Communication Skills Dinas Pemudaor.pptx

anifahrizki6 6 views 41 slides Oct 29, 2025
Slide 1
Slide 1 of 41
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41

About This Presentation

Communication skill


Slide Content

Communication Skills for Youth Leader Weny Ramdiastuti 30 September 2025

Alat Kepemimpinan Pemuda berprestasi = role model komunikasi Komunikasi bukan sekadar “ bicara ” → alat kepemimpinan Tiga ranah utama + satu tambahan : Public Speaking Negosiasi Penulisan Efektif Mediasi

Public Speaking Bicara untuk menghubungkan , bukan mengagumkan Struktur narasi : Hook → Problem → Turning Point → Lesson → Closing Pilar komunikasi : Ethos – Pathos – Logos

Bukan soal “ siapa paling hebat di panggung ”, tapi bagaimana kita membangun koneksi dengan audiens . Audiens tidak selalu ingat apa yang kita katakan , tapi mereka ingat apa yang mereka rasakan saat mendengar kita .

Paradigma Lama vs Paradigma Baru Paradigma lama: public speaking = tampil keren , tanpa salah, penuh kata-kata indah . Fokus pada kesan teknis . Paradigma baru : public speaking = membangun hubungan emosional dengan audiens . Fokus pada rasa yang ditinggalkan . Jadi ukurannya bukan “ wah keren ya dia ”, tapi “ aku merasa dekat , aku ingin melakukan sesuatu setelah dengar dia bicara .”

Kenapa Menghubungkan Lebih Penting ? Manusia lebih ingat rasa, bukan kata. Kata bisa hilang , tapi rasa ( haru , semangat , terinspirasi ) melekat . Audiens mungkin lupa isi pidato Nelson Mandela, tapi mereka ingat rasa harapan yang ia bawa . Koneksi menumbuhkan kepercayaan . Audiens lebih percaya pada pembicara yang tulus , bukan yang sekadar pamer teknik . Koneksi membuka ruang perubahan . Pesan hanya bisa menggerakkan jika audiens merasa “ ini relevan dengan hidupku .”

Cara untuk Menghubungkan Tunjukkan kerentanan (vulnerability): cerita kegagalan lebih mengikat hati daripada cerita kesuksesan mulus . Gunakan bahasa sederhana : jangan sibuk memamerkan kosakata sulit . Bangun empati : tunjukkan bahwa kita mengerti apa yang dirasakan audiens . Sisipkan cerita personal: kisah nyata lebih kuat daripada teori panjang .

Contoh Perbandingan Bicara untuk mengagumkan : “Public speaking adalah keterampilan esensial dalam konteks profesionalitas komunikasi interpersonal yang sinergis dengan perkembangan global.” Bicara untuk menghubungkan : “ Pernah nggak sih kalian gemetar pas maju ke depan kelas ? Saya juga. Dan justru dari rasa takut itu saya belajar , ternyata public speaking bukan soal gaya , tapi soal keberanian berbagi cerita .”

Struktur Narasi Gunakan alur cerita sederhana agar audiens mudah mengikuti : Hook ( Pembuka ) → Menarik perhatian sejak awal ( pertanyaan , fakta unik , atau kisah personal). “ Tahukah kalian bahwa 70% ketakutan manusia lebih besar saat bicara di depan umum dibanding menghadapi kematian ?” Problem → Masalah atau tantangan yang relevan dengan audiens . Turning Point → Titik balik / momen perubahan . Lesson → Pelajaran atau insight yang bisa diambil . Closing → Ringkasan singkat + kalimat penutup yang kuat ( bisa berupa call to action).

Pilar Komunikasi : Ethos – Pathos – Logos Ethos ( Kredibilitas / Karakter ) Audiens percaya pada pembicara yang punya integritas & otoritas . Bangun kepercayaan dengan : pengalaman nyata , data kredibel , sikap rendah hati . Contoh : “ Sebagai ketua tim penelitian , saya menyaksikan langsung bagaimana data ini berdampak pada masyarakat .” Pathos (Emosi / Kedekatan ) Orang lebih mudah ingat cerita yang menggerakkan hati . Gunakan cerita pribadi , humor , atau empati agar audiens merasa dekat . Contoh : “Saya tahu rasanya ditolak berkali -kali. Mungkin kalian juga pernah merasakannya

Logos (Logika / Argumen ) Isi presentasi harus masuk akal dan sistematis . Gunakan data, fakta , atau contoh nyata untuk memperkuat pesan . Contoh : “Riset Harvard menunjukkan , 85% kesuksesan kerja ditentukan oleh keterampilan komunikasi .”

Kuncinya : Ethos → membuat audiens percaya . Pathos → membuat audiens peduli . Logos → membuat audiens paham . Kombinasinya menghasilkan presentasi yang meyakinkan & menggerakkan .

Negosiasi Konsep Negosiasi = mencari win-win, bukan menang-kalah Kerangka : BATNA : alternatif cadangan 3C : Clarity, Connection, Collaboration

Win-lose = salah satu pihak merasa kalah → hubungan jangka panjang bisa rusak . Win-win = kedua pihak merasa kebutuhan utama mereka terpenuhi → hubungan terjaga . Jadi negosiasi bukan soal siapa paling pintar bicara , tapi siapa bisa menemukan jalan tengah . Kerangka Negosiasi BATNA – Best Alternative to a Negotiated Agreement Artinya : selalu punya alternatif cadangan sebelum bernegosiasi . Jika negosiasi gagal , apa pilihan terbaik yang masih realistis ? BATNA bikin kita percaya diri → tidak terjebak menerima tawaran buruk .

BATNA ( Best Alternative to a Negotiated Agreement ) itu adalah pilihan terbaik yang dimiliki jika negosiasi gagal . Jadi, kalau meja perundingan buntu , pihak masih punya opsi cadangan yang realistis . Dalam kasus politik , BATNA sangat menentukan posisi tawar . Contoh BATNA dalam Konflik Aceh ( Perundingan GAM – Pemerintah Indonesia) 1. Pemerintah Indonesia BATNA: Melanjutkan operasi militer (DOM) dengan legitimasi kedaulatan NKRI. Artinya , jika GAM tidak mau berdamai , pemerintah masih punya “ alternatif ” menekan dengan kekuatan militer dan aturan darurat sipil . Namun , ini bukan pilihan ideal karena : biaya tinggi , korban sipil banyak , tekanan internasional meningkat . Nilai BATNA ini : memberi pemerintah posisi tawar → bisa mengatakan ke GAM, “Kalau tidak ada jalan damai , kami tetap mampu mempertahankan Aceh secara militer .”

2. Gerakan Aceh Merdeka (GAM) BATNA: Melanjutkan perjuangan bersenjata dan mencari dukungan internasional ( misalnya dari negara Skandinavia atau forum HAM dunia). Tetapi: logistik senjata makin terbatas , masyarakat sipil lelah , bencana tsunami 2004 membuat rakyat butuh stabilitas , bukan perang . Nilai BATNA ini : GAM bisa bilang , “Kalau tidak ada kesepakatan , kami tetap bisa melanjutkan perlawanan ,” tapi daya tahannya semakin melemah .

3. Titik Kunci Negosiasi (Hamid Awaludin – Jusuf Kalla) Jusuf Kalla paham kedua pihak punya BATNA, tapi sama-sama buruk ( costly alternatives ). Pemerintah : perang = biaya dan citra buruk . GAM: perang = rakyat menderita , dukungan makin hilang . Maka strategi negosiasinya adalah menciptakan “win-win” baru : Pemerintah tetap menjaga NKRI ( tidak kehilangan kedaulatan ). GAM mendapatkan otonomi luas , partai lokal , serta reintegrasi terhormat . Hasilnya : Perjanjian Helsinki (2005) → lahir dari kesadaran bahwa BATNA masing-masing tidak lebih baik daripada kesepakatan damai .

Inti Pelajaran BATNA dari kasus Aceh BATNA bukan untuk dipakai , tapi untuk meningkatkan daya tawar . Negosiasi berhasil kalau kedua pihak sadar : “ Kesepakatan di meja ini lebih baik daripada alternatif terburuk kita di luar .”

Role Play Singkat : Negosiasi Aceh Tokoh : Pemerintah (Hamid Awaludin ) GAM ( Delegasi GAM) Mediator (Jusuf Kalla) Dialog Mediator (Jusuf Kalla): “Kita semua tahu rakyat Aceh sudah terlalu lama menderita . Tapi sebelum masuk ke solusi , saya ingin kita jujur . Kalau negosiasi gagal , apa yang akan kalian lakukan ?” Pemerintah (Hamid Awaludin ): “ Alternatif kami jelas : operasi militer tetap bisa dilanjutkan . NKRI tidak akan goyah . Tapi kami sadar , itu hanya memperpanjang penderitaan rakyat dan membuat Indonesia terus ditekan dunia internasional .”

Dialog Mediator (Jusuf Kalla): “Kita semua tahu rakyat Aceh sudah terlalu lama menderita . Tapi sebelum masuk ke solusi , saya ingin kita jujur . Kalau negosiasi gagal , apa yang akan kalian lakukan ?” Pemerintah (Hamid Awaludin ): “ Alternatif kami jelas : operasi militer tetap bisa dilanjutkan . NKRI tidak akan goyah . Tapi kami sadar , itu hanya memperpanjang penderitaan rakyat dan membuat Indonesia terus ditekan dunia internasional .”

GAM ( Delegasi GAM): “Kalau gagal , kami tetap bisa melawan . Kami masih punya pasukan , dan simpati dunia bersama kami. Tapi rakyat kami sudah terlalu lelah , apalagi setelah tsunami. Perang hanya akan membuat luka makin dalam .” Mediator (Jusuf Kalla): “ Lihatlah , BATNA kalian sama-sama buruk . Pemerintah rugi , GAM juga rugi . Bagaimana kalau kita buat opsi baru ? NKRI tetap utuh , GAM mendapat hak politik lewat partai lokal , ada reintegrasi , dan Aceh diberi otonomi luas . Itu lebih baik daripada terus berperang , bukan ?” Pemerintah & GAM ( bersama ): ( mengangguk ) “Ya, itu jalan tengah yang lebih baik .”

Catatan BATNA Pemerintah : operasi militer (mahal & citra buruk ). BATNA GAM: perang berlanjut (rakyat menderita , kekuatan melemah ). Solusi: kesepakatan damai → lebih baik dari BATNA masing-masing.

3 C Framework nan Ajaib Clarity ( Kejelasan ) Tahu apa yang diinginkan . Nyatakan tujuan dengan singkat dan spesifik . Hindari bahasa berputar-putar . Contoh : “Kami butuh Rp20 juta untuk menutup biaya sewa gedung .” Connection ( Koneksi / Empati ) Bangun hubungan dulu sebelum membicarakan angka . Pahami kepentingan lawan bicara . Dengarkan dengan aktif . Contoh : “Kami tahu perusahaan Bapak sedang fokus ke program CSR. Acara kami selaras dengan tujuan itu .” Collaboration ( Kolaborasi ) Arahkan diskusi ke “ bagaimana kita bisa sama-sama untung .” Tawarkan opsi fleksibel . Cari titik temu .

3C Negosiasi dalam Konteks Aceh 1. Clarity → tahu apa yang diinginkan & batas minimal Pemerintah : Ingin : NKRI tetap utuh . Batas minimal: GAM boleh punya partai lokal , otonomi khusus , tapi tidak boleh merdeka . GAM: Ingin : kedaulatan penuh . Batas minimal: pengakuan politik di Aceh ( partai lokal ), reintegrasi , dan hak otonomi luas . 👉 Clarity ini membuat posisi jelas , sehingga negosiasi tidak berputar-putar .

2. Connection → bangun hubungan emosional dulu Jusuf Kalla sering memulai dengan small talk & empati : “Kita semua orang Indonesia, kita semua punya keluarga di Aceh. Yang kita bicarakan adalah masa depan anak-anak kita , bukan hanya kursi politik .” Dengan empati ini , suasana perundingan lebih cair → pihak GAM merasa didengar , bukan dimusuhi .

3. Collaboration → arahkan diskusi ke win-win Mediator menekankan : “Kalau perang lanjut , rakyat menderita , biaya tinggi , dunia mengecam .” “Kalau damai , pemerintah dapat stabilitas , GAM dapat pengakuan politik , rakyat bisa bangkit pasca -tsunami.” Frame yang dipakai : “ Bagaimana kita sama-sama untung ?”

Active Listening Hamid Awaludin mencatat dengan detail tuntutan GAM, lalu mengulangi dengan parafrasa . Misalnya : “Jadi yang kalian maksud dengan keadilan adalah ruang politik yang lebih besar , bukan sekadar uang kompensasi . Benar begitu ?” Ini membuat GAM merasa dipahami . Reframing GAM: “Kalau begini , lebih baik kami merdeka !” Mediator: “Yang saya dengar , kalian ingin pengakuan martabat . Mari kita bicarakan bentuk pengakuan itu dalam kerangka NKRI.” Dari kalimat negatif → jadi positif & konstruktif . Silence Power Saat GAM menolak keras , tim pemerintah tidak buru-buru membantah . Mereka diam sejenak → GAM jadi merasa harus menambahkan argumen , dan sering kali membuka celah kompromi .

Inti yang Dipelajari Clarity: tahu apa yang kamu mau & garis batas. Connection: jangan buru-buru berdebat , bangun kedekatan dulu . Collaboration: arahkan ke solusi bersama . Teknik Advanced: dengarkan , ubah bahasa negatif jadi positif , gunakan diam sebagai strategi.

Penulisan Efektif Prinsip ABC Writing Accuracy ( Akurasi ) Tulisan harus benar , faktual , dan terpercaya . Jangan menulis informasi tanpa cek sumber . Bagi pemuda berprestasi , kredibilitas tulisan adalah reputasi . Contoh : Saat menulis tentang angka pengangguran , sebut sumber resmi (BPS, laporan riset ).

Brevity ( Singkat , Padat ) Hindari kalimat bertele -tele. Gunakan kata sederhana , langsung ke inti. T o the point .

Clarity ( Kejelasan ) Pesan harus mudah dipahami sekali baca . Hindari jargon berlebihan . Gunakan struktur jelas ( judul , paragraf singkat , poin-poin ).

Struktur Tulisan Inspiratif Hook ( Pembuka kuat ) 1–2 kalimat yang memikat perhatian . Bisa berupa pertanyaan , pengalaman pribadi , atau fakta mengejutkan . “Tiga tahun lalu saya gagal beasiswa . Rasanya hancur .” Cerita (Problem – Proses – Pelajaran) Bagikan pengalaman nyata dengan alur sederhana . Cerita membuat pembaca merasa dekat & relevan . “Dari kegagalan itu saya belajar disiplin , memperbaiki CV, dan memperluas jejaring . Setahun kemudian , saya akhirnya lolos.”

Call to Action ( Ajakan / Penutup ) Akhiri dengan kalimat yang menggerakkan pembaca . Bisa berupa ajakan kolaborasi , refleksi , atau motivasi . “ Jangan takut gagal , gunakan kegagalan sebagai batu loncatan . Apa pengalaman gagal yang pernah mengubahmu ?”

Tulisan = Leadership in Text Kalau public speaking adalah kepemimpinan lewat suara , maka menulis adalah kepemimpinan lewat teks . Tulisan yang efektif bisa : Menggerakkan orang ( aksi sosial , kolaborasi ). Membangun personal branding ( sebagai pemimpin muda ). Menginspirasi generasi lain.

Yok Buat Tulisan Efektif Tema: “ Pengalaman yang Membentuk Saya sebagai Pemuda Berprestasi ” 1. Hook ( Pembuka ) Tulis 1–2 kalimat pembuka yang memikat perhatian . 2. Problem ( Tantangan / Kesulitan ) Jelaskan masalah atau rintangan yang kamu hadapi .

3. Turning Point ( Titik Balik) Ceritakan momen atau langkah yang mengubah situasi . 4. Lesson (Pelajaran) Tulis apa pelajaran penting yang kamu dapatkan . 5. Closing ( Penutup / Ajakan ) Buat kalimat singkat yang memberi inspirasi atau ajakan .

Mediasi Mediasi = komunikasi untuk menjaga hubungan Peran mediator: Mendengar aktif & netral Identifikasi kepentingan Arahkan ke solusi bersama

Mediasi = komunikasi untuk menjaga hubungan . Beda dengan negosiasi langsung (yang bisa keras dan penuh ego), mediasi menghadirkan pihak ketiga netral untuk memastikan hubungan tetap utuh , meski ada perbedaan kepentingan . Peran Mediator dalam Konflik Aceh Mendengar aktif & netral Contoh : Jusuf Kalla & Martti Ahtisaari (mediator internasional di Helsinki). Mereka tidak langsung berpihak . Saat GAM berbicara keras soal kemerdekaan , mediator tidak membantah , tetapi mendengarkan penuh lalu merangkum : “Saya dengar yang kalian inginkan adalah pengakuan martabat dan kedaulatan . Mari kita bicarakan apa bentuk pengakuan itu dalam kerangka damai .”

Identifikasi kepentingan ( bukan sekadar posisi ) Posisi GAM: Merdeka. Kepentingan GAM: martabat , pengakuan politik , ruang menentukan nasib sendiri . Posisi Pemerintah : NKRI harga mati . Kepentingan Pemerintah : stabilitas , kedaulatan , pengakuan dunia internasional . Mediator menolong kedua pihak melihat kepentingan di balik posisi → ternyata ada ruang bertemu ( otonomi luas , partai lokal , reintegrasi ).

3️⃣ Arahkan ke solusi bersama Mediator terus menekankan kerangka “win-win untuk rakyat” : Pemerintah tidak kehilangan Aceh. GAM tidak kehilangan martabat perjuangan ( karena diberi ruang politik ). Rakyat Aceh bisa hidup damai setelah tsunami. Inilah yang melahirkan Perjanjian Helsinki 2005 .

Mediasi bukan soal siapa menang-kalah , tapi bagaimana hubungan tetap terjaga . Kadang pihak yang bertikai terlalu sibuk mempertahankan posisi . Mediatorlah yang membantu menggali kepentingan yang lebih dalam . Dengan komunikasi mediatif , konflik besar pun bisa berubah jadi peluang damai .