat merujuk pada anak dengan kondisi
khusus yang memerlukan layanan pendidikan khusus.
Anak Cacat:
Istilah ini cenderung memiliki konotasi negatif dan memandang anak dengan kondisi khusus
sebagai memiliki kekurangan. Penggunaan istilah ini telah mulai ditinggalkan karena dianggap
tidak sensitif dan meremehkan.
Penyandang Disabilitas:
Istilah ini lebih umum dan akurat dalam menggambarkan anak dengan kondisi khusus yang
memerlukan layanan khusus. Istilah ini menekankan pada hak-hak dan potensi anak dengan
disabilitas, serta kebutuhan mereka akan dukungan yang sesuai.
Anak Berkebutuhan Khusus:
Istilah ini merupakan istilah umum yang mencakup semua anak yang memiliki kondisi khusus
yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus, baik yang bersifat fisik, mental, intelektual,
sosial, atau emosional.
Difabel (Differently Abled):
Istilah ini menekankan pada perbedaan kemampuan, bukan pada kekurangan. Ia juga
menekankan bahwa anak dengan disabilitas masih dapat melakukan berbagai hal dengan cara
yang berbeda, kata Rumah Anak Mandiri.
Implikasi dalam Dunia Pendidikan:
Perubahan istilah ini memiliki implikasi penting dalam dunia pendidikan, antara lain:
Layanan Pendidikan:
Perubahan istilah ini mendorong perubahan dalam layanan pendidikan yang diberikan kepada
anak-anak dengan kondisi khusus. Fokusnya bukan lagi pada "mengobati" atau "memperbaiki"
kekurangan, tetapi pada memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan individu, kata
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta.
Kurikulum:
Kurikulum juga perlu disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan belajar anak-anak dengan
kondisi khusus. Ini termasuk penggunaan metode pengajaran yang berbeda, penyesuaian
materi, dan dukungan tambahan yang dibutuhkan.
Sikap Guru:
Perubahan istilah ini juga diharapkan dapat mengubah sikap guru terhadap anak-anak dengan
kondisi khusus. Guru diharapkan lebih menghormati perbedaan, memahami kebutuhan
individu, dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.
Kesadaran:
Perubahan istilah ini juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak anak-anak
dengan kondisi khusus dan pentingnya memberikan mereka kesempatan untuk belajar dan
berkembang, kata Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta.
Dengan kata lain, perubahan istilah ini merupakan bagian dari upaya untuk menciptakan
lingkungan pendidikan yang lebih inklusif dan menghormati perbedaan, di mana semua anak
dapat belajar dan berkembang sesuai dengan potensi masing-masing.
2.Kebutuhan Fisik/Kesehatan: Pemeriksaan kesehatan rutin, terapi okupasi untuk mengatasi
hiperaktifitas, dan pengaturan pola makan yang sehat.
Kebutuhan Sosial-Emosional: Pelatihan keterampilan sosial, dukungan emosional untuk
mengelola emosi dan frustrasi, serta kesempatan berinteraksi dengan teman sebaya dalam
lingkungan yang terstruktur.
Kebutuhan Pendidikan: Program pendidikan individual (PPI) yang disesuaikan dengan
kemampuan intelektual dan gaya belajarnya, dukungan guru pendamping khusus (GPK), dan
pemanfaatan hobinya (menyanyi) sebagai media pembelajaran
3.a. Pengertian Pendidikan Integrasi dan Pendidikan Inklusi:
Pendidikan Integrasi:
Sistem pendidikan yang menyatukan anak berkebutuhan khusus dengan anak normal dalam
satu kelas, tetapi dengan sedikit penyesuaian di kurikulum dan metode pengajaran. Tujuannya
adalah agar anak berkebutuhan khusus dapat berpartisipasi di kelas reguler, tetapi tidak selalu
memberikan penyesuaian yang signifikan untuk memenuhi kebutuhan individu.
Pendidikan Inklusi:
Sistem pendidikan yang mengakomodasi semua anak, termasuk anak berkebutuhan khusus,
dalam satu lingkungan belajar yang sama. Pendidikan inklusi melibatkan penyesuaian

kurikulum, metode pengajaran, lingkungan belajar, dan layanan pendukung untuk memenuhi
kebutuhan semua peserta didik.
b. Perbandingan Layanan Penyesuaian:
Pendidikan Integrasi:
Layanan penyesuaian lebih terbatas dan biasanya fokus pada penyesuaian kecil di kurikulum
atau metode pengajaran. Misalnya, guru mungkin memberikan materi tambahan atau
menggunakan metode pengajaran yang berbeda untuk sebagian siswa.
Pendidikan Inklusi:
Layanan penyesuaian lebih komprehensif dan mencakup penyesuaian pada berbagai aspek. Ini
bisa meliputi penyesuaian kurikulum, lingkungan belajar, penggunaan teknologi bantu,
dukungan individu, dan layanan pendukung lainnya.
c. Contoh Praktik:
Pendidikan Integratif:
Anak berkebutuhan khusus belajar di kelas reguler dengan guru yang memberikan sedikit
penyesuaian di materi atau metode pengajaran untuk memenuhi kebutuhan anak tersebut.
Guru menggunakan metode pengajaran yang berbeda untuk sebagian siswa di kelas reguler.
Pendidikan Inklusif:
Anak berkebutuhan khusus belajar di kelas reguler dengan kurikulum yang disesuaikan dengan
kebutuhan individu.
Guru menggunakan berbagai metode pengajaran dan teknologi bantu untuk memenuhi
kebutuhan semua siswa di kelas.
Sekolah menyediakan layanan pendukung, seperti guru pendamping khusus atau terapis, untuk
membantu anak berkebutuhan khusus.
4.a. Kolaborasi untuk kasus Ais berarti kerja sama yang terkoordinasi antara berbagai pihak
(guru kelas, guru pendidikan khusus, orang tua, dan profesional lain jika diperlukan) untuk
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program pendidikan yang disesuaikan dengan
kebutuhan khusus Ais, seorang siswa dengan low vision yang akan menghadapi ujian nasional.
b. Pihak-pihak yang seharusnya dilibatkan dan peran masing-masing:
Guru Kelas: Memberikan materi pelajaran sesuai kurikulum, memodifikasi tugas dan
ujian agar sesuai dengan kemampuan Ais, dan memberikan dukungan emosional.
Guru Pendidikan Khusus (GPK): Melakukan asesmen kebutuhan khusus Ais,
mengembangkan strategi pembelajaran individual, memberikan pelatihan kepada guru
kelas tentang cara membantu Ais, dan memantau kemajuan Ais.
Orang Tua: Memberikan dukungan di rumah, berkomunikasi secara teratur dengan pihak
sekolah, dan membantu menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung
bagi Ais.
(Opsional) Dokter Mata/Optometris: Memberikan informasi tentang kondisi penglihatan
Ais dan rekomendasi alat bantu penglihatan yang sesuai.
(Opsional) Psikolog/Konselor: Memberikan dukungan emosional dan membantu
mengatasi kecemasan yang mungkin dialami Ais atau ibunya.
5.Pengertian program akselerasi (percepatan) adalah program pendidikan khusus bagi siswa
berbakat akademik yang dilakukan dalam waktu lebih cepat dari program pendidikan biasa
(reguler).
Fungsi program akselerasi:
1)Memberikan fasilitas belajar yang sesuai dengan kecepatan belajar anak berbakat.
2)Mempercepat waktu menyelesaikan pendidikan bagi siswa berbakat.
Contoh penerapan program akselerasi pada anak berbakat adalah dengan memasukkan siswa
berbakat pada kelas khusus. Kelas khusus tersebut berisi siswa-siswa berbakat lainnya yang
siap mengejar target materi pelajaran lebih cepat dari siswa umumnya. Contoh siswa akselerasi
seperti siswa SMA yang bisa lulus dalam waktu 2 tahun saja.