Interprofesional Education_Maternal.pptx

NinaKhansa2 0 views 44 slides Oct 08, 2025
Slide 1
Slide 1 of 44
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44

About This Presentation

Edukasi kehamilan


Slide Content

Rr. CATUR LENY WULANDARI, S.SiT ., M.Keb PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN UNISSULA INTERPROFESSIONAL EDUCATION AS A LEARNING MODEL FOR IMPROVING COLLABORATIVE SKILLS IN PREGNANCY AND MATERNITY CASES

Tujuan 3 dari Sustainable Development Goals (SDGs) , yang fokus pada Kesehatan dan Kesejahteraan . Tujuan 3 bertujuan untuk memastikan kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan untuk semua usia . Tujuan 3: Good Health and Well-being Tujuan ini memiliki beberapa target spesifik yang berhubungan langsung dengan kesehatan ibu dan anak , antara lain: Target 3.1 : Mengurangi angka kematian ibu sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup pada 2030. Target 3.2 : Mengakhiri kematian dan penyakit yang dapat dicegah pada bayi dan anak-anak di bawah usia 5 tahun . Target 3.7 : Menjamin akses universal terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi yang inklusif , serta pendidikan tentang kesehatan reproduksi , termasuk keluarga berencana

ARAH KEBIJAKAN RPJMN 2020-2024 Meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan dasar ( Primary Health Care ) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi, melalui Peningkatan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana (KB) dan kesehatan reproduksi, Percepatan perbaikan gizi masyarakat Angka kematian ibu (per 100.000 KH) Angka kematian bayi (per 1.000 KH) Angka kematian neonatal (per 1.000 KH) Imunisasi dasar lengkap pada anak usia12-23 bulan (%) Prevalensi stunting balita (%) Prevalensi wasting balita (%) Insidensi TB (per 100.000 penduduk) Insidensi HIV ( per 1000 penduduk yang tidak terinfeksi HIV ) Eliminasi malaria (Kab/Kota) Peningkatan pengendalian penyakit Pembudayaan perilaku hidup sehat melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan Merokok usia 10- 18 tahun (%) Obesitas usia >18 tahun (%) J umlah kab/kota sehat Fasilitas kesehatan tingkat pertama terakreditasi (%) RS terakreditasi (%) Puskesmas dengan jenis tenaga kesehatan sesuai standar (%) Puskesmas tanpa dokter (%) Puskesmas dengan ketersediaan obat esensial (%)

RPJMN 2020 - 2024

STRUKTUR RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMN 2025-2029 Bidang Kesehatan Kegiatan Pembangunan 11: Investasi pelayanan kesehatan primer Kegiatan Pembangunan 12: Pengembangan layanan rujukan, pelayanan kesehatan bergerak dan daerah sulit akses Kegiatan Pembangunan 13: Produksi dan pendayagunaan SDM kesehatan Kegiatan Pembangunan 14: Penguatan JKN dan pembiayaan kesehatan Kegiatan Pembangunan 15: Penguatan tata kelola, data, informasi dan teknologi 45 Indikator Pembangunan (RPJP 2025-2045) Upaya Transformatif Superprioritas Program Pembangunan 1: Peningkatan kesehatan dan gizi M asyarakat Program Pembangunan 2: Pengendalian penyakit dan pembudayaan hidup sehat Program Pembangunan 3: Penguatan kapasitas ketahanan kesehatan Indikator AKI (Angka Kematian Ibu) AKB (Angka Kematian Bayi) AKN (Angka Kematian Neonatal) Prevalensi Stunting TFR (Total Fertility Rate) ASFR (Age Spesific Fertility Rate) Unmet Need KB Indikator Insidensi TB Insidensi HIV Eli m in a si K u sta Eli m in a si M a la r ia Eli m in a si Sc h i s t o s o m ias i s Prevalensi Obesitas Prevalensi DM (Diabetes Melitus) Merokok penduduk <18 th Indikator Kab/kota yg melaksanakan deteksi, pengendalian penyakit dan faktor risiko kesehatan yang berpotensi KLB (Kejadian Luar Biasa) Puskesmas dengan ketersediaan obat esensial dan vaksin IRL (Imunisasi Rutin Lanjutan) Pangan memenuhi syarat Pangan olahan dalam kemasan memenuhi syarat (PODK) Pangan olahan siap saji memenuhi syarat (POSS) Sediaan farmasi memenuhi syarat Alat kesehatan memenuhi syarat Kegiatan Pembangunan 4: Pengendalian penyakit menular Kegiatan Pembangunan 1: Penurunan kematian ibu dan anak Kegiatan Pembangunan 5: Pengendalian penyakit tropis terabaikan Kegiatan Pembangunan 6: Pengendalian penyakit tidak menular dan peningkatan upaya kesehatan jiwa Kegiatan Pembangunan 8: Penguatan surveilans, lab dan pengendalian KLB/wabah/zoonosis Kegiatan Pembangunan 2: Penurunan stunting Kegiatan Pembangunan 3: Peningkatan pelayanan kesehatan usia produktif, lansia, Kegiatan Pembangunan 9: Pemenuhan dan kemandirian sediaan farmasi dan alat kesehatan Kegiatan Pembangunan 10: Penguatan sistem pengawasan pangan dan sediaan farmasi KB dan kespro Kegiatan Pembangunan 7: Pembudayaan hidup sehat, penyehatan lingkungan dan olahraga Program Pembangunan 4: Penguatan pelayanan kesehatan & tata kelola Indikator Cakupan kepesertaan JKN Pemenuhan dan distribusi nakes Puskesmas dengan 11 jenis SDMK RS kelas C dengan 7 jenis dokter spesialis Puskesmas terakreditasi paripurna RS pemerintah terakreditasi paripurna Desa/kelurahan yang memiliki 100% pustu (puskesmas pembantu) sesuai standar Agenda Pembangunan: Transformasi Sosial Sasaran: Kesehatan untuk semua Indikator: Usia harapan hidup

KESEHATAN IBU dan ANAK

Angka kematian ibu (AKI) adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan , yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya , tetapi bukan karena sebab – sebab lain seperti kecelakaan , terjatuh , dan lain lain. AKI di Indonesia sebesar 300 yang artinya terdapat 300 kematian perempuan pada saat hamil , saat melahirkan atau masa nifas per 100.000 kelahiran hidup .

76% kematian ibu terjadi di fase persalinan & pasca persalinan Namun , faktor-faktor risiko persalinan terjadi mulai dari fase sebelum & saat hamil Sumber : EMNC (2019), Riskesdas (2007, 2013, 2018) 9 Sebelum Hamil Saat Hamil Persalinan \ 32% sepsis ( infeksi ) 24% hipertensi 28% lain-lain ( perdarahan , abortus, komplikasi obstetrik , penyakit komplikasi non obstetrik ) 65% perdarahan 14% ruptur uterus 11% hipertensi 26% sepsis ( infeksi ) 15% perdarahan 29% lain-lain ( komplikasi obstetrik , penyakit komplikasi non obstetrik ) Pasca Persalinan 23,9% WUS anemia 21,3% WUS hipertensi 14,5 % WUS KEK Proporsi Kematian Penyebab Kematian - 24% 36% 40% Faktor risiko kehamilan & persalinan 48,9% bumil anemia 12,7% bumil hipertensi 17,3% bumil KEK 1 2 3 4 WUS: wanita usia subur; KEK: kekurangan energi kronis

Transformasi Kesehatan : a. Transformasi layanan primer a.1. Pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Nasional a.2. Percepatan Penurunan Stunting a.3. Pelaksanaan Bulan Deteksi Dini PTM a.4. Integrasi Layanan Primer Pilot dan konsep network serta standardisasi layanan a.5. Peningkatan Layanan Primer Pemeriksaan kehamilan (ANC) dari 4 kali menjadi 6 kali Imunisasi dari 11 menjadi 14 jenis b. Transformasi layanan rujukan b.1. Peningkatan akses layanan c. Transformasi sistem ketahanan kesehatan c.1. Fasilitasi penggunaan bahan baku obat produksi dalam negeri c.2. Konsep laboratorium Kesehatan masyarakat terintegrasi

Mempersiapkan pasangan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat Tujuan Kondisi Kesehatan Masa Sebelum Hamil Masalah Gizi ( Riskesdas , 2018) Kurang Energi Kronis 31,8% pada WUS (15-49 tahun ) 17,3% pada Ibu hamil Anemia 30% pada Remaja 48,9% pada Ibu hamil Obesitas 29% pada perempuan usia > 18 tahun 14,5% pada laki-laki usia > 18 tahun Keluarga Berencana 4 Terlalu ( Riskesdas , 2013) Terlalu muda & Terlalu tua 32,5%, Terlalu dekat 9% Terlalu banyak 32,4% Kehamilan tidak diinginkan 7% (SDKI 2017) 3. Remaja 15-19 tahun menikah 23,9% & 36/1000 hamil Penyakit Tidak Menular Hipertensi 36,85% pd perempuan (Riskesdas, 2018) Diabetes Melitus 1,78% pd perempuan (Riskesdas, 2018) Jantung 1,6% pd perempuan (Riskesdas, 2018) SLE 0,5% populasi, lbh banyak pada perempuan usia produktif (prof Handono Kalim, 2016) Penyakit Menular HIV/AIDS 12.177 kasus baru ODHA pada usia 25 - 49 tahun (Lap rutin Jan-Juni 2021) TB (Riskesdas 2018) 0,4% pada perempuan 0,5% pada laki-laki Hepatitis 0,39% pada perempuan (Riskesdas 2018) Persepsi B udaya Keterbatasan Sosial-Ekonomi Ketidaksetaraan Gender: Diskriminasi , Subordinasi , Rentan Mengalami Kekerasan , Peran Ganda Kondisi Geografis

BAYI Pelayanan Kesehatan Neonatal sesuai standar Konseling A SI Eksklusif Pemantauan BBLR prematur Pemberian MP ASI REMAJA Pendewasaan usia pernikahan P elayanan kesehatan peduli remaja Pemberian Tablet Tambah Darah Remaja Putri Pendidikan Kespro di Sekolah IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS Jaminan Mutu A NC Terpadu Rumah Tunggu Kelahiran Persalinan Di Faskes Konseling IMD & KB Pa sca Persalinan Pen ggunaan Buku KIA BALITA Revitalisasi Pos y andu Penguatan Kader Pos Yandu , tenaga pendidik PAUD Penggunaan Buku KIA Kelas ibu balita Pelayanan kesehatan sesuai standar Tatalaksana pra rujukan ANAK-ANAK Revitalisasi UKS /M Penguatan Kelembagaan TP UKS /M Pemberian PMT A nak Sekolah Penggunaan Rapor Kesehatan ku Penguatan SDM Puskesmas DEWASA Pelayanan Kespro bagi catin (KIE, konseling, skrining, tata laksana) GP2SP – pekerja perempuan Imunisasi dan TTD catin Konseling Gizi Seimbang LANSIA Posyandu Lansia Layanan home care Layanan perawatan jangka Panjang Peningkatan Peran Lansia dalam meningkatkan derajat kesehatan keluarga untuk mendukung penurunan AKI dan AKB PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI CONTINUUM OF CARE MENURUT SIKLUS HIDUP PELAKSANAAN PROGRAM HOLISTIK INTEGRA SI BERKELANJUTAN

Memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat , bersalin dengan selamat , dan melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas . Tujuan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Rujukan Persalinan Tidak Terencana Multiple Referral 76% ibu harus dirujuk lagi ke fasyankes lain (EMNC, 2019) Terlambat dirujuk 31% terlambat dirujuk (EMAS, 2016) Stabilisasi Prarujukan 9% pasien dirujuk yang dilakukan stabilisasi (EMAS, 2016) Deteksi Dini Faktor Risiko Belum Optimal Kualitas Pelayanan ANC 2,7% ANC memenuhi standar 10T (Sirkesnas 2016) Pemberi Layanan ANC 84% ANC oleh bidan. Bidan tidak memiliki kompetensi deteksi penyakit non obstetric (Riskesdas 2018) Kesiapan Fasyankes Rujukan Keterbatasan SDM ( Rifaskes , 2019) 750 Puskesmas tidak memiliki dokter umum 105 Puskesmas tidak memiliki bidan Fasilitas kegawatdaruratan belum memadai ( Rifaskes , 2019, ASPAK 2020, Data Rutin ) 41 kab / kota tidak memiliki unit transfusi darah (UTD) / bank darah rumah sakit (BDRS) 2458 Puskesmas mampu PONED dari total 4119 Puskesmas rawat inap Kematian Ibu

PROGRAM KESEHATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR Pemberdayaan Masyarakat dan Penguatan Tatakelola Kab/Kota

PELAYANAN ANTENATAL TERPADU L

ANTENATAL CARE (ANC) TERPADU

TUJUAN PELAYANAN ANTENATAL TERPADU Semua ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang komprehensif dan berkualitas  sehingga ibu hamil dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan pengalaman yang bersifat positif serta melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas Pengalaman yang bersifat positif adalah pengalaman yang menyenangkan dan memberikan nilai tambah yang bermanfaat bagi ibu hamil dalam menjalankan perannya sebagai perempuan , istri dan ibu .

Ibu hamil dengan masalah gizi Ibu hamil berisiko Ibu hamil dgn komplikasi kebidanan Ibu hamil SEHAT Ibu hamil dengan PTM ( DM, Hipertensi , Jantung Ibu hamil dgn penyakit menular Ibu hamil dengan gangguan jiwa ANC Ibu hamil Persalinan aman ,Bayi Sehat Rujukan penang gizi dan tinjutnya Perencanaan p er salin an aman di faskes Penanganan komplikasi dan rujukan Rujukan penang PM dan tinjutnya Rujukan penang PTM dan tinjutnya Rujukan penang gg jiwa dan tinjutnya ANC Terpadu: pelayanan antenatal berkualitas agar: Kehamilan sehat, bersalin dengan selamat, dan Bayi lahir sehat. 10 T Permenkes No.21 Tahun 2021

PELAYANAN ANTENATAL Pelayanan Obstetri Dasar dan Terbatas (PMK 21/2021) 6x 1x 2x 3x Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Pemeriksaan DOKTER 1x pada Trimester 1 ( skrining faktor resiko & komplikasi ), termasuk USG dasar terbatas Pemeriksaan DOKTER 1x pada Trimester 3 ( skrining faktor resiko , ada tdk masalah kesehatan & menentukan tempat persalinan Peningkatan Peran Dokter Dalam ANC, Persalinan & PNC Rekomendasi ANC di FKTP / konsul spesialis /FKRTL 2016 WHO ANC Model  Positive pregnancy experience  8 kali kontak Adaptasi di Indonesia: 6 kali kontak (1-2-3) 2 kali kontak dengan dokter (TM-1 & TM-3) Ada / tidak penyulit , Puskesmas PONED/ RS PONEK Rekomendasi pelayanan USG menjadi pelayanan Rutin  deteksi dini factor risiko , memperkiraan usia kehamilan , deteksi kelainan janin , dan kehamilan ganda Menggunakan BUKU KIA sebagai media komunikasi antar nakes dan media KIE pada ibu dan keluarga Terdapat lembar skrining yang harus diisi dokter saat TM 1 dan TM 3 Terdapat skrining pre eklamsia untuk deteksi dini PE/ Eklamsia Lembar Ringkasan dokter spesialis apabila ibu dirujuk

BUKU KIA 2024

Pemeriksaan Dokter Seluruh ibu hamil wajib dikonsulkan ke Dokter (DU/ SpOG ) Deteksi Penyakit penyerta A namnesis Pemeriksaan F isik Diisi di Buku KIA Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Primer dan Rujukan. Kemenkes 2013

Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan kompeten  dokter , bidan dan perawat terlatih meliputi : ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PENANGANAN LANJUT Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu Kemenkes Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, 2010

PELAYANAN ANC TERPADU

Menurut WHO (2010), pendidikan Interprofesi atau IPE adalah proses pendidikan yang melibatkan dua atau lebih jenis profesi . Pendidikan interprofesi bisa terjadi apabila beberapa mahasiswa dari berbagai profesi belajar tentang profesi lain, belajar bersama satu sama lain untuk menciptakan kolaborasi efektif dan pada akhirnya meningkatkan outcome kesehatan yang di inginkan . IPE

Interprofesional education menjadi dasar adanya praktek kolaborasi di dalam praktek tenaga Kesehatan  optimalisasi layanan kesehatan yang akan meningkatkan status kesehatan masyarakat .

Menurut IPEC (2011), kompetensi utama dalam   Interprofesional Collaborative Practice   terdiri dari empat domain yaitu : Communication komunikasi   Inter-professional Cooperation nilai / etik untuk praktik   interprofessional Coordination peran dan tanggungjawab Collaboration team dan teamwork .

Four Dimensional Curriculum Development Framework .

Tujuan Pendidikan Interprofesi CAIPE (2001) mengemukakan prinsip-prinsip pendidikan interprofessional yang efektif , yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga kesehatan dengan kemampuan sebagai berikut : 1) Bekerja untuk meningkatkan kualitas pelayanan 2) Berfokus pada kebutuhan pasien dan keluarga 3) Melibatkan pasien dan keluarga 4) Mempromosikan kolaborasi interprofesi 5) Mendorong profesi kesehatan untuk belajar dengan , dari dan tentang satu sama lain 6) Meningkatkan praktek masing-masing profesi 7) Menghormati integritas dan kontribusi masing-masing profesi . 8) Meningkatkan tingkat kepuasan profesional

Manfaat Pendidikan Interprofesi

Kompetensi Inti Pendidikan Antar Profesi Barr(1998) membedakan kompetensi profesi menjadi 3 bagian besar : Kompetensi dasar , kompetensi masing-masing profesi dan kompetensi antar profesi .

Metode pembelajaran IPE meliputi kuliah   Pengenalan profesi Praktek   Bed Site Teaching  (BST) Tutorial Presentasi kasus dan refleksi kasus .

Kegiatan BST memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk berhadapan langsung dengan pasien riil . Mahasiswa berdiskusi dan berkolaborasi antar profesi untuk menganalisis dan menyelesaikan masalah terkait kondisi klinis pasien sesuai dengan kompetensi setiap profesi .

https:// www.tandfonline.com / doi /full/10.2147/JMDH.S391997

KESIMPULAN : Pembelajaran berbasis kasus secara Online dapat dijadikan model pembelajaran IPE dan layak diterapkan untuk memecahkan permasalahan sosial menjaga jarak selama pandemi dan untuk mengatasi masalah kekurangan fasilitas. keterampilan diperlukan untuk praktik kolaboratif antarprofesional .

THANK YOU
Tags