Mempersiapkan generasi emas 2045 bukanlah sekadar cita-cita, melainkan amanat sejarah yang harus ditunaikan dengan kesungguhan. Laporan World Economic Forum Future of Jobs 2025 menegaskan bahwa masa depan dunia kerja akan ditentukan oleh keterampilan yang adaptif, visioner, dan berakar pada nilai ke...
Mempersiapkan generasi emas 2045 bukanlah sekadar cita-cita, melainkan amanat sejarah yang harus ditunaikan dengan kesungguhan. Laporan World Economic Forum Future of Jobs 2025 menegaskan bahwa masa depan dunia kerja akan ditentukan oleh keterampilan yang adaptif, visioner, dan berakar pada nilai kebangsaan. Indonesia, dengan bonus demografi yang dimilikinya, memiliki peluang besar untuk melahirkan SDM unggul yang tidak hanya mampu bersaing secara global, tetapi juga menjaga kedaulatan bangsa.
Analytical thinking, problem solving, resilience, agility, literasi digital, hingga green skills, sebagaimana diproyeksikan dalam agenda global, harus ditransformasikan menjadi kompetensi inti nasional. Pendidikan, dunia industri, dan kepemimpinan publik harus bersinergi agar keterampilan masa depan ini tidak berhenti pada jargon, melainkan menjadi karakter bangsa. Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika menjadi jangkar moral yang memastikan setiap inovasi dan adaptasi tetap berpihak pada kepentingan rakyat.
Inilah agenda nasional yang heroik: menjadikan keterampilan masa depan sebagai fondasi strategis menuju Indonesia Emas 2045. Dengan wawasan kebangsaan, SDM unggul Indonesia akan berdiri sejajar bahkan memimpin peradaban dunia, menjadikan bangsa ini berdaulat, maju, berkeadilan, dan bermartabat di tengah arus globalisasi.
Size: 732.51 KB
Language: none
Added: Oct 20, 2025
Slides: 29 pages
Slide Content
1
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Keterampilan Masa Depan dan Agenda Nasional
oleh
Dr. Dadang Solihin, SE, MA
Taprof Bidang Sosial Budaya Lemhannas RI
Tulisan 9 dari 10
9.1. Analytical Thinking dan Problem Solving sebagai Kompetensi Inti
Analytical thinking dan problem solving telah ditempatkan oleh World Economic Forum Future
of Jobs 2025 sebagai keterampilan paling dibutuhkan hingga tahun 2030. Dunia kerja yang
semakin kompleks, penuh ketidakpastian, dan ditandai oleh disrupsi teknologi serta dinamika
geopolitik, menuntut lahirnya SDM yang mampu berpikir jernih, kritis, dan sistematis.
Analytical thinking bukan sekadar kemampuan logis, tetapi juga kecakapan dalam
memetakan masalah, mengidentifikasi pola, serta menyusun solusi yang berlandaskan data
dan fakta. Problem solving bukan hanya sekadar menyelesaikan kesulitan teknis, melainkan
juga menyelesaikan persoalan multidimensional yang menyangkut kepentingan ekonomi,
sosial, politik, budaya, dan keamanan nasional. Dalam konteks ini, analytical thinking dan
problem solving adalah fondasi kepemimpinan strategis yang akan mengarahkan bangsa
Indonesia menuju kejayaan pada 2045.
2
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Indonesia harus menjadikan analytical thinking dan problem solving sebagai kompetensi inti
dalam kurikulum pendidikan nasional dan program pelatihan tenaga kerja. Pendidikan sejak
dini perlu membiasakan siswa berpikir kritis, mengajukan pertanyaan mendasar, serta berani
menantang asumsi tanpa kehilangan akar pada nilai kebangsaan. Di jenjang yang lebih tinggi,
universitas dan lembaga vokasi harus menciptakan ekosistem pembelajaran berbasis riset,
studi kasus, dan problem-based learning yang mendorong mahasiswa menemukan solusi
kontekstual untuk permasalahan nyata bangsa. Dengan demikian, analytical thinking tidak
hanya menjadi keterampilan kognitif, tetapi juga menjadi karakter yang melekat dalam diri
generasi emas 2045.
Dalam kerangka geopolitik, analytical thinking dan problem solving adalah syarat mutlak agar
bangsa ini mampu membaca peta kekuatan dunia dengan jernih dan mengambil keputusan
yang menguntungkan kepentingan nasional. Geoeconomic fragmentation, krisis energi, dan
konflik global hanya dapat dihadapi dengan kepemimpinan yang mampu menganalisis situasi
secara mendalam dan menyusun strategi responsif. SDM Indonesia yang dibekali
keterampilan analitis akan mampu mendeteksi peluang, mengantisipasi ancaman, dan
mengubah risiko menjadi pijakan untuk melompat lebih tinggi. Problem solving dalam hal ini
menjadi instrumen nyata untuk membangun resiliensi ekonomi, sosial, dan politik, sehingga
Indonesia tetap tangguh di tengah pusaran perubahan global.
Analytical thinking dan problem solving juga erat kaitannya dengan ketahanan nasional.
Negara yang rapuh dalam kemampuan berpikir kritis akan mudah terombang-ambing oleh
disinformasi, radikalisme, dan infiltrasi ideologi asing. Oleh karena itu, literasi analitis harus
dipadukan dengan literasi ideologis yang berakar pada Pancasila. Generasi emas 2045 tidak
hanya dituntut cerdas dalam mengolah data, tetapi juga bijak dalam mengambil keputusan
yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, persatuan, dan keadilan sosial. Dengan Pancasila
sebagai pedoman, problem solving tidak akan jatuh pada pragmatisme sesaat, melainkan
menjadi proses kolektif yang berorientasi pada kepentingan bangsa.
Dalam perspektif UUD 1945, analytical thinking dan problem solving adalah perwujudan
nyata dari mandat negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Kurikulum yang
memfasilitasi keterampilan ini merupakan tanggung jawab konstitusional agar setiap warga
negara dapat berkontribusi dalam pembangunan. NKRI memastikan bahwa penguasaan
keterampilan analitis harus merata di seluruh daerah, sehingga tidak ada wilayah yang
tertinggal dalam menyiapkan SDM unggul. Sementara itu, Bhinneka Tunggal Ika mengajarkan
bahwa keberagaman budaya dan perspektif harus dilihat sebagai kekayaan yang memperkaya
proses analisis dan penyelesaian masalah.
Lingkungan strategis global menegaskan bahwa analytical thinking dan problem solving
adalah kompetensi universal yang menjadi pembeda antara bangsa yang maju dan bangsa
yang tertinggal. Negara-negara yang mampu mengembangkan inovasi berbasis analisis
mendalam telah terbukti lebih tangguh menghadapi krisis. Sebaliknya, negara yang hanya
mengandalkan sumber daya alam tanpa penguasaan keterampilan analitis akan mudah
terguncang. Indonesia harus belajar dari pengalaman global dan menjadikan keterampilan ini
sebagai modal utama untuk menghadapi era transisi energi, transformasi digital, serta
revolusi industri 4.0 dan 5.0.
Selain pendidikan formal, dunia usaha dan industri juga harus terlibat aktif dalam
memperkuat analytical thinking dan problem solving. Dunia kerja adalah arena nyata di mana
keterampilan ini diuji setiap hari. Oleh karena itu, perusahaan harus membangun budaya
3
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
kerja yang berbasis analisis, kolaborasi, dan inovasi. Program pelatihan di tempat kerja,
inkubasi startup, serta kolaborasi dengan universitas akan menciptakan ekosistem yang
memungkinkan tenaga kerja Indonesia terus mengasah kemampuan analitis mereka. Dengan
demikian, keterampilan ini tidak hanya berhenti pada teori, tetapi benar-benar teruji dalam
praktik.
Kepemimpinan nasional juga menjadi penentu keberhasilan. Pemimpin yang visioner harus
mendorong bangsa ini keluar dari pola pikir instan menuju pola pikir analitis. Kebijakan publik
harus disusun berdasarkan riset, data, dan kajian mendalam, bukan sekadar retorika. Dengan
kepemimpinan yang mengedepankan analytical thinking, bangsa ini akan mampu mengambil
keputusan strategis yang memperkuat kedaulatan, memperluas pengaruh, dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Inilah yang akan menjadikan Indonesia tidak hanya sebagai negara
berkembang, tetapi sebagai negara maju yang dihormati di panggung dunia.
Dalam menghadapi disrupsi global, analytical thinking dan problem solving harus dipadukan
dengan inovasi berbasis kearifan lokal. Setiap daerah di Indonesia memiliki permasalahan
khas yang membutuhkan solusi kontekstual. Dengan pendekatan analitis, solusi lokal dapat
diperluas menjadi inovasi nasional. Hal ini sejalan dengan Wawasan Nusantara yang
menekankan pentingnya memanfaatkan potensi seluruh wilayah untuk kepentingan bangsa.
Dengan demikian, keterampilan analitis tidak hanya menghasilkan solusi teknis, tetapi juga
memperkokoh persatuan nasional.
Dengan semua itu, jelaslah bahwa analytical thinking dan problem solving adalah kompetensi
inti yang tidak dapat ditawar lagi jika Indonesia ingin mewujudkan generasi emas 2045.
Mereka yang memiliki keterampilan ini akan menjadi pemimpin masa depan, penentu arah
bangsa, dan penggerak utama dalam transformasi menuju Indonesia Emas. Analytical
thinking adalah mata pisau intelektual, sementara problem solving adalah pedang strategis
yang memastikan bangsa ini selalu tangguh menghadapi tantangan. Dengan berlandaskan
Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, keterampilan ini akan menjelma
sebagai kekuatan heroik yang membawa Indonesia menuju puncak kejayaan.
Berikut tabel ringkasan strategis mengenai analytical thinking dan problem solving sebagai
kompetensi inti dalam kerangka WEF 2025 dan visi Indonesia Emas 2045:
Tabel 9.1
Analytical Thinking dan Problem Solving sebagai Kompetensi Inti
No Dimensi Strategis Fokus Utama Strategi Implementasi Arah Kebijakan Nasional
1. Pendidikan
Nasional
Analytical
thinking sebagai
kurikulum inti
Problem-based
learning, studi kasus,
riset terapan
Generasi emas 2045
cerdas analitis dan solutif
2. Dunia Kerja Problem solving
di sektor industri
Pelatihan berbasis
proyek, inkubasi
startup, kolaborasi riset
Peningkatan
produktivitas dan daya
saing ekonomi
3. Ideologi
Kebangsaan
Integrasi analisis
dengan Pancasila
Literasi ideologis,
pendidikan kebangsaan,
kontra narasi global
Keputusan bijak demi
persatuan dan
kepentingan bangsa
4. Geopolitik Membaca peta
kekuatan global
Analisis risiko,
diplomasi berbasis
data, strategi responsif
Indonesia tangguh di
tengah dinamika global
4
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
No Dimensi Strategis Fokus Utama Strategi Implementasi Arah Kebijakan Nasional
5. Kepemimpinan
Nasional
Visioner dan
berbasis analisis
Kebijakan berbasis
data, evidence-based
policy, riset strategis
Fondasi kepemimpinan
strategis menuju
Indonesia Emas
6. Wawasan
Nusantara
Solusi
kontekstual
berbasis lokal
Inovasi daerah,
pemanfaatan potensi
regional, integrasi
nasional
Persatuan bangsa melalui
problem solving inklusif
Dengan strategi ini, analytical thinking dan problem solving tidak hanya menjadi keterampilan
kerja, tetapi juga kekuatan kebangsaan. Ia adalah fondasi dari generasi emas 2045 yang
cerdas, tangguh, berkarakter, dan berdaulat, siap membawa Indonesia menuju kejayaan yang
berkeadilan dan bermartabat.
9.2. Resilience, Flexibility, dan Agility sebagai Modal Pemimpin Muda
Resilience, flexibility, dan agility merupakan tiga pilar keterampilan yang menjadi modal utama
generasi muda dalam menghadapi dunia kerja yang penuh ketidakpastian. Laporan World
Economic Forum Future of Jobs 2025 menegaskan bahwa kemampuan beradaptasi dengan
cepat adalah salah satu faktor penentu yang membedakan negara maju dari negara yang
tertinggal. Di tengah guncangan global berupa krisis energi, perubahan iklim, fragmentasi
rantai pasok, dan dinamika geopolitik, hanya bangsa yang memiliki generasi tangguh, fleksibel,
dan lincah yang mampu bertahan sekaligus memimpin. Indonesia, dengan bonus demografi
yang sedang berlangsung, memiliki peluang besar untuk menyiapkan generasi emas 2045
sebagai pemimpin muda yang menjadikan resilience, flexibility, dan agility sebagai fondasi
kepemimpinan nasional.
Resilience atau ketangguhan adalah kemampuan untuk tetap berdiri tegak meski diterpa
badai. Generasi muda Indonesia harus dibekali dengan mental baja yang tidak mudah
menyerah menghadapi kegagalan. Resilience bukan berarti kebal dari kesulitan, tetapi
kemampuan untuk bangkit kembali dengan lebih kuat setelah terjatuh. Dalam konteks
ketahanan nasional, resilience berarti generasi muda tidak hanya mampu mengatasi
persoalan pribadi, tetapi juga mampu menjaga stabilitas bangsa di tengah krisis. Pemimpin
yang resilien adalah mereka yang menjadikan kegagalan sebagai pelajaran, krisis sebagai
peluang, dan tantangan sebagai sarana untuk memperkuat kapasitas diri maupun bangsa.
Flexibility adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan cepat terhadap perubahan.
Dunia kerja di era digital bergerak dengan kecepatan yang luar biasa. Profesi baru lahir,
sementara profesi lama menghilang. Teknologi berkembang begitu cepat, sehingga
keterampilan yang relevan hari ini bisa menjadi usang dalam waktu singkat. Pemimpin muda
Indonesia harus fleksibel dalam menghadapi perubahan ini. Mereka harus mampu berpindah
peran, menguasai keterampilan lintas disiplin, serta menyesuaikan strategi sesuai dengan
dinamika lingkungan. Dengan flexibility, generasi emas 2045 akan mampu menavigasi
perubahan tanpa kehilangan arah, tetap setia pada nilai kebangsaan sekaligus terbuka
terhadap inovasi global.
5
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Agility adalah kelincahan dalam berpikir, mengambil keputusan, dan bertindak. Agility bukan
hanya tentang kecepatan, tetapi juga tentang kejelian dalam membaca situasi dan
menentukan langkah yang tepat. Pemimpin muda yang agile akan mampu merespons krisis
dengan solusi kreatif, memanfaatkan peluang yang muncul secara tiba-tiba, serta menjaga
keseimbangan antara keberanian dan kehati-hatian. Dalam geopolitik yang penuh intrik,
agility adalah senjata diplomasi yang memungkinkan Indonesia memainkan peran penting di
kawasan Asia Tenggara dan dunia. Generasi muda yang agile akan menjadi ujung tombak
diplomasi ekonomi, politik, dan budaya yang memperkuat posisi Indonesia di panggung
global.
Ketiga keterampilan ini tidak dapat dilepaskan dari kerangka kebangsaan. UUD 1945
menegaskan bahwa tujuan negara adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, serta memajukan kesejahteraan umum. Untuk mencapai tujuan ini,
generasi muda harus resilien dalam menjaga persatuan, fleksibel dalam mengelola
keragaman, dan agile dalam menghadapi dinamika global. Bhinneka Tunggal Ika menegaskan
bahwa keberagaman bangsa bukan penghalang, melainkan kekuatan untuk menciptakan
inovasi sosial, budaya, dan ekonomi. Pemimpin muda yang tangguh, fleksibel, dan lincah akan
menjadikan keberagaman sebagai energi kolektif untuk memperkuat ketahanan nasional.
Lingkungan strategis global menuntut keterampilan ini sebagai syarat bertahan hidup. Krisis
energi memaksa bangsa untuk mencari sumber energi alternatif. Perubahan iklim menuntut
solusi berkelanjutan yang hanya bisa lahir dari pemimpin kreatif. Fragmentasi rantai pasok
global menuntut negara memiliki sistem ekonomi yang tangguh dan mampu beradaptasi
dengan cepat. Generasi muda Indonesia harus ditempa agar tidak gagap menghadapi situasi
semacam ini. Pendidikan nasional harus mengintegrasikan resilience, flexibility, dan agility ke
dalam kurikulum, tidak hanya dalam bentuk teori, tetapi juga praktik nyata melalui simulasi,
proyek berbasis masalah, dan program bela negara.
Selain itu, dunia usaha juga memiliki peran penting dalam membangun keterampilan ini.
Perusahaan harus menciptakan lingkungan kerja yang mendorong inovasi, keberanian
mengambil risiko, dan toleransi terhadap kegagalan. Dengan budaya kerja yang demikian,
generasi muda akan terbiasa menghadapi ketidakpastian tanpa kehilangan arah. Dunia
industri harus menjadi laboratorium nyata bagi resilience, flexibility, dan agility, di mana
pemimpin masa depan ditempa melalui pengalaman langsung.
Kepemimpinan nasional harus memfasilitasi lahirnya generasi muda yang resilien, fleksibel,
dan agile dengan kebijakan yang berpihak pada pembangunan SDM. Program reskilling dan
upskilling harus disediakan secara luas, akses terhadap teknologi diperluas, dan ekosistem
inovasi diperkuat. Pemimpin bangsa yang visioner harus mampu menginspirasi generasi muda
untuk melihat disrupsi bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai kesempatan untuk
membuktikan diri. Dengan kebijakan strategis berbasis Pancasila, transformasi generasi muda
Indonesia akan terarah pada kepentingan nasional dan kejayaan bangsa.
Resilience, flexibility, dan agility juga adalah keterampilan yang sangat relevan dengan konsep
kewaspadaan nasional. Generasi muda yang resilien tidak mudah terprovokasi oleh
disinformasi. Generasi yang fleksibel mampu menyesuaikan diri dengan budaya global tanpa
kehilangan identitas nasional. Generasi yang agile dapat mendeteksi ancaman lebih cepat dan
menyusun respons yang efektif. Dengan keterampilan ini, generasi emas 2045 akan menjadi
benteng pertahanan bangsa di era perang informasi, perang dagang, dan perang ideologi.
6
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Dengan demikian, resilience, flexibility, dan agility adalah keterampilan heroik yang harus
dimiliki pemimpin muda Indonesia untuk menyongsong Indonesia Emas 2045. Mereka bukan
sekadar keterampilan teknis, tetapi fondasi moral dan kebangsaan yang memastikan generasi
muda mampu menjaga keutuhan NKRI, memperkokoh persatuan, dan memimpin bangsa
dalam menghadapi disrupsi global. Pemimpin muda yang tangguh, fleksibel, dan lincah adalah
harapan bangsa untuk berdiri sejajar dengan negara maju, bahkan menjadi teladan bagi dunia.
Berikut tabel ringkasan strategis mengenai resilience, flexibility, dan agility sebagai modal
pemimpin muda dalam kerangka WEF 2025 dan visi Indonesia Emas 2045:
Tabel 9.2
Resilience, Flexibility, dan Agility sebagai Modal Pemimpin Muda
No Dimensi Strategis Fokus Utama Strategi Implementasi Arah Kebijakan Nasional
1. Resilience
Nasional
Ketangguhan
generasi muda
Pendidikan karakter,
bela negara, latihan
mental
Generasi emas 2045 yang
tahan banting dan
visioner
2. Flexibility Sosial Penyesuaian
dengan
perubahan
global
Kurikulum adaptif,
pelatihan lintas disiplin,
kewirausahaan
SDM mampu berperan di
berbagai sektor ekonomi
3. Agility
Kepemimpinan
Kelincahan
berpikir dan
bertindak
Simulasi krisis,
diplomasi pemuda,
pengambilan keputusan
cepat
Pemimpin muda yang
responsif dan berdaya
saing global
4. Ideologi
Kebangsaan
Fondasi nilai
dalam adaptasi
Pendidikan Pancasila,
kontra narasi
radikalisme, bela negara
Identitas nasional kokoh
di era globalisasi
5. Lingkungan
Strategis
Respons
terhadap krisis
global
Green economy, energi
terbarukan, adaptasi
iklim
Ketahanan nasional
berbasis keberlanjutan
6. Bonus Demografi Pemanfaatan
potensi generasi
muda
Reskilling, upskilling,
ekosistem inovasi
pemuda
Bonus demografi menjadi
modal strategis Indonesia
Emas 2045
Dengan strategi ini, resilience, flexibility, dan agility akan menjadi modal utama generasi muda
Indonesia untuk menjawab tantangan global, mengubah krisis menjadi peluang, serta
memimpin bangsa menuju Indonesia Emas 2045 dengan kebanggaan dan martabat.
9.3. Literasi Digital, AI, dan Big Data untuk Kemandirian Teknologi
Laporan World Economic Forum Future of Jobs 2025 menegaskan bahwa lonjakan kebutuhan
akan keterampilan digital, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), dan big data menjadi
fenomena global yang akan menentukan arah masa depan tenaga kerja. Hampir semua sektor
industri kini digerakkan oleh data, dikendalikan oleh algoritma, dan ditingkatkan oleh
kecerdasan buatan. Dalam konteks ini, literasi digital, AI, dan big data bukan lagi sekadar
7
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
keunggulan tambahan, melainkan syarat mutlak bagi sebuah bangsa untuk bertahan dan
memimpin. Bagi Indonesia, penguasaan keterampilan ini bukan hanya soal kesiapan
menghadapi pasar kerja, tetapi juga menyangkut kedaulatan teknologi dan strategi besar
menuju Indonesia Emas 2045.
Literasi digital harus dipahami bukan hanya sebagai kemampuan menggunakan perangkat
teknologi atau aplikasi, tetapi juga sebagai pemahaman kritis tentang bagaimana teknologi
memengaruhi ekonomi, budaya, politik, dan keamanan nasional. Generasi muda Indonesia
harus mampu membaca data, memahami algoritma, dan menafsirkan dampaknya terhadap
kehidupan sehari-hari. Lebih dari itu, mereka harus memiliki kesadaran geopolitik bahwa
teknologi dapat menjadi instrumen dominasi global. Negara yang hanya menjadi konsumen
teknologi asing akan selalu berada dalam posisi lemah, sementara negara yang mampu
menguasai dan menciptakan teknologinya sendiri akan memiliki posisi tawar yang lebih kuat.
Oleh karena itu, literasi digital bagi Indonesia adalah bagian dari perjuangan kemandirian
bangsa.
AI merupakan mesin penggerak inovasi masa depan. Dari sektor kesehatan, pendidikan,
hingga pertanian dan keamanan, AI membuka peluang untuk meningkatkan efisiensi dan
menciptakan solusi yang lebih tepat sasaran. Namun, AI juga menimbulkan tantangan serius,
mulai dari hilangnya lapangan kerja tradisional, bias algoritma, hingga ancaman etis terhadap
privasi dan kebebasan individu. Generasi muda Indonesia harus dilatih untuk menguasai AI
tidak hanya dalam aspek teknis, tetapi juga dalam aspek etis, sosial, dan kebangsaan. Pancasila
harus menjadi kompas moral dalam pengembangan AI, sehingga teknologi yang lahir tidak
sekadar efisien secara ekonomi, tetapi juga adil, manusiawi, dan berkeadilan sosial. Dengan
demikian, AI akan menjadi instrumen untuk memperkuat kemanusiaan, bukan
melemahkannya.
Big data adalah sumber daya baru yang kerap disebut sebagai “minyak bumi abad ke-21.” Data
kini menjadi aset strategis yang menggerakkan ekonomi digital, menentukan arah kebijakan
publik, dan bahkan memengaruhi hasil pemilu. Bagi Indonesia, penguasaan big data sangat
penting untuk mendukung pembangunan nasional, mulai dari perencanaan kota, pengelolaan
energi, hingga deteksi dini ancaman keamanan. Namun, jika data nasional dikendalikan oleh
pihak asing, maka kedaulatan bangsa akan terancam. Oleh karena itu, literasi big data harus
diarahkan untuk melahirkan generasi yang mampu mengelola, melindungi, dan
memanfaatkan data nasional demi kepentingan rakyat.
Lingkungan strategis global menunjukkan bahwa kompetisi antarbangsa kini semakin
ditentukan oleh kemampuan dalam bidang digital, AI, dan big data. Negara-negara maju terus
berinvestasi besar dalam riset, infrastruktur digital, dan pengembangan talenta teknologi.
Indonesia tidak boleh tertinggal. Untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, bangsa ini harus
menjadikan literasi digital sebagai prioritas strategis, bukan sekadar agenda teknis.
Universitas, sekolah vokasi, dan pusat pelatihan harus diposisikan sebagai kawah
candradimuka untuk melahirkan generasi emas yang bukan hanya pengguna teknologi, tetapi
juga pencipta inovasi.
Selain aspek teknis, literasi digital harus dipadukan dengan kesadaran ideologis dan
kebangsaan. Generasi muda harus mampu melihat teknologi sebagai bagian dari perjuangan
bangsa. Wawasan Nusantara mengajarkan bahwa seluruh wilayah Indonesia, dari Sabang
hingga Merauke, harus menjadi ruang digital yang aman, produktif, dan berdaulat. Literasi
digital juga harus diarahkan untuk memperkuat ketahanan nasional, melindungi generasi
8
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
muda dari disinformasi, radikalisme digital, dan infiltrasi budaya asing. Dengan kesadaran
geopolitik dan kewaspadaan nasional, generasi emas 2045 akan menjadikan dunia digital
bukan ancaman, tetapi benteng pertahanan bangsa.
Kepemimpinan nasional memainkan peran vital dalam memastikan literasi digital, AI, dan big
data terintegrasi dalam kebijakan pembangunan. Pemimpin visioner harus menyiapkan
regulasi yang melindungi kedaulatan data, memberikan insentif bagi inovasi teknologi lokal,
serta memastikan seluruh rakyat mendapat akses setara terhadap keterampilan digital.
Dengan kebijakan yang berpihak, Indonesia dapat memperkuat posisi sebagai negara yang
tidak hanya mengikuti arus digitalisasi global, tetapi juga menjadi salah satu pemain utama
dalam percaturan teknologi dunia.
Sinergi multipihak juga menjadi kunci dalam memperkuat literasi digital. Pemerintah harus
berkolaborasi dengan dunia usaha, akademisi, dan masyarakat sipil untuk membangun
ekosistem digital yang inklusif. Perusahaan harus menyediakan ruang untuk pengembangan
talenta lokal, universitas harus memperluas riset di bidang AI dan big data, sementara
masyarakat sipil harus berperan aktif dalam menciptakan budaya digital yang sehat. Dengan
kolaborasi ini, literasi digital akan menjadi gerakan kebangsaan yang menyatukan seluruh
elemen bangsa.
Dengan demikian, literasi digital, AI, dan big data adalah pilar strategis yang akan menentukan
masa depan Indonesia. Generasi emas 2045 harus menjadi generasi yang cerdas digital,
menguasai AI, dan mampu mengolah big data untuk memperkuat kemandirian bangsa.
Mereka tidak boleh puas hanya sebagai konsumen teknologi asing, tetapi harus tampil sebagai
pencipta inovasi berkarakter Indonesia. Dengan Pancasila sebagai landasan etika, UUD 1945
sebagai dasar konstitusional, NKRI sebagai bingkai kebangsaan, dan Bhinneka Tunggal Ika
sebagai semangat persatuan, literasi digital akan menjadi jalan heroik untuk memastikan
Indonesia berdiri tegak sebagai bangsa yang berdaulat, maju, dan bermartabat di panggung
dunia.
Berikut tabel ringkasan strategis mengenai literasi digital, AI, dan big data untuk kemandirian
teknologi dalam kerangka WEF 2025 dan visi Indonesia Emas 2045:
Tabel 9.3
Literasi Digital, AI, dan Big Data untuk Kemandirian Teknologi
No Dimensi Strategis Fokus Utama Strategi Implementasi Arah Kebijakan Nasional
1. Literasi Digital Keterampilan
dasar generasi
muda
Kurikulum digital
nasional, pelatihan
vokasi, akses inklusif
Generasi emas 2045
cerdas digital dan
produktif
2. Artificial
Intelligence
Penerapan etis
dan strategis
Riset AI nasional,
integrasi AI di sektor
industri, etika Pancasila
AI memperkuat
kemanusiaan dan
kedaulatan bangsa
3. Big Data Pengelolaan data
nasional
Infrastruktur data
center, perlindungan
data, analitik kebijakan
Data sebagai aset
strategis bangsa untuk
pembangunan
4. Kemandirian
Teknologi
Mengurangi
ketergantungan
asing
Inovasi lokal, startup
digital, insentif riset
nasional
Indonesia berdaulat di
bidang teknologi
9
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
No Dimensi Strategis Fokus Utama Strategi Implementasi Arah Kebijakan Nasional
5. Ketahanan
Nasional
Perlindungan dari
ancaman digital
Literasi ideologis,
kontra narasi,
keamanan siber
Dunia digital sebagai
benteng pertahanan
bangsa
6. Kepemimpinan
Visioner
Kebijakan digital
berbasis Pancasila
Regulasi pro-rakyat,
insentif teknologi,
kolaborasi multipihak
Indonesia sebagai
pemain utama teknologi
global
Dengan strategi tersebut, literasi digital, AI, dan big data akan menjadi kekuatan utama yang
membawa Indonesia menuju kemandirian teknologi. Generasi emas 2045 akan tampil sebagai
pemimpin global yang bukan hanya unggul dalam inovasi, tetapi juga kokoh dalam identitas
kebangsaan. Inilah jalan heroik bangsa untuk memastikan bahwa di era digital, Indonesia
tetap berdiri berdaulat, bermartabat, dan menjadi mercusuar peradaban dunia.
9.4. Keamanan Siber dan Pertahanan Digital Nasional
Keamanan siber merupakan salah satu isu paling krusial dalam era transformasi digital global.
Laporan World Economic Forum Future of Jobs 2025 menekankan bahwa keterampilan di
bidang cyber security menjadi prioritas mendesak seiring dengan meningkatnya ancaman
peretasan, spionase digital, kebocoran data, dan penyebaran disinformasi yang mampu
mengguncang stabilitas politik, ekonomi, dan sosial suatu negara. Dunia maya kini telah
menjadi medan baru bagi persaingan antarbangsa, di mana kekuatan tidak lagi hanya
ditentukan oleh kekuatan militer konvensional, tetapi juga oleh ketangguhan pertahanan
digital. Dalam konteks Indonesia, keamanan siber bukan hanya persoalan teknis, tetapi bagian
integral dari pertahanan nasional non-militer yang akan menentukan kedaulatan bangsa di
era digital.
Kedaulatan digital Indonesia bergantung pada kemampuan generasi muda dalam menguasai
dan melindungi infrastruktur siber nasional. Tanpa SDM yang unggul di bidang keamanan
siber, bangsa ini akan rentan menjadi korban perang informasi, peretasan strategis, maupun
pencurian data yang dapat melemahkan fondasi ketahanan nasional. Ancaman siber bersifat
asimetris: satu serangan kecil dapat menimbulkan dampak besar terhadap sistem perbankan,
energi, transportasi, hingga pertahanan negara. Oleh karena itu, keterampilan cyber security
harus dipandang sebagai kompetensi strategis yang setara dengan bela negara. Pendidikan
bela negara harus diperluas hingga ruang digital, sehingga generasi emas 2045 memiliki
kesadaran geopolitik, kemampuan teknis, dan etos kebangsaan untuk menjaga kedaulatan
Indonesia di dunia maya.
Dalam kerangka Empat Konsensus Dasar, keamanan siber juga merupakan perwujudan nilai-
nilai kebangsaan. Pancasila menekankan pentingnya keadilan sosial dan kemanusiaan yang
adil dan beradab, yang dalam konteks digital berarti melindungi hak warga negara untuk
merasa aman di ruang siber. UUD 1945 mengamanatkan negara untuk melindungi seluruh
rakyat Indonesia, termasuk dari ancaman siber yang dapat merusak kehidupan sosial dan
ekonomi. NKRI memastikan bahwa sistem keamanan siber harus meliputi seluruh wilayah
nusantara, dari kota besar hingga daerah terpencil, karena ancaman digital tidak mengenal
batas geografis. Bhinneka Tunggal Ika menjadi dasar untuk menciptakan ruang digital yang
10
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
inklusif, aman, dan harmonis, di mana keberagaman tidak dijadikan alat provokasi oleh pihak
asing.
Lingkungan strategis global menunjukkan betapa seriusnya ancaman siber terhadap stabilitas
bangsa. Serangan siber dapat melumpuhkan infrastruktur vital, merusak kepercayaan publik
terhadap pemerintah, dan bahkan memengaruhi hasil pemilu. Indonesia tidak boleh abai
terhadap kenyataan ini. Dengan jumlah pengguna internet yang sangat besar, Indonesia
adalah salah satu target utama serangan siber di kawasan Asia Tenggara. Oleh karena itu,
pembangunan kapasitas keamanan siber nasional harus dilakukan secara sistematis, dengan
mengintegrasikan pendidikan formal, pelatihan profesional, riset akademik, serta kolaborasi
dengan sektor swasta dan masyarakat sipil.
Kepemimpinan nasional memiliki tanggung jawab besar dalam mengarahkan pembangunan
pertahanan digital. Pemimpin visioner harus mampu melihat ruang siber sebagai bagian
integral dari geopolitik kontemporer. Kebijakan strategis harus diarahkan pada pembangunan
cyber defense nasional yang meliputi perlindungan infrastruktur digital, regulasi perlindungan
data pribadi, serta pengembangan talenta siber lokal. Dengan kebijakan yang berpihak pada
kepentingan nasional, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada teknologi asing dan
membangun kemandirian digital yang lebih kuat.
Selain perlindungan, keamanan siber juga menuntut kemampuan ofensif dalam arti strategis:
bangsa ini harus mampu melakukan deteksi dini, respons cepat, dan bahkan kontra-serangan
terhadap ancaman digital. Hal ini tidak berarti Indonesia harus agresif, tetapi memiliki
kapasitas pertahanan yang mencegah pihak manapun meremehkan kedaulatan digitalnya.
Dengan sistem peringatan dini berbasis big data dan AI, serta kerja sama internasional yang
sehat, Indonesia dapat membangun deterrence digital yang memperkuat posisi bangsa di
percaturan global.
Generasi muda Indonesia memiliki peran utama dalam mewujudkan pertahanan digital
nasional. Mereka lahir sebagai digital natives yang terbiasa dengan teknologi sejak kecil, tetapi
keterampilan alami ini harus ditingkatkan menjadi kompetensi strategis. Program vokasi siber,
beasiswa riset AI untuk keamanan, dan lomba inovasi digital harus digalakkan untuk
menumbuhkan talenta yang mampu mengisi kebutuhan tenaga ahli di sektor ini. Dengan
bonus demografi yang dimiliki, Indonesia dapat melahirkan ribuan bahkan jutaan talenta siber
yang siap menjaga NKRI dari ancaman digital global.
Pendidikan tinggi juga harus menjadi pusat pengembangan riset keamanan siber. Universitas-
universitas Indonesia harus membuka program studi dan pusat riset khusus di bidang cyber
security dan pertahanan digital. Riset yang dilakukan tidak boleh hanya meniru negara lain,
tetapi juga harus berakar pada kebutuhan domestik dan kearifan lokal. Dengan memadukan
pengetahuan modern dan nilai kebangsaan, pendidikan tinggi dapat menjadi garda terdepan
dalam mencetak generasi ilmuwan siber yang inovatif, nasionalis, dan berdaya saing global.
Ketahanan nasional di ruang digital tidak bisa dilepaskan dari kesadaran kewaspadaan
nasional. Generasi emas 2045 harus memahami bahwa ancaman terhadap bangsa tidak selalu
datang dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam bentuk manipulasi informasi, pencurian data,
dan infiltrasi ideologi melalui ruang maya. Dengan kewaspadaan ini, mereka akan mampu
menjadi garda terdepan dalam menjaga integritas bangsa.
Dengan demikian, keamanan siber dan pertahanan digital nasional adalah bagian integral dari
strategi besar menuju Indonesia Emas 2045. Ia bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga
11
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
tentang ideologi, geopolitik, dan kebangsaan. Dengan SDM unggul, kepemimpinan visioner,
serta integrasi nilai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, Indonesia akan
memiliki benteng digital yang kokoh untuk menghadapi ancaman global. Generasi emas 2045
akan lahir sebagai penjaga kedaulatan digital, inovator teknologi, dan pemimpin global yang
berdaulat di dunia maya maupun nyata.
Berikut tabel ringkasan strategis mengenai keamanan siber dan pertahanan digital nasional
dalam kerangka WEF 2025 dan visi Indonesia Emas 2045:
Tabel 9.4
Keamanan Siber dan Pertahanan Digital Nasional
No Dimensi Strategis Fokus Utama Strategi Implementasi Arah Kebijakan Nasional
1. Pertahanan
Digital
Perlindungan
infrastruktur vital
Sistem keamanan siber
nasional, regulasi data,
pusat komando
Kedaulatan digital
Indonesia terlindungi
dari ancaman global
2. Talenta Siber Generasi muda
ahli keamanan
digital
Vokasi siber, beasiswa
riset, pelatihan
profesional
Bonus demografi
diarahkan untuk
pertahanan digital
3. Pendidikan
Kebangsaan
Bela negara di
ruang digital
Literasi digital, kontra
narasi, pendidikan
geopolitik siber
Generasi emas 2045
sadar geopolitik dan
ideologi
4. Inovasi Teknologi Kemandirian
digital nasional
Riset AI untuk
keamanan, pusat data
nasional, startup lokal
Mengurangi
ketergantungan pada
teknologi asing
5. Kepemimpinan
Visioner
Kebijakan
strategis berbasis
Pancasila
Regulasi perlindungan
data, insentif inovasi,
diplomasi digital
Indonesia memimpin di
percaturan global digital
6. Kewaspadaan
Nasional
Deteksi dan
respons terhadap
ancaman
Sistem peringatan dini,
kontra-serangan siber,
kolaborasi global
Ketahanan nasional
tangguh di dunia maya
dan nyata
Dengan strategi tersebut, keamanan siber akan menjadi benteng pertahanan bangsa yang tak
tergoyahkan. Indonesia tidak hanya akan bertahan dari ancaman digital, tetapi juga akan
berdiri tegak sebagai negara yang berdaulat, berdaya saing, dan bermartabat. Inilah jalan
heroik menuju Indonesia Emas 2045: menjadikan ruang digital bukan sekadar arena teknologi,
tetapi medan perjuangan kebangsaan untuk menjaga persatuan dan kedaulatan bangsa.
9.5. Creative Thinking dan Inovasi untuk Daya Saing Ekonomi
Creative thinking dan inovasi merupakan dua kompetensi yang semakin menempati posisi
sentral dalam menghadapi masa depan dunia kerja. Laporan World Economic Forum Future of
Jobs 2025 menegaskan bahwa kreativitas bukan lagi sekadar keunggulan tambahan, tetapi
keterampilan utama yang menjadi pembeda antara bangsa yang maju dan bangsa yang
tertinggal. Kreativitas tidak hanya terbatas pada seni atau budaya, melainkan mencakup
seluruh bidang kehidupan: bisnis, teknologi, industri, hingga kebijakan publik. Tanpa
12
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
kreativitas, bangsa akan kehilangan kemampuan untuk beradaptasi, berinovasi, dan
menciptakan nilai tambah. Oleh karena itu, creative thinking harus dipandang sebagai aset
strategis bangsa, dan inovasi sebagai jalan menuju kemandirian serta daya saing ekonomi.
Bagi Indonesia, creative thinking adalah jantung dari transformasi menuju Indonesia Emas
2045. Bangsa ini memiliki modal besar berupa keberagaman budaya, kekayaan alam, dan
energi generasi muda yang kreatif. Namun modal itu harus diarahkan pada jalur produktif
yang mampu menghasilkan inovasi dengan dampak ekonomi dan sosial yang nyata. Kreativitas
anak bangsa harus diarahkan tidak hanya untuk mengekspresikan diri, tetapi juga untuk
menciptakan solusi yang menjawab tantangan nasional, seperti ketahanan pangan, energi,
kesehatan, dan lingkungan. Inovasi berbasis kreativitas inilah yang akan memperkuat
ketahanan nasional dan meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat global.
Dalam konteks geopolitik, kreativitas dan inovasi adalah sumber kekuatan lunak (soft power)
yang menentukan posisi sebuah bangsa. Negara yang mampu menciptakan teknologi baru,
model bisnis inovatif, atau produk budaya kreatif akan memiliki pengaruh besar dalam
percaturan global. Jepang dengan teknologi otomotifnya, Korea Selatan dengan gelombang K-
pop dan industrinya, atau Amerika Serikat dengan inovasi digitalnya adalah bukti bahwa daya
saing global tidak hanya ditentukan oleh kekuatan militer, tetapi juga oleh kekuatan inovasi.
Indonesia harus belajar dari pengalaman ini dan menjadikan kreativitas serta inovasi sebagai
instrumen geopolitik yang memperkuat kepemimpinan nasional.
Pancasila menjadi landasan etis agar kreativitas dan inovasi tidak hanya diarahkan pada
keuntungan ekonomi, tetapi juga pada kemaslahatan rakyat. Kreativitas yang berlandaskan
Pancasila akan menghasilkan inovasi yang humanis, adil, dan berkelanjutan. UUD 1945
memberikan mandat bahwa negara harus mencerdaskan kehidupan bangsa, yang berarti
membuka ruang bagi kreativitas masyarakat untuk berkembang dalam berbagai bidang. NKRI
memastikan bahwa hasil kreativitas dan inovasi harus bermanfaat untuk seluruh rakyat, dari
Sabang sampai Merauke, tidak hanya untuk sebagian kecil elit. Sementara itu, Bhinneka
Tunggal Ika menjadikan keberagaman budaya Indonesia sebagai sumber inspirasi tanpa batas
untuk melahirkan solusi inovatif yang khas, unik, dan berdaya saing global.
Lingkungan strategis global menunjukkan bahwa bangsa yang mampu berinovasi akan lebih
cepat bangkit dari krisis. Pandemi global, perubahan iklim, dan krisis energi menunjukkan
betapa pentingnya kreativitas dalam merumuskan kebijakan publik yang adaptif. Inovasi di
bidang energi terbarukan, misalnya, adalah syarat utama bagi bangsa untuk keluar dari
ketergantungan energi fosil. Inovasi di bidang pertanian digital dapat memperkuat ketahanan
pangan. Inovasi dalam sistem kesehatan dapat menyelamatkan jutaan nyawa. Indonesia tidak
boleh hanya menjadi konsumen inovasi global, melainkan harus tampil sebagai produsen
solusi yang relevan dengan kebutuhan nasional sekaligus kontribusi bagi dunia.
Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk generasi kreatif. Sistem pendidikan
harus bergeser dari pendekatan hafalan menuju pendekatan yang menumbuhkan imajinasi,
pemikiran kritis, dan kemampuan mencipta. Kurikulum berbasis proyek, riset, dan problem
solving harus diperkuat agar siswa terbiasa menciptakan solusi kreatif sejak dini. Pendidikan
tinggi harus menjadi pusat riset dan inovasi yang melahirkan karya nyata, bukan hanya
publikasi. Dengan demikian, pendidikan akan menjadi lahan subur bagi lahirnya generasi emas
2045 yang kreatif dan inovatif.
Selain pendidikan, ekosistem inovasi nasional harus diperkuat melalui kolaborasi multipihak.
Pemerintah harus menciptakan regulasi yang mendorong riset dan pengembangan,
13
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
memberikan insentif bagi startup, serta membuka akses permodalan bagi wirausaha muda
kreatif. Dunia usaha harus berperan sebagai laboratorium nyata bagi kreativitas dengan
membuka ruang bagi ide-ide baru dan berani mengambil risiko. Masyarakat sipil harus
mendukung budaya inovasi dengan mengapresiasi karya anak bangsa. Dengan ekosistem yang
sehat, kreativitas akan menjelma menjadi inovasi yang berdampak nyata.
Kepemimpinan nasional berperan sebagai pengarah dalam memastikan kreativitas dan
inovasi menjadi bagian dari strategi pembangunan. Pemimpin visioner harus berani
mengambil keputusan yang mendukung lahirnya industri kreatif, teknologi baru, dan model
bisnis inovatif. Kebijakan publik harus mendorong kolaborasi antara riset akademik dan
kebutuhan industri, sehingga inovasi tidak berhenti di laboratorium, tetapi benar-benar
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dengan kepemimpinan berbasis
Pancasila, kreativitas dan inovasi akan diarahkan pada kepentingan nasional dan kemajuan
bangsa.
Kewaspadaan nasional juga penting agar kreativitas tidak dimanfaatkan oleh pihak asing untuk
merugikan bangsa. Dalam era globalisasi, ide dan inovasi dapat dengan cepat diserap oleh
negara lain jika tidak dilindungi. Oleh karena itu, perlindungan hak kekayaan intelektual harus
diperkuat agar karya anak bangsa diakui dan dihargai di dunia internasional. Dengan demikian,
kreativitas tidak hanya menjadi kebanggaan, tetapi juga menjadi sumber daya strategis yang
melindungi kedaulatan bangsa.
Dengan semua itu, jelas bahwa creative thinking dan inovasi adalah pilar utama untuk
memperkuat daya saing ekonomi Indonesia. Generasi emas 2045 harus menjadi generasi yang
tidak hanya kreatif, tetapi juga inovatif, mampu memadukan kearifan lokal dengan wawasan
global. Dengan kreativitas berbasis nilai kebangsaan, Indonesia akan melahirkan solusi untuk
ketahanan pangan, energi, lingkungan, dan berbagai tantangan global. Inovasi yang lahir dari
semangat kebangsaan akan menjadikan Indonesia berdaulat, berdaya saing, dan disegani di
panggung dunia.
Berikut tabel ringkasan strategis mengenai creative thinking dan inovasi untuk daya saing
ekonomi dalam kerangka WEF 2025 dan visi Indonesia Emas 2045:
Tabel 9.5
Creative Thinking dan Inovasi untuk Daya Saing Ekonomi
No. Dimensi Strategis Fokus Utama Strategi Implementasi Arah Kebijakan Nasional
1. Pendidikan Kreatif Menumbuhkan
imajinasi dan
inovasi
Kurikulum berbasis
proyek, riset kreatif,
problem solving
Generasi emas kreatif
dan solutif sejak dini
2. Ekosistem Inovasi Kolaborasi
multipihak
Insentif startup,
kemitraan industri-
universitas, akses
permodalan
Inovasi berdampak nyata
bagi ekonomi nasional
3. Soft Power Global Kreativitas
sebagai
instrumen
geopolitik
Industri kreatif,
diplomasi budaya,
inovasi teknologi
Indonesia disegani di
percaturan global
14
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
No. Dimensi Strategis Fokus Utama Strategi Implementasi Arah Kebijakan Nasional
4. Perlindungan
Intelektual
Melindungi karya
anak bangsa
Hak cipta, paten,
regulasi perlindungan
inovasi
Kedaulatan bangsa di
bidang inovasi terjaga
5. Kepemimpinan
Visioner
Pengarahan
strategi inovasi
Kebijakan pro-riset,
integrasi riset-industri,
investasi R&D
Inovasi mendukung
pembangunan nasional
6. Ketahanan
Nasional
Inovasi untuk
solusi strategis
Energi terbarukan,
pertanian digital,
sistem kesehatan
inovatif
Daya saing ekonomi
sekaligus ketahanan
nasional
Dengan strategi tersebut, Indonesia dapat menjadikan kreativitas dan inovasi sebagai senjata
heroik dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045. Generasi emas yang kreatif dan
inovatif akan membawa bangsa ini tidak hanya bertahan dalam disrupsi global, tetapi juga
tampil sebagai pemimpin dunia yang berdaulat, berkarakter, dan bermartabat.
9.6. Lifelong Learning sebagai Budaya Bangsa
Lifelong learning atau pembelajaran sepanjang hayat telah menjadi fondasi penting dalam
dunia kerja abad ke-21 yang sarat dengan disrupsi. Laporan World Economic Forum Future of
Jobs 2025 menegaskan bahwa keterampilan manusia kini semakin cepat usang akibat
perkembangan teknologi, otomatisasi, serta perubahan lanskap industri. Reskilling dan
upskilling berkelanjutan tidak lagi bersifat opsional, melainkan sebuah keharusan agar pekerja
tetap relevan di dunia kerja. Dalam konteks Indonesia, lifelong learning harus
ditransformasikan menjadi budaya nasional yang melekat pada jati diri bangsa. Ia bukan hanya
strategi pendidikan atau kebijakan tenaga kerja, tetapi sebuah gerakan kolektif yang
memastikan seluruh rakyat Indonesia terus berkembang, berdaya, dan mampu menjawab
tantangan zaman.
Pembelajaran sepanjang hayat sejatinya telah tertanam dalam falsafah bangsa. Pancasila
mengajarkan pentingnya kemanusiaan yang adil dan beradab, yang dalam konteks modern
berarti memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk mengembangkan dirinya
sepanjang hayat. UUD 1945 juga menjamin hak pendidikan bagi setiap warga negara, tidak
hanya pada tahap formal, tetapi juga pada pembelajaran informal dan nonformal yang
berkesinambungan. NKRI memastikan bahwa kesempatan untuk belajar harus merata, tidak
hanya di kota besar, tetapi juga menjangkau pelosok nusantara. Bhinneka Tunggal Ika
menegaskan bahwa keberagaman bangsa justru dapat memperkaya pengalaman belajar
kolektif yang membangun solidaritas nasional.
Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, lifelong learning bukan hanya tentang memperbarui
keterampilan teknis, tetapi juga membentuk mentalitas tangguh. Generasi emas 2045 harus
dibekali dengan semangat untuk tidak berhenti belajar, terbuka terhadap perubahan, serta
siap beradaptasi dengan realitas baru. Ketika profesi lama menghilang dan profesi baru
bermunculan, hanya mereka yang memiliki budaya belajar berkelanjutan yang akan mampu
15
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
bertahan dan memimpin. Lifelong learning dengan demikian adalah vaksin sosial dan ekonomi
yang melindungi bangsa dari ketertinggalan.
Lingkungan strategis global memperlihatkan bahwa negara yang berhasil menanamkan
budaya lifelong learning dalam masyarakatnya akan lebih tangguh menghadapi krisis.
Misalnya, ketika pandemi global melanda, negara-negara dengan ekosistem pembelajaran
daring yang kuat mampu beradaptasi lebih cepat dibandingkan negara yang tidak siap.
Indonesia harus mengambil pelajaran dari hal ini dengan memperkuat infrastruktur
pembelajaran digital, memperluas akses internet, dan menyediakan konten pendidikan yang
inklusif. Dengan strategi ini, lifelong learning akan menjangkau seluruh rakyat, tidak terbatas
usia, latar belakang sosial, atau geografis.
Pendidikan formal di sekolah dan universitas hanyalah pintu awal. Setelah itu, pembelajaran
harus berlanjut sepanjang kehidupan seseorang melalui kursus daring, pelatihan industri,
workshop, hingga pembelajaran berbasis komunitas. Dunia usaha juga harus menjadikan
lifelong learning sebagai bagian dari budaya kerja. Perusahaan tidak boleh hanya menuntut
produktivitas, tetapi juga harus berinvestasi dalam pelatihan karyawan agar keterampilan
mereka selalu relevan. Dengan demikian, dunia industri akan menjadi mitra strategis dalam
menciptakan ekosistem pembelajaran sepanjang hayat.
Kepemimpinan nasional memiliki peran penting dalam mendorong lifelong learning sebagai
gerakan kebangsaan. Pemimpin visioner harus berani mengubah paradigma pendidikan dari
sekadar proses formal menuju sebuah sistem yang dinamis, inklusif, dan berkelanjutan.
Kebijakan strategis perlu diarahkan untuk menyediakan anggaran riset dan pelatihan,
memberi insentif bagi perusahaan yang berkomitmen pada reskilling karyawan, serta
mendukung startup dan lembaga pendidikan alternatif yang menyediakan akses belajar
inovatif. Dengan kepemimpinan berbasis Pancasila, lifelong learning akan diarahkan untuk
memperkuat ketahanan nasional dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Lifelong learning juga memiliki dimensi ideologis yang sangat penting. Di era perang informasi,
pembelajaran sepanjang hayat tidak hanya tentang menguasai teknologi, tetapi juga tentang
memperkuat literasi ideologi dan kebangsaan. Generasi emas 2045 harus terus belajar
memahami geopolitik, sejarah, serta nilai-nilai Pancasila agar tidak mudah terpengaruh
infiltrasi budaya asing yang melemahkan jati diri bangsa. Dengan perpaduan antara
keterampilan modern dan literasi kebangsaan, lifelong learning akan melahirkan generasi
yang cerdas sekaligus berkarakter.
Selain itu, lifelong learning juga dapat menjadi instrumen pemerataan pembangunan. Dengan
sistem pembelajaran daring, orang-orang di daerah terpencil dapat memperoleh
keterampilan yang sama dengan mereka yang berada di kota besar. Hal ini akan memperkecil
kesenjangan sosial dan ekonomi, serta memperkuat persatuan bangsa. Dengan begitu,
lifelong learning tidak hanya berfungsi sebagai strategi adaptasi terhadap perubahan global,
tetapi juga sebagai alat untuk memperkokoh NKRI.
Kewaspadaan nasional juga menuntut agar lifelong learning diarahkan untuk melahirkan SDM
yang waspada terhadap ancaman global. Generasi emas 2045 harus memahami ancaman
disinformasi digital, radikalisme, hingga eksploitasi ekonomi. Dengan budaya belajar
berkelanjutan, generasi ini akan mampu mengidentifikasi ancaman sejak dini dan
merumuskan solusi yang kreatif sekaligus patriotik. Lifelong learning dengan demikian adalah
benteng ideologis sekaligus senjata strategis bangsa dalam menghadapi dunia yang penuh
tantangan.
16
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Dengan semua itu, jelaslah bahwa lifelong learning harus ditetapkan sebagai budaya bangsa.
Ia bukan hanya strategi pendidikan, tetapi strategi kebangsaan. Dengan menjadikan
pembelajaran sepanjang hayat sebagai bagian dari jati diri nasional, Indonesia akan
melahirkan generasi emas 2045 yang selalu relevan dengan perubahan, tangguh menghadapi
tantangan, dan siap memimpin dunia. Inilah jalan heroik menuju Indonesia Emas: menjadikan
bangsa ini bukan hanya besar secara jumlah, tetapi unggul secara kualitas.
Berikut tabel ringkasan strategis mengenai lifelong learning sebagai budaya bangsa dalam
kerangka WEF 2025 dan visi Indonesia Emas 2045:
Tabel 9.6
Lifelong Learning sebagai Budaya Bangsa
No Dimensi Strategis Fokus Utama Strategi Implementasi Arah Kebijakan Nasional
1. Pendidikan
Nasional
Pembelajaran
sepanjang hayat
untuk semua
Kurikulum adaptif,
akses daring,
pembelajaran berbasis
komunitas
Generasi emas selalu
relevan dengan
perubahan global
2. Dunia Industri Reskilling dan
upskilling
berkelanjutan
Program pelatihan
karyawan, insentif
perusahaan, kolaborasi
riset
Produktivitas dan daya
saing ekonomi
meningkat
3. Literasi
Kebangsaan
Integrasi ideologi
dengan
pembelajaran
Pendidikan Pancasila,
literasi sejarah, kontra
narasi digital
Generasi emas
berkarakter dan
waspada terhadap
infiltrasi
4. Inklusi Sosial Pemerataan akses
belajar
Infrastruktur digital,
pelatihan daring di
daerah terpencil
Kesenjangan sosial-
ekonomi berkurang,
NKRI makin kokoh
5. Kepemimpinan
Visioner
Gerakan nasional
lifelong learning
Kebijakan pro-
reskilling, investasi
pendidikan, kolaborasi
multipihak
Lifelong learning sebagai
budaya nasional
6. Ketahanan
Nasional
Lifelong learning
untuk menghadapi
ancaman
Pembelajaran
geopolitik, literasi
digital, kesiapan
adaptif
Bangsa tangguh
menghadapi krisis global
dan domestik
Dengan strategi ini, lifelong learning akan menjadi budaya bangsa yang menuntun Indonesia
menuju kejayaan. Generasi emas 2045 akan lahir sebagai generasi yang tidak pernah berhenti
belajar, tidak pernah berhenti berinovasi, dan tidak pernah berhenti berjuang untuk
kedaulatan bangsa. Inilah fondasi strategis untuk memastikan Indonesia tidak hanya bertahan
dalam disrupsi global, tetapi juga tampil sebagai pemimpin dunia yang berdaulat,
bermartabat, dan berkeadilan.
17
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
9.7. Green Skills dan Agenda Net-Zero Indonesia
Green skills menjadi salah satu tema besar yang disoroti dalam World Economic Forum Future
of Jobs Report 2025, di mana transisi menuju ekonomi hijau menjadi keniscayaan yang tidak
dapat ditunda. Pertumbuhan green jobs di sektor energi terbarukan, keberlanjutan
lingkungan, dan ekonomi sirkular diproyeksikan meningkat secara pesat seiring komitmen
global mencapai target net-zero emission pada pertengahan abad. Bagi Indonesia, yang
dikaruniai kekayaan alam melimpah, transisi menuju ekonomi hijau bukan hanya pilihan,
melainkan kewajiban strategis demi menjaga kelestarian Nusantara dan memastikan
keberlangsungan generasi mendatang. Green skills atau keterampilan hijau dengan demikian
adalah senjata utama bagi SDM unggul untuk mendukung agenda net-zero sekaligus
memperkokoh kedaulatan bangsa.
Keterampilan hijau mencakup kemampuan teknis dan non-teknis yang berkaitan dengan
pembangunan berkelanjutan, seperti pengelolaan energi terbarukan, efisiensi energi, daur
ulang, konservasi alam, hingga manajemen karbon. Generasi emas 2045 harus dipersiapkan
untuk tidak hanya bekerja di sektor tradisional, tetapi juga menguasai keterampilan yang
relevan dengan ekonomi hijau. Misalnya, insinyur energi yang menguasai teknologi surya dan
angin, wirausahawan muda yang mengembangkan bisnis sirkular, serta peneliti yang
mengembangkan biomaterial ramah lingkungan. Dengan penguasaan green skills, SDM
Indonesia akan menjadi penggerak utama transformasi ekonomi nasional menuju arah yang
lebih berkelanjutan.
Agenda net-zero bukan hanya isu lingkungan, tetapi juga menyangkut ketahanan nasional.
Ketergantungan pada energi fosil telah lama menjadi titik lemah bangsa dalam menghadapi
krisis energi global. Fluktuasi harga minyak, konflik geopolitik, dan dampak lingkungan dari
penggunaan energi fosil menunjukkan bahwa ketahanan energi hanya dapat dicapai dengan
transisi menuju energi terbarukan. Dengan mengembangkan green skills, Indonesia dapat
mengurangi ketergantungan impor energi, memperkuat kemandirian ekonomi, serta
mengamankan masa depan bangsa. Dengan demikian, agenda net-zero adalah bagian dari
strategi besar ketahanan nasional.
Pancasila menjadi pedoman etika dalam mengembangkan keterampilan hijau. Sila kedua
tentang kemanusiaan yang adil dan beradab mengingatkan bahwa pembangunan tidak boleh
merusak lingkungan yang menjadi sumber kehidupan umat manusia. Sila kelima tentang
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menegaskan bahwa manfaat dari transisi energi
harus dirasakan oleh seluruh rakyat, bukan hanya kelompok tertentu. UUD 1945 juga
mengamanatkan negara untuk menguasai sumber daya alam demi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat, yang berarti negara berkewajiban memastikan transisi energi hijau
berjalan adil, inklusif, dan berpihak pada kepentingan nasional.
Wawasan Nusantara memberikan landasan ekologis dalam agenda net-zero. Dengan
memahami bahwa wilayah Indonesia terdiri dari daratan, lautan, dan udara yang saling
terhubung, keterampilan hijau harus dikembangkan sesuai konteks geografis Nusantara. Di
wilayah pesisir, green skills dapat diarahkan pada pengelolaan energi laut dan konservasi
ekosistem mangrove. Di pedalaman, keterampilan hijau dapat dikembangkan untuk pertanian
berkelanjutan dan pengelolaan hutan lestari. Dengan perspektif Wawasan Nusantara, agenda
18
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
net-zero akan menjadi strategi menyeluruh yang memperkuat persatuan bangsa sekaligus
menjaga kelestarian alam Indonesia.
Lingkungan strategis global menunjukkan bahwa negara yang cepat mengembangkan green
skills akan menjadi pemimpin dalam ekonomi masa depan. Investasi internasional kini
semakin beralih ke sektor hijau, dan pasar global semakin menuntut produk ramah
lingkungan. Jika Indonesia gagal menyiapkan green skills, bangsa ini akan tertinggal dan hanya
menjadi pasar bagi produk hijau negara lain. Sebaliknya, jika Indonesia berhasil menguasai
keterampilan ini, maka bangsa ini dapat tampil sebagai pemimpin dalam perdagangan karbon,
teknologi energi terbarukan, dan industri ramah lingkungan. Dengan demikian, green skills
adalah kunci daya saing global Indonesia.
Kepemimpinan nasional berperan besar dalam mengarahkan pembangunan green skills.
Pemimpin visioner harus berani mengambil langkah strategis, seperti mengintegrasikan
keterampilan hijau ke dalam kurikulum pendidikan, memberikan insentif bagi industri yang
berinvestasi dalam energi hijau, serta memperkuat riset dan inovasi di bidang teknologi ramah
lingkungan. Kebijakan publik harus dirancang agar seluruh lapisan masyarakat, dari desa
hingga kota besar, terlibat dalam gerakan nasional menuju net-zero. Dengan kepemimpinan
yang berpihak pada lingkungan dan rakyat, transisi hijau akan menjadi gerakan kebangsaan,
bukan sekadar proyek teknokratis.
Pendidikan juga memegang peran vital dalam melahirkan generasi yang menguasai
keterampilan hijau. Sekolah dan universitas harus menjadi pusat pembelajaran green skills
dengan kurikulum yang relevan dengan agenda net-zero. Program vokasi harus menyediakan
pelatihan langsung untuk pekerjaan di sektor energi terbarukan, pertanian berkelanjutan, dan
pengelolaan limbah. Selain itu, pendidikan informal dan berbasis komunitas juga harus
digalakkan agar kesadaran lingkungan menjadi bagian dari budaya bangsa. Dengan demikian,
green skills tidak hanya menjadi kompetensi teknis, tetapi juga menjadi identitas kolektif
bangsa Indonesia.
Kewaspadaan nasional sangat diperlukan dalam agenda transisi hijau. Peningkatan
permintaan global terhadap sumber daya alam untuk energi terbarukan, seperti nikel dan
kobalt, dapat menimbulkan eksploitasi berlebihan jika tidak dikelola dengan baik. Generasi
emas 2045 harus memiliki kesadaran geopolitik untuk memastikan bahwa kekayaan alam
Indonesia tidak kembali menjadi objek eksploitasi asing, melainkan dikelola secara bijak demi
kepentingan rakyat. Dengan green skills yang dipandu oleh kesadaran kebangsaan, Indonesia
dapat mengubah potensi alamnya menjadi kekuatan strategis yang memperkuat kedaulatan
bangsa.
Dengan semua itu, jelaslah bahwa green skills dan agenda net-zero adalah fondasi penting
bagi Indonesia dalam menyongsong 2045. Generasi emas harus menjadi generasi hijau:
generasi yang mampu mengintegrasikan keterampilan lingkungan dengan wawasan
kebangsaan, yang kreatif dalam menciptakan solusi berkelanjutan, dan yang berdaulat dalam
mengelola sumber daya alam. Dengan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika
sebagai landasan, serta Wawasan Nusantara sebagai arah strategis, Indonesia akan tampil
sebagai bangsa yang bukan hanya tangguh menghadapi krisis iklim, tetapi juga menjadi
teladan global dalam pembangunan berkelanjutan.
Berikut tabel ringkasan strategis mengenai green skills dan agenda net-zero Indonesia dalam
kerangka WEF 2025 dan visi Indonesia Emas 2045:
19
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Tabel 9.7
Green Skills dan Agenda Net-Zero Indonesia
No Dimensi Strategis Fokus Utama Strategi Implementasi Arah Kebijakan Nasional
1. Green Skills
Nasional
Keterampilan
energi terbarukan
& sirkular
Kurikulum hijau, vokasi
energi terbarukan,
riset keberlanjutan
Generasi emas 2045 ahli
keterampilan hijau
2. Agenda Net-Zero Transisi energi
dan
dekarbonisasi
ekonomi
Investasi energi
terbarukan,
pengurangan emisi,
perdagangan karbon
Indonesia berkomitmen
pada target net-zero 2060
atau lebih cepat
3. Wawasan
Nusantara
Perspektif
ekologis berbasis
wilayah
Konservasi pesisir,
hutan lestari, pertanian
berkelanjutan
Kelestarian alam
Nusantara sebagai
kekuatan bangsa
4. Ketahanan Energi Kemandirian
energi nasional
Pengurangan impor
fosil, diversifikasi
sumber energi
Energi terbarukan
memperkuat kedaulatan
ekonomi nasional
5. Kepemimpinan
Visioner
Strategi nasional
transisi hijau
Kebijakan pro-
lingkungan, insentif
inovasi hijau, diplomasi
energi
Indonesia sebagai
pemimpin regional dalam
green economy
6. Kewaspadaan
Nasional
Perlindungan SDA
dari eksploitasi
asing
Regulasi ketat,
pengawasan, hilirisasi
sumber daya strategis
Kedaulatan sumber daya
alam terjaga
Dengan strategi tersebut, Indonesia akan mampu menjadikan green skills dan agenda net-zero
sebagai instrumen heroik menuju Indonesia Emas 2045. Generasi emas akan lahir sebagai
generasi hijau: tangguh dalam menjaga bumi, cerdas dalam berinovasi, dan berdaulat dalam
mengelola kekayaan alam Nusantara untuk kejayaan bangsa.
9.8. Leadership dan Social Influence dalam Konteks Kebangsaan
Leadership dan social influence merupakan keterampilan yang semakin krusial dalam
menghadapi kompleksitas dunia kerja masa depan. World Economic Forum Future of Jobs
Report 2025 menegaskan bahwa pemimpin yang efektif tidak hanya menguasai kemampuan
manajerial, tetapi juga memiliki kapasitas untuk menginspirasi, memengaruhi, dan
menggerakkan perubahan sosial. Dalam konteks Indonesia, leadership dan social influence
harus dimaknai lebih luas daripada sekadar kemampuan mengatur organisasi. Ia harus
menjadi instrumen kebangsaan untuk menyatukan keberagaman, memperkuat solidaritas
nasional, serta mengarahkan bangsa menuju kejayaan Indonesia Emas 2045.
Kepemimpinan dalam konteks kebangsaan tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila.
Pemimpin sejati adalah mereka yang menjunjung tinggi kemanusiaan, menjaga persatuan,
menegakkan keadilan sosial, serta mengedepankan musyawarah demi kepentingan rakyat.
20
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Dalam era disrupsi, ketika arus informasi begitu cepat dan infiltrasi ideologi begitu mudah
masuk, pemimpin yang berakar pada nilai kebangsaan akan mampu menjadi jangkar stabilitas
sosial. Leadership berbasis Pancasila akan menghasilkan keputusan yang tidak hanya cerdas
secara teknis, tetapi juga bijaksana secara moral dan adil secara sosial.
Social influence adalah kekuatan lunak yang memungkinkan seorang pemimpin memengaruhi
arah bangsa melalui keteladanan, komunikasi yang inspiratif, dan tindakan nyata. Generasi
emas 2045 harus menjadi generasi yang memiliki integritas moral, sehingga setiap kata dan
tindakannya menjadi teladan yang menggerakkan. Dalam konteks geopolitik, social influence
bangsa Indonesia dapat menjelma sebagai kekuatan moral yang dihormati di dunia
internasional. Indonesia dapat tampil bukan hanya sebagai kekuatan ekonomi atau politik,
tetapi juga sebagai kekuatan moral yang mempromosikan perdamaian, keadilan, dan kerja
sama global.
Bhinneka Tunggal Ika menjadi landasan penting dalam kepemimpinan masa depan. Di tengah
keberagaman etnis, agama, dan budaya, seorang pemimpin yang visioner harus mampu
menjadikan keberagaman sebagai kekuatan kolektif. Leadership yang menghargai perbedaan
akan memperkokoh persatuan nasional. Generasi muda Indonesia harus dididik untuk
memimpin dengan cara inklusif, memastikan bahwa tidak ada satu kelompok pun yang
terpinggirkan. Dengan demikian, kepemimpinan tidak hanya menjadi instrumen manajerial,
tetapi juga perekat sosial bangsa.
Lingkungan strategis global menuntut pemimpin yang lincah dalam menghadapi krisis,
diplomatis dalam membangun jejaring, dan tangguh dalam mempertahankan kepentingan
nasional. Persaingan antarbangsa yang semakin ketat menuntut Indonesia memiliki pemimpin
yang mampu memperkuat daya tawar bangsa. Leadership dalam konteks global harus disertai
dengan social influence yang kuat, sehingga Indonesia dapat berperan sebagai pemimpin
regional di Asia Tenggara dan aktor penting dalam percaturan global. Dengan kepemimpinan
yang berakar pada nilai kebangsaan dan memiliki daya pengaruh sosial yang besar, Indonesia
dapat menjadi kekuatan yang disegani dan dihormati.
Kepemimpinan nasional juga harus menjadi motor penggerak pembangunan SDM unggul.
Pemimpin visioner harus memastikan bahwa kebijakan publik berpihak pada pendidikan,
riset, dan inovasi. Mereka harus mendorong ekosistem yang mendukung kreativitas,
memperkuat ketahanan ekonomi, dan meningkatkan kualitas hidup rakyat. Dengan leadership
yang kuat, setiap kebijakan akan menjadi instrumen untuk memperkuat ketahanan nasional
dan memperkokoh fondasi menuju Indonesia Emas.
Social influence juga memiliki dimensi digital yang tidak dapat diabaikan. Di era media sosial,
pengaruh seorang pemimpin tidak hanya terbatas pada ruang fisik, tetapi juga ruang maya.
Generasi emas 2045 harus memahami cara menggunakan media digital sebagai sarana untuk
menyebarkan nilai kebangsaan, melawan disinformasi, dan memperkuat solidaritas nasional.
Dengan pengaruh sosial yang positif di dunia digital, kepemimpinan bangsa akan semakin
kuat, relevan, dan dekat dengan rakyat.
Kepemimpinan berbasis kebangsaan juga harus mampu melahirkan gerakan kolektif.
Pemimpin masa depan tidak hanya dituntut untuk memimpin dari depan, tetapi juga mampu
mendorong partisipasi rakyat dalam membangun bangsa. Dengan social influence yang kuat,
pemimpin akan mampu menumbuhkan semangat gotong royong, solidaritas sosial, dan rasa
tanggung jawab kolektif terhadap masa depan bangsa. Inilah yang akan menjadikan
21
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
kepemimpinan Indonesia unik: ia tidak hanya top-down, tetapi juga bottom-up, mengakar
dalam budaya kebersamaan bangsa.
Kewaspadaan nasional menuntut kepemimpinan yang peka terhadap ancaman, baik internal
maupun eksternal. Pemimpin yang memiliki social influence akan mampu memobilisasi
masyarakat untuk tetap waspada terhadap disinformasi, infiltrasi ideologi asing, dan ancaman
terhadap persatuan bangsa. Leadership dalam konteks ini bukan hanya soal mengatur, tetapi
juga soal menjaga integritas bangsa dari segala bentuk ancaman.
Dengan semua itu, jelaslah bahwa leadership dan social influence dalam konteks kebangsaan
adalah keterampilan heroik yang akan menentukan keberhasilan Indonesia dalam
menyongsong 2045. Generasi emas harus menjadi pemimpin yang berintegritas, visioner, dan
inspiratif, yang tidak hanya memimpin organisasi, tetapi juga menggerakkan bangsa. Dengan
Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan, leadership dan social
influence akan menjadikan Indonesia sebagai kekuatan moral dan strategis yang disegani
dunia.
Berikut tabel ringkasan strategis mengenai leadership dan social influence dalam konteks
kebangsaan dalam kerangka WEF 2025 dan visi Indonesia Emas 2045:
Tabel 9.8
Leadership dan Social Influence dalam Konteks Kebangsaan
No Dimensi Strategis Fokus Utama Strategi Implementasi Arah Kebijakan Nasional
1. Leadership
Pancasila
Kepemimpinan
berbasis nilai
kebangsaan
Pendidikan karakter,
musyawarah, teladan
moral
Pemimpin visioner dan
berintegritas
2. Social Influence Pengaruh sosial
untuk perubahan
positif
Komunikasi inspiratif,
media digital, teladan
nyata
Solidaritas nasional dan
pengaruh global
Indonesia
3. Bhinneka Tunggal
Ika
Kepemimpinan
inklusif dan perekat
bangsa
Inklusivitas,
penghargaan
terhadap perbedaan,
persatuan
Keberagaman sebagai
kekuatan kolektif
4. Geopolitik Global Pengaruh strategis
dalam percaturan
dunia
Diplomasi moral,
kepemimpinan
regional, jejaring
internasional
Indonesia sebagai
kekuatan disegani di Asia
dan dunia
5. Kepemimpinan
Visioner
Motor
pembangunan SDM
unggul
Kebijakan pro-
pendidikan, riset, dan
inovasi
Fondasi Indonesia Emas
2045 berbasis SDM
unggul
6. Kewaspadaan
Nasional
Kepemimpinan
yang menjaga
integritas bangsa
Mobilisasi rakyat,
kontra narasi
disinformasi, bela
negara
Bangsa tangguh
menghadapi ancaman
internal dan eksternal
Dengan strategi ini, leadership dan social influence akan menjadi kekuatan strategis yang
memastikan Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi juga memimpin di era global. Generasi
22
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
emas 2045 akan tampil sebagai pemimpin yang cerdas, berkarakter, dan berdaulat, membawa
Indonesia menuju kejayaan sebagai bangsa yang bermartabat di mata dunia.
9.9. Skill Instability: Tantangan dan Solusi Nasional
Skill instability atau ketidakstabilan keterampilan menjadi salah satu tantangan utama yang
disoroti dalam World Economic Forum Future of Jobs Report 2025. Fenomena ini muncul
karena kecepatan perkembangan teknologi yang membuat keterampilan cepat usang,
sementara kebutuhan industri terus berubah. Profesi yang hari ini relevan bisa hilang dalam
beberapa tahun mendatang, digantikan oleh pekerjaan baru yang memerlukan keahlian
berbeda. Kondisi ini menghadirkan risiko besar bagi tenaga kerja yang tidak mampu
beradaptasi, sekaligus peluang emas bagi bangsa yang mampu mengelola transisi
keterampilan secara sistematis. Bagi Indonesia, skill instability harus dipandang bukan sebagai
hambatan, melainkan sebagai momentum strategis untuk membangun ekosistem SDM
unggul yang dinamis, inovatif, dan siap menghadapi persaingan global menuju Indonesia Emas
2045.
Skill instability berimplikasi langsung pada ketahanan nasional. Jika tenaga kerja tidak mampu
beradaptasi dengan cepat, maka ketertinggalan ekonomi akan semakin besar, kesenjangan
sosial melebar, dan daya saing bangsa melemah. Sebaliknya, bangsa yang mampu
mengantisipasi ketidakstabilan keterampilan dengan sistem pendidikan adaptif akan
melahirkan generasi yang lebih tangguh dan fleksibel. Oleh karena itu, pendidikan nasional
harus bertransformasi dari sistem yang kaku menjadi sistem yang responsif terhadap
perubahan. Kurikulum harus terus diperbarui sesuai perkembangan teknologi, metode
pembelajaran harus lebih kontekstual, dan orientasi pendidikan harus berfokus pada
keterampilan masa depan seperti literasi digital, kecerdasan buatan, big data, green skills,
serta kemampuan berpikir kritis.
UUD 1945 memberikan landasan bahwa negara berkewajiban mencerdaskan kehidupan
bangsa. Dalam konteks skill instability, mandat ini berarti negara harus memastikan setiap
warga negara memiliki akses terhadap reskilling dan upskilling berkelanjutan. Program
pendidikan formal tidak boleh menjadi satu-satunya pintu untuk memperoleh keterampilan,
melainkan harus ditunjang dengan pelatihan vokasi, kursus daring, magang industri, serta
pembelajaran berbasis komunitas. Dengan demikian, pendidikan menjadi proses sepanjang
hayat yang memastikan setiap generasi relevan dengan tuntutan zaman.
Pancasila memberikan nilai etis dalam menghadapi skill instability. Sila kelima tentang
keadilan sosial menegaskan bahwa kesempatan untuk meningkatkan keterampilan harus
terbuka bagi semua warga negara, bukan hanya mereka yang memiliki akses atau kemampuan
finansial lebih baik. Sila ketiga tentang persatuan Indonesia mengingatkan bahwa adaptasi
keterampilan harus merata di seluruh wilayah, sehingga tidak ada daerah yang tertinggal.
Bhinneka Tunggal Ika memberikan perspektif bahwa keragaman budaya dan sosial bangsa
dapat menjadi kekuatan dalam mengembangkan solusi inovatif menghadapi perubahan
global.
Lingkungan strategis global memperlihatkan bahwa negara-negara dengan ekosistem
reskilling yang kuat lebih mampu menghadapi disrupsi. Misalnya, beberapa negara maju telah
menjadikan pembelajaran ulang sebagai agenda nasional dengan dukungan teknologi digital.
Indonesia harus belajar dari praktik tersebut, namun dengan adaptasi sesuai konteks lokal.
23
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Ekosistem reskilling nasional harus melibatkan pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan
masyarakat sipil dalam sebuah sinergi. Pemerintah menyediakan kebijakan dan regulasi,
swasta menyediakan pengalaman praktik serta kebutuhan industri, akademisi menyediakan
riset dan kurikulum, sementara masyarakat sipil memperluas jangkauan pembelajaran
berbasis komunitas.
Kepemimpinan nasional berperan vital dalam memastikan skill instability dikelola dengan
strategi jangka panjang. Pemimpin visioner harus menyadari bahwa keterampilan adalah aset
strategis bangsa, sehingga investasi dalam pendidikan dan pelatihan adalah bagian dari
pertahanan nasional. Kebijakan publik harus menyediakan dana khusus untuk reskilling,
insentif bagi perusahaan yang berinvestasi dalam pelatihan tenaga kerja, serta program
afirmasi bagi kelompok masyarakat yang rentan tertinggal. Dengan kebijakan yang berpihak,
Indonesia dapat mengubah ketidakstabilan keterampilan menjadi energi perubahan positif.
Skill instability juga menuntut kewaspadaan nasional. Jika bangsa ini gagal mengantisipasi
perubahan, maka Indonesia akan menjadi pasar tenaga kerja murah tanpa nilai tambah.
Sebaliknya, dengan kesadaran geopolitik, Indonesia dapat memanfaatkan skill instability
untuk memperkuat posisinya sebagai pusat talenta global. Generasi emas 2045 harus
dipersiapkan untuk menjadi pekerja yang tidak hanya mampu beradaptasi, tetapi juga mampu
menciptakan inovasi baru yang relevan dengan kebutuhan dunia. Dengan demikian, skill
instability akan menjadi sarana untuk memperkokoh kepemimpinan Indonesia di panggung
global.
Dalam dunia kerja yang semakin terdigitalisasi, skill instability juga menuntut penguasaan
teknologi yang mendalam. Generasi emas harus mampu menguasai perangkat lunak terbaru,
memahami perkembangan AI, serta memanfaatkan big data untuk pengambilan keputusan.
Namun keterampilan teknis saja tidak cukup. Diperlukan pula keterampilan non-teknis seperti
komunikasi, kerja sama tim lintas budaya, kepemimpinan, dan empati. Dengan kombinasi
keterampilan teknis dan non-teknis, generasi emas Indonesia akan menjadi pemimpin global
yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bijak secara moral.
Reskilling dan upskilling harus menjadi gerakan nasional. Pemerintah harus meluncurkan
roadmap jangka panjang yang menjadikan pembelajaran ulang sebagai bagian dari budaya
bangsa. Dunia usaha harus membangun pusat pelatihan internal untuk meningkatkan
kapasitas pekerja. Lembaga pendidikan harus membuka jalur fleksibel yang memungkinkan
pekerja kembali belajar tanpa meninggalkan pekerjaannya. Dengan ekosistem yang inklusif,
skill instability dapat diubah menjadi peluang untuk mempercepat modernisasi tenaga kerja
Indonesia.
Dengan semua itu, skill instability seharusnya tidak dianggap sebagai ancaman, tetapi sebagai
peluang untuk melahirkan SDM unggul yang lebih adaptif, inovatif, dan visioner. Generasi
emas 2045 harus menjadi generasi yang mampu menghadapi perubahan dengan optimisme,
menjadikan disrupsi sebagai momentum kebangkitan, dan mengubah tantangan menjadi
jalan menuju kejayaan bangsa. Dengan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika
sebagai fondasi, serta Wawasan Nusantara dan kewaspadaan nasional sebagai panduan,
Indonesia akan mampu menjadikan skill instability sebagai batu loncatan menuju masa depan
yang lebih cerah dan berdaulat.
Berikut tabel ringkasan strategis mengenai skill instability dalam kerangka WEF 2025 dan visi
Indonesia Emas 2045:
24
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Tabel 9.9
Skill Instability: Tantangan dan Solusi Nasional
No. Dimensi Strategis Fokus Utama Strategi Implementasi Arah Kebijakan Nasional
1. Pendidikan
Adaptif
Kurikulum
responsif
terhadap
perubahan
Pembaruan kurikulum,
problem-based
learning, digital
learning
Generasi emas relevan
dengan kebutuhan
global
2. Reskilling Nasional Pembelajaran
ulang bagi tenaga
kerja
Program vokasi, kursus
daring, kolaborasi
industri
Pekerja siap menghadapi
disrupsi teknologi
3. Upskilling
Berkelanjutan
Peningkatan
kapasitas secara
kontinu
Workshop, training
industri, sertifikasi
keterampilan
Produktivitas dan daya
saing meningkat
4. Inklusi Sosial Pemerataan
kesempatan
keterampilan
Afirmasi bagi daerah
tertinggal, dukungan
untuk kelompok rentan
Mengurangi
kesenjangan dan
memperkokoh NKRI
5. Kepemimpinan
Visioner
Strategi jangka
panjang
pembangunan
SDM
Roadmap reskilling
nasional, insentif
perusahaan, investasi
R&D
Keterampilan jadi aset
strategis bangsa
6. Kewaspadaan
Nasional
Mengubah
tantangan jadi
peluang
Literasi geopolitik,
kontra narasi global,
perlindungan SDA
Indonesia jadi pusat
talenta global yang
berdaulat
Dengan strategi ini, skill instability tidak akan menjadi beban, melainkan peluang untuk
mempercepat transformasi bangsa. Generasi emas 2045 akan tampil sebagai SDM unggul
yang dinamis, inovatif, dan berkarakter, siap memimpin Indonesia menuju masa depan yang
berdaulat, adil, dan bermartabat.
9.10. Peta Jalan Upskilling dan Reskilling menuju Indonesia Emas 2045
Upskilling dan reskilling adalah kunci strategis agar bangsa Indonesia tidak tertinggal dalam
gelombang revolusi teknologi yang terus melaju dengan kecepatan eksponensial. Laporan
World Economic Forum Future of Jobs 2025 menekankan bahwa lebih dari separuh tenaga
kerja dunia memerlukan reskilling signifikan dalam dekade ini untuk menghadapi perubahan
lanskap pekerjaan. Data tersebut menjadi peringatan keras sekaligus peluang besar bagi
Indonesia untuk menata arah pembangunan SDM yang relevan, adaptif, dan visioner. Tanpa
peta jalan yang jelas, skill gap akan semakin melebar, membuat bangsa ini tertinggal dalam
kompetisi global. Sebaliknya, dengan roadmap upskilling dan reskilling yang terintegrasi dalam
RPJMN dan visi Indonesia Emas 2045, Indonesia dapat memanfaatkan momentum bonus
demografi untuk melahirkan generasi unggul yang resilien, inovatif, dan berdaulat.
25
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Roadmap nasional harus disusun dengan pendekatan komprehensif yang mencakup
kurikulum adaptif, platform digital, serta program vokasi berkelanjutan. Kurikulum adaptif
berarti sistem pendidikan harus senantiasa diperbarui mengikuti kebutuhan industri yang
dinamis. Mata pelajaran tidak boleh berhenti pada pengetahuan teoritis, tetapi harus
mengintegrasikan keterampilan abad ke-21 seperti literasi digital, analisis data, kecerdasan
buatan, dan green skills. Platform digital perlu dimanfaatkan sebagai medium pembelajaran
yang fleksibel, inklusif, dan terjangkau. Sementara itu, program vokasi berkelanjutan harus
dirancang untuk menjawab kebutuhan praktis dunia industri, sehingga lulusan tidak hanya
siap bekerja, tetapi juga siap menciptakan lapangan kerja baru.
Dalam kerangka kebangsaan, peta jalan ini tidak boleh hanya berorientasi pada kebutuhan
pasar global semata. Ia harus berpijak pada nilai-nilai Pancasila dan berlandaskan UUD 1945.
Artinya, upskilling dan reskilling tidak boleh menciptakan ketimpangan baru antara mereka
yang memiliki akses terhadap pelatihan dan mereka yang tidak. Sila kelima Pancasila tentang
keadilan sosial menuntut agar program ini menjangkau seluruh rakyat, termasuk di daerah
tertinggal. NKRI memastikan bahwa roadmap ini harus berlaku secara nasional, dari perkotaan
hingga pelosok Nusantara. Sementara itu, Bhinneka Tunggal Ika mengingatkan bahwa
keberagaman budaya dan sosial bangsa adalah modal berharga untuk melahirkan model
pelatihan yang kontekstual sesuai karakteristik lokal.
Lingkungan strategis global semakin memperlihatkan bahwa bangsa yang mampu
menyiapkan SDM adaptif akan lebih tangguh menghadapi krisis. Perubahan iklim, krisis
energi, fragmentasi geopolitik, dan disrupsi teknologi menuntut tenaga kerja yang mampu
berpikir kritis, fleksibel, dan kolaboratif. Indonesia harus menjadikan roadmap upskilling dan
reskilling sebagai instrumen ketahanan nasional. Dengan SDM yang siap menghadapi
tantangan global, bangsa ini akan lebih mampu menjaga kedaulatan ekonomi, memperkuat
diplomasi internasional, dan mempertahankan persatuan nasional.
Kepemimpinan nasional visioner menjadi syarat utama dalam implementasi roadmap ini.
Pemimpin bangsa harus berani mengambil kebijakan strategis yang mendukung pendidikan
berbasis keterampilan, memperkuat riset, dan memfasilitasi sinergi antara pemerintah, dunia
usaha, dan akademisi. Pemimpin visioner juga harus memastikan keberlanjutan pendanaan
untuk program upskilling dan reskilling, baik melalui APBN maupun kemitraan publik-swasta.
Dengan kepemimpinan yang berpihak pada masa depan, roadmap ini tidak hanya akan
menjadi dokumen formal, tetapi juga gerakan nasional yang membentuk karakter generasi
emas 2045.
Dunia industri harus dilibatkan secara aktif dalam roadmap ini. Perusahaan harus menjadi
laboratorium nyata bagi reskilling dan upskilling dengan menyediakan pelatihan internal,
program magang, dan kolaborasi riset dengan universitas. Dunia usaha juga harus diberi
insentif untuk berinvestasi dalam pengembangan SDM, karena pada akhirnya tenaga kerja
terampil akan meningkatkan produktivitas dan daya saing nasional. Sementara itu, akademisi
harus memastikan bahwa riset dan kurikulum mereka sejalan dengan kebutuhan dunia nyata,
bukan sekadar mengejar prestasi akademik semata.
Reskilling dan upskilling juga harus dipandang sebagai bagian dari kewaspadaan nasional. Jika
bangsa ini gagal mengantisipasi perubahan keterampilan, maka Indonesia akan berisiko
menjadi pasar tenaga kerja murah tanpa daya tawar. Namun dengan strategi yang tepat,
Indonesia justru dapat tampil sebagai pusat talenta global yang disegani. Generasi emas 2045
harus dipersiapkan untuk menjadi tenaga kerja yang tidak hanya kompetitif, tetapi juga
26
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
inovatif, mampu menciptakan teknologi baru, dan memiliki kesadaran geopolitik. Dengan
demikian, reskilling dan upskilling akan menjadi instrumen untuk memperkokoh
kepemimpinan Indonesia di tingkat global.
Selain dimensi teknis, roadmap ini juga harus memperhatikan dimensi ideologis.
Pembelajaran ulang dan peningkatan keterampilan tidak hanya berfokus pada literasi digital
atau keterampilan teknis, tetapi juga harus mengintegrasikan literasi kebangsaan. Generasi
muda harus dibekali pemahaman tentang Pancasila, UUD 1945, sejarah bangsa, dan Wawasan
Nusantara. Dengan perpaduan antara keterampilan modern dan nilai kebangsaan, SDM
Indonesia tidak hanya akan unggul dalam kompetensi, tetapi juga kokoh dalam jati diri.
Dengan semua itu, roadmap upskilling dan reskilling bukan hanya strategi pendidikan atau
ekonomi, tetapi strategi kebangsaan. Ia adalah instrumen heroik untuk memastikan Indonesia
tidak hanya bertahan dalam era disrupsi, tetapi juga tampil sebagai pemimpin global. Generasi
emas 2045 akan menjadi generasi yang selalu siap belajar, selalu siap beradaptasi, dan selalu
siap memimpin. Dengan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai
fondasi, serta Wawasan Nusantara dan kewaspadaan nasional sebagai panduan, roadmap ini
akan membawa Indonesia menuju masa depan yang berdaulat, maju, dan bermartabat.
Berikut tabel ringkasan strategis mengenai peta jalan upskilling dan reskilling menuju
Indonesia Emas 2045 dalam kerangka WEF 2025 dan visi kebangsaan:
Tabel 9.10
Peta Jalan Upskilling dan Reskilling menuju Indonesia Emas 2045
No Dimensi Strategis Fokus Utama Strategi Implementasi Arah Kebijakan Nasional
1. Pendidikan
Adaptif
Kurikulum relevan
dengan kebutuhan
masa depan
Kurikulum dinamis,
literasi digital, AI, green
skills
Generasi emas 2045
selalu relevan dan
kompetitif
2. Platform Digital Akses
pembelajaran
fleksibel dan
inklusif
Kursus daring, micro-
credentials,
pembelajaran hybrid
Seluruh rakyat
mendapat kesempatan
belajar sepanjang hayat
3. Vokasi
Berkelanjutan
Keterampilan
praktis untuk
dunia industri
Magang, pelatihan
industri, sertifikasi
kompetensi
SDM siap kerja dan
mampu menciptakan
lapangan kerja
4. Sinergi Multipihak Kolaborasi
pemerintah,
swasta, dan
akademisi
Insentif perusahaan,
kemitraan riset, pusat
pelatihan nasional
Ekosistem reskilling dan
upskilling berkelanjutan
terbentuk
5. Kepemimpinan
Visioner
Kebijakan strategis
berbasis Pancasila
Roadmap nasional,
pendanaan
berkelanjutan,
diplomasi talenta
SDM unggul jadi aset
strategis bangsa
6. Kewaspadaan
Nasional
Transformasi
keterampilan
sebagai strategi
kebangsaan
Literasi ideologi, kontra
narasi global, proteksi
talenta bangsa
Indonesia sebagai pusat
talenta global berdaulat
27
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Dengan strategi ini, Indonesia akan mampu mengubah tantangan skill gap menjadi peluang
kebangkitan. Upskilling dan reskilling akan menjadi gerakan nasional yang mengantarkan
bangsa ini menuju kejayaan. Generasi emas 2045 akan lahir sebagai generasi yang unggul,
resilien, dan berkarakter, siap membawa Indonesia berdiri sejajar dengan negara maju sebagai
bangsa yang bermartabat dan berdaulat.
Daftar Pustaka
Autor, D. H. (2014). Skills, education, and the rise of earnings inequality among the “other 99
percent”. Science.
Brynjolfsson, E., & McAfee, A. (2014). The Second Machine Age: Work, Progress, and
Prosperity in a Time of Brilliant Technologies. W. W. Norton.
Davenport, T. H., & Kirby, J. (2016). Only Humans Need Apply: Winners and Losers in the Age
of Smart Machines. Harper Business.
Davenport, T. H., & Miller, S. (2022). Working with AI: Real Stories of Human-Machine
Collaboration. MIT Press.
Florida, R. (2019). The New Urban Crisis: How Our Cities Are Increasing Inequality, Deepening
Segregation, and Failing the Middle Class—and What We Can Do About It. Basic
Books.
Ford, M. (2016). Rise of the Robots: Technology and the Threat of a Jobless Future. Basic
Books.
Frey, C. B., & Osborne, M. A. (2017). The future of employment: How susceptible are jobs to
computerisation? Technological Forecasting and Social Change.
Goldin, I., & Muggah, R. (2020). Terra Incognita: 100 Maps to Survive the Next 100 Years.
Penguin.
Goleman, D. (2013). Focus: The Hidden Driver of Excellence. Harper.
Gratton, L., & Scott, A. (2016). The 100-Year Life: Living and Working in an Age of Longevity.
Bloomsbury.
Harari, Y. N. (2018). 21 Lessons for the 21st Century. Spiegel & Grau.
Iansiti, M., & Lakhani, K. R. (2020). Competing in the Age of AI: Strategy and Leadership
When Algorithms and Networks Run the World. Harvard Business Review Press.
Morgan, J. (2020). The Future Leader: 9 Skills and Mindsets to Succeed in the Next Decade.
Wiley.
Pink, D. H. (2006). A Whole New Mind: Why Right-Brainers Will Rule the Future. Riverhead
Books.
Rifkin, J. (2019). The Green New Deal: Why the Fossil Fuel Civilization Will Collapse by 2028,
and the Bold Economic Plan to Save Life on Earth. St. Martin’s Press.
Schwab, K. (2017). The Fourth Industrial Revolution. Crown Business.
28
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Susskind, R., & Susskind, D. (2015). The Future of the Professions: How Technology Will
Transform the Work of Human Experts. Oxford University Press.
Tapscott, D., & Tapscott, A. (2016). Blockchain Revolution: How the Technology Behind Bitcoin
and Other Cryptocurrencies Is Changing the World. Penguin.
West, D. M. (2018). The Future of Work: Robots, AI, and Automation. Brookings Institution
Press.
World Economic Forum. (2025). The Future of Jobs Report 2025. WEF.
Jakarta, 21 Oktober 2025
Dadang Solihin
29
Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Tentang Penulis
Sejak awal Januari 2022 Dadang Solihin memperkuat Lemhannas RI
sebagai Tenaga Ahli Profesional (Taprof). Wredatama ini menempuh
pendidikan S1 dan S2 pada Program Studi Ekonomi Pembangunan.
Gelar SE ia peroleh dari Fakultas Ekonomi Universitas Katolik
Parahyangan Bandung (1986), dan gelar MA ia peroleh dari University
of Colorado at Denver, USA (1996). Adapun gelar Doktor Ilmu
Pemerintahan ia peroleh dari FISIP Universitas Padjadjaran Bandung
(2011).
Kariernya sebagai PNS ia tekuni lebih dari 33 tahun. Dimulai dari
Bappenas sejak awal 1988, di mana ia pernah menjadi Direktur selama 7 tahun lebih. Atas
pengabdiannya ini, negara menganugerahi Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya
melalui 3 Presiden RI, yaitu dari Presiden Gusdur (2020), Presiden SBY (2009) dan Presiden
Jokowi (2019).
Ia pernah menjadi Rektor PTS Universitas Darma Persada (Unsada) Jakarta Masa Bakti 2015-
2018, dan sempat mendirikan Batalyon Bushido Resimen Mahasiswa Jayakarta. Pangkat
Akademiknya adalah Associate Professor/Lektor Kepala TMT 1 Oktober 2004. Ia juga pernah
menjadi Ketua Dewan Riset Daerah Provinsi DKI Jakarta Masa Bakti 2018-2022.
Jabatan terakhirnya sebagai PNS adalah Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Budaya dan
Pariwisata sampai memasuki usia pensiun sebagai PNS golongan IV.e TMT 1 Desember 2021.
Di dunia kampus, saat ini ia menjabat sebagai Ketua Senat Akademik Institut STIAMI.
Senior citizen yang setiap hari menikmati perjalanan Bike to Work ini adalah Peserta Terbaik
Diklat Kepemimpinan Tingkat II Angkatan XXIX tahun 2010 yang diselenggarakan oleh
Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI Jakarta dan Peserta Terbaik Program Pendidikan
Reguler Angkatan (PPRA) XLIX tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Lembaga Ketahanan
Nasional (Lemhannas) RI. Ia dinyatakan Lulus Dengan Pujian serta dianugerahi Penghargaan
Wibawa Seroja Nugraha.
Pada tahun 2019 Dadang Solihin mengikuti Pelatihan Jabatan Fungsional Perencana Tingkat
Utama yang diadakan oleh Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan Perencana
(Pusbindiklatren) Kementerian PPN/Bappenas RI bekerjasama dengan Lembaga Penyelidikan
Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM-FEB UI).
Ia dinyatakan lulus dengan memperoleh Nilai Terbaik dan Policy Papernya dijadikan standar
nasional dalam Penilaian Kinerja Jabatan Fungsional Perencana yang diatur dalam Peraturan
Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 1 Tahun 2022.