Kebudayaan dan pembangunan sebuah pendekatan terhadap antropologi terapan di indonesia
Bab II Keyakinan Religius Dan Perilaku Ekonomi Di Sebuah Desa Di Jawa Tengah
Struktur sosial dan sistem keagamaan memiliki hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi, akan tetapi makna tersebut tidak bisa dikaitkan di tempat yang lebih khusus. Tempat khusus tersebut menggunakan analisis lebih khusus contohnya negara Amerika, nalisis lebih khusus yaitu membicarakan unit sosial yang lebih kecil. B anyak sekali perbincangan-perbincangan masalah ekonomi khusunya di Negara sedang berkembang karena mereka harus menghadapi revolusi industri yang telah terjadi karena setiap tempat memiliki perbedaan sumber daya maka cara penanganannya juga berbeda.
Keadaan sistem ekonomi di Mojokuto keadaan sistem ekonomi di mojo kuto sangat hancur setelah bangsa belanda meninggalkan kota tersebut yang mengakibatkan pengangguran. Dari kegncangan tersebut penduduk cina minoritas memanfaatkan untuk menguaasai sitem ekonomi di Mojokuto dengan membawa barang-barang dari kota dan dijual di Mojokuto dan sebaliknya ornag cina minoritas membawa semua hasil panen disebarkan ke kota. Sisi pasar di Mojokuto di penuhi dengan pedatoko milik orang cina, orang jawa hanya memiliki beberapa toko saja yang berukuran lebih kecil dari pada milik orang cina. Di pasar tersebut tempat mereka untuk menyambung hidup tak banyak dari orang jawa yang bekerja sebaga pekerja kasar, mereka juga mendapatkan pekerjaan itu dari orang cina dengan begitulah orang cian menguasai perekonomian di kota Mojokuto
Keadan itu membuat stratifikasi sosial di kota Mojokuto para pegawai, guru, dan pejabat pemerintah membentuk kelompok elit intelektual dan sosial di Mojokuto. Orang yang memiliki tingkatan paling rendah harus membungkuk untuk menyentuh lutut orang yang memiliki kedudikan yang lebih tinggi
Sebagian di perkotaan Mojokuto perdagangan yang tidak dipegang oleh orang cina meliankan di pegang oleh orang-orang muslim memeiliki sejumlah alasan orang-orang berdarah ningrat, orang-orang jawa yang tinggal di kota dan bukan orang meslim membuat istana kerajaan hindu dengan birokrasi kolonial Kelompok imigran arab yang memainkan perdagangan yang tidak dikuasai oleh orang cina Tradisis perdagangan muslim di sepanjang pesisir utara
Sistem perekonomian yang rumit dan semakin merosotnya sistem ekonomi di pedesaan karena adanya pertumbuhan ekonomi ynag berbeda-beda setelah mereka mengenal uang. Selian itu ada yang bermotifasi yang kuat dalam mengumpulkan uang yang juga mengambil andil dalam mengerahkan tenaga kerja dan ketrampilan. Terlebih lagi meski orang kaya di sana sedikit akan tetapi orang kaya disana akan semakin kaya. Orang kaya tersebut adalah sebagian orang golongan santri.
Keagaamaan di Mojokuto di kota Mojokuto terdapat dua aliran islam yaitu santri dan abangan. Islam santri yaitu masyarakatnya memang menghayati ajaran islam tanpa tersentuh dengan ajaran abangan. Islam abangan yaitu islam yang merupakan buah hasil dari aliran animistik, brahma budha, dan islam. Salah satu ajaran islam abangan yaitu pesta bersama atau slametan. Slametan diadakan hampir setiap kesempatan yang memiliki arti ritual. Biasanya dilaksanakan pada sore hari menjelang matahari tebenam yang dihadiri oleh tamu undangan.
Sistem pertanian Masalah utama didesa tersebut yaitu masalah organisasi tenaga kerja untuk memecahkan masalah-masalah ini yaitu menciptakan mekanisme pembagian kerja. Dengan cara ini tenaga intensif dapat di kerjakan disawah-sawah khusus dengan waktu yang tepat, selain itu mereka akan membagi hasil panen secara merata dengan begitu mereka akan sanggup bertahan hidup.
Sistem kasta Salah satu kasa di Mojokuto adalah kasta priyayi, priyayi adlah seseorang yang mempunyai hubungan keturunan dengan raja dan dengan demikian diperbolehkan untuk memmakain gelar di depan nama mereka. namun istilah ini sekarang di pakai lebih umum untuk pejabat pemerintah, pegawai-pegawai, guru, dan semua orang yang bisa baca tulis. Etika priyayi mencangkup pilihan moral, pilihan moral tersebut adalah demi pembentukan jiwa dan pemebntukan jasmaninya. Sedangakna untuk agama priyai tidak tertarik dengan slametan mereka hanya tertarik dengan hal mistis dan ramalan.
Inti dari keyakinan priyai adalah pengalaman efektif dari setiap pribadi, kaum priyayi hanya menaruh perhatian akan keadaan hati yang diartikan sebagai keadaan umum dari kehidupan emosionalnya.
BAB III KESELARASAN DAN KEBERSAMAAN: SUATU PENJELAJAHAN AWAL
Keselarasan adalah persepsi manusia tentang keteraturan hubungan antara unsur-unsur yang menghuni alam. Kebutuhan rohani keselarasan dipandang sebagai pegangan utama dalam menjamin ketentraman batin serta pemahaman seseorang akan tempatnya di tengah jagat atau kosmos.
Keselarasan hubungan unsur kosmos Orang jawa membedakan dua macam jagat Jagat gede(makrokosmos) Jagat cilik(mikrokosmos)
Jagat gede Jagat gede mencakup semua lingkungan tempat seseorang hidup. Menurut pandangan orang jawa, jagat gede terdiri dari segala macam unsur baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.
Jagat cilik Jagat cilik adalah diri dan batin manusia itu sendiri. Jagat cilik sebagai jagat kecil merupakan jagat yang harus diupayakan terus keselarasaannya, keselarasan hubungan antara batin dan jasmaninya. Dan jagat cilik sebagai bagian atau unsur dari jagat gede harus juga terus menjaga agar hubungannya dengan unsur-unsur lain dari jagat gede selaras.
Pembinaan, pelestarian keselarasan dan keseimbangan dalam budaya jawa tidak hanya dengan ”nilai hormat” semata melainkan dengan nilai jatmika(simpatik) dan adi peni atau adi luhung(indah atau apik)
Kaum paderi mendapat pengaruh kuat dari kaum wahabi. Abad ke19 melancarkan perang saudara yang ingin menundukkan syarak. Abad 20 alam minangkabau digoyahkan oleh kekuatan politik, ekonomi dan reformis islam.
Pandangan hierarkis di jawa terpelihara. Minangkabau sebagai akibat pandangan dunia yang “mosaik” lahir suatu alam “mosaik” baru. Sosial order di mana jagat itu bukan lagi suatu jagat bulat yang utuh melainkan suatu dunia dengan sekian banyak mekanisme sosial dengan sekian banyak aturan permainan.
BAB V Perkumpulan Kredit Bergilir “ Tahap Menengah ” dalam Pembangunan”
Pembentukan suatu lembaga harus di seseaikan dengan berbagai kebutuhan yang ada serta harus sesuai dengan berbagai pola yang ada di masyarakat , lembaga tersebut juga harus bertujuan untuk menggalakkan penabungan dana secara berencana serta “ bertujuan tertentu ”.
Tumbuh Terhadap Sebagai lembaga menengah
1. Perkumpulan kredit bergilir Jawa Timur
Giliran ditentukan atas Lebih berorientasi ke Memiliki tujuan untuk
a. pola-pola kerjasama tradisional dan arisan di wilayah pedesaan jawa Semua kerjasama di desa di dasarkan pada faktor geografis , karena itu yang utama dikembangkan adalah semangat kerjasama secara umum . Model umum kerjasama bergilir antara keluarga-keluarga terdapat segala bidang kehidupan petani tradisional . Pola penguasaan tanah , misalnya di dasarkan pada mitos bahwa semua penduduk desa merupakan keturunan pendiri desa .
Hubungan tenaga kerja , dalam pola tradisional diatur menurut cara yang sama . Dua tipe kerjasama utama Kerja kelompok Timbal balik Bahkan pola upacara keagamaan di desa-desa “ selamatan ” mencerminkan pola komunialisme bergilir ini .
b. Arisan di kota-kota Pulau Jawa Di kalangan orang elite kota , arisan menjadi lembaga yang luar biasa populer , terutama kaum wanita . Arisam dipandang dari segi praktisnya , pentingnya sebagai alat , dan sebagai mekanisme penggunaan penghasilan seseorang secara efektif , dibandingkan dengan yang dilakukan penduduk desa . Di kota penentuan penarikan berdasarkan undian saja bukan berdasarkan musyawarah .
Arisan di kota kebanyakan untuk perkumpulan serikat pekerja atau partai : tujuannya adalah untuk mengumpulkan para anggotanya dalam suasana informal yang menurut mereka dapat mempererat hubungan kerja pada kelompok tersebut . Dengan demikian terjadilah pergeseran dari integrasi desa ke arah dimana integrasi tersebut berdasarkan atas kepentingan masing-masing kelompok .
2. P erkumpulan Kredit Bergilir di Asia Swatow, Cina Selatan Disini sebuah perkumpulan kredit bergilir selalu diprakarsai oleh orang yang memerlukan sejumlah uang untuk maksud-maksud tertentu . Jelas sistem ini tidak berbeda jauh dengan sistem arisan jawa . Kolp mejelaskan secara rinci eratnya hubungan kekeluargaan di desa-desa Cina .
b. Jepang Masyarakat petani Jepang menamakan Arisan dengan sebutan Ko , pengadaan dana secara bersaing . Ko , secara umum khusus diprakarsai oleh orang yang memerlukan uang , maka orang tersebut akan mengumpulkan temannya dan meminta mereka menyediakan pinjaman sebesar yang di inginkan . Jika jumlah peserta lebih besar , pelunasan mungkin tidak selesai dalam waktu dekat , kemudian jika meninggal dan digantikan ahli warisnya . Ko dibentuk dengan tujuan lebih ke arah hiburan dibandingkan keuangan .
c. Shanghai, Cina Tengah Disini , pengatur sebuah perkumpulan dinamakan hui , pembentukan hui dalam masyarakat yang berpusat pada keluarga inti . Hui terbentuk dalam lingkungan kelompok kerabat . Semua kerabat diwajibkan ikut , atau bisa diwakilkan salah satu kerabat untuk menggantikan . Tujuan di adakannya hui tersebut berkaitan dengan upacara perkawinan atau upacara penguburan keluarga yang meninggal .
d. Peking, Cina Utara Contoh perkumpulan kredit bergilir disini berupa jenis pelelangan yang memiliki tujuan yang khusus bersifat ekonomi . Pendiri perkumpulan disini harus menandatangani sebuah surat perjanjian tertulis yang mencantumkan kewajibannya secara rinci , disertai tanda tangan dua peserta lain yang menjaminnya .
e. Vietnam Di Vietnam kredit bergilir disebut Ho ( keluarga ) berada di desa-desa dan berfungsi berdasarkan pola sosial . Akan tetapi di wilayah kota Vietnam Ho lebih mendekati ke arah “ bisnis ”. Ho dikota diatur oleh manajer profesional ,. Cara penyelenggaraan ho hampir sama dengan Jepang / Cina . Disini manajer merupakan bankir profesional kecil-kecilan yang biasa disebut dengan Nguyen. Ia menyisihkan sebagian uang yang disetorkan oleh anggotanya untuk dipinjamkan pada anggota lainnya .
3. Perkumpulan Kredit Bergilir di Afrika Suku Bulu Di semua Afrika,bunga tidak diperhitungkan dan tidak diadakan penawaran . Umumnya pola terbatas pada pekerja-pekerja upahan serta pegawai negeri yang sedikit sekali berorientasi pada uang . dana nya waktu diterima cenderung untuk keperluan adat . Aspek ekonomi suku ini seluruhnya terletak pada struktur sosial suku .
b. Suku Nape Peranan pemimpin disini sangat kuat dalam menentukan urutan para penerima uang . pemimpin ini dinamakan “raja dashi ” / orang terkemuka dalam masyarakat . Raja dashi diperbolehkan sekali -kali meminjam uang dari dana kredit bergilir untuk kepentingan sendiri dengan syarat disetujui oleh anggota lainnya dan tidak merusak rencana awal yang telah disepakati .
c. Kaum Yoruba Disini terbagi atas sub-sub perkumpulan . Dan terdapat sistem yang agak berbau birokrasi , karena ketua Esusu mungkin tidak mengenal secara pribadi semua peserta . Ia hanya berhubungan dengan ketua sub kelompok . Disini penggelapan dana tidak dapat dihindarkan karena kurang intimnya hubungan antara ketua dan semua anggotanya .
d. Suku Ibo Disini , perkumpulan kredit bahkan menjadi lebih besar dibading suku Yoruba. Setiap peserta harus mempunyai satu orang sanak saudaranya yang lebih tua untuk menjaminnya . Disini ketua yang menetapkan masing-masing penerima , berdasarkan sogokan palin besar yang diterima ketua .
e. Keta , Ghana Disini , jumlah iuran setiap peserta tidak ditetapkan secara detail melainkan berubah-ubah sesuai penilaian spekulatif perorangan . Kesadaran akan perhitungan ekonomis disini tetep tidak menghilangkan aspek sosial dan ikatan solidaritas yang dimiliki setiap anggota .
Perkumpulan Kredit Bergilir dan Pembangunan Ekonomi Perkumpulan kredit bergilir merupakan lembaga menengah hasil dari pergeseran dari masyarakat tradisional agraris menjadi masyarakat komersial dan kemudian meuju masyarakat modern. Kepentingan-kepentingan ekonomi haarus diberi kesempatan untuk beroperasi secara terpisah dari hambatan non- ekonomi hingga sampai ke tingkat yang lebih tinggi .
Perkumpulan kredit bergilir merupakan gerakan ke arah lembaga yang semakin formal tidak bersifat pribadi serta bersifat khas ekonomi . Hal ini merupakan cerminan makin merosotnya kepentingan unsur ritual, penunjang solidaritas perkembangan pola organisasi yang makin rumit serta kalkulasi dagang . Dengan demikian kredit bergilir sebagai lembaga peralihan yang mencerminkan dua kekuatan yang berlawanan . Ada dorongan yang memisahkan aktivitas yang bersifat ekonomi serta non- ekonomi .
BAB VI KI HAJAR DEWANTARA DAN SEKOLAH TAMAN SISWA Catatan Mengenai Teori Pendidikan di Luar Sistem Penjajahan
Sekolah Eropa Sekolah Barat Sekolah Bahasa Bumi Putra Sekolah Bumi Putra Empat unsur utama oleh John Furnivall dalam Colonial Policy And Practice yaitu:
Sekolah Eropa ( Europeesche Scholen ) Diadakan untuk anak pejabat kolonial yangdalam beberapa kasus menerima beberapa orang anak golongan elite setempat. Berada diluar sistem metropolitan yang menjai pegangan mereka dalam hal pendidikan.
Sekolah Barat Menerima anak dari warga negara jajahan tetapi yang melayani kebutuhan usaha penjajah serta menggunakan bahasa barat sebagai bahasa pengantar.
Sekolah Bahasa Bumi Putra Didirikan oleh pemerintah jajahan atau lembaga-lembaganya. Berdasarkan konsepsi dan kurikulum barat, tetapi bahsa pengantarnya adalah bahasa daerah.
Sekolah Bumi Putra Umumnya berada diluar lingkaran kepentingan kolonial. Banyak berwujud sekolah agama yangmemang telah ada semenjak sebelum zaman penjajahan.
Arti dari masing-masing unsur ini berbeda-beda tergantung pada situasi penjajahan tertentu. Dalam beberapa kasus sekolah bumi putra merana dan dibubarkan ketika perubahan sosial yang dirancang penjajah semakin meningkat. Tetapi adakalanya sekolah-sekolah bumi putra tetap hidup subur dan menyambut perubahan dengan perlawanan, usaha meniru atau mengkritik diskriminasi serta rencana-rencana penyesuaian yang disusun secara hati-hati.
Fokus persoalan sekolah bumi putra yaitu tentang penyesuaian atau adaptasi Yaitu bagaimana konsep di luar sistem penjajahan mampu mengimplikasikan hubungan antarkebudayaan (penjajah dan bumi putra) bagi pembangunan nasional dengan pemikiran luar penjajahan yang banyak memberikan sumbangan karena telah banyak mengenali kesulitan-kesulitan rakyat jajahan, dan mengajukan pemecahannya.
Sesuai dengan teori pendidikan Ki Hajar Dewantara pendiri taman siswa di Pulau Jawa pada masa Hindia Belanda. M erupakan contoh tepat pendidikan yang direncanakan untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul akiat perbenturan timur dan barat
Sejarah Singkat Tentang Ki Hajar Dewantara Dilahirkan dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. 1908 masuk sebagai mahasiswa di sekolah dokter di Jakarta ketika berumur 19 tahun. Di sekolah dokter ia berkenalan dengan sekelompok rekan siswa yang membentuk perhimpunan yangdikenal sebagai Boedi Oetomo (Usaha Mulia) Lalu berhenti belajar pada sekolah dokter karena kesulitan biaya tapi sebenarnya ingin hidup sebagai wartawan pers Nasional Indonesia (1913) Menulis pamflet yang mendapat banyak perhatian “Als Ik Een Nederlander” (Andaikata Saya Seorang Belanda) Bersama 3 wartawan lain akhirnya ia ditahan dan dipenjarakan kemudian dibuang ke Pulau Bangka Hukuman akhirnya diubah dengan pembuangan ke Belanda selama empat tahun. 1913-1917 namun mundur karena Perang Dunia II dan akhirnya kembali pada tahun 1919 Saat kembali ke Indonesia ia ditawari pekerjaan sebagai editor serta penulis tajuk rencana oleh harian nasional Awalnya bermukim di Semarang kemudian pada 1921 kembali ke Yogyakarta Disinilah ia menjadi anggota kelompok diskusi budaya, Sarasehan Slasa Kliwonan , yangmemberikan dorongan bagi kematagan keputusannya untuk mendirikan sistem sekolah nasional
Taman siswa Pada diskusi kelompok mengenai situasi penjajahan yang sulit ia menciptakan pendidikan yang benar-beanr berjiwa bumiputra, yang akan menanamkan nilai-nilai kemerdekaan dan nasionalisme dalam jiwa para pemuda sebagai dasar perjuangan politik menuju kemerdekaan.
Konsep dasar pedagogi Soewardi, taman siswa bukan reaksi anti penjajahan yang tradisional belaka, ia secara sadar bersifat progresif dan berpikiran terbuka, dengan mengambil dari barat apa saja yangbernilai dan merupakan sumbangan positif terhadap kehidupan Indonesia, tetapi berusaha mencangkokkannya pada batangtubuh bumi putra yang sehat, serta subur. Taman siswa merupakan kontunuitas dan perubahan yang berlangsung terus.
Prinsip utama taman siswa Prinsip utama taman siswa dikenal sebagai sistem among atau amongsystem dalam bahasa belanda Dalam kata among terkandung pengertian ’satu-satunya’ atau seorang diri’ dan kadang-kadang individu. Sistem among berarti membangun pendidikan disekelilinganak, secara maksimum memanfaatkan nalurinya untuk mendidik diri
Ki Hajar Dewantara memberi tekanan pada pentingnya kebudayaan anak sebagai bagian yang penting dari kebudayaan masyarakat seluruhnya. Dalam studi mendalamnya mengenai permainan anak-anak, ia berpendapat bahwa permainan merupakan ungkapan alamiah dari proses pelajaran anak yang normal dan alat-alat budaya yangkaya bagi induksinya sendiri dalam masyarakatnya
Menekankan kemandirian sebagai prinsip dasar pendidikan, teori taman siswa juga menyebutkan bahwa pembawaan anakyang sehat dapat membawa keahdiran teman-temannya. Dengan meperluas hal ini terjadilah hubungan eksplisit antara kemerdekaan intelektual sang anak sebagai tujuan dari pendidikannya
Konsep Trikon Pergaulan dengan orang asing juga dapat membawa kemajuan budaya, namun harus mengikuti rute atauetunjuk-petunjuk agar kemajuan sebuah bangsa dapat maksimal. Hal ini tertuang dalam konsep trikon yaitu: Kontinuitas Konvergensi Konsentri
Kontinuitas : kesinambungan dengan masa lampau dengan melestarikan kepribadian dan keunikan suatu budaya konvergensi : penemuan titik persatuan dengan dunialuar dan akhirnya dengan seluruh dunia Konsentris : bersatu, namun dengan mempertahankan kepribadian sendiri
Konsep trikon merupakan tema favorit kedua yang memberi kekuatan dinamis kepada prinsip dasar sistem among. Karena itu Ki Hajar Dewantara sanggup memecahkan masalah nilai tradisional yanglestari sambil mendorong kemajuan serta kemampuan mengadakan penyesuaian. Dari ketiga konsep tersebut, konsep konvergensi yang paling menarik perhatian Dewantara karena konvergensi dianggap sebagai kekuatan yang mempertemukan timur dan barat yang dapat mempersatukan bangsa indonesia dengan keberagaman bahasa daerah, dialek, tradisi keagamaan serta sub-kultur. Prinsip ini akan mempengaruhi cara pemberian pelajaran.
Sesuai dengan prinsip demikian, sekolah taman siswa dikonsepsikan sebagai sebuah rumah tangga dengan guru kepala dan istrinya sebagai bapak dan ibu bagi keluarga bersangkutan. Intinya lingkungan sekolah dibuat semirip mungkin dengan lingkungan rumah sebagai upaya melestarikan apa yang dimiliki Sekolah sebagai unit keluarga menurut Ki Hajar Dewantara berasal dari lembaga Indonesia tradisional pondok. Dimana sistem pondok dengan pengajaran berbasis agama berasrama juga menawarkan sistem pangajaran bertingkat. Aspek paling utama adalah, bahwa dari tingkat terendah hingga tertinggi semua bersatu dalam satu komunitas pendidikan yaitu : Cita-cita Taman Siswa
Sesudah periode orang Jawa berusaha mengambil alih serta meniru tanpa arti hal-hal dari kebudayaan Barat. Hal ini memberikan kesadaran bahwa pendidikan tak dapat dipaksakan dari luar dan bahwa suatu sistem hanya bisa berkembang jika bertumbuh dari gaya hidup sendiri.
Bab XI Adaptasi Tekhnologi di Kabupaten Klaten Dengan Acuan Khusus Pada Industri LOGAM DAN TENUN
Alternatif Bagi Pembangunan Industri Dasawarsa Pembangunan Ketidakadilan sosial 75 % penduduk dunia (negara berkembang hanya menerima 20% pendapatan dunia USAHA PEMERATAAN
Walaupun Usaha pembangunan dapat dikatakan berhasil namun hal tersebut tidak tercermin dari kehidupan rakyat miskin yang tidak memperlihatkan peningkatan. Perbandingan pendapatan perkapita di pedesaan dan perkotaan terus mengalami peningkatan. Hal ini justru memperlihatkan pembangunan yang belum merata. 1971 1972 1973 1974 Perkotaan 245871 268293 293973 307577 pedesaan 3204 31278 33903 35862
Jenis komoditi produksi di tentukan oleh permintaan dari golongan kaya mengakibatkan pembangunan perindustrian tidak berimbang. Diantara perusahaan industri besar berkembang, banyak industri kecil yang bangkrut. Produksi barang mewah Usaha kecil
Nampaknya ketidakadilan ini menimbulkan kesadaran bagi perancangan kebijakan pembangunan. Sehingga dalam Pelita III pemerataan perekonomian menjadi prioritas UTAMA. Namun sangat disayangkan kebijakan tersebut justru menurunkan pertumbuhan ekonomi dari 7,6 % menjadi 6,5 %. Beberapa ahli mengemukakan angka 6,5 % masih terlalu tinggi karena akan mendorong pemerintah untuk membangun sektor modern dan mengabaikan sektor tradisional.
Pertumbuhan industri kecil dan industri pedesaan di Klaten Klaten terletak antara 2 persimpangan jenis Kultur. Struktur Feodal Struktur Sosial Dualistik SEKTOR TRADISIONAL SEKTOR KAPITALIS memaksa
INDUSTRI LOGAM DAN TENUN DI KLATEN Industri logam telah berkembang pada abad ke 17 dan pada masa perang dunia ke I pengrajin logam klaten dituntut untuk memodernkan produksinya. Karena pabrik-pabrik mulai mengalami kekurangan pasokan suku cadang dari Eropa maka pabrik mulai beralih pada industri kecil . GAMBARAN UMUM
Jumlah tenaga kerja dari kampungnya sangatlah minim karena penduduk Klaten memiliki jiwa wirausaha yang tinggi. 2 ciri pengecoran logam Stabilitas Cukup Stabil dan tidak mengalami banyak perubahan dalam proses pengecoran logam. Homogenitas Peralatan dan tekhnik yang digunakan setiap perusahaan relatif sama . Penyerapan tenaga kerja Tekhnologi dan proses produksi
PEMASARAN
Pembangunan cenderung lebih mengarah ke daerah-daerah yang lebih berkembang dari segi ekologi dan ekonomi dalam mengalokasikan sumber-sumber daya yang langka. Dalam kegiatannya industri logam klaten di dukung oleh dua lembaga besar yakni BIPIK-ILM (Bimbingan dan penyuluhan Industri kecil – Industri logam dan mesin) dan M.I.D.C (Pusat pembangunan Industri Logam). Berkat dua lembaga ini dibentuk koperasi pusat permesinan pengerjaan yang telah mempunyai 56 anggota perusahaan. Tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan koperasi tersebut belum bekerja maksimal. Dukungan Kelembagaan
INDUSTRI TENUN Sejarah kemunculan industri tenun tidak sebaku industri logam, Karena pada dasarnya industri tenun merupakan industri yang telah tersebar luas dan sulit mencari perintisnya. Di Klaten, industri tenun berpusat di Cawas, Pedan, Juwiring, Dan Polanharjo. Kegiatan ini banyak dilakukan wanita disela kesibukannya. Industri Tenun mencapai puncak kejayaannya pada Tahun 1957-1965, setelah itu mundur perlahan. Sebenarnya pemerintah telah berusaha untuk memperbaiki kondisi kemunduran tersebut dengan cara memberikan subsidi bahan baku murah melalui koperasi “Persatuan pengusaha tenun Pedan” namun sayangnya hal itun tidak berhasil karena korupsi yang dilakukan oleh manipulator. Gambaran Umum
Dalam penelitian ini dilakukan wawancara terhadap 29 pengusaha tenun. Hasilnya sebagai berikut . Sedangkan penyerapan tenaga kerjanya sebagai berikut. Penyerapan tenaga kerja
Produksi dan Tekhnologi
Permasalahan dalam pemasaran adalah harga penjualan yang murah, pemasarannya pun tidak terlalu luas hanya sebatas Yogya, Klaten, Dan Surakarta. Pemasaran