Diskusi Kelompok 2 tentang pembelajaran mendalam.pptx

NurHidayat398391 0 views 8 slides Oct 26, 2025
Slide 1
Slide 1 of 8
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8

About This Presentation

dis


Slide Content

Diskusi Kelompok 2 Dian Novita Choirun Nisak Aulina Mahardika Darmawan

Dari rangkaian kegiatan di atas , mana yang mencerminkan pembelajaran yang mindful, meaningful, dan joyful? Jelaskan . A. Mindful Learning ( berkesadaran ) Tahap pemantik awal menunjukkan pembelajaran yang mindful . Ketika Bu Wulan menayangkan video tentang rusaknya ekosistem sungai di sekitar kota mereka dan mengajak siswa menulis refleksi pribadi , ia menumbuhkan kesadaran diri dan empati lingkungan . Siswa tidak hanya menerima informasi , tetapi juga diajak merenungkan makna fenomena tersebut terhadap kehidupan mereka sendiri yaitu “ apa yang terjadi jika satu makhluk hidup punah ” hal ini melatih kesadaran berpikir , perasaan , dan tanggung jawab personal terhadap alam sekitar B. Meaningful Learning ( bermakna ) Pembelajaran yang meaningful terlihat pada tahap eksplorasi dan proyek mini. Saat siswa melakukan observasi langsung di lingkungan sekitar sekolah , mereka menghubungkan konsep ekosistem dari buku dengan kenyataan di lapangan . Aktivitas seperti memetakan rantai makanan , membuat poster digital, dan merancang proyek kampanye lingkungan memungkinkan siswa membangun pengetahuan secara konstruktif dan relevan dengan konteks kehidupan nyata . Pengetahuan tidak lagi abstrak , tetapi melekat pada pengalaman dan tindakan nyata yang mereka alami sendiri C. Joyful Learning ( menyenangkan ) Aspek joyful muncul ketika siswa bekerja dalam kelompok , berkreasi membuat poster digital , dan menyelenggarakan Pekan Ekosistem Sekolah . Kegiatan ini menciptakan suasana kolaboratif dan positif , di mana siswa bebas mengekspresikan ide, berinteraksi dengan guru serta orang tua , dan merayakan hasil kerja mereka . Lingkungan belajar yang terbuka dan apresiatif seperti ini menumbuhkan motivasi intrinsik serta rasa bangga terhadap pembelajaran yang mereka lakukan , sehingga proses belajar menjadi menggembirakan sekaligus bermakna

Bagaimana Bu Wulan menjalankan peran sebagai aktivator , pembangun budaya , dan kolaborator ? A. Sebagai Aktivator Bu Wulan berperan sebagai aktivator ketika ia memulai pembelajaran dengan pemantik awal berupa video tentang rusaknya ekosistem sungai di sekitar kota . Melalui pertanyaan reflektif yaitu “Apa yang terjadi jika satu jenis makhluk hidup punah dari suatu ekosistem ?” . Bu wulan membangkitkan rasa ingin tahu , kesadaran , dan kepekaan siswa terhadap isu lingkungan . Aktivitas menulis jurnal refleksi pribadi juga membantu siswa aktif berpikir dan mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman hidup mereka . Dengan demikian , Bu Wulan mengaktifkan proses berpikir kritis dan kesadaran diri siswa sejak awal pembelajaran B. Sebagai Pembangun Budaya Peran Bu Wulan sebagai pembangun budaya tercermin dalam caranya menciptakan lingkungan belajar yang terbuka , reflektif , dan kolaboratif . Melalui kegiatan eksplorasi dan proyek mini, ia menanamkan budaya belajar aktif dan tanggung jawab social, misalnya lewat proyek kampanye kesadaran lingkungan . Kegiatan ini mendorong siswa untuk memahami nilai kepedulian terhadap alam dan pentingnya tindakan nyata , bukan hanya pengetahuan teoretis . Selain itu , dengan memberikan ruang bagi siswa untuk berkreasi dan mengekspresikan hasil belajar , Bu Wulan menumbuhkan budaya apresiasi , rasa memiliki , dan semangat gotong royong di kelas C. Sebagai Kolaborator Bu Wulan juga bertindak sebagai kolaborator yang menjalin kerja sama lintas pihak . Dalam Pekan Ekosistem Sekolah , ia melibatkan guru lain dan orang tua untuk mendukung dan menilai proyek siswa . Keterlibatan berbagai pihak ini menciptakan ekosistem belajar yang inklusif dan partisipatif , memperluas pengalaman belajar siswa ke luar ruang kelas . Kolaborasi ini juga memberi contoh nyata kepada siswa tentang pentingnya kerja sama dalam menghadapi persoalan lingkungan dan sosial . Dengan demikian , Bu Wulan bukan hanya mengajar konsep ekosistem , tetapi juga mencontohkan ekosistem sosial pembelajaran yang hidup dan saling terhubung

Jika Anda menjadi penilai UKPPPG, indikator apa yang Anda gunakan untuk menilai ketercapaian pendekatan pembelajaran mendalam dari skenario ini ? Jika saya menjadi penilai UKPPPG (Uji Kinerja PPG) dan menilai ketercapaian pendekatan pembelajaran mendalam dari skenario “ Pembelajaran Ekosistem di Kelas 7” , maka indikator penilaiannya akan berfokus pada tiga aspek utama : proses pembelajaran yang mindful, meaningful, dan joyful, serta bagaimana guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran yang aktif dan reflektif . Dengan menggunakan indikator-indikator tersebut , penilai UKPPPG dapat menilai bukan hanya hasil akhir pembelajaran ( produk siswa ), tetapi juga proses berpikir , refleksi , kolaborasi , dan perubahan sikap siswa yang menjadi inti dari pembelajaran mendalam .

Apa risiko atau tantangan yang mungkin muncul dalam implementasi seperti ini ? Bagaimana solusinya ? Tantangan Solusi Kesiapan Guru dan Beban Perencanaan Pembelajaran mendalam membutuhkan guru yang mampu merancang kegiatan autentik , kontekstual , dan reflektif . Guru harus menyiapkan media ( seperti video, instrumen observasi , dan rubrik penilaian ), serta mengelola proyek dan refleksi siswa . Tidak semua guru memiliki pengalaman atau waktu cukup untuk menyiapkan skenario kompleks seperti ini . Diperlukan pelatihan profesional berkelanjutan (continuous professional development) yang fokus pada desain project-based learning , asesmen autentik , dan refleksi pedagogis . Sekolah juga perlu menyediakan komunitas belajar guru (teacher learning community) agar guru dapat saling berbagi ide, sumber daya , dan pengalaman mengatasi hambatan implementasi

Tantangan Solusi Waktu dan manajemen kegiatan Pembelajaran berbasis proyek dan eksplorasi lapangan seringkali memerlukan waktu lebih panjang dari jam pelajaran reguler . Risiko lain adalah kegiatan tidak selesai tepat waktu atau siswa belum mencapai kedalaman konseptual yang diharapkan . Solusi: Guru perlu mengintegrasikan kegiatan proyek ke dalam unit pembelajaran tematik dua minggu atau lebih , seperti yang dilakukan Bu Wulan, dan menggunakan strategi “blended learning” agar refleksi dan diskusi dapat dilanjutkan secara daring di luar jam kelas . Perencanaan waktu yang fleksibel serta pemantauan kemajuan kelompok secara berkala akan membantu menjaga keseimbangan antara kedalaman dan ketercapaian target.

Tantangan Solusi Variasi Kemampuan dan Partisipasi Siswa Tidak semua siswa memiliki kemampuan refleksi , kerja sama , atau keterampilan digital yang setara . Dalam kelompok , bisa terjadi dominasi siswa tertentu atau pasifnya anggota lain. Bu Wulan dapat menggunakan pembagian peran dalam kelompok ( misalnya peneliti , pencatat , editor, presenter) agar setiap siswa berkontribusi sesuai kekuatannya . Penilaian juga sebaiknya mencakup penilaian individu dan kelompok , dengan refleksi pribadi di akhir proyek untuk menilai keterlibatan masing-masing siswa .

Tantangan Solusi Keterbatasan Fasilitas dan Dukungan Lingkungan Sekolah mungkin memiliki keterbatasan fasilitas digital atau sumber daya lingkungan untuk kegiatan observasi dan presentasi proyek . Selain itu , belum tentu semua orang tua atau guru lain mendukung pembelajaran yang tidak berorientasi ujian . Guru dapat memanfaatkan lingkungan terdekat sekolah sebagai sumber belajar lokal ( misalnya taman , parit , kebun sekolah ) dan menggunakan alat sederhana atau aplikasi gratis untuk proyek digital. Melibatkan orang tua dan guru lain sejak awal perencanaan juga penting agar terbentuk dukungan bersama dan pemahaman terhadap tujuan pembelajaran mendalam .