Kemitraan dan Hubungan Pemangku Kepentingan - layout updated.pptx

BagusSaputra96 0 views 24 slides Oct 14, 2025
Slide 1
Slide 1 of 24
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24

About This Presentation

kemitraan dan hubungan pemangku kepentingan


Slide Content

Kemitraan dan Hubungan Pemangku Kepentingan dalam Penyelenggaraan Pelatihan

Outline Pendahuluan 01 Kemitraan dalam Penyelenggaraan Pelatihan 02 Pemangku Kepentingan dalam Penyelenggaraan Pelatihan 03 Peran Mitra dalam Manajemen Penyelenggaraan Pelatihan 04

Pendahuluan Lembaga pelatihan / lembaga pengembangan kompetensi SDM memerlukan Jejaring Kerja (networking) untuk menjadikan pencapaian tujuan organisasi lebih optimal Era Disrupsi mendorong untuk melakukan jejaring kerja Pengembangan jejaring kerja dibirokrasi publik dihadapkan pada tantangan fragmentasi birokrasi publik yang begitu besar Latar Belakang

Pendahuluan Materi ini disajikan secara interaktif melalui metode ceramah interaktif , tanya jawab dan diskusi , dan praktik terutama dalam penyusunan berbagai rancangan kerjasama sebagai bagian dari bentuk jejaring kerja Deskripsi Singkat Manfaat utama dari bahan ajar ini adalah sebagai bahan referensi pengelola pelatihan agar dapat membangun kemitraan dan hubungan dengan pemangku kepentingan . Para peserta pelatihan terutama pengelola pelatihana yang mempelajari bahan ajar ini mampu memformulasi konsep , kebijakan dan strategi dirinya untuk terus berkomitmen mengembangkan profesi dan integritas dirinya yang tentunya harus selaras dengan tujuan organisasi atau institusinya Manfaat Bahan Ajar Bagi Peserta

Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran , peserta dalam hal ini para pengelola pelatihan diharapkan mampu membangun jejaring kerja dengan para pengampu kepentingan baik secara nasional dan internasional terutama untuk mendukung tujuan organisasi Kompetensi Dasar a . Menjelaskan berbagai konsep jejaring kerja lintas organisasi nasional dan internasional , rancangan agenda kerja menggunakan jejaring kerja nasional dan internasional ; b. Dapat melakukan analisis , mengungkap dan memetakan jejaring kerja para pemangku kepentingan lintas organisasi nasional dan internasional ; c. Memetakan jejaring kerja pemangku kepentingan antar institusi secara nasional dan internasional . Indikator Hasil Belajar

Materi Pokok dan Sub Materi Pokok 1. Kemitraan dalam Penyelenggaraan Pelatihan Pengertian Kemitraan Tujuan Kemitraan Prinsip dalam Membangun Kemitraan Strategi Membangun Kemitraan antar Pemangku Kepentingan Kunci Sukses Membangun Kemitraan Kegagalan Membangun Kemitraan 2. Pemangku Kepentingan dalam Penyelenggaraan Pelatihan Pengertian Stakeholder Pemetaan Stakeholder Pentingnya Memahami Stakeholder Sebagai Mitra 3. Peran mitra dalam Manajemen Penyelenggaraan Pelatihan Manajemen Penyelenggaraan Pelatihan Peran Mitra dalam Penyelenggaraan Pelatihan Praktik Membangun Kemitraan Penyelenggaraan Pelatihan

Kemitraan dalam Penyelenggaraan Pelatihan A. Pengertian Kemitraan Partnerships are active relationships, built up over time and not abandoned when difficulties are encountered. (Butler 2004 p 13) Partnership tend to be institutional relationships linking together governmental organizations with a mix of private sector business groups, particular firms, and/or public interest and voluntary group ( hodget dan Johnson, 2001) Griffith (2002, dalam Butler 2004 p 39) mensintesis berbagai literatur tentang tipologi kemitraan menjadi spektrum kerja kemitraan sebagai berikut : Stage 1 (‘networking’): ‘relationships are loose and informal. There is no commonly defined mission, structure or planning effort. The main function is information exchange. Members swap information and learn from each other’s experience.’ S tage 2 (‘co-operation’): ‘relationships may be more formal. Members agree to cooperate with each other. Their goals remain individual rather than collective, but they see their future as linked. Some planning and division of roles may be required.’ Stage 3 (‘co-ordination’): ‘group members agree to carry out pieces of work together, which represent collective goals. Each member is now allowing their activities to be influenced by the contributions of other members. Mustopadidjaja (1995, dalam Kumorotomo ) mengungkapkan bahwa Kemitraan yang kukuh yaitu terjadinya kerjasama saling menguntungkan , memperkuat , membutuhkan kerjasama antar pelaku ekonomi , dan penyelenggara pembangunan termasuk pemerintah

Kemitraan dalam Penyelenggaraan Pelatihan B. Tujuan Kemitraan Meningkatkan partisipasi masyarakat Peningkatan mutu dan relevansi Pengembangan organisasi yang lebih efektif Mendorong birokrasi pemerintah untuk Belajar 1 2 6 3 4 5 Kesamaan visi-misi Kepercayaan (trust) Saling menguntungkan Efisiensi dan efektivitas Komunikasi timbal balik C. Prinsip dalam Membangun Kemitraan Komitmen yang kuat

Kemitraan dalam Penyelenggaraan Pelatihan D. Strategi Membangun Kemitraan Antar Pemangku Kepentingan Mengorganisir pelaksanaan kemitraan Menjadi pendengar yang baik Mengupayakan komunikasis intensif dengan calon partner Bersikap sabar tetapi aktif dan proaktif dalam memberi Bersikap lebih cerdas dan selalu menyampaikan informasi yang akurat dan apa adanya Kesinambungan Komunikasi Menggali dan Mengumpulkan Informasi Menganalisis Informasi

Kemitraan dalam Penyelenggaraan Pelatihan E.Kunci Sukses Membangun Kemitraan 1 2 3 4 5 Komunikasi Kepercayaan (trust) Visi Bersama Komitmen Kompromi dan Kesinambungan Jackson, 2017 1 2 4 3 Justification Inclusion Governance and Teams Performance Fox dan Butler (2004 p 36)

Kemitraan dalam Penyelenggaraan Pelatihan E.Kegagalan Membangun Kemitraan Mitra tidak berbagi nilai dan minat yang sama . Hal ini dapat mempersulit kesepakatan tentang tujuan kemitraan . Tidak ada pembagian risiko , tanggung jawab , akuntabilitas atau manfaat . Ketidaksetaraan dalam sumber daya dan keahlian mitra menentukan pengaruh mereka dalam pengambilan keputusan kemitraan . Satu orang atau rekan memiliki semua kekuatan dan / atau penggerak proses. Ada motivasi tersembunyi yang tidak diberitahukan kepada semua mitra . Kemitraan didirikan hanya untuk " menjaga penampilan ". Anggota kemitraan tidak mendapatkan pelatihan untuk mengidentifikasi masalah atau menyelesaikan konflik internal. Mitra tidak dipilih dengan hati-hati , terutama jika sulit untuk " memisahkan diri ".

Pemangku Kepentingan dalam Penyelenggaraan Pelatihan A. Pengertian Stakeholder " setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi “ (Freeman, 1984) " kelompok yang dibutuhkan perusahaan keberadaanya , khususnya pelanggan , pemasok , karyawan , pemodal , dan komunitas “ ( Ackoff , 1974) Carroll & Bucholtz , 1993; Gibson, 2000 ( Bidhan et al, 2010 p 412) membedakan antara pemangku kepentingan primer dan sekunder . Primer mengacu pada kelompok yang dukungannya diperlukan agar perusahaan ada , dan kepada siapa perusahaan mungkin memiliki tugas khusus . Pemangku kepentingan sekunder tidak memiliki klaim formal atas perusahaan , dan manajemen tidak memiliki tugas khusus yang berkaitan dengan mereka ; Namun demikian , perusahaan mungkin memiliki kewajiban moral yang teratur , seperti tidak membahayakan mereka

B. Pemetaan Stakeholder 1 2 3 4 5 Methode The basic stakeholder analysis technique Power Versus Interest Grid Stakeholder Influence Diagram Participation Planning Matrix Bases of Power and Directions of Interest Diagram Stakeholder-issue interrelationship diagrams 6 Bryson (2004) Pemangku Kepentingan dalam Penyelenggaraan Pelatihan

Pemangku Kepentingan dalam Penyelenggaraan Pelatihan 1 The basic stakeholder analysis technique mengidentifikasi pemangku kepentingan dan kepentingan mereka , memperjelas pandangan pemangku kepentingan tentang fokus organisasi , mengidentifikasi beberapa masalah strategis utama dan memulai proses mengidentifikasi koalisi dukungan dan oposisi

Pemangku Kepentingan dalam Penyelenggaraan Pelatihan 2 Power Versus Interest Grid Keterangan : Crowd ( lemah dalam power dan interest) Context Setters ( memiliki power namun interest yang rendah ) Subject ( memiliki interest namun dengan power kecil ) Players ( memiliki power dan interest yang besar )

Pemangku Kepentingan dalam Penyelenggaraan Pelatihan 3 Stakeholder Influence Diagram Tim perencanaan harus mulai dengan identifikasi “ power versus interest grid ” dan kemudian untuk setiap pemangku kepentingan di grid diidentifikasi garis pengaruh dari satu pemangku kepentingan ke pemangku kepentingan lainnya Seorang fasilitator harus menggambar garis soft dengan pensil Pengaruh dua arah dimungkinkan , tetapi perlu dilakukan identifikasi arah utama pengaruh mengalir di antara pemangku kepentingan Dialog tentang hubungan pengaruh yang ada , mana yang paling penting dan apa arah utama pengaruh itu Setelah kesepakatan akhir tercapai , garis pensil harus dibuat permanen dengan spidol Hasil dan implikasi dari diagram yang dihasilkan harus didiskusikan , termasuk mengidentifikasi siapa yang paling berpengaruh atau pemangku kepentingan pusat

Pemangku Kepentingan dalam Penyelenggaraan Pelatihan 4 Participation Planning Matrix Teknik ini digunakan untuk merancang jenis partisipasi stakeholder. Tingkat partisipasi minimal sekadar memberi informasi pemangku kepentingan hingga pemberdayaan di mana pemangku kepentingan atau sebagian dari mereka diberi kewenangan akhir untuk membuat keputusan

Pemangku Kepentingan dalam Penyelenggaraan Pelatihan 5 Bases of Power and Directions of Interest Diagram Terdapat dua alasan untuk membangun diagram tersebut , yaitu : Pertama , untuk memahami kesamaan landasan atau sumber kekuasaan stakeholder. Kedua , untuk mengetahui bagaimana stakeholder akan memajukan kepentingannya dengan berbekal kekuasaan yang dimiliki

Pemangku Kepentingan dalam Penyelenggaraan Pelatihan 6 Stakeholder-issue interrelationship diagrams membantu menunjukkan pemangku kepentingan mana yang memiliki kepentingan dalam berbagai masalah , dan bagaimana pemangku kepentingan mungkin terkait dengan pemangku kepentingan lainnya melalui hubungan mereka dengan masalah tersebut .

Pemangku Kepentingan dalam Penyelenggaraan Pelatihan C. Pentingnya Memahami Stakeholder Dwiyanto , 1996 p 12) mengungkapkan pentingnya untuk mengetahui karakteristik dan k elemahan -kelemahan organisasi mitra . Hal tersebut penting untuk menjadi dasar dalam melakukan kemitraan

Peran Mitra dalam Penyelenggaraan Pelatihan A. Manajemen Penyelenggaraan Pelatihan

Peran Mitra dalam Penyelenggaraan Pelatihan B. Peran Mitra dalam Penyelenggaraan Pelatihan Pemetaan Kebutuhan dan Rencana Pengembangan Kompetensi Produksi Pengetahuan Pendanaan Penyelenggaraan Pelatihan Pengembangan Metode Pembelajaran Pengembangan Metode Evaluasi Pembelajaran PERAN LAINNYA

C. Praktik Kemitraan Peran Mitra dalam Penyelenggaraan Pelatihan DISKUSI PRAKTIK KEMITRAAN Corporate University Kemitraan dalam Penyelengaraan Pelatihan Teknis Fungsional Ke mitraan dalam Pelatihan Manajerial Kepemimpinan Tematik Pola Kemitraan dalam Penyelengaraan Pelatihan Manajerial Kepemimpinan

TERIMA KASIH
Tags