Gizi Bayi dan Anak_Pert IV .pptx

linaEvi 0 views 66 slides Sep 16, 2025
Slide 1
Slide 1 of 66
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64
Slide 65
65
Slide 66
66

About This Presentation

Gizi Ibu dan Anak


Slide Content

Gizi Balita dan Anak

Life Cycle Approach

Upaya peningkatan status gizi masyarakat termasuk penurunan prevalensi balita pendek menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional yang tercantum di dalam sasaran pokok Rencana Pembangunan jangka Menengah Tahun 2015 – 2019. (InfoDatin Situasi Balita Pendek, 2016)

Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut , dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh . Disebut sebagai "periode emas" , "periode kritis", dan Bank Dunia (2006) menyebutnya sebagai " window of opportunity ".

Penilaian Status Gizi Bayi dan Balita

(1) Antropometri antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dan tingkat umur dan tingkat gizi . WHO merekomendasikan pengukuran antropometri pada bayi dan balita menggunakan grafik yang dikembangkan oleh WHO dan Center for Disease Control and Prevention (CDC) . Grafik yang digunakan adalah z-score sebagai standar deviasi rata-rata dan persentil median

Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score) Berat badan menurut umur (BB/U) Anak umur 0-60 bulan Gizi Buruk <-3 SD Gizi Kurang -3 SD sampai dengan <-2 SD Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD Gizi Lebih >2 SD Panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur(TB/U ) Anak umur 0-60 bulan Sangat pendek <-3 SD Pendek -3 SD sampai dengan <-2 SD Normal -2 SD sampai dengan 2 SD Tinggi >2 SD Berat badan menurut panjang badan ( BB/PB ) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) Anak umur 0-60 bulan Sangat kurus <-3 SD Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD Normal -2 SD sampai dengan 2 SD Gemuk >2 SD

Definisi menurut WHO Sumber: WHO 1994

Stunting Yaitu: Persentase anak-anak dengan tinggi badan yang rendah dari rata-rata balita seusianya (stunting) mencerminkan tentang efek kumulatif kekurangan gizi dan infeksi yang terjadi bahkan sebelum kelahiran. Keadaan ini dapat diartikan sebagai indikasi kondisi lingkungan yang buruk dan menjadi penghambat jangka panjang potensi dari pertumbuhan anak.

Nutrition Troughout The Life Cycle

Underweight Persentase anak-anak yang memiliki berat badan rendah dari usianya (underweight) dapat mencerminkan ‘ wasting ' (berat badan yang lebih rendah dari tingginya) Keadaan ini menunjukkan penurunan berat badan akut, ' stunting ', atau keduanya. Dengan demikian, ' underweight ' adalah indikator komposit dan karena itu mungkin sulit untuk diinterpretasikan.

Wasting Wasting pada anak merupakan gejala kekurangan gizi akut , biasanya sebagai akibat dari asupan makanan tidak cukup atau tingginya insiden penyakit menular, terutama diare. Wasting suatu waktu dapat merusak fungsi sistem kekebalan tubuh dan dapat menyebabkan peningkatan keparahan dan durasi dan kerentanan terhadap penyakit menular dan peningkatan risiko kematian.

Perbandingan Balita Normal, Wasting , Stunting , dan Underweight

(2) Riwayat Makan

KEBUTUHAN GIZI PADA BAYI DAN BALITA

Makronutrient (Zat Gizi Makro) Rekomendasi kebutuhan makronutrien pada bayi didasarkan pada kandungan gizi ASI per 100 ml.

KARBOHIDRAT Fungsi karbohidrat dalam pemberian makan bayi adalah: Menyuplai energi untuk pertumbuhan, fungsi tubuh dan aktivitas Membentuk jaringan tubuh yang baru bersama protein Building blocks untuk komponen tubuh yang esensial Sebagai sumber utama energi untuk beraktivitas sedangkan protein dan lemak dibutuhkan untuk fungsi tubuh yang esensial seperti pembentukkan dan perbaikan jaringan.

ENERGI

Estimasi kebutuhan energi pada bayi (0-24 bulan) usia Jenis kelamin Energi (kkal/hari) – 6 bulan Laki-laki Perempuan 472 – 645 438 – 593 6 – 12 bulan Laki-laki Perempuan 645 – 844 593 – 768 1 – 2 tahun Laki-laki Perempuan 844 – 1050 768 – 997 Internasional of Medicine (IOM) (2002) menggunakan persamaan untuk menghitung total pengeluaran energi (energi expenditure) dan menghasilkan nilai kebutuhan energi. Persamaan tersebut adalah sebagai berikut: [89 x BB (kg) – 100] + 175 kkal

MIKRONUTRIEN (Zat Gizi Mikro)

Modifikasi kebutuhan energi dibutuhkan berdasarkan kebutuhan individual dan grafik pertumbuhan . Terdapat rumus perhitungan basal metabolic rate (BMR) pada bayi dan balita: Rumus Persamaan (kkal) Keterangan oxford BMR= 61 (BB)kg – 33,7 BMR=23,3 (BB)kg + 514 BMR=58,9 (BB)kg – 23,1 BMR=20,1 (BB)kg + 507 laki-laki usia 0 – 3 tahun Laki-laki usia 3 – 10 tahun Perempuan usia 0 – 3 tahun Perempuan usia 3 – 10 tahun

Pada masa balita, kebutuhan vitamin digunakan untuk:

PEMBERIAN MAKAN

ASI (Air Susu Ibu) Protein ASI berupa kasein (40%) dan whey (60%) Kandungan ASI terdiri dari: Protein whey  melindungi bayi dari infeksi Laktoferin  mengikat zat besi Imunoglobulin A (Ig A)  melindungi saluran cerna bayi dari infeksi Enzim lisozim  merusak membran sel bakteri Bakteri baik ( L. Bifidus )  yang membuat suasana asam dalam saluran cerna bayi sehingga menghambat pertumbuhan bakteri patogen

Pedoman pemberian makan bayi usia 6-23 bulan yang mendapat ASI

Susu Formula Komposisi susu formula bayi harus mengikuti aturan Codex Alimentarius atau Badan Pengawas Obat (BPOM) dan hanya dapat diberikan kepada bayi atas indikasi medis. (WHO 2009) Codex Alimentarius dan European Society for Pediatric Gatroenterology Hepatology and Nutrition (EPSGHAN) Committe on Nutrition membagi formula bayi dalam 3 jenis, yaitu: Formula awal  harus dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat-zat gizi esensial bagi bayi sampai umur 1 tahun Formula lanjutan  dpt diberikan mulai dari umur 6 bulan dan bersama-sama dengan MP-ASI Formula utk tujuan medis  meliputi formula untuk bayi prematur, alergi susu sapi, kelainan metabolisme bawaan, dan formula khusus gg. Saluran cerna

MP-ASI Diberikan setelah bayi berusia 6 bulan karena ASI tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Tujuan pemberian MP-ASI: Memenuhi kebutuhan gizi bayi Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima berbagai macam makanan dgn berbagai rasa dan tekstur Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan

Hal yang harus diperhatikan dlm pemberian MP-ASI: Memilih bahan makanan utama dengan sumber tinggi zat besi Memilih beras sebagai salah satu sumber karbohidrat karena bersifat hipoalergenik Telur dpt diberikan saat usia 1 tahun Makanan selingan dapat diberikan 2x sehari seperti bubur kacang hijau dan biskuit

MASALAH GIZI PADA BAYI DAN BALITA

Gizi lebih (obesitas) Anak yang mengalami obesitas mempunyai kemungkinan obesitas yang lebih besar pd masa pubertas dan dewasa kelak. Obesitas bersifat multifaktor: genetik, gaya hidup tidak baik, dan pola makan kurang baik

Karies gigi Gigi susu berisiko mengalami gangguan karies dini yang diakibatkan oleh konsumsi ASI, susu formula, jus, atau minuman lain yang di minum melalui botol. Pemberian makanan/minuman manis dgn botol pd bayi lebih dari 3x/hari atau lebih dari 1 jam pada waktu makan dapat menyebabkan karies dini

GAKY (gg. Akibat kekurangan yodium) Kekurangan yodium berpengaruh pd tingkat IQ dan tumbuh kembang anak

DEFISIENSI VITAMIN E

Kekurangan vitamin E terjadi pada anak yg menderita gg. Penyerapan lemak (fibrosis kistik) Pemberian zat besi yang berlebihan dapat menyebabkan defisiensi vitamin E Bayi prematur yang menderita kekurangan vitamin E, pada usia 6-10 minggu bisa mengalami kelemahan otot disertai anemia hemolitik. Kekurangan vitamin E menyebabkan retinopati pada prematuritas dan akan semakin memburuk jika bayi terkena oksigen kadar tinggi dalam inkubator Anak-anak penderita malabsorpsi usus bisa mengalami kekurangan vitamin E yang berat

Kadar ≥ 0,5 mg/dL pada orang sehat berhubungan dengan perlindungan terhadap hemolisis dan dipakai sebagai indikasi kecukupan nutrisi . Kadar tokoferol ibu meningkat selama kehamilan, tetapi kadar pada fetus tetap rendah, hal ini menunjukkan adanya penahan pada aliran transplasental dari vitamin ini. Kadar vitamin E pada neonatus saat di dalam kandungan hanya sedikit dipengaruhi oleh asupan vitamin E ibu melalui transfer plasental, mengakibatkan bayi baru lahir mempunyai kadar yang rendah. Bayi prematur mempunyai risiko kekurangan vitamin E karena kapasitas absorbsi lemak yang terbatas . Air susu ibu (ASI), terutama kolustrum mengandung vitamin E konsentrasi tinggi.

DEFISIENSI VITAMIN K

Bayi baru lahir cenderung mengalami defisiensi vitamin K karena cadangan vitamin K dalam hati relatif masih rendah, sedikitnya transfer vitamin K melalui tali pusat, rendahnya kadar vitamin K pada ASI, dan saluran pencernaan bayi baru lahir yang masih steril. Kekurangan vitamin K berisiko tinggi bagi bayi sehingga mengakibatkan Vitamin K Deficiency Bleeding (VKDB ). Penyakit hemoragik pada BBL biasanya terjadi pada hari ke 1-7. gejalanya berupa perdarahan dalam kulit, lambung, dan dada. VKDB bisa timbul lagi pada usia 1-3 bulan. Penyakit VKDB berhubungan dengan malabsorpsi dan penyakit hati.

Faktor risiko terjadinya VKDB antara lain: ibu mengkonsumsi obat yang mengganggu metabolisme vitamin K selama kehamilan seperti obat anti-kejang hidantoin (phenitoin), antibiotik cephalosporin, serta antikoagulan kumarin (seperti warfarin) rendahnya sintesis vitamin K oleh bakteri usus gangguan fungsi hati ( kolestasis) sindrom malabsorpsi, diare kronik, serta kurangnya asupan vitamin K pada bayi yang mendapat ASI eksklusif . Untuk pencegahan VKDB, dianjurkan untuk memberikan suntikan vitamin K melalui otot dalam waktu 1 jam stlh bayi lahir. Pemberian lewat mulut tidak dianjurkan.

SKURVI INFANTIL

Gejala yang ditimbulkan: Vitamin C penting untuk pembentukan jaringan ikat, skurvi bisa menyebabkan kelainan pada tulang rusuk dan pada tulang panjang tungkai. Skurvi juga menyebabkan terganggunya proses penyembuham luka

GANGGUAN METABOLISME MAKRONUTRIENT

Reaksi Dalam Metabolisme Bahan Bakar Proses Metabolik Reaksi Konsekuensi Glikogenesis Glukosa  glikogen Glukosa darah Glikogenolisis Glukogen  glukosa Glukosa darah Glukoneogenesis Asam amino  glukosa Glukosa darah Sintesis protein Asam amino  protein Asam amino darah Penguraian protein Protein  asam amino Asam amino darah Sintesis lemak (lipogenesis atau sintesis trigliserida) Asam lemak dan gliserol  trigliserida Asam lemak darah Penguraian lemak (lipolisis atau penguraian trigliserida) Trigliserida  asam lemak dan gliserol Asam lemak darah

Perjalanan Makronutrient dalam tubuh

1. 2. 3 . 4 . Metabolisme terbentuk dari Respirasi Sel

KELAINAN METABOLISME KARBOHIDRAT 1. 2 . 3 . 4 .

1. Galaktosemia

Galaktosa berfungsi sebagai energi, harus diubah menjadi glukosa agar dapat memasuki jalur metabolisme lebih lanjut. Hal ini penting untuk bayi karena mereka mendapatkan sebagian besar energi dari susu, yang memiliki komposisi tinggi galaktosa . Setiap molekul laktosa, konstituen utama dari gula susu, terdiri dari sebuah molekul galaktosa dan molekul glukosa, dan galaktosa membentuk 20% dari sumber energi dari diet bayi umumnya.

Hubungan genetika galaktosemia Gen untuk galaktosa-1-fosfat uridylyltransferase (Galt gen) terletak pada lengan pendek kromosom 9 , di daerah 9p13 . Kebanyakan perubahan pada gen Galt mengubah blok bangunan protein tunggal (asam amino) digunakan untuk membangun galaktosa-1-fosfat uridylyltransferase.

Manifestasi Klinis Pada saat neonatus diberi susu sering menunjukkan bukti adanya gagal hati (hiperbilirubinemia, gangguan koagulasi dan hipoglikemia) Gg. Fungsi tubulus renalis (asidosis, glikosuria, aminoasiduria) katarak

Bila manifestasi neonatus ringan atau tidak ada, dapat terjadi kegagalan pertumbuhan Pengaruh akut utama pada fungsi hati dan ginjal Katarak berkembang sampai tahun pertama Jika anak tumbuh, cenderung mengalami gangguan belajar.
Tags