Yoyok Purwanto (241M10195) Willy Rafiud Derajat (241M10203) Obet Wahyu Patria (241M10021) Warin Fatmiasih (241M10190) Siti Yuli Maqfiroh (241M10205) Astried Vanny A (241M10023) MUSYABBIHAH { P A H A M } disusun oleh Kelompok 3
DEFINISI Kelompok yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya dalam sifat maupun bentuk, baik secara lahir maupun hakikat. Yakin bahwa sifat Allah sama / mirip dengan sifat manusia, hewan, atau makhluk lainnya.
POKOK PEMAHAMAN Tasybih ( penyerupaan Allah dengan makhluk ) Penetapan arah dan tempat bagi Allah Meyakini Allah bisa dilihat dengan mata kepala di dunia maupun di akhirat Menganggap sifat-sifat Allah sebagai tambahan dzat ( jisim ). Fanatisme pada pemahaman lahiriah bahasa .
CONTOH "Allah duduk di atas ‘Arsy seperti raja duduk di singgasana" “Allah punya tangan yang nyata, tapi tidak seperti tangan manusia.” (tetap meniscayakan jisim) “Allah berada di langit secara hakikat" (Sambil menunjuk dengan jari ke atas)
Tanpa tasybih ( penyerupaan ). Tanpa takyif ( membayangkan bentuk ). Tanpa tajsim ( menjisimkan Allah). Dengan tafwidh ( menyerahkan makna hakiki kepada Allah) Takwil bila diperlukan untuk menjaga kemurnian tauhid. Imam al-Asy‘ari, al-Maturidi, Imam Nawawi, al-Ghazali, Ibnu Hajar BANTAHAN ULAMA
Allah berbentuk seperti manusia, hanya saja berbeda dari makhluk PARA TOKOH AGAMA (yang mengusung paham musyabbihah ) 1. Hisyām bin al-Ḥakam (w. 179 H) Allah memiliki bentuk tubuh (jism) 2. Hisyām bin Sālim al-Jawāliqī Allah memiliki sifat duduk di atas ‘Arsy secara hakiki 3. Al-Karrāmiyyah (w. 255 H) Allah berbentuk manusia dari cahaya. 4. Mughirah bin Sa‘īd al-Ijlī (w. 119 H) Menyamakan Allah dengan makhluk 5. Dawud al-Jawāri Berpegang terlalu tekstual pada ayat-ayat sifat (misalnya tangan, wajah, istiwā’). 6. Beberapa ulama Hanabilah ghulāt (ekstrem) Ahlussunnah wal Jama‘ah (Asy‘ariyyah & Maturidiyyah) menetapkan bahwa Allah tidak serupa dengan makhluk (لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ – QS. Asy-Syura: 11 )
KESIMPULAN Paham Musyabbihah menyamakan Allah dengan makhluk dalam sifat atau bentuk -Nya. Pandangan ini menyimpang dari ajaran tauhid karena Allah tidak serupa dengan apa pun. Ahlussunnah menolak tasybih dan menegaskan bahwa sifat Allah harus diyakini tanpa menyerupakan dengan makhluk .