Candi Borobudur Sebagai Wujud Peradaban Dunia.pdf

LarisaAlkhoir 5 views 10 slides Sep 18, 2025
Slide 1
Slide 1 of 10
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10

About This Presentation

Wujud Peradaban Dunia


Slide Content

Candi Borobudur Sebagai Wujud
Peradaban Dunia Kelompok 2Lukman Juhari
Rakan Qinthar Ramadhan
Larisa Umi Salamah Al Khoir
Aulia Khoirun Nisa
Yoga Pangestu
Dimas Afriansyah
Riska Amelya 202043501130
202243501198
202243501235
202243501246
202243501249
202243501267
202243501287

Sejarah
Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, adalah candi Buddha terbesar di dunia dan salah satu
keajaiban seni, arsitektur, dan agama. Dibangun pada abad ke-8 hingga awal abad ke-9 M oleh
Dinasti Syailendra, pembangunannya dimulai oleh Raja Samaratungga dan selesai sekitar tahun 825
M. Candi ini menjadi pusat ziarah Buddha serta objek wisata global.
Nama Borobudur pertama kali dicatat oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang mengaitkannya
dengan desa terdekat, Bore (Boro). Ada berbagai teori tentang asal-usul nama ini, termasuk
hubungannya dengan kata "bhudhara" (gunung) atau "bara" (vihara) dan "beduhur" (tinggi).
Sejarawan J.G. de Casparis memperkirakan bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan yang
dibangun oleh Raja Samaratungga dan diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramodawardhani,
sekitar tahun 824 M.

Candi Borobudur terletak sekitar 40 km di barat
laut Yogyakarta dan sekitar 86 km di barat
Surakarta, Jawa Tengah. Lokasinya berada di
antara dua gunung berapi, yaitu Gunung Sindoro-
Sumbing dan Gunung Merapi-Merbabu, serta di
antara dua sungai, yakni Progo dan Elo. Candi ini
juga sangat dekat dengan dua candi Buddha
lainnya di Dataran Kedu, yaitu Candi Pawon dan
Candi Mendut, yang terletak dalam satu garis
lurus. Para sarjana dan arkeolog menduga bahwa
ketiga candi ini memiliki keterkaitan tertentu,
meskipun maksud dari hubungan tersebut masih
menjadi perdebatan.
Letak Geografis
Dataran Kedu, tempat Candi Borobudur
berada, telah lama dianggap sebagai wilayah
yang sakral dan subur, terutama oleh
masyarakat Jawa kuno baik yang beragama
Hindu maupun Buddha. Wilayah ini
diidentifikasi dengan produksi pertanian yang
melimpah serta dianggap memiliki kesamaan
dengan sungai-sungai suci di India, seperti
Sungai Gangga dan Yamuna. Tidak
mengherankan jika di Dataran Kedu juga
ditemukan candi-candi penting lainnya, seperti
Candi Hindu Gunung Wukir yang bertanggal
sekitar 732 Masehi, yang terletak hanya 10 km
di sebelah barat Candi Borobudur.

Pembangunan Candi Borobudur diperkirakan memakan waktu sekitar setengah abad. Prasasti
Karangtengah mencatat penganugerahan tanah sima oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk
memelihara Kamūlān Bhūmisambhāra, yang diduga merupakan leluhur Dinasti Syailendra.
Sejarawan J.G. de Casparis memperkirakan nama asli Borobudur adalah Bhūmi Sambhāra
Bhudhāra, yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan bodhisattwa."
Borobudur dibangun oleh penganut Buddha Mahayana pada masa Dinasti Syailendra, dimulai oleh
Raja Samaratungga sekitar tahun 824 M dan diselesaikan menjelang tahun 900 M di bawah Ratu
Pramudawardhani. Candi ini terkubur akibat erupsi Gunung Merapi dan direstorasi pada tahun 1911
oleh Thomas Stamford Raffles dengan bantuan insinyur Belanda, Christian Cornelius.
Pembangunan

Borobudur menunjukkan kecanggihan arsitektur
dan teknik konstruksi kuno. Dibangun dengan lebih
dari dua juta blok batu andesit tanpa bahan
perekat, candi ini menggunakan teknik interlocking
yang canggih. Sistem drainase inovatif juga
diterapkan untuk mencegah kerusakan akibat air
hujan. Hal ini menunjukkan pemahaman mendalam
akan rekayasa dan adaptasi terhadap lingkungan,
mencerminkan tingkat peradaban yang maju pada
masanya.
Arsitektur dan Teknik Konstruksi

Seni dan Kebudayaan
Desain Borobudur mencerminkan konsep
kosmologi Buddha yang kompleks. Struktur
candi terdiri dari tiga tingkatan (Kamadhatu,
Rupadhatu, dan Arupadhatu) yang
melambangkan tiga ranah eksistensi dalam
ajaran Buddha. Ini menunjukkan kedalaman
pemikiran filosofis dan spiritual yang
menjadi bagian integral dari peradaban yang
membangunnya.
Dengan lebih dari 2.600 panel relief dan 504
patung Buddha, Borobudur merupakan
ensiklopedia visual tentang ajaran Buddha dan
kehidupan masyarakat Jawa kuno. Relief-relief ini
tidak hanya bernilai seni tinggi tetapi juga
menjadi sumber informasi berharga tentang
sejarah, budaya, dan kehidupan sosial masa lalu.
Setiap panel menggambarkan cerita dan ajaran
yang mendalam, menciptakan narasi yang kaya
akan makna dan nilai-nilai moral. Ini menunjukkan
bagaimana seni dapat berfungsi sebagai media
untuk menyampaikan ajaran dan nilai-nilai
budaya kepada generasi mendatang.
Simbolisme dan Filosofi

Warisan Dunia
Pengakuan Borobudur sebagai Situs Warisan Dunia oleh
UNESCO pada tahun 1991 menegaskan nilai universalnya.
Ini menunjukkan bahwa Borobudur bukan hanya warisan
Indonesia, tetapi juga warisan peradaban dunia yang perlu
dijaga dan dilestarikan bersama.
Status ini memberikan tanggung jawab tambahan untuk
melindungi dan memelihara candi ini agar tetap dapat
dinikmati oleh generasi mendatang, serta meningkatkan
kesadaran global tentang pentingnya pelestarian warisan
budaya.

Peran dalam Sejarah
Borobudur menjadi bukti kejayaan Dinasti
Syailendra dan perkembangan agama
Buddha di Nusantara. Pembangunannya yang
memakan waktu lama (diperkirakan setengah
abad) menunjukkan dedikasi dan
kemampuan organisasi masyarakat pada
masa itu. Candi ini tidak hanya berfungsi
sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai
simbol kekuasaan dan identitas budaya
masyarakat yang membangunnya. Sejarah
Borobudur mencerminkan dinamika sosial,
politik, dan religius yang terjadi di wilayah
tersebut pada masa lalu.
Borobudur menjadi sumber kajian bagi para
sejarawan, arkeolog, dan peneliti dari seluruh
dunia. Studi tentang Borobudur telah
memberikan kontribusi besar pada
pemahaman kita tentang sejarah Asia
Tenggara dan perkembangan agama Buddha.
Penelitian yang dilakukan di candi ini tidak
hanya berfokus pada aspek arsitektur dan
seni, tetapi juga mencakup kajian tentang
masyarakat, ekonomi, dan interaksi budaya
yang terjadi di masa lalu. Hal ini menjadikan
Borobudur sebagai laboratorium sejarah yang
kaya akan informasi.
Pusat Ilmu Pengetahuan

Daya Tarik Global
Sebagai destinasi wisata kelas dunia, Borobudur
menarik jutaan pengunjung setiap tahunnya. Ini
tidak hanya berkontribusi pada ekonomi lokal
dan nasional, tetapi juga mempromosikan
pemahaman lintas budaya dan apresiasi
terhadap warisan dunia.
Pengunjung dari berbagai belahan dunia datang
untuk menyaksikan keindahan arsitektur dan
merasakan kedamaian spiritual yang ditawarkan
oleh candi ini. Daya tarik ini juga mendorong
upaya konservasi dan pelestarian yang lebih
besar, memastikan bahwa Borobudur tetap
menjadi simbol peradaban yang hidup.
Teknologi Restorasi
Upaya restorasi Borobudur, terutama yang
dilakukan pada abad ke-20, menunjukkan
kolaborasi internasional dalam pelestarian
warisan budaya. Proses restorasi yang
melibatkan berbagai ahli dan organisasi. Ini
mencerminkan kesadaran global akan
pentingnya melestarikan bukti-bukti
peradaban masa lalu.

Terima kasih
Tags