FILSAFAT ILMU dalam epistemologi -KELOMPOK tiga .pptx

Erlina65 0 views 20 slides Sep 27, 2025
Slide 1
Slide 1 of 20
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20

About This Presentation

membahsa tentang epistemologi


Slide Content

Epistemologi Oleh: Laila Nissah Erlina Marnis Dosen Pengampu Mata Kuliah: Prof. dr Nur Indrawaty Lipoeto , M.Sc. Ph.D,Sp.GK

Epistemologi dalam Filsafat Ilmu Epistemologi adalah cabang filsafat yang mengkaji hakikat , sumber , batas, dan validitas pengetahuan . Kata ini berasal dari bahasa Yunani epistēmē ( pengetahuan ) dan logos ( kajian ). Dalam filsafat ilmu , epistemologi memiliki posisi fundamental: ia menentukan apa yang dapat disebut “ pengetahuan ilmiah ” dan membedakannya dari opini , keyakinan , atau mitos . Tanpa epistemologi , ilmu hanya akan menjadi kumpulan data tanpa pijakan metodologis .

1. Apa itu pengetahuan ? 2. Bagaimana pengetahuan diperoleh ? 3. Apa kriteria kebenaran suatu pengetahuan ? 4. Apa batas kemampuan manusia dalam mengetahui ? Epistemologi

Periode Tokoh Utama Karakteristik Gagasan Dasar Kemunculan Yunani Kuno (± abad 5–4 SM) Plato, Aristoteles Plato: membedakan doxa ( opini ) dan epistēmē ( pengetahuan sejati ).Aristoteles: menggabungkan observasi empiris dengan logika deduktif . Membedakan pengetahuan sejati dari opini ; mencari dasar keilmuan awal . Abad Pertengahan (± abad 5–15) Agustinus, Thomas Aquinas Menekankan harmoni iman dan akal ; akal dapat memahami dunia tetapi tetap tunduk pada wahyu . Menjawab pertanyaan bagaimana akal berfungsi dalam kerangka iman religius . 1. Sejarah Perkembangan Epistemologi

Modern Awal (± abad 17–18) Rasionalis : Descartes, Spinoza, Leibniz.Empiris : Locke, Berkeley, Hume Rasionalisme : pengetahuan bersumber dari akal budi dan ide bawaan.Empirisme : pengetahuan bersumber dari pengalaman indrawi . Hume menyoroti problem induksi . Kebutuhan menemukan dasar kokoh bagi ilmu pengetahuan di tengah revolusi ilmiah (Copernicus, Galileo, Newton). Sintesis Kantian (abad 18) Immanuel Kant Pengetahuan lahir dari sintesis pengalaman empiris dengan kategori apriori akal budi ( Copernican Revolution ). Menyelesaikan pertentangan rasionalisme vs empirisme dengan dasar baru bagi ilmu pengetahuan. Abad 20 Logical Positivism, Popper, Kuhn, Feyerabend, Quine Positivisme logis: verifikasi empiris.Popper: falsifikasi.Kuhn: paradigma & revolusi ilmiah.Feyerabend: anarkisme metodologis.Quine: epistemologi naturalistik. Menjawab problem metodologi dan fondasi ilmu dalam konteks perkembangan sains modern.

Struktur Penalaran Ilmiah   2. Pilar-Pilar Epistemologi Sumber Pengetahuan Validitas dan Kebenaran Batas Pengetahuan   01 02 03 04

2. Pilar-Pilar Epistemologi A. Sumber Pengetahuan Rasionalisme : akal Empirisme : pengalaman indrawi . Intuisi /Wahyu: terbatas dalam konteks ilmiah modern. Kantian: pengalaman diproses melalui kategori bawaan akal . B. Validitas dan Kebenaran Foundationalism: ada keyakinan dasar yang tidak dapat diragukan . Coherentism : kebenaran terletak pada konsistensi dengan sistem keyakinan lain. Reliabilism : pengetahuan sah bila diperoleh melalui proses kognitif yang andal . Teori Kebenaran : korespondensi , koherensi , pragmatis .

C. Struktur Penalaran Ilmiah Deduksi : dari teori umum ke kasus khusus . Induksi : dari data empiris menuju generalisasi . Abduksi : inferensi ke penjelasan terbaik .   D. Batas Pengetahuan   Skeptisisme : keraguan terhadap kemungkinan pengetahuan sejati . Fallibilisme : semua pengetahuan bersifat sementara . Demarkasi : membedakan ilmu dari pseudosains .

Aliran dalam Epistemologi Ilmu 1. Empirisme 2. Rasionalisme Kritis (Popper): 4. Anarkisme Metodologis (Feyerabend) 5. Epistemologi Naturalistik (Quine) 3. Paradigmatisme (Kuhn)

Aliran dalam Epistemologi Ilmu 1. Empirisme Pengetahuan diperoleh dari pengalaman indrawi . Pikiran manusia pada awalnya seperti tabula rasa ( lembar kosong ), lalu diisi oleh pengalaman . Tokoh : John Locke, George Berkeley, David Hume. Kontribusi : Menekankan pentingnya observasi , eksperimen , dan verifikasi pengalaman dalam ilmu .

2. Rasionalisme Kritis (Karl Popper) Ilmu tidak dibangun atas dasar verifikasi , melainkan falsifikasi . → Ilmuwan membuat dugaan ( conjectures ), lalu berusaha menyangkalnya ( refutations ). Tokoh : Karl Popper. Kontribusi : Mengubah cara pandang ilmu menjadi lebih dinamis , selalu terbuka untuk koreksi , bukan kebenaran absolut .

3. Paradigmatisme (Thomas Kuhn) Ilmu berkembang melalui paradigma ( kerangka dasar berpikir , teori , metode , dan nilai bersama komunitas ilmiah ). → Normal science berlangsung dalam paradigma tertentu , lalu terjadi krisis → revolusi ilmiah → muncul paradigma baru . Tokoh : Thomas Kuhn ( The Structure of Scientific Revolutions , 1962). Kontribusi : Menunjukkan bahwa perkembangan ilmu bukan sekadar akumulasi data, melainkan pergeseran paradigma .

4. Anarkisme Metodologis (Paul Feyerabend) “Anything goes” – tidak ada metode tunggal atau aturan tetap dalam ilmu . → Sejarah ilmu menunjukkan bahwa terobosan besar justru sering terjadi dengan melanggar aturan metodologis yang mapan . Tokoh : Paul Feyerabend ( Against Method , 1975). Kontribusi : Membuka ruang bagi pluralitas metode , inovasi , dan pendekatan non- konvensional .

5. Epistemologi Naturalistik (W.V.O. Quine) Epistemologi harus bertumpu pada sains , khususnya psikologi dan kognitif . → Daripada membahas pengetahuan secara spekulatif , lebih baik dipelajari dengan metode ilmiah : bagaimana otak manusia benar-benar bekerja dalam memperoleh pengetahuan . Tokoh : W.V.O. Quine ( Epistemology Naturalized , 1969). Kontribusi : Menghubungkan filsafat dengan sains empiris ( kognitif , neurosains , psikologi ).

Objektivitas Ilmu 4. Implikasi bagi Filsafat Ilmu Metodologi Penelitian Realisme vs. Anti- realisme 01 02 03

4. Implikasi bagi Filsafat Ilmu Aspek Implikasi Epistemologis Penjelasan Metodologi Penelitian Perbedaan paradigma epistemologis melahirkan pendekatan metodologis yang beragam . Positivisme memberikan dasar bagi metodologi kuantitatif dengan menekankan observasi , pengukuran , dan verifikasi data empiris . Sebaliknya , paradigma interpretivisme dan konstruktivisme menekankan pemahaman makna subjektif dalam interaksi sosial , sehingga lebih sesuai dengan pendekatan kualitatif seperti wawancara mendalam , studi kasus , dan etnografi .

Realisme vs. Anti- realisme Perdebatan mengenai status ontologis teori ilmiah . Realisme ilmiah berasumsi bahwa teori ilmiah merepresentasikan realitas objektif , meskipun entitasnya tidak langsung teramati ( misalnya atom atau gen). Anti- realisme memandang teori sebagai instrumen pragmatis untuk prediksi , tanpa komitmen bahwa teori tersebut benar-benar merefleksikan realitas eksternal . Perbedaan ini berimplikasi pada pemaknaan kebenaran ilmiah serta legitimasi teori dalam perkembangan ilmu . Objektivitas Ilmu Ilmu pengetahuan tidak sepenuhnya netral maupun bebas nilai . Pemikiran kontemporer dalam filsafat ilmu menunjukkan bahwa aktivitas ilmiah dipengaruhi oleh faktor sosial , budaya , politik , dan ekonomi . Hal ini menantang pandangan tradisional mengenai ilmu sebagai aktivitas bebas nilai ( value-free science ). Dengan demikian , objektivitas ilmiah dipahami secara kontekstual dan intersubjektif , bukan sebagai netralitas mutlak .

Kesimpulan Epistemologi adalah fondasi filsafat ilmu yang mengkaji hakikat , sumber , validitas , dan batas pengetahuan . Perkembangannya , dari Plato–Aristoteles hingga Popper, Kuhn, Feyerabend, dan Quine , menunjukkan bahwa ilmu adalah konstruksi dinamis , bukan sekadar fakta statis. Pilar utama : sumber pengetahuan , teori kebenaran , metode penalaran ( deduksi , induksi , abduksi ), serta kesadaran akan keterbatasan pengetahuan . Aliran utama : empirisme , rasionalisme kritis , paradigmatisme , anarkisme metodologis , dan epistemologi naturalistik . Implikasi : memengaruhi metodologi penelitian , perdebatan realisme vs anti- realisme , serta pemahaman objektivitas ilmu yang bersifat kontekstual . Makna : Epistemologi membentuk peneliti yang kritis , reflektif , dan terbuka terhadap dinamika perkembangan ilmu .

Referensi Audi, R. (2011). Epistemology: A Contemporary Introduction to the Theory of Knowledge (3rd ed.). Routledge. Chalmers,A . (2013). What Is This Thing Called Science? (4th ed.). Open University Press. Grayling,A . C. (2019). The History of Philosophy. Penguin Books. Kuhn,T . S. (2012). The Structure of Scientific Revolutions (4th ed.). University of Chicago Press. Popper,K . (2002). The Logic of Scientific Discovery. Routledge Classics. Quine,W . V. O. (1969). Epistemology Naturalized. In Ontological Relativity and Other Essays. Columbia University Press.

— Terimakasih Immanuel Kant “Thoughts without content are empty, intuitions without concepts are blind.”