Contoh jenis penelitian kualitatif untuk tugas akhir pendidikan

HeruJokoSetiono 0 views 7 slides Oct 11, 2025
Slide 1
Slide 1 of 7
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7

About This Presentation

Contoh jenis penelitian kualitatif untuk tugas akhir pendidikan


Slide Content

Contoh Proposal Kuantitatif

JUDUL   PENGARUH PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN DAN KOMPETENSI PROFESIONAL TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI DI KABUPATEN BATANG  BAB I  PENDAHULUAN  A. Latar Belakang Masalah Perubahan merupakan sebuah keniscayaan dari setiap lini kehidupan sosial , budaya , ekonomi hingga teknologi . Bahkan dunia pendidikan juga tidak lepas dari perubahan karena pendidikan merupakan salah satu tempat dan sumber belajar yang terdapat di seluruh dunia, baik pendidikan formal, informal maupun nonformal. Guru merupakan komponen penting dalam dunia pendidikan , maka perhatian yang lebih perlu diberikan agar dapat menciptakan guru yang berkualitas sehingga mampu menunjang kinerja guru yang lebih baik dengan mengikuti perkembangan atau perubahan yang terjadi . Guru juga memiliki peranan yang penting dalam dunia pendidikan khususnya dalam bidang pendidikan formal di sekolah . Guru sangat menentukan keberhasilan peserta didik terutama dalam hal proses belajar mengajar yang biasa dilaksanakan di sekolah .  Kinerja guru di sekolah memiliki peran penting dalam mewujudkan visi , mengemban misi , mencapai tujuan , dan menjalankan fungsi sebagai tenaga profesional . Masalah kinerja dalam bidang apapun selalu menjadi sorotan pihak terkait , kinerja pemerintah akan dirasakan oleh masyarakat khususnya , sedangkan kinerja guru akan dirasakan oleh peserta didik dan orangtua khususnya dan pihak terkait seperti masyarakat dan stakeholder lainnya . Untuk itu kinerja guru perlu dipertahankan bila sudah baik dan ditingkatkan terutama yang berkinerja kurang baik .  Menurut Mulyasa (2017: 88) salah satu makna kinerja adalah unjuk kerja yang ditunjukkan dalam prestasi kerjanya . Sedangkan menurut Supardi (2014: 54) ” kinerja guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran di madrasah dan bertanggung jawab atas peserta didik di bawah bimbingannya dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik ”. Salah satu prestasi kerja guru adalah prestasi peserta didiknya . Studi awal peneliti terhadap SMK Negeri di kabupaten Batang berkaitan dengan prestasi peserta didik di tingkat provinsi belum memperoleh hasil yang maksimal ( juara 1, 2 atau 3) seperti Lomba Kompetensi Siswa ( LKS) dan Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) sebagaimana data yang ditunjukkan pada tabel berikut : 

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa prestasi akademik berupa LKS tingkat provinsi makmimal baru mencapai 21,74 % yaitu 5 jurusan dari 23 jurusan yang ada di SMK Negeri di Kabupaten Batang yang diperoleh pada tahun 2021. Begitu pun POPDA di tingkat provinsi baru memperoleh 1 cabang olahraga yaitu panahan , sedangkan cabang olahraga yang lain belum memperoleh prestasi . Hal ini   tidak lepas kaitannya dengan kinerja pembina ektraskurikuler /guru sebagai bagian dari tugas tambahan yang diberikan oleh kepala sekolah masing-masing.  Sekolah Menengah Kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang bertujuan untuk mempersiapkan tenaga yang dapat menetapkan keahlian dan ketrampilan di bidangnya , siap kerja dan mampu bersaing secara global. Kenyataannya keterserapan di dunia kerja pun belum maksimal , sebagaimana data dari BKK per desember 2021 yang ditunjukkan tabel berikut :  Keterserapan peserta didik di dunia kerja ada kaitannya dengan kinerja guru dalam menyiapkan kompetensi dan karakter yang dimiliki siswa serta kerja sama dengan dunia kerja yang relevan . Peran Bursa Kerja Khusus (BKK) tingkat sekolah juga mempengaruhi keterserapan lulusan dalam memberikan informasi dan pelatihan terutama psikotes . Berdasarkan data tersebut di atas terlihat bahwa keterserapan lulusan baru mencapai 34,8 % pada tahun 2021, hal ini dikarenakan adanya pandemi yang berimbas pada lapangan pekerjaan . Dengan demikian masih perlu adanya peningkatan prestasi dan kompetensi peserta didik di sisi-sisi yang 4  masih lemah salah satunya dengan meningkatkan kinerja guru khususnya dalam melaksanakan tugas tambahan yang diembannya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya , bahwa salah satu penilaian kinerja guru adalah tugas tambahan dan/ atau tugas lain yang relevan .  Kinerja guru, selain bermakna hasil / prestasi kerja guru melalui prestasi siswa juga bermakna sikap kerja seperti disiplin dalam kerja . Salah satunya dapat dilihat melalui kehadiran guru yang tepat waktu atau tidak terlambat dalam masuk kerja maupun kelas .  Prosentase keterlambatan guru dalam masuk kerja tiga bulan berturut-turut tahun 2021 dapat ditunjukkan tabel berikut :  Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa masih banyak guru yang terlambat hadir ke sekolah . Seharusnya guru hadir sebelum jam 07.00 WIB untuk melakukan presensi , menyiapkan perlengkapan mengajar dan menjadi teladan disiplin bagi peserta didik .  Guru dikatakan memiliki kinerja baik diantaranya jika guru telah melakukan unsur-unsur yang terdiri dari kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya , kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas dan tanggung jawabnya , kreativitas   dalam pelaksanaan pembelajaran , kerjasama antar pihak yaitu antara guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah serta guru dengan orang tua peserta didik , kepemimpinan yang menjadi panutan / teladan peserta didik , kepribadian yang baik , jujur , dan objektif dalam membimbing peserta didik . 

Hal ini sebagaimana Mulyasa (2017: 88) menyatakan bahwa kinerja merupakan unjuk kerja yang ditunjukkan dalam penampilan , perbuatan , dan prestasi kerjanya sebagai akumulasi dari pengetahuan , keterampilan , nilai dan sikap yang dimilikinya . Selain itu kinerja bagi seorang guru tidak lepas dari melaksanakan tugas-tugasnya telah diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 39 ayat 2 disebutkan bahwa tugas guru adalah merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran , menilai hasil pembelajaran , melakukan pembimbingan dan pelatihan , serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat .  Peraturan tersebut jelas bahwa tugas guru bukan hanya pembelajaran di kelas saja namun juga melakukan pembimbingan baik kepada peserta didik maupun sejawat , mengikuti dan melakukan pelatihan-pelatihan guna meningkatkan kompetensinya sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar serta guru diwajibkan melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat . Tentunya hal ini ada ketentuan yang ditetapkan dalam syarat kenaikan pangkat , jabatan dan golongannya bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS), meskipun semua guru baik PNS maupun nonPNS pada dasarnya dapat melakukannya sebagai bentuk pengembangan diri . 6  Berdasarkan wawancara dengan empat Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMK Negeri di Kabupaten Batang pada hari Jum’at , 17 September 2021 tentang kinerja bahwa : 1) guru dalam pembuatan administrasi pembelajaran sering menunda nunda sehinga perangkat seringkali dilengkapi secara mendadak hanya pada saat ada supervisi / pemeriksaan terutama supervisi eksternal yang menyebabkan ketelitian , keaslian dan penerapannya kurang diperhatikan , 2) kecenderungan guru untuk mencontoh dan copy paste perangkat pembelajaran dari guru lain atau mengunduh dari internet hanya sekedar mengejar kelengkapan administrasi yang dibuktikan dengan adanya salah nama sekolah , nama kepala sekolah atau yang lain karena tidak diganti , 3) guru masih cenderung monoton dalam mengajar dan belum memaksimalkan penggunaan teknologi dan alat peraga / alat praktikum serta pembelajaran cenderung menarik hanya pada saat di supervisi . Itu dibuktikan dengan perbedaan rencana pelaksanaan pembelajaran untuk supervisi dan yang tidak , 4) masih ada guru yang kurang disiplin dalam mengajar dan tugas lainnya seperti terlambat dalam masuk kerja dan masuk kelas , 5) perangkat pembelajaran yang kurang lengkap .  Guna mencapai tujuan yang ditetapkan , maka kinerja guru harus dioptimalkan dengan melibatkan berbagai komponen dalam proses pendidikan . Beberapa faktor internal yang dapat memengaruhi terhadap kinerja guru diantaranya adalah tingkat pendidikan , keterampilan , disiplin , sikap dan etika kerja , motivasi , tingkat kesehatan , penghasilan dan kesempatan berprestasi . Sedangkan aspek lainnya ( faktor eksternal ) yang berpengaruh terhadap kinerja guru adalah   faktor kepemimpinan , teknologi , manajemen , kebijakan pemerintah , lingkungan , budaya organisasi dan iklim kerja ( Kusriyanto dalam Wahyudi 2009: 86).  Guru dikatakan memiliki kinerja baik manakala guru mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan keprofesian dan keprofesionalannya sebagaimana Glasman , dalam Supardi (2014: 55) menjelaskan bahwa “Kinerja guru tidak hanya ditunjukan oleh hasil kerja , akan tetapi ditunjukan pula oleh perilaku dalam berkerja . Kinerja guru dapat terlihat jelas dalam pembelajaran yang diperlihatkan dari perolehan hasil belajar yang dihasilkan oleh peserta didik-peserta didiknya . Kualitas kinerja guru yang baik akan menunjukan hasil belajar peserta didik yang baik ”.  Dalam kaitannya meningkatkan kinerja guru, salah satu kebijakan yang diambil adalah dengan pelaksanaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan , bertahap , dan berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitas guru. Ruang lingkupnya meliputi perencanaan , pelaksanaan , evaluasi , dan refleksi yang didesain untuk meningkatkan karakteristik , pengetahuan , pemahaman , dan keterampilan . Program PKB tersebut meliputi diklat , belajar secara mandiri , workshop, membuat riset ilmiah , lanjut pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi , penataran , dan memperbanyak bacaan dari banyak sumber belajar ( Mulyasa , 2017).  Menurut Danim (2011: 8), di Indonesia hanya sebagian kecil (5%) dari guru memiliki peluang mengembangkan keprofesiannya atas prakarsa lembaga baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah . Jika pelatihan diberikan secara   merata , setiap guru di Indonesia hanya memiliki peluang mengikuti pengembangan profesi satu (1) kali dalam kurun waktu 20 tahun . Maka Danim menyarankan agar para guru melakukan pengembangan profesional secara mandiri .  Kenyataannya program PKB ini belum berjalan dengan baik , hal ini sesuai dengan penelitian Kastawi , Nurkolis Siri. & Yuliejantiningsih , Yovitha . (2019) bahwa implementasi PKB bagi guru belum dilaksanakan secara efektif . Diantara kendala dalam implementasi PKB adalah kegiatan guru yang padat di sekolah , program dari pemerintah daerah kurang bahkan hampir tidak ada , kurangnya dana, dan tidak adanya pendampingan secara berkelanjutan dari pengawas ke sekolah .  Penelitian lain berkaitan dengan implementasi PKB di Indonesia diantaranya oleh Najwa, L., Hadiwijaya , A. S., dan Setiadi, D. (2016) yang menyatakan bahwa pengembangan keprofesian berpengaruh terhadap kinerja guru dengan koefisien determinasi sebesar 43,8%. Penelitian Cahyaningrum , Chilvia F, Sudharto , & Nurkolis (2021) menyatakan ada pengaruh positif antara pengembangan keprofesian berkelanjutan terhadap kinerja guru sebesar 27%. Penelitian Alfarina dkk . (2019) menyatakan bahwa variabel pembinaan dan pengembangan keprofesian berkelanjutan ada hubungan sangat rendah dengan kinerja guru dalam pembelajaran . Penelitian Nugraheni , T. V. T., & Jailani , J. (2020) terdapat pengaruh yang signifikan antara PKB terhadap praktik pembelajaran guru matematika SMA di Kabupaten Kulon Progo . 

Berdasarkan beberapa penelitian di atas menunjukkan adanya masalah yang muncul berkaitan dengan kebijakan PKB bagi guru dalam meningkatkan kinerja   maupun kualitas guru. Ada hubungan antara PKB dengan kinerja guru meskipun banyak kendala yang dihadapi terutama oleh guru.  Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, menyatakan bahwa seorang guru harus memiliki empat komponen dasar , yaitu kompetensi pedagogik , kompetensi profesional , kompetensi sosial , dan kompetensi kepribadian . Keempat kompetensi tersebut harus dimiliki oleh setiap tenaga pendidik agar dapat melaksanakan tugasnya sebagai pendidik yang profesional dan tujuan luhur untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dapat tercapai secara maksimal .  Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru menyatakan bahwan Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik , mengajar , membimbing , mengarahkan , melatih , menilai , dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar , dan pendidikan menengah . Ini adalah penjabaran Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa guru dan dosen mempunyai fungsi , peran , dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan , sehingga perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat .  Salah satu komponen kompetensi guru adalah kompetensi profesional . Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen , kompetensi profesional adalah “ kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam ”. Menurut Musfah (2011: 54), kompetensi profesional adalah   kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi (a) konsep , struktur , dan metode keilmuan / teknologi / seni yang menaungi / koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah ; (c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait ; (d) penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari ; dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional .  Salah satu unsur kinerja guru adalah kompetensi guru. Kompetensi guru diambil dan diukur melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) yang wajib diikuti semua guru dalam jabatan baik guru PNS maupun non PNS. Uji kompetensi guru dimaksudkan untuk mengetahui peta penguasaan guru pada kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional . Uji kompetensi guru terakhir dilakukan secara serentak pada tahun 2015 dan selanjutnya uji kompetensi guru dilakukan sebagai syarat peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG). Peta penguasaan kompetensi guru tersebut akan digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pemberian program pembinaan dan pengembangan profesi guru  Rata-rata nilai UKG tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 1.4 berikut :  Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Neraca Pendidikan Daerah diperoleh hasil Uji Kompetensi Guru SMK tahun 2019 untuk Provinsi Jawa Tengah adalah 61,91, sedangkan untuk Kabupaten Batang nilai UKG  untuk guru SMK adalah 61,49. Nilai kompetensi profesional guru SMK tingkat Jawa Tengah adalah 65,89 dan pada tingkat kabupaten Batang adalah 66,59 sehingga nilai kompetensi profesional guru tingkat Kabupaten Batang lebih tinggi dibanding rata-rata nilai tingkat provinsi . Namun demikian nilai UKG masih jauh dari nilai minimal yang ditetapkan yaitu 80. Dengan demikian kompetensi guru perlu ditingkatkan sehingga mampu menigkatkan kinerja guru.  Selain nilai UKG di atas , masalah lainnya yaitu masih ada guru yang tidak sesuai atau linear dalam mengajar . Hal ini disebabkan adanya perubahan struktur kurikulum dan kelebihan jam mengajar yang diberikan kepada guru yang kekurangan jam mengajar dan tidak sesuai dengan standar kualifikasi yang ditentukan .  Sehubungan dengan uraian di atas , peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mendapatkan data otentik tentang Pengaruh Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dan Kompetensi Profesional Terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kabupaten Batang .  B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah   Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas , maka beberapa masalah yang ditemui dapat diidentifikasi sebagai berikut :  1. Hasil belajar peserta didik belum maksimal , hal ini dibuktikan dnegan prestasi peserta didik di tingkat provinsi belum memperoleh hasil yang maksimal baik prestasi akademik maupun nonakademik . 

2. Keterserapan lulusan di dunia kerja belum maksimal terutama yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimiliki .  3. Guru/ pendidik dalam pembuatan administrasi pembelajaran masih banyak yang kurang tertib dan kurang lengkap .  4. Masih banyak guru yang membuat perangkat pembelajaran dengan mencontoh dan copy paste tanpa ada pengembangan yang disesuaikan dengan kondisi dan ketentuan yang ada .  5. Guru/ pendidik masih monoton dalam mengajar dan masih banyak guru yang kurang disiplin dalam hal waktu mengajar .  6. Guru/ pendidik kesulitan dalam pengembangan diri karena kegiatan guru yang padat di sekolah .  7. Program pendidikan dan pelatihan dari pemerintah daerah kurang bahkan hampir tidak ada .  8. Kurangnya dana untuk pengembangan profesi berkelanjutan bagi guru baik dari pemerintah daerah , sekolah maaupun individu guru.  9. Tidak adanya pendampingan secara berkelanjutan dari pengawas ke sekolah berkaitan dengan pengembangan guru.  10. Nilai UKG guru masih dibawah standar yang ditetapkan baik kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional .  11. Masih ada guru yang mengajar tidak sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan .  Berdasarkan identifikasi masalah , maka dalam penelitian ini hanya dibatasi pada masalah sebagai berikut :  1. Variabel yang diteliti yaitu kinerja guru sebagai variabel terikat , variabel pengembangan keprofesian berkelanjutan dan kompetensi profesional sebagai variabel bebas .  2. Guru/ pendidik SMK Negeri di Kabupaten Batang yaitu SMK N 1 Batang , SMK N 1 Kandeman , SMK N 1 Warungasem dan SMK N 1 Blado .  C. Rumusan Masalah   1. Apakah ada pengaruh Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan terhadap kinerja guru SMK Negeri di Kabupaten Batang ?  2. Apakah ada pengaruh kompetensi profesional guru terhadap kinerja guru SMK Negeri di Kabupaten Batang ?  3. Apakah ada pengaruh Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dan kompetensi profesional terhadap kinerja guru SMK Negeri di Kabupaten Batang ?  D. Tujuan Penelitian   Berdasarkan uraian di atas , maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :  Tujuan dari penelitan ini adalah sebagai berikut :  1. Untuk mengetahui pengaruh Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan terhadap kinerja guru SMK Negeri di Kabupaten Batang   2. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi profesional guru terhadap kinerja guru SMK Negeri di Kabupaten Batang .  3. Untuk mengetahui pengaruh Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dan kompetensi profesional terhadap kinerja guru SMK Negeri di Kabupaten Batang . 

D. Manfaat Penelitian   Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat , baik secara teoritis maupun secara praktis . 1. Manfaat teoritis   Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis , yaitu :  a. Menambah khasanah keilmuan dan kepustakaan di bidang manajemen pendidikan dengan pendekatan kuantitatif .  b. Memberi kontribusi dalam ekplorasi teori dan konsep pengembangan keprofesian berkelanjutan dan kompetensi profesional   2. Manfaat Praktis   a. Bagi Penulis   1) Menambah wawasan tentang penelitian dan penulisan ilmiah yang dapat diterapkan dalam pengembangan keprofesian berkelanjutan .  2) Meningkatkan motivasi dalam bekerja sehingga ikut membantu dalam meningkatkan kompetensi dan kinerja guru.  b. Bagi Kepala Sekolah   1) Meningkatkan kapasitas dirinya dalam rangka kepemimpinan di sekolah sebagai salah satu faktor penentu kualitas kinerja guru.  2) Menjalankan tugas dan fungsi sebagai kepala sekolah dengan lebih baik sesuai konsep ideal dalam meningkatkan kualitas sekolah melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan dan kompetensi guru.  c. Bagi Guru  1) Memahami tugas dan kewajiban guru dalam mengajar .  2) Memahami dan melaksanakan tugas pengembangan keprofesian dalam meningkatkan karir dan kualitas kinerjanya .  3) Memahami pentingnya kompetensi profesional guru untuk perbaikan kualitas materi pembelajaran dan kinerja guru itu sendiri .  d. Bagi Dinas Pendidikan  1) Memberikan pembinaan kepada guru dan kepala sekolah tentang pentingnya Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dan kompetensi profesional .  2) Mengikutsertakan guru dan kepala sekolah dalam workshop atau training yang dapat meningkatkan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dan kompetensinya baik karir maupun profesinya