Communication Skills for Youth Leader Weny Ramdiastuti 30 September 2025
Alat Kepemimpinan Pemuda berprestasi = role model komunikasi Komunikasi bukan sekadar “ bicara ” → alat kepemimpinan Tiga ranah utama + satu tambahan : Public Speaking Negosiasi Penulisan Efektif Mediasi
Public Speaking Bicara untuk menghubungkan , bukan mengagumkan Struktur narasi : Hook → Problem → Turning Point → Lesson → Closing Pilar komunikasi : Ethos – Pathos – Logos
Bukan soal “ siapa paling hebat di panggung ”, tapi bagaimana kita membangun koneksi dengan audiens . Audiens tidak selalu ingat apa yang kita katakan , tapi mereka ingat apa yang mereka rasakan saat mendengar kita .
Paradigma Lama vs Paradigma Baru Paradigma lama: public speaking = tampil keren , tanpa salah, penuh kata-kata indah . Fokus pada kesan teknis . Paradigma baru : public speaking = membangun hubungan emosional dengan audiens . Fokus pada rasa yang ditinggalkan . Jadi ukurannya bukan “ wah keren ya dia ”, tapi “ aku merasa dekat , aku ingin melakukan sesuatu setelah dengar dia bicara .”
Kenapa Menghubungkan Lebih Penting ? Manusia lebih ingat rasa, bukan kata. Kata bisa hilang , tapi rasa ( haru , semangat , terinspirasi ) melekat . Audiens mungkin lupa isi pidato Nelson Mandela, tapi mereka ingat rasa harapan yang ia bawa . Koneksi menumbuhkan kepercayaan . Audiens lebih percaya pada pembicara yang tulus , bukan yang sekadar pamer teknik . Koneksi membuka ruang perubahan . Pesan hanya bisa menggerakkan jika audiens merasa “ ini relevan dengan hidupku .”
Cara untuk Menghubungkan Tunjukkan kerentanan (vulnerability): cerita kegagalan lebih mengikat hati daripada cerita kesuksesan mulus . Gunakan bahasa sederhana : jangan sibuk memamerkan kosakata sulit . Bangun empati : tunjukkan bahwa kita mengerti apa yang dirasakan audiens . Sisipkan cerita personal: kisah nyata lebih kuat daripada teori panjang .
Contoh Perbandingan Bicara untuk mengagumkan : “Public speaking adalah keterampilan esensial dalam konteks profesionalitas komunikasi interpersonal yang sinergis dengan perkembangan global.” Bicara untuk menghubungkan : “ Pernah nggak sih kalian gemetar pas maju ke depan kelas ? Saya juga. Dan justru dari rasa takut itu saya belajar , ternyata public speaking bukan soal gaya , tapi soal keberanian berbagi cerita .”
Struktur Narasi Gunakan alur cerita sederhana agar audiens mudah mengikuti : Hook ( Pembuka ) → Menarik perhatian sejak awal ( pertanyaan , fakta unik , atau kisah personal). “ Tahukah kalian bahwa 70% ketakutan manusia lebih besar saat bicara di depan umum dibanding menghadapi kematian ?” Problem → Masalah atau tantangan yang relevan dengan audiens . Turning Point → Titik balik / momen perubahan . Lesson → Pelajaran atau insight yang bisa diambil . Closing → Ringkasan singkat + kalimat penutup yang kuat ( bisa berupa call to action).
Pilar Komunikasi : Ethos – Pathos – Logos Ethos ( Kredibilitas / Karakter ) Audiens percaya pada pembicara yang punya integritas & otoritas . Bangun kepercayaan dengan : pengalaman nyata , data kredibel , sikap rendah hati . Contoh : “ Sebagai ketua tim penelitian , saya menyaksikan langsung bagaimana data ini berdampak pada masyarakat .” Pathos (Emosi / Kedekatan ) Orang lebih mudah ingat cerita yang menggerakkan hati . Gunakan cerita pribadi , humor , atau empati agar audiens merasa dekat . Contoh : “Saya tahu rasanya ditolak berkali -kali. Mungkin kalian juga pernah merasakannya
Logos (Logika / Argumen ) Isi presentasi harus masuk akal dan sistematis . Gunakan data, fakta , atau contoh nyata untuk memperkuat pesan . Contoh : “Riset Harvard menunjukkan , 85% kesuksesan kerja ditentukan oleh keterampilan komunikasi .”
Kuncinya : Ethos → membuat audiens percaya . Pathos → membuat audiens peduli . Logos → membuat audiens paham . Kombinasinya menghasilkan presentasi yang meyakinkan & menggerakkan .
Negosiasi Konsep Negosiasi = mencari win-win, bukan menang-kalah Kerangka : BATNA : alternatif cadangan 3C : Clarity, Connection, Collaboration
Win-lose = salah satu pihak merasa kalah → hubungan jangka panjang bisa rusak . Win-win = kedua pihak merasa kebutuhan utama mereka terpenuhi → hubungan terjaga . Jadi negosiasi bukan soal siapa paling pintar bicara , tapi siapa bisa menemukan jalan tengah . Kerangka Negosiasi BATNA – Best Alternative to a Negotiated Agreement Artinya : selalu punya alternatif cadangan sebelum bernegosiasi . Jika negosiasi gagal , apa pilihan terbaik yang masih realistis ? BATNA bikin kita percaya diri → tidak terjebak menerima tawaran buruk .
BATNA ( Best Alternative to a Negotiated Agreement ) itu adalah pilihan terbaik yang dimiliki jika negosiasi gagal . Jadi, kalau meja perundingan buntu , pihak masih punya opsi cadangan yang realistis . Dalam kasus politik , BATNA sangat menentukan posisi tawar . Contoh BATNA dalam Konflik Aceh ( Perundingan GAM – Pemerintah Indonesia) 1. Pemerintah Indonesia BATNA: Melanjutkan operasi militer (DOM) dengan legitimasi kedaulatan NKRI. Artinya , jika GAM tidak mau berdamai , pemerintah masih punya “ alternatif ” menekan dengan kekuatan militer dan aturan darurat sipil . Namun , ini bukan pilihan ideal karena : biaya tinggi , korban sipil banyak , tekanan internasional meningkat . Nilai BATNA ini : memberi pemerintah posisi tawar → bisa mengatakan ke GAM, “Kalau tidak ada jalan damai , kami tetap mampu mempertahankan Aceh secara militer .”
2. Gerakan Aceh Merdeka (GAM) BATNA: Melanjutkan perjuangan bersenjata dan mencari dukungan internasional ( misalnya dari negara Skandinavia atau forum HAM dunia). Tetapi: logistik senjata makin terbatas , masyarakat sipil lelah , bencana tsunami 2004 membuat rakyat butuh stabilitas , bukan perang . Nilai BATNA ini : GAM bisa bilang , “Kalau tidak ada kesepakatan , kami tetap bisa melanjutkan perlawanan ,” tapi daya tahannya semakin melemah .
3. Titik Kunci Negosiasi (Hamid Awaludin – Jusuf Kalla) Jusuf Kalla paham kedua pihak punya BATNA, tapi sama-sama buruk ( costly alternatives ). Pemerintah : perang = biaya dan citra buruk . GAM: perang = rakyat menderita , dukungan makin hilang . Maka strategi negosiasinya adalah menciptakan “win-win” baru : Pemerintah tetap menjaga NKRI ( tidak kehilangan kedaulatan ). GAM mendapatkan otonomi luas , partai lokal , serta reintegrasi terhormat . Hasilnya : Perjanjian Helsinki (2005) → lahir dari kesadaran bahwa BATNA masing-masing tidak lebih baik daripada kesepakatan damai .
Inti Pelajaran BATNA dari kasus Aceh BATNA bukan untuk dipakai , tapi untuk meningkatkan daya tawar . Negosiasi berhasil kalau kedua pihak sadar : “ Kesepakatan di meja ini lebih baik daripada alternatif terburuk kita di luar .”
Role Play Singkat : Negosiasi Aceh Tokoh : Pemerintah (Hamid Awaludin ) GAM ( Delegasi GAM) Mediator (Jusuf Kalla) Dialog Mediator (Jusuf Kalla): “Kita semua tahu rakyat Aceh sudah terlalu lama menderita . Tapi sebelum masuk ke solusi , saya ingin kita jujur . Kalau negosiasi gagal , apa yang akan kalian lakukan ?” Pemerintah (Hamid Awaludin ): “ Alternatif kami jelas : operasi militer tetap bisa dilanjutkan . NKRI tidak akan goyah . Tapi kami sadar , itu hanya memperpanjang penderitaan rakyat dan membuat Indonesia terus ditekan dunia internasional .”
Dialog Mediator (Jusuf Kalla): “Kita semua tahu rakyat Aceh sudah terlalu lama menderita . Tapi sebelum masuk ke solusi , saya ingin kita jujur . Kalau negosiasi gagal , apa yang akan kalian lakukan ?” Pemerintah (Hamid Awaludin ): “ Alternatif kami jelas : operasi militer tetap bisa dilanjutkan . NKRI tidak akan goyah . Tapi kami sadar , itu hanya memperpanjang penderitaan rakyat dan membuat Indonesia terus ditekan dunia internasional .”
GAM ( Delegasi GAM): “Kalau gagal , kami tetap bisa melawan . Kami masih punya pasukan , dan simpati dunia bersama kami. Tapi rakyat kami sudah terlalu lelah , apalagi setelah tsunami. Perang hanya akan membuat luka makin dalam .” Mediator (Jusuf Kalla): “ Lihatlah , BATNA kalian sama-sama buruk . Pemerintah rugi , GAM juga rugi . Bagaimana kalau kita buat opsi baru ? NKRI tetap utuh , GAM mendapat hak politik lewat partai lokal , ada reintegrasi , dan Aceh diberi otonomi luas . Itu lebih baik daripada terus berperang , bukan ?” Pemerintah & GAM ( bersama ): ( mengangguk ) “Ya, itu jalan tengah yang lebih baik .”
Catatan BATNA Pemerintah : operasi militer (mahal & citra buruk ). BATNA GAM: perang berlanjut (rakyat menderita , kekuatan melemah ). Solusi: kesepakatan damai → lebih baik dari BATNA masing-masing.
3 C Framework nan Ajaib Clarity ( Kejelasan ) Tahu apa yang diinginkan . Nyatakan tujuan dengan singkat dan spesifik . Hindari bahasa berputar-putar . Contoh : “Kami butuh Rp20 juta untuk menutup biaya sewa gedung .” Connection ( Koneksi / Empati ) Bangun hubungan dulu sebelum membicarakan angka . Pahami kepentingan lawan bicara . Dengarkan dengan aktif . Contoh : “Kami tahu perusahaan Bapak sedang fokus ke program CSR. Acara kami selaras dengan tujuan itu .” Collaboration ( Kolaborasi ) Arahkan diskusi ke “ bagaimana kita bisa sama-sama untung .” Tawarkan opsi fleksibel . Cari titik temu .
3C Negosiasi dalam Konteks Aceh 1. Clarity → tahu apa yang diinginkan & batas minimal Pemerintah : Ingin : NKRI tetap utuh . Batas minimal: GAM boleh punya partai lokal , otonomi khusus , tapi tidak boleh merdeka . GAM: Ingin : kedaulatan penuh . Batas minimal: pengakuan politik di Aceh ( partai lokal ), reintegrasi , dan hak otonomi luas . 👉 Clarity ini membuat posisi jelas , sehingga negosiasi tidak berputar-putar .
2. Connection → bangun hubungan emosional dulu Jusuf Kalla sering memulai dengan small talk & empati : “Kita semua orang Indonesia, kita semua punya keluarga di Aceh. Yang kita bicarakan adalah masa depan anak-anak kita , bukan hanya kursi politik .” Dengan empati ini , suasana perundingan lebih cair → pihak GAM merasa didengar , bukan dimusuhi .
3. Collaboration → arahkan diskusi ke win-win Mediator menekankan : “Kalau perang lanjut , rakyat menderita , biaya tinggi , dunia mengecam .” “Kalau damai , pemerintah dapat stabilitas , GAM dapat pengakuan politik , rakyat bisa bangkit pasca -tsunami.” Frame yang dipakai : “ Bagaimana kita sama-sama untung ?”
Active Listening Hamid Awaludin mencatat dengan detail tuntutan GAM, lalu mengulangi dengan parafrasa . Misalnya : “Jadi yang kalian maksud dengan keadilan adalah ruang politik yang lebih besar , bukan sekadar uang kompensasi . Benar begitu ?” Ini membuat GAM merasa dipahami . Reframing GAM: “Kalau begini , lebih baik kami merdeka !” Mediator: “Yang saya dengar , kalian ingin pengakuan martabat . Mari kita bicarakan bentuk pengakuan itu dalam kerangka NKRI.” Dari kalimat negatif → jadi positif & konstruktif . Silence Power Saat GAM menolak keras , tim pemerintah tidak buru-buru membantah . Mereka diam sejenak → GAM jadi merasa harus menambahkan argumen , dan sering kali membuka celah kompromi .
Inti yang Dipelajari Clarity: tahu apa yang kamu mau & garis batas. Connection: jangan buru-buru berdebat , bangun kedekatan dulu . Collaboration: arahkan ke solusi bersama . Teknik Advanced: dengarkan , ubah bahasa negatif jadi positif , gunakan diam sebagai strategi.
Penulisan Efektif Prinsip ABC Writing Accuracy ( Akurasi ) Tulisan harus benar , faktual , dan terpercaya . Jangan menulis informasi tanpa cek sumber . Bagi pemuda berprestasi , kredibilitas tulisan adalah reputasi . Contoh : Saat menulis tentang angka pengangguran , sebut sumber resmi (BPS, laporan riset ).
Brevity ( Singkat , Padat ) Hindari kalimat bertele -tele. Gunakan kata sederhana , langsung ke inti. T o the point .
Clarity ( Kejelasan ) Pesan harus mudah dipahami sekali baca . Hindari jargon berlebihan . Gunakan struktur jelas ( judul , paragraf singkat , poin-poin ).
Struktur Tulisan Inspiratif Hook ( Pembuka kuat ) 1–2 kalimat yang memikat perhatian . Bisa berupa pertanyaan , pengalaman pribadi , atau fakta mengejutkan . “Tiga tahun lalu saya gagal beasiswa . Rasanya hancur .” Cerita (Problem – Proses – Pelajaran) Bagikan pengalaman nyata dengan alur sederhana . Cerita membuat pembaca merasa dekat & relevan . “Dari kegagalan itu saya belajar disiplin , memperbaiki CV, dan memperluas jejaring . Setahun kemudian , saya akhirnya lolos.”
Call to Action ( Ajakan / Penutup ) Akhiri dengan kalimat yang menggerakkan pembaca . Bisa berupa ajakan kolaborasi , refleksi , atau motivasi . “ Jangan takut gagal , gunakan kegagalan sebagai batu loncatan . Apa pengalaman gagal yang pernah mengubahmu ?”
Tulisan = Leadership in Text Kalau public speaking adalah kepemimpinan lewat suara , maka menulis adalah kepemimpinan lewat teks . Tulisan yang efektif bisa : Menggerakkan orang ( aksi sosial , kolaborasi ). Membangun personal branding ( sebagai pemimpin muda ). Menginspirasi generasi lain.
Yok Buat Tulisan Efektif Tema: “ Pengalaman yang Membentuk Saya sebagai Pemuda Berprestasi ” 1. Hook ( Pembuka ) Tulis 1–2 kalimat pembuka yang memikat perhatian . 2. Problem ( Tantangan / Kesulitan ) Jelaskan masalah atau rintangan yang kamu hadapi .
3. Turning Point ( Titik Balik) Ceritakan momen atau langkah yang mengubah situasi . 4. Lesson (Pelajaran) Tulis apa pelajaran penting yang kamu dapatkan . 5. Closing ( Penutup / Ajakan ) Buat kalimat singkat yang memberi inspirasi atau ajakan .
Mediasi Mediasi = komunikasi untuk menjaga hubungan Peran mediator: Mendengar aktif & netral Identifikasi kepentingan Arahkan ke solusi bersama
Mediasi = komunikasi untuk menjaga hubungan . Beda dengan negosiasi langsung (yang bisa keras dan penuh ego), mediasi menghadirkan pihak ketiga netral untuk memastikan hubungan tetap utuh , meski ada perbedaan kepentingan . Peran Mediator dalam Konflik Aceh Mendengar aktif & netral Contoh : Jusuf Kalla & Martti Ahtisaari (mediator internasional di Helsinki). Mereka tidak langsung berpihak . Saat GAM berbicara keras soal kemerdekaan , mediator tidak membantah , tetapi mendengarkan penuh lalu merangkum : “Saya dengar yang kalian inginkan adalah pengakuan martabat dan kedaulatan . Mari kita bicarakan apa bentuk pengakuan itu dalam kerangka damai .”
Identifikasi kepentingan ( bukan sekadar posisi ) Posisi GAM: Merdeka. Kepentingan GAM: martabat , pengakuan politik , ruang menentukan nasib sendiri . Posisi Pemerintah : NKRI harga mati . Kepentingan Pemerintah : stabilitas , kedaulatan , pengakuan dunia internasional . Mediator menolong kedua pihak melihat kepentingan di balik posisi → ternyata ada ruang bertemu ( otonomi luas , partai lokal , reintegrasi ).
3️⃣ Arahkan ke solusi bersama Mediator terus menekankan kerangka “win-win untuk rakyat” : Pemerintah tidak kehilangan Aceh. GAM tidak kehilangan martabat perjuangan ( karena diberi ruang politik ). Rakyat Aceh bisa hidup damai setelah tsunami. Inilah yang melahirkan Perjanjian Helsinki 2005 .
Mediasi bukan soal siapa menang-kalah , tapi bagaimana hubungan tetap terjaga . Kadang pihak yang bertikai terlalu sibuk mempertahankan posisi . Mediatorlah yang membantu menggali kepentingan yang lebih dalam . Dengan komunikasi mediatif , konflik besar pun bisa berubah jadi peluang damai .