Kel 2 Farmasi Komunitas- Konseling, Informasi, Edukasi.pptx

kikirawitri1 2 views 39 slides Oct 20, 2025
Slide 1
Slide 1 of 39
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39

About This Presentation

Kel 2 Farmasi Komunitas- Konseling, Informasi, Edukasi.pptx


Slide Content

KONSELING Oleh : Kelas 5H (kelompok 2) UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA ALWASHLIYAH Farmasi komunitas Dosen pengampu : apt.Kiki Rawitri,S.Farm,M.Farm

Anggota Kelompok: Cindy Aulia Sari (232114066) Putri wahyu ningsih gultom(232114060) Risyania Cintika Sirait (232114079) Sarah Alyssa Indriani(232114050) Rizky Dinda Lestari(232114058) Nisa Ul Hafizdah (232114071) M.Ainur Rifqi (232114123)

KONSELING Farmasi komunitas merupakan tempat terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Konseling farmasi merupakan bagian penting dari praktik kefarmasian yang menempatkan apoteker sebagai edukator dan komunikator dalam terapi pasien. Melalui kegiatan konseling, apoteker berperan memastikan pasien memahami dengan benar cara penggunaan obat, efek samping yang mungkin muncul, serta tujuan pengobatannya.

Konseling apoteker merupakan proses interaktif antara apoteker dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan,pemahaman,kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. (Permenkes RI Nomor 73 (2016) Hlm 18) Pharmacist counseling is an interactive process of providing medication information and guidance to patients to ensure safe and effective drug use.” (ASHP. (2020). ASHP Guidelines on Pharmacist-Conducted Patient Education and Counseling. hlm. 1.) A.PENGERTIAN

1. Permenkes No. 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pasal 1 ayat (4): pelayanan kefarmasian mencakup pelayanan resep, informasi obat, dan konseling pasien. Pasal 15 & 60: apoteker wajib memberikan konseling, terutama untuk pasien dengan terapi baru, penyakit kronis, atau terapi jangka panjang. 2. PMK No. 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Konseling merupakan bagian dari pelayanan yang menjamin penggunaan obat yang tepat, aman, dan efektif. Memberikan dasar resmi bagi apoteker untuk melakukan konseling kepada pasien. B.Landasan Hukum

Mengetahui cara penggunaan yang benar ➤ Pasien perlu tahu kapan, berapa dosis, dan bagaimana cara minumnya (sebelum makan, sesudah makan, dsb). Memahami tujuan terapi obatnya ➤ Pasien harus tahu untuk apa obatnya diminum C.Tujuan Konseling 01. 02. Dapat mengenali efek samping yang mungkin timbul ➤ Pasien diberi tahu efek samping ringan maupun serius yang mungkin muncul, dan kapan harus segera ke dokter. Mengetahui apa yang harus dilakukan jika lupa atau salah minum obat ➤ Pasien harus tahu langkah aman kalau terlupa atau overdosis ringan 03. 04. 05. Memiliki motivasi untuk mematuhi terapi ➤ Apoteker memberi motivasi dan dukungan agar pasien tetap disiplin minum obat sesuai anjuran.

D.Pasien yang Memerlukan Konseling Farmasi Misalnya : Geriatri (lansia), pediatri (anak-anak),Wanita hamil atau menyusui,pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati. 1. Pasien dengan kondisi khusus Misalnya : pada pasien Tuberkulosis (TB), Diabetes melitus (DM), Epilepsi, Hipertensi. 2. Pasien dengan penyakit kronis atau terapi jangka panjang Misalnya: Digoksin, Fenitoin. Obat-obat ini memiliki rentang dosis sempit, sehingga konseling penting untuk mencegah efek toksik atau kekurangan efek terapi. 3. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit. 📘 Sumber: Kemenkes RI. (2016). Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Halaman 18. 📘 Sumber: Kemenkes RI. (2016), hlm. 19. 📘 Sumber: Dipiro, J. T. et al. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 11th ed. McGraw-Hill. Halaman 42–43.

D.Pasien yang Memerlukan Konseling Farmasi Karena : Risiko interaksi obat tinggi, sehingga perlu pemantauan dan edukasi. 4. Pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi) Apoteker berperan untuk memotivasi, memantau, dan memberikan edukasi agar pasien lebih patuh. 5. Pasien dengan kepatuhan rendah terhadap pengobatan 📘 Sumber: Kemenkes RI. (2019). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Halaman 22. 📘 Sumber: Nugraheni, N., & Kristina, S. A. (2021). Konseling Pasien dalam Praktik Farmasi Komunitas. Jurnal Farmasi Indonesia, 19(1), 58–60.

E.Tahapan Kegiatan Konseling 1.⁠ Membuka komunikasi dengan pasien/keluarga. 2.⁠ Mencatat identitas pasien dan informasi obat (nama, dosis, aturan pakai, dokter, waktu minum). 3.⁠ Memastikan identitas pasien dengan pertanyaan terbuka. 4.⁠ Mengidentifikasi masalah terapi obat dan kebutuhan pasien. 5.⁠ Menilai pemahaman pasien melalui Three Prime Questions. 6 . Memberikan penjelasan, edukasi, dan solusi terkait penggunaan obat. 7. Meminta pasien mengulang penjelasan untuk memastikan pemahaman. 8. Verifikasi akhir & dokumentasi konseling (tanda tangan pasien). “Menurut Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek,Hlm 44,(2019);Tahapan kegiatan konseling meliputi:”

F. Three Prime Questions Metode klasik dalam konseling adalah Three Prime Questions: 1.⁠ ⁠Apa yang dijelaskan dokter tentang obat ini? 2.⁠ ⁠Bagaimana cara menggunakan obat ini? 3.⁠ ⁠Apa yang diharapkan dari obat ini? •⁠ ⁠Metode ini membantu apoteker menilai sejauh mana pemahaman pasien sebelum memberikan informasi lebih lanjut. •⁠ ⁠⁠Pendekatan ini bertujuan agar komunikasi antara apoteker dan pasien menjadi dua arah, efektif, serta membantu pasien menggunakan obat dengan tepat, aman, dan rasional. “Three Prime Questions” terdapat di Permenkes No. 73 Tahun 2016, hlm. 60)

G. Materi Konseling Informasi yang disampaikan apoteker harus mencakup: ⁠Nama obat, indikasi, dosis, dan lama terapi. Cara penggunaan yang benar. ⁠“Counseling should cover drug name, indication, directions for use, expected benefits, side effects, and storage instructions.” Di kutip dari (ASHP, 2020, p.1–2) 01. 02. 03. Efek samping yang mungkin muncul. 04. Tindakan jika dosis terlewat. 05. Cara penyimpanan obat.

H. Teknik Komunikasi Efektif Dalam konseling, apoteker wajib menggunakan bahasa *sederhana* yang mudah dimengerti pasien. Teknik komunikasi efektif meliputi: Active listening (mendengarkan aktif). Empathy (menunjukkan empati terhadap kondisi pasien). “Effective pharmacist-patient communication ensures comprehension and enhances medication adherence.” (ASHP, 2020, p.2) 01. 02. 03. Teach-back method (meminta pasien menjelaskan ulang informasi).

I. Ruang Konseling ⁠“Ruang konsultasi atau konseling pasien dapat berada di area apotek dengan fasilitas yang menjamin kerahasiaan informasi pasien.” Dikutip dari (Permenkes No. 35 Tahun 2014, hlm. 46) Konseling sebaiknya dilakukan di tempat yang tenang, tertutup, dan bebas gangguan untuk menjaga kerahasiaan pasien. Apotek wajib menyediakan ruang khusus konseling.

J. Dokumentasi Konseling Dalam (Permenkes No. 35 Tahun 2014, hlm. 61) disebutkan: “Setiap kegiatan konseling wajib didokumentasikan sebagai bukti pelayanan farmasi yang diberikan oleh apoteker.” Artinya: Setiap kegiatan konseling harus dicatat dalam formulir yang berisi: nama pasien, nama obat, hasil diskusi, serta tanda tangan apoteker. Dokumentasi ini penting untuk evaluasi mutu dan audit pelayanan kefarmasian.

K.Tantangan di Lapangan Dalam (Showande SJ et al., Journal of Pharmaceutical Practice, 2022) _ disebutkan : “The main barriers to counseling are lack of time, patient overload, and insufficient communication training.” Masih banyak hambatan dalam pelaksanaan konseling di apotek, seperti: - Keterbatasan waktu apoteker. - Kurangnya pelatihan komunikasi. - Literasi kesehatan pasien yang rendah. - Ruang konseling yang belum memadai.

L. Efektivitas Konseling Farmasi Penelitian menunjukkan bahwa kegiatan konseling efektif meningkatkan kepatuhan minum obat dan mengurangi angka kesalahan penggunaan. “Patient counseling interventions were associated with significant improvement in medication adherence and reduction in medication errors.” (Tadesse YB et al., BMC Health Services Research, 2023)

M.Perbedaan Konseling dan Pelayanan Informasi Obat(PIO/PIL) Dalam pelayanan kefarmasian, konseling dan pelayanan informasi obat (PIO) memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan penggunaan obat yang rasional , namun keduanya berbeda dalam cara penyampaian, sasaran, dan bentuk komunikasi.

ASPEK KONSELING PELAYANAN INFORMASI OBAT(PIO/PIL) REFERENSI Definisi Proses komunikasi dua arah antara apoteker dan pasien untuk membantu pasien memahami, mematuhi, dan menggunakan obat secara tepat, aman, dan efektif. Kegiatan penyediaan dan penyebaran informasi obat yang akurat, jelas, dan terkini kepada tenaga kesehatan maupun pasien, untuk menunjang penggunaan obat yang rasional. Permenkes RI No. 35 Tahun 2014, *Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek*, Bab VI, hlm. 60. Sifat Komunikasi Interaktif (ada tanya-jawab langsung dengan pasien). Umumnya satu arah (apoteker memberikan informasi, bisa melalui media tertulis atau lisan). Depkes RI, *Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Apotek*, 2006, hlm. 25. Tabel Perbandingan Konseling dan PIO

ASPEK KONSELING PELAYANAN INFORMASI OBAT(PIO) REFERENSI Tujuan Utama Memastikan pasien memahami dan mampu menggunakan obatnya sendiri dengan benar. Memberikan informasi ilmiah dan objektif tentang obat, baik untuk pasien maupun tenaga kesehatan. Koda-Kimble et al., *Applied Therapeutics: The Clinical Use of Drugs*, 2012, hlm. 25–27 Sasaran Pasien langsung (individual). Umumnya satu arah (apoteker memberikan informasi, bisa melalui media tertulis atau lisan). Permenkes RI No. 73 Tahun 2016, *Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit*, Bab V, hlm. 43

ASPEK KONSELING PELAYANAN INFORMASI OBAT(PIO) REFERENSI Waktu Pelaksanaan Saat pasien menerima obat atau saat tindak lanjut terapi Dapat dilakukan kapan saja jika dibutuhkan informasi obat tertentu. Tjay & Rahardja, *Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya*, Edisi 7, 2017, hlm. 16. Contoh Kegiatan Menjelaskan cara pakai obat, efek samping, penyimpanan, dan apa yang harus dilakukan bila dosis terlewat. Memberikan informasi tentang interaksi obat, dosis terapi, stabilitas, atau kandungan obat tertentu. Permenkes No. 35 Tahun 2014, hlm. 61.

ASPEK KONSELING PELAYANAN INFORMASI OBAT(PIO) REFERENSI Dasar Hukum Permenkes No. 35 Tahun 2014 (Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Bab VI). Permenkes No. 73 Tahun 2016 (Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Bab V) serta tercantum juga dalam Permenkes No. 35 Tahun 2014. Permenkes No. 35 Tahun 2014 & Permenkes No. 73 Tahun 2016.

(Terkait dialog konseling, PIO) N. CONTOH RESEP 1. RESEP SATU (Penyakit kardiovaskular)

1. Dialog Konseling Obat Apoteker: “Selamat pagi, Pak Azzam. Ini obat dari dokter untuk membantu mengontrol tekanan darah dan kolesterol Bapak, ya.” Pasien: “Iya, Bu. Obatnya banyak kali, ya?” Apoteker: “Yang pertama ini Simvastatin, diminum satu kali sehari malam sebelum tidur. Gunanya untuk menurunkan kolesterol dan mencegah penyumbatan pembuluh darah. Jangan diminum dengan jus jeruk grapefruit, dan hindari alkohol agar hati Bapak tetap sehat.” Pasien: “Oh, begitu. Kalau yang satunya ini, Bu?” Apoteker: “Yang ini Amlodipine, untuk menurunkan tekanan darah. Diminum sekali sehari pada jam yang sama setiap hari, sebaiknya setelah makan. Kalau Bapak merasa pusing atau bengkak di kaki, segera lapor ke dokter, ya.” Pasien: “Baik, Bu. Kalau boleh, boleh diminum bareng semua?” Apoteker: “Boleh diminum di waktu yang sama, Pak, tapi sebaiknya Simvastatin malam hari dan Amlodipine pagi hari supaya efeknya optimal. Tetap jaga pola makan rendah garam dan kolesterol, serta rajin kontrol tekanan darah.”

2. INFORMASI OBAT (PIO) - SIMVASTATIN 20 mg 1. Komposisi: Setiap tablet mengandung Simvastatin 20 mg, golongan statin (HMG-CoA reductase inhibitor) yang menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida. 2. Dosis: Dewasa: 10–40 mg sekali sehari malam hari. Resep pasien: 20 mg sekali sehari malam sebelum tidur. 3. Indikasi: Menurunkan kolesterol total, LDL, dan trigliserida. Mencegah penyakit jantung koroner dan stroke. 4. Kontraindikasi: Penyakit hati aktif, kehamilan dan menyusui, alergi terhadap statin. 5. Efek Samping: Nyeri otot (mialgia), gangguan pencernaan, peningkatan enzim hati.

6. Perhatian: Periksa fungsi hati berkala, hindari alkohol dan jus grapefruit, hentikan jika timbul nyeri otot berat. 7. Interaksi Obat: Dengan Amlodipine → batas dosis simvastatin maksimal 20 mg/hari. Dengan Warfarin → meningkatkan efek antikoagulan. Dengan Eritromisin, Ketokonazol, Siklosporin → risiko miopati meningkat. Referensi: - Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics, 14th ed. (2023); - Kemenkes RI, Fornas 2023; - ESC Guidelines for Dyslipidemia (2021); - FDA Drug Label Simvastatin (2023); - Katzung, Basic & Clinical Pharmacology, 16th ed. (2021).

- AMLODIPINE 10 mg 1. Komposisi: Setiap tablet mengandung Amlodipine besylate setara dengan Amlodipine 10 mg, golongan Calcium Channel Blocker (CCB). 2. Dosis: Dewasa: 5–10 mg sekali sehari. Resep tertulis 3x sehari → perlu klarifikasi karena dosis maksimum umumnya 10 mg/hari. 3. Indikasi: Hipertensi dan angina pektoris (nyeri dada akibat jantung). 4. Kontraindikasi: Hipotensi berat, syok kardiogenik, alergi terhadap amlodipine. 5. Efek Samping: Edema perifer, sakit kepala, pusing, palpitasi, kelelahan.

6. Perhatian : Gunakan hati-hati pada gangguan fungsi hati , jangan hentikan mendadak , hindari berdiri tiba-tiba . 7. Interaksi Obat: Meningkatkan efek obat antihipertensi lain. Jika bersama Simvastatin, dosis Simvastatin tidak boleh melebihi 20 mg/ hari . Referensi: - Goodman & Gilman’s (2023); - BNF 84 (2022); ESC Hypertension Guidelines (2023); - Fornas 2023; - FDA Drug Safety Communication (Simvastatin–Amlodipine Interaction), 2023.

3.Brosur/Leaflet

(Terkait dialog konseling, PIO) RESEP DUA (Penyakit endokrin)

Apoteker: “Selamat sore, Bu Annisa. Saya jelaskan cara penggunaan obat Ibu, ya.”a Pasien: “Iya, Bu. Boleh.” Apoteker: “Yang pertama, Metformin 500 mg, diminum 3 kali sehari setelah makan. Gunanya untuk menurunkan kadar gula darah. Jangan diminum sebelum makan supaya tidak membuat perut terasa perih. Hindari juga alkohol agar ginjal tidak terbebani dan mencegah efek samping berat seperti asidosis.” Pasien: “Baik, Bu. Kalau yang insulin gimana?” Apoteker: “Untuk Lantus Solostar, ini suntikan insulin kerja panjang. Disuntik di bawah kulit — bisa di perut, paha, atau lengan atas. Sesuai resep: pagi 20 unit, malam 22 unit. Gunakan jarum baru setiap kali suntik dan rotasi tempat suntikan, ya. Kalau merasa lemas, gemetar, atau keringat dingin, itu tanda gula darah turun. Segera minum atau makan yang manis seperti teh manis atau permen.” Pasien: “Disimpan di mana, Bu?” Apoteker: “Disimpan di lemari es, tapi jangan dibekukan. Kalau sudah dipakai, boleh disimpan di suhu ruang maksimal 28 hari. Jangan lupa jaga pola makan, olahraga rutin, dan kontrol gula darah secara berkala ya, Bu.”

2. INFORMASI OBAT (PIO) - METFORMIN 500 mg 1. Komposisi: Setiap tablet mengandung Metformin hydrochloride 500 mg, termasuk golongan biguanida yang menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan sensitivitas insulin terhadap reseptor di jaringan perifer. 2. Dosis: Dewasa: 500–850 mg, 3 kali sehari setelah makan. Resep pasien sesuai dengan dosis umum: 500 mg 3x sehari sesudah makan. 3. Indikasi: - Mengontrol kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 (DM2). - Cocok digunakan pada pasien dengan berat badan berlebih atau obesitas. 4. Kontraindikasi: - Gagal ginjal berat (eGFR <30 mL/min/1.73 m²). - Gagal jantung atau gangguan hati berat. - Riwayat asidosis laktat.

5. Efek Samping: - Mual, muntah, diare, dan rasa tidak nyaman di perut. - Penurunan kadar vitamin B12 (penggunaan jangka panjang). - Jarang: asidosis laktat (kondisi serius, tapi sangat jarang). 6. Perhatian: - Diminum sesudah makan untuk mencegah nyeri lambung. - Hindari konsumsi alkohol karena meningkatkan risiko asidosis laktat. - Lakukan pemeriksaan fungsi ginjal secara berkala. 7. Interaksi Obat: - Obat kontras iodin: tingkatkan risiko asidosis laktat → hentikan sementara sebelum pemeriksaan radiologi. - Alkohol: dapat meningkatkan risiko efek samping berat. Referensi: - Goodman & Gilman’s (2023); - Fornas (2023); - BNF 84 (2022); - ADA Standards of Care in Diabetes (2023); - Katzung (2021).

- LANTUS SOLOSTAR (INSULIN GLARGINE) 1. Komposisi: Setiap 1 mL mengandung Insulin glargine 100 IU, termasuk golongan insulin kerja panjang (long-acting). 2. Dosis: - Sesuai resep: 20 unit pagi, 0 siang, dan 22 unit malam. - Penyesuaian dosis dilakukan berdasarkan kadar glukosa darah pasien. 3. Indikasi: Mengontrol kadar glukosa darah pada pasien DM tipe 1 dan tipe 2. 4. Kontraindikasi: - Hipoglikemia (gula darah rendah). - Alergi terhadap insulin glargine.

5. Efek Samping: - Hipoglikemia (keringat dingin, lemas, gemetar). - Reaksi di tempat suntikan (gatal, kemerahan, bengkak). - Peningkatan berat badan. 6. Perhatian: - Gunakan jarum baru setiap kali suntik. - Rotasi tempat suntikan (perut, paha, atau lengan atas). - Simpan di lemari es (2–8°C) dan jangan dibekukan. - Jika sudah dibuka, boleh disimpan suhu ruang maksimal 28 hari. 7. Interaksi Obat: - Efek hipoglikemia meningkat dengan sulfonilurea, alkohol, atau beta-blocker. - Obat seperti kortikosteroid dan kontraseptif oral dapat menurunkan efek insulin. Referensi: - ADA Standards of Care (2023); - BNF 84 (2022); - Fornas (2023); - Katzung (2021).

3.Brosur/Leaflet

Kesimpulan Konseling farmasi adalah tanggung jawab profesional apoteker yang berperan penting dalam meningkatkan keamanan, efektivitas, dan kepatuhan terapi pasien. Implementasi konseling yang baik mencerminkan mutu pelayanan kefarmasian di apotek. > “Pharmacists play a key role in ensuring rational drug use through effective patient counseling and education.” (ASHP, 2020, p.2)

DAFTAR PUSTAKA 1. Kementerian Kesehatan RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kemenkes RI. Hal. 1, 46, 59–61. 🔗 https://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._35_ttg_Standar_Pelayanan_Kefarmasian_di_Apotek.pdf 2. American Society of Health-System Pharmacists (ASHP). (2020). ASHP Guidelines on Pharmacist-Conducted Patient Education and Counseling. pp. 1–2. 🔗 https://www.ashp.org/-/media/assets/policy-guidelines/docs/guidelines/pharmacist-conducted-patient-education-counseling.ashx 3. World Health Organization (WHO) & International Pharmaceutical Federation (FIP). (2011). Joint FIP/WHO Guidelines on Good Pharmacy Practice (GPP). Geneva: WHO Press. p. 5–7. 🔗 https://www.who.int/publications/i/item/who-pharm-dap-96-1 4. Showande, S. J., et al. (2022). Patient medication counselling in community pharmacy: content and quality. Journal of Pharmaceutical Practice. 5. Tadesse, Y. B., et al. (2023). Pharmacists’ Medication Counseling Practices and Effect on Adherence. BMC Health Services Research.

Tanya Jawab Sesi tanya jawab dimulai, silahkan ajukan pertanyaan. Hanya tiga🙂‍↔️
Tags