kolokium anwar junaedi di IPBProdi keamanan Pangan

AnwarJunaedi4 0 views 43 slides Sep 24, 2025
Slide 1
Slide 1 of 43
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43

About This Presentation

kolokium anwar di prodi kpn


Slide Content

Kolokium Program Magister Keamanan Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Evaluasi Peningkatan Kompetensi Peserta Pelatihan Keamanan Pangan Di PT. XYZ Dibimbing oleh: Dr. Dian Herawati, S.T.P ., M.Si Prof. Dr. Eko Hari Purnomo, S.T.P ., M.Sc Anwar Junaedi ( NPM : F250323101 1 )

Metode Penelitian Outline 01 02 03 Pendahuluan Tinjauan Pustaka

PENDAHULUAN

Meningkatkan Kompetensi Keamanan Pangan Merancang program pelatihan profesional Melakukan penilaian yang objektif dan etis Selaras dengan dinamika industri Kekurangan Keterampilan Keamanan Pangan Mengembangkan Standar Kompetensi Pendidikan Berbasis Kompetensi Tenaga Kerja Keamanan Pangan yang Terampil Sertifikasi Kompetensi Pengetahuan keamanan pangan yang tidak memadai Peningkatan keamanan dan kualitas pangan “ S etiap tahun terdapat sekitar 600 juta kasus penyakit yang ditularkan melalui makanan , menyebabkan sekitar 420.000 kematian , yang sebagian besar terjadi di negara-negara berkembang . " ( WHO, 2020 ) Latar Belakang

No Nama Pelatihan F Peserta 1 Pelatihan HACCP 26 245 2 Pelatihan memperpanjang umur simpan produk umkm 2 160 3 Pelatihan Hygiene & Sanitasi Makanan 22 121 4 Pelatihan Pest Control (GMP) 18 84 5 Pelatihan ISO 22000 4 58 6 Pelatihan Standar Rumah Makan (Gabus Pucung) 1 50 7 Pelatihan GMP 5 45 8 Pelatihan Keamanan Pangan (Food Safety) 2 21 9 Pelatihan Uji Mikrobiologi 2 15 10 Pelatihan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) 1 5 11 Pelatihan Petugas Pembawa Contoh (PPC) 2 2 12 Pelatihan Mikrobiologi Dasar 1 2 13 Pelatihan FSSC 22000 1 1 14 Pelatihan Validasi & Verifikasi 1 1 Tahun N P 2016 5 65 2017 9 92 2018 5 16 2019 7 17 2020 11 136 2021 16 169 2022 5 6 2023 15 127 2024 14 141 N: Jumlah Training Keamanan Pangan P: Jumlah Peserta Trend PT. XYZ Tabel 1. Daftar seluruh pelatihan keamanan pangan Tabel 2. Trend tahunan peserta pelatihan

Mengapa Memilih Model KIRKPATRICK Pendekatan ini relevan karena : 1. Holistik : Menggabungkan evaluasi kognitif , afektif , dan psikomotorik yang sejalan dengan prinsip KAP. 2. Aplikatif : Fleksibel untuk berbagai format pelatihan . 3. Berbasis Bukti: Memungkinkan perbandingan hasil dengan standar nasional dan internasional (Dissanayake & Nissanka, 2019). 4. Teruji di Sektor Pangan: Riset- riset mutakhir menunjukkan model ini efektif dalam mengungkap perubahan perilaku kerja pasca-pelatihan (Abdelhakim et al., 2020; Salvador et al., 2024).

Rumusan Masalah • Bagaimana peningkatan kompetensi peserta pelatihan berdasarkan pre-test dan post-test? • Bagaimana dampak pelatihan terhadap penerapan kompetensi di tempat kerja ? • Apakah terdapat gap antara materi pelatihan di PT. XYZ dan kebutuhan kompetensi industri ? Berdasarkan latar belakang di atas , rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tujuan Penelitian Melakukan penilaian terhadap tingkat efektivitas program pelatihan kemanan pangan bagi peserta pelatihan melalui model evaluasi 3 Tingkat Kirkpatrick Menilai sejauh mana pelatihan tersebut berkontribusi terhadap peningkatan kompetensi peserta , khususnya dalam hal pengetahuan , sikap , dan perilaku kerja . Mengidentifikasi dan mengkaji kesenjangan kompetensi peserta pelatihan jika dibandingkan dengan standar kompetensi kerja yang berlaku dalam industri (HACCP/ SKKNI ) Memberikan rekomendasi perbaikan pelatihan

Novelty Penerapan Model Kirkpatrick hingga Level 3 Dalam Lembaga Pelatihan Integrasi metode kuantitatif pre/post-test dan kuesioner perilaku dalam satu sistem evaluasi pelatihan Penggunaan self-assessment berjangka waktu untuk mengubah perubahan perilaku (Level 3) Analisis kesenjangan kompetensi antara hasil pelatihan dan standar ekspektasi industri Rekomendasi format evaluasi pasca pelatihan yang dapat direplikasi oleh lembaga pelatihan lain Penelitian ini berbeda karena tidak hanya mengukur pengetahuan (test), tapi juga mengevaluasi perilaku kerja dan kesenjangan kompetensi aktual .

Manfaat Penelitian TEORITIS Memberikan kontribusi dalam pengembangan literatur evaluasi pelatihan berbasis kompetensi dalam konteks industri pangan di Indonesia. Memvalidasi penggunaan Model Kirkpatrick dalam lingkungan pelatihan keamanan pangan PRAKTIS Memberikan informasi empiris kepada manajemen PT. XYZ terkait efektivitas pelatihan keamanan pangan Menjadi dasar bagi perbaikan program pelatihan dan pengembangan kompetensi berkelanjutan dalam manajemen lembaga pelatihan Sebagai dasar untuk peningkatan desain kurikulum pelatihan keamanan pangan di lembaga pelatihan (LP) Profesional

TINJAUAN PUSTAKA

Kompetensi SDM : Merujuk Pada Kombinasi Knowledge, Skill, Dan Attitude. Evaluasi Pelatihan : Model Kirkpatrick (Reaction, Learning, Behavior, Results). Gap Analysis: Untuk Mengukur Kesenjangan Antara Kebutuhan & Realisasi Pelatihan . Assessment Tools: Alat Ukur Berbasis Kompetensi Kerja Industri. Tinjauan Pustaka

Kompetensi SDM : Merujuk Pada Kombinasi Knowledge, Skill, Dan Attitude. Referensi : SKKNI Bidang Keamanan Pangan Kepmen No. 618/2016, ISO 22000:2018 dan prinsip-prinsip HACCP 1 2 3 [Gagne et al., 2005] Dirancang Agar Mencerminkan Ketrampilan Pelatihan Berbasis Kompetensi Dengan Target Kompeten dalam Kerja Nyata

Evaluasi Pelatihan : Model Kirkpatrick (Reaction, Learning, Behavior, Results) Model Kirkpatrick (Kirkpatrick & Kirkpatrick, 2006)

Assessment Tools: Alat Ukur Berbasis Kompetensi Kerja Industri Penilaian efektivitas pelatihan dapat dilakukan dengan berbagai alat : Kuesioner reaksi / persepsi Kuesioner pre dan post-test (K) Kuesioner Mengukur Sikap (A) Kuesioner Mengukur Perilaku (P) Observasi Perilaku / W awancara Validitas dan reliabilitas alat ukur menjadi kunci untuk menjamin bahwa data yang dihasilkan valid

Gap Analysis: Untuk Mengukur Kesenjangan Antara Kebutuhan & Realisasi Pelatihan Pelatihan mampu menutup kesenjangan antara kondisi aktual dan standar ideal (Egan et al., 2007). Perbaikan pelatihan ke depan dan menyesuaikan kebutuhan industry (DUDI) (Egan et al., 2007; Mase et al., 2017).

Hipotesa

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis: Deskriptif Kuantitatif Data: 1. Pre-test dan Post-test peserta pelatihan 2. Kuesioner survey alumni Teknik Analisis: 1. Statistik deskriptif dan inferensial (t-test) 2. Gap Analysis (kompetensi vs materi) Metode Penelitian : Stratified Purposive Sampling Metodologi Penelitian Peserta N Responden UMKM Bekasi 30 Jasa Boga 100 Natura (Industri Ingredients) 30 Pachira (Industri Flavour) 30 Total 190 Pre Test Evaluasi Pelatihan (Model Kirkpatrick): Reaksi Pembelajaran Perilaku Post Test Kompetensi Aktual Analisis Kesenjangan Keamanan Pangan Pelatihan

Bulan Kegiatan Uraian Kegiatan Juni Juli Agus Sept Okto 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Maret-Mei 2025 Perencanaan Penelitian Mencari Referensi Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan Tema Penelitian Kami Mei-Juni 2025 Mengumpulkan Data Awal Mengumpulkan data PT. XYZ yang berkaitan dengan Nama Pelatihan, Frekuensi dan Jumlah Peserta dari tahun 2015 sampai dengan 2024. Mengumpulkan Data Kuesioner existing. Membuat Kuesioner dan Pre/Post test Juni-Juli 2025 Mengumpulkan Data Primer Uji validitas kuesioner & Pre/Post Test Mengumpulkan Calon Peserta dengan Target minimal 35-40 Peserta untuk Pelatihan dan ambil/mengumpulkan data Juli-Agustus 2025 Analisa & Evaluasi Hasil Analisa Statistik, Analisa Deskriptif, Gap Analysis Agu-25 Penyusunan Laporan Penelitian Melaporkan Hasil Penelitian Perbaikan Laporan Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian

Kerangka Pemikiran Penelitian Pendahuluan

Seleksi Pelatihan (1. Perencanaan) Tabel 3. Urutan Daftar Pelatihan PT. XYZ Berdasarkan frekuensi pelatihan Nama Pelatihan F % Pelatihan HACCP 26 30% Pelatihan Hygiene & Sanitasi Makanan 21 24% Pelatihan Pest Control (GMP) 18 21% Pelatihan GMP 5 6% Pelatihan ISO 22000 4 Pelatihan Keamanan Pangan (Food Safety) 2 Pelatihan memperpanjang umur simpan produk umkm 2 Pelatihan Petugas Pembawa Contoh (PPC) 2 Pelatihan Uji Mikrobiologi 2 Pelatihan FSSC 22000 1 Pelatihan Mikrobiologi Dasar 1 Pelatihan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) 1 Pelatihan Standar Rumah Makan (Gabus Pucung) 1 Pelatihan Validasi & Verifikasi 1 Target Pareto >>>>>> 80%

Tabel 4. Urutan Daftar Pelatihan PT. XYZ Berdasarkan Jumlah Peserta pelatihan Seleksi Pelatihan (1. Perencanaan) Nama Pelatihan Peserta % Pelatihan HACCP 245 31% Pelatihan memperpanjang umur simpan produk umkm 160 20% Pelatihan Hygiene & Sanitasi Makanan 101 13% Pelatihan Pest Control ( GMP ) 84 11% Pelatihan ISO 22000 58 7% Pelatihan Standar Rumah Makan (Gabus Pucung) 50   Pelatihan GMP 45   Pelatihan Keamanan Pangan (Food Safety) 21   Pelatihan Uji Mikrobiologi 15   Pelatihan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) 5   Pelatihan Petugas Pembawa Contoh (PPC) 2   Pelatihan Mikrobiologi Dasar 2   Pelatihan FSSC 22000 1   Pelatihan Validasi & Verifikasi 1   Target Pareto >>>>>> 82%

Persiapan Pre/Post Test, Kuesioner , Pertanyaan Wawancara Validasi kuesioner , Post Test & konten wawancara (Uji Reliabilitas ) Seleksi Pelatihan (1. Perencanaan) Nama Pelatihan Peserta % Pelatihan HACCP 245 31% Pelatihan memperpanjang umur simpan produk umkm 160 20% Pelatihan Hygiene & Sanitasi Makanan 101 13% Pelatihan Pest Control (GMP) 84 11% Pelatihan ISO 22000 58 7%

Persiapan Alat Ukur (2. Pengembangan insrumen) Pre-test (P1) Post-test (P2) 1 Reaction Respon terhadap Training 2 Learning Perubahan Pengetahuan & Ketrampilan 3 Behavior Perubahan Perilaku Training (Intervention)

Tabel 5. Data Kualitatif dari Kuesioner Reaksi Peserta Persiapan Alat Ukur (2. Pengembangan insrumen)

Cronbach’s Alpha 0,9057 Omitted Variable Adj. Total Mean Adj. Total StDev Item-Adj. Total Corr Squared Multiple Corr Cronbach’s Alpha Konten sesi sesuai dengan objek 28,534 3,313 0,6511 0,5362 0,8972 Konsep/Skill yang dipresentasik 28,466 3,288 0,7559 0,6774 0,8895 Penggunaan media diskusi kelomp 28,671 3,266 0,6404 0,4806 0,8980 Handout dan bahan lainnya diran 28,644 3,301 0,6003 0,4395 0,9009 Trainer mempersiapkan diri dan 28,425 3,362 0,5736 0,4671 0,9028 Trainer menampilkan kompetensin 28,384 3,328 0,7609 0,6819 0,8891 Trainer menyampaikan pokok pers 28,493 3,275 0,7317 0,6464 0,8913 Trainer menyampaikan gambaran p 28,425 3,299 0,7427 0,6393 0,8905 Trainer dapat menjaga dan mendo 28,507 3,300 0,6670 0,5354 0,8960 Omitted Item Statistics Uji Reliabilitas & Validitas Konversi Nilai Kualitatif >> Kuantitatif Nilai Cronbach’s Alpha Total = 0.9057 Interpretasi : Ini adalah nilai sangat tinggi dan menunjukkan konsistensi internal yang sangat baik antar item dalam kuesioner . Implikasi : Kuesioner sangat reliabel , semua item secara umum mengukur konstruk yang sama ( kemungkinan besar: reaksi terhadap pelatihan seperti persepsi terhadap trainer, materi , dan fasilitas ). Link Soal : Soal Pre Test dan Post Test Keamanan Pangan Tabel 6. Konversi data kulaitatif menjadi kuantitatif reaksi Persiapan Alat Ukur (2. Pengembangan insrumen)

Konten sesi sesu Konsep/Skill yan Penggunaan media Handout dan baha Konsep/Skill yan 0,649 Penggunaan media 0,385 0,498 Handout dan baha 0,436 0,504 0,551 Trainer mempersi 0,368 0,431 0,391 0,347 Trainer menampil 0,658 0,734 0,487 0,435 Trainer menyampa 0,480 0,664 0,503 0,386 Trainer menyampa 0,583 0,611 0,499 0,502 Trainer dapat me 0,412 0,449 0,599 0,528 Trainer mempersi Trainer menampil Trainer menyampa Trainer menyampa Trainer menampil 0,598 Trainer menyampa 0,562 0,606 Trainer menyampa 0,393 0,571 0,690 Trainer dapat me 0,450 0,479 0,521 0,621 Tingkat Korelasi antar item Ini adalah uji diagnostik untuk melihat pengaruh masing-masing item terhadap reliabilitas total . Interpretasi: Nilai item-total correlation (≥0.5) menunjukkan bahwa item cukup berkorelasi dengan skor total. Jika < 0.4, item tersebut bisa dipertimbangkan untuk direvisi atau dihapus. Correlation Matrix Cell Contents       Pearson correlation Uji Reliabilitas & Validitas KUESIONER Tabel 7. Data hasil analisa Korelasi Pearson antar item reaksi Persiapan Alat Ukur (2. Pengembangan insrumen)

Item Item-Total Corr Cronbach’s Alpha Catatan Konten sesi sesuai objek 0.6511 0.8972 Baik Konsep/Skill dipresentasi 0.7559 0.8895 Sangat baik Handout dan bahan 0.6003 0.9009 Cukup rendah Trainer mempersiapkan diri 0.5736 0.9028 Rendah Trainer tampilkan kompetensi 0.7609 0.8891 Sangat baik Trainer sampaikan pokok 0.7317 0.8913 Baik Trainer sampaikan gambaran 0.7427 0.8905 Baik Trainer menjaga motivasi 0.6670 0.8960 Baik Variable Total Count Mean StDev Konten sesi sesuai dengan objek 73 3,534 0,555 Konsep/Skill yang dipresentasik 73 3,603 0,520 Penggunaan media diskusi kelomp 73 3,397 0,618 Handout dan bahan lainnya diran 73 3,425 0,599 Trainer mempersiapkan diri dan 73 3,644 0,537 Trainer menampilkan kompetensin 73 3,685 0,468 Trainer menyampaikan pokok pers 73 3,575 0,551 Trainer menyampaikan gambaran p 73 3,644 0,510 Trainer dapat menjaga dan mendo 73 3,562 0,552 Total 73 32,068 3,694 Uji Reliabilitas & Validitas KUESIONER Tabel 8. Analisa Total Korelasi dan Cronbach’s Alpha Reaksi Tabel 9. Analisa statistika Rata-rata dan SD Reaksi Tidak ada satu pun item yang jika dihapus akan secara signifikan meningkatkan Cronbach's Alpha (karena semua berada di kisaran 0.88–0.90). Kesimpulan: Tidak ada item yang perlu dihapus; semua menyumbang positif terhadap reliabilitas keseluruhan. Persiapan Alat Ukur (2. Pengembangan insrumen)

No. Peserta Pre test Post test 1 65 90 2 35 70 3 15 4 60 95 5 50 60 6 45 85 7 40 50 8 70 70 9 75 70 10 80 95 11 90 95 12 90 85 13 30 35 Sample N Mean StDev SE Mean pre test 13 56,15 26,15 7,25 post test 13 70,38 24,96 6,92 Descriptive Statistics µ_difference: mean of (pre test - post test) Mean StDev SE Mean 95% CI for μ_difference -14,23 15,25 4,23 (-23,45; -5,01) T-Value P-Value -3,36 0,006 Rata-rata nilai meningkat dari 56,15 ke 70,38 setelah pelatihan . Ada peningkatan pengetahuan / kompetensi setelah pelatihan skor rata-rata = 14,23 poin Interpretasi : Nilai rata-rata post test secara signifikan lebih tinggi dibandingkan pre test. P-Value = 0,006 < 0,05 , sehingga kita menolak hipotesis nol (H₀: tidak ada perbedaan rata-rata). Dengan demikian , ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara nilai sebelum dan sesudah pelatihan . Pearson correlation = 0,823 Correlation Matrix Cronbach’s Alpha Alpha 0,9028 Korelasi kuat antara skor pre-test vs post-test. Reliabilitasnya sangat tinggi , Butir-butir menunjukkan konsistensi internal yang kuat , artinya semua soal cenderung mengukur kompetensi atau pengetahuan yang sama . Tabel 10. Hasil Pre/Post Test Tabel 11. Hasil Analisa statistik deskriptif Tabel 12. Perbedaan Rata-rata dan Selang CI Persiapan Alat Ukur (2. Pengembangan insrumen)

Petunjuk : Jawablah setiap pertanyaan dengan memilih salah satu jawaban yang menurut Anda paling benar . Jawaban yang benar akan diberikan skor 1 dan jawaban salah bernilai 0. Apa suhu aman minimal untuk menyimpan makanan panas agar tidak terjadi pertumbuhan bakteri ? A. Di bawah 0°C B. Antara 4°C – 20°C C. Di atas 60°C D. Antara 20°C – 40°C Jawaban benar : C (WHO, 2006; FAO, 2010) Apa tujuan utama mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani makanan ? A. Mengurangi bau tangan B. Mencegah penularan mikroorganisme patogen C. Menjaga tangan tetap basah D. Menghilangkan lemak dari tangan Jawaban benar : B (Tan et al., 2013) Makanan yang disimpan pada suhu ruang lebih dari dua jam berisiko tinggi terhadap : A. Penguapan rasa B. Kehilangan warna C. Pertumbuhan bakteri penyebab penyakit D. Kerusakan kemasan Jawaban benar : C (Soon et al., 2012) KUESIONER PENGETAHUAN PENJAMAH MAKANAN Mengapa penting memisahkan alat dapur antara makanan mentah dan makanan matang ? A. Untuk menghemat waktu memasak B. Untuk menghindari rasa bercampur C. Untuk mencegah kontaminasi silang D. Untuk menjaga kebersihan dapur Jawaban benar : C (Clayton & Griffith, 2008) Mikroorganisme patogen yang umum ditemukan pada tangan penjamah makanan adalah : A. Escherichia coli dan Salmonella B. Lactobacillus dan Bifidobacterium C. Rhizobium dan Nitrosomonas D. Spirulina dan Chlorella Jawaban benar : A (Tan et al., 2013; WHO, 2020) Kapan waktu yang tepat untuk mencuci tangan saat bekerja di area pengolahan makanan ? A. Setelah menerima gaji B. Setelah bersin atau batuk C. Sebelum pulang kerja D. Setelah mengangkat telepon Jawaban benar : B (Seaman & Eves, 2006) Peralatan pengolahan makanan harus dibersihkan : A. Sekali dalam seminggu B. Hanya saat terlihat kotor C. Sebelum dan sesudah digunakan D. Setelah jam kerja berakhir Jawaban benar : C (WHO, 2006; Tenggana et al., 2020) Bahaya utama dari tidak menggunakan penutup kepala saat mengolah makanan adalah : A. Meningkatkan kebisingan dapur B. Menyebabkan keracunan logam C. Menyebabkan kontaminasi dari rambut D. Mengganggu pencahayaan dapur Jawaban benar : C (FAO, 2010; Soon et al., 2012 2. Pengembangan Instrumen KAP https:// forms.gle / NWx1zMSbF9viJedp9

A. SIKAP ( Attitude ) Saya percaya bahwa mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani makanan sangat penting untuk mencegah penyakit bawaan makanan. (Tan et al., 2013; Clayton & Griffith, 2008; WHO, 2006) Menurut saya, penjamah makanan yang sedang sakit sebaiknya tidak bekerja agar tidak menularkan penyakit. (Seaman & Eves, 2006; WHO, 2020) Saya yakin bahwa menggunakan sarung tangan saat mengolah makanan dapat membantu mencegah kontaminasi silang. (Soon et al., 2012; Clayton & Griffith, 2008) Saya menyadari bahwa menyimpan makanan di suhu ruang lebih dari dua jam dapat meningkatkan risiko kerusakan makanan. (WHO, 2006; FAO, 2010) Saya merasa bahwa menjaga kebersihan lingkungan kerja adalah bagian dari tanggung jawab profesional saya. (Seaman & Eves, 2006; Tan et al., 2013) Saya mendukung pentingnya pelatihan keamanan pangan secara berkala untuk meningkatkan keterampilan kerja. (Soon et al., 2012; Gorman et al., 2012) Saya percaya bahwa memisahkan alat untuk makanan mentah dan matang adalah praktik wajib untuk mencegah kontaminasi. (WHO, 2006; FAO, 2010; Clayton & Griffith, 2008) Saya bersedia menerima umpan balik atau koreksi jika melakukan kesalahan dalam praktik keamanan pangan. (Egan et al., 2007; Seaman & Eves, 2006) B. PERILAKU ( Practice ) Saya selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum mulai bekerja di area dapur atau pengolahan makanan. (Tan et al., 2013; WHO, 2006) Saya mencuci tangan setiap kali setelah menyentuh bahan makanan mentah dan sebelum menyentuh makanan matang. (WHO, 2006; Seaman & Eves, 2006) Saya menggunakan penutup kepala (hairnet/topi) dan masker saat bekerja di area produksi makanan. (FAO, 2010; Soon et al., 2012) Saya tidak memakai perhiasan seperti cincin atau gelang saat menangani makanan. (Clayton & Griffith, 2008; WHO, 2020) Saya mencuci tangan setelah menggunakan toilet dan sebelum kembali bekerja. (WHO, 2006; Tan et al., 2013) Saya menggunakan peralatan terpisah untuk mengolah makanan mentah dan makanan matang. (FAO, 2010; Seaman & Eves, 2006) Saya tidak makan, minum, atau merokok di area pengolahan makanan. (WHO, 2006; Tan et al., 2013) Saya membersihkan permukaan kerja dan peralatan sebelum dan sesudah digunakan. (Clayton & Griffith, 2008; FAO, 2010) KUESIONER PENJAMAH MAKANAN 2. Pengembangan Instrumen KAP

3. Pengumpulan Data Peserta N Responden Jasa Boga 100 Natura (Industri Ingredients) 30 Pachira (Industri Flavour) 30 UMKM2 30 Total 190

Gap Analysis Menampilkan dua batang per peserta : satu untuk skor pre-test dan satu untuk post-test. Terlihat jelas adanya tren peningkatan skor pada sebagian besar peserta . 4. Analisa Data

Gap Analysis Menunjukkan sebaran skor pre dan post secara visual. Post-test cenderung memiliki median dan distribusi yang lebih tinggi daripada pre-test. 4. Analisa Data

Gap Analysis Mengelompokkan peserta berdasarkan kategori selisih skor (Gap) : Tinggi : Gap ≥ 15 poin Sedang : Gap 5–14 poin Rendah : Gap 1–4 poin Negatif : Post-test lebih rendah dari pre-test 4. Analisa Data

Gap Analysis 4. Analisa Data

Kelemahan Solusi Teknis Tidak ada pembanding ( control group ) Gunakan statistik inferensial ( paired t-test ) Rentan terhadap efek luar (history, jeda waktu pelatihan) Lakukan pelatihan dan pengukuran dalam waktu dekat (1 minggu) Sulit memastikan perubahan murni dari intervensi Gunakan juga data kualitatif ( mixed-method ) untuk konfirmasi Kelemahan (dan Mitigasinya) Gunakan statistik inferensial Tidak ada pembanding Lakukan pelatihan dan pengukuran dalam waktu dekat Rentan terhadap efek luar Sulit memastikan perubahan murni Gunakan data kualitatif Kelemahan Penelitian Solusi Teknis

Daftar Pustaka [ BNSP ]. 2021. Pedoman pengembangan standar kompetensi kerja nasional Indonesia ( SKKNI ). Jakarta: Badan Nasional Sertifikasi Profesi . [Codex Alimentarius]. 2020. General Principles of Food Hygiene CXC 1-1969. Rome (IT): FAO/WHO. https:// www.fao.org [ISO]. International Organization for Standardization 2018. ISO 22000:2018 – Food safety management systems. Geneva: International Organization for Standardization. [ Kemnaker ] Kementerian Ketenagakerjaan RI. 2015. "Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 161 Tahun 2015 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Pendidikan Golongan Pokok Jasa Pendidikan Bidang Standardisasi , Pelatihan dan Sertifikasi ." Jakarta (ID): Kementerian Ketenagakerjaan RI. [ Kemnaker ] Kementerian Ketenagakerjaan RI. 2016. SKKNI Keamanan Pangan No. 216 Tahun 2016. Jakarta: Kementerian Ketenagakerjaan RI. [ Kemnaker ] Kementerian Ketenagakerjaan RI. 2020. Strategi nasional pengembangan kompetensi kerja berbasis standar kompetensi kerja nasional Indonesia ( SKKNI ). Jakarta: Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia. [WHO]. World Health Organization. 2008. A Guide to Developing Knowledge, Attitude and Practice Surveys. Geneva (CH): [WHO]. World Health Organization. 2020. Food Safety Fact Sheet. Geneva: https:// www.who.int /news-room/fact-sheets/detail/food-safety Abdelhakim, A., El-Sayed, M., & Farag, A. 2018. Evaluation of airline cabin crew training using the Kirkpatrick approach. Journal of Transportation Management, 7(2), 89–102. Abdelhakim, A., El-Sayed, M., & Farag, A. 2020. Evaluation of the effectiveness of food safety training for cruise ship crews based on the Kirkpatrick model. International Journal of Hospitality Safety, 12(1), 25–34

Gagné RM, Wager WW, Golas KC, dan Keller JM. 2005. Principles of Instructional Design (edisi ke-5). Belmont (US): Wadsworth/Thomson Learning. Gavin KA. 2016. Assessing a food safety training program incorporating active learning in vegetable production using Kirkpatrick’s four-level model [thesis]. Bozeman (US): Montana State University. Gregory G. 2024. Food safety process improvement model based on maturity levels [thesis]. Porto Alegre (BR): Universidade Federal do Rio Grande do Sul. Hadisa H, Widyanto A, Safitri D. 2017. Uji validitas dan reliabilitas instrumen dalam penelitian kuesioner. J Ilm Widya. 5(1):43–50. Kirkpatrick, D. L., & Kirkpatrick, J. D. (2006). Evaluating Training Programs: The Four Levels (3rd ed.). Berrett-Koehler. Limon, M. R. 2022. Food safety lessons evaluation using modified Kirkpatrick model. Food Control, 137, 108948. https://doi.org/10.1016/j.foodcont.2022.108948 López-Santiago, M., Navarro, J. L., & Ortega, R. 2022. Evaluating food safety performance in wineries: Linking HACCP compliance and worker training. Food Safety Research Journal, 18(4), 88–100. Makari, A. 2014. Evaluation of food safety knowledge in ServSafe™ training. Univ. of Minnesota. https://conservancy.umn.edu/handle/11299/171232 Manning, L., & Luning, P. A. 2019. The evolution and cultural framing of food safety management systems. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety, 18(2), 634–648. https://doi.org/10.1111/1541-4337.12484 Mase WA, Newell BJ, Pagano HP. Assessing training needs and competency gaps in food protection staff [Internet]. Journal of Environmental Health. 2017 [cited 2025 May 13];79(9):16–22. Available from: https://www.jstor.org/stable/26329849 Mase, W. A., et al. 2017. Assessing training needs in food protection staff. Journal of Environmental Health, 79(9), 16–22. McFarland P, Sielaff AC. Efficacy of food safety training in commercial food service [Internet]. Journal of Food Science Education. 2019 [cited 2025 May 13];18(2):54–60. Available from: https://ift.onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/1750-3841.14628 McFarland, P., & Sielaff, A. 2019. Efficacy of food safety training. J. of Food Sci. Ed., 18(2), 54–60. https://doi.org/10.1111/1750-3841.14628 Medeiros CO, Cavalli SB, Salay E, Proença RPC. Assessment of the methodological strategies adopted by food safety training programmes for food service workers: A systematic review [Internet]. Food Control. 2011 [cited 2025 May 13];22(8):1136–44. Available from: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0956713511000569 Nissanka, G., & Dissanayake, K. 2019. Effectiveness of quality and food safety training in manufacturing sector: A Kirkpatrick evaluation. Colombo Journal of Multidisciplinary Research, 5(1), 15–29. https://cjmr.sljol.info/articles/37/ Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta. Omar, N., & Shahril, A. M. 2019. Effectiveness of food safety training in hospitals. J. Tourism Hosp. & Culinary Arts, 11(1), 1–16. Phillips JJ. 2012. Pengembalian Investasi dalam Program Pelatihan dan Peningkatan Kinerja (edisi ke-2). New York (US): Routledge. Salvador RQ, Martinez D, Lopez R. 2024. Safe plates in the school space: investigating compliance of food safety standards. Food Waterborne Parasitol. 25:e00217. Salvador, R. Q., Borromeo, C. M. T., Alnas, G. C., et al. 2024. Safe plates in the school space: Investigating compliance of food safety standards among school-based food service providers. Food Control, 155, 110158. https://doi.org/10.1016/j.foodcont.2024.110158 Salvador, R. Q., et al. 2024. Compliance of food safety among school food service. Food Control. https://doi.org/10.1016/j.foodcont.2024.109950 Seaman, P., & Eves, A. 2006. Role of food hygiene training in the UK. Int. J. of Hosp. Management, 25(2), 278–296. Stedefeldt E, Zanin LM, da Cunha DT, de Rosso VV. The role of training strategies in food safety performance: knowledge, behavior, and management [Internet]. In: Food Safety Management. Elsevier; 2015 [cited 2025 May 13]. Available from: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780128002452000186 Stevenson RM, Nguyen T, Evans JR. 2023. Integrating ADDIE and Kirkpatrick for effective training program evaluation. J Workplace Learn. 35(3):223–240. Stevenson, C., et al. 2023. Redesigning food safety training evaluation. Food Control, 152, 110058. https://doi.org/10.1016/j.foodcont.2023.110058 Surono S. Development of Competency Standards for Good Hygienic Practices Facilitators to Enhance Food Safety Assurance [Internet]. Asian Journal of Environmental and Sustainability. 2024 [cited 2025 May 13];3(5). Available from: https://jesh.globalpublikasiana.com/index.php/gp/article/view/300 Tenggana ME, Rahayu WP, Wulandari R. 2020. Pengetahuan keamanan pangan mahasiswa mengenai lima kunci keamanan pangan keluarga. J Mutu Pangan. 7(2):67–72. doi:10.29244/jmpi.2020.7.2.67 Triana B, Widyarto R. 2013. Statistika untuk Penelitian Kesehatan. Jakarta (ID): Kencana Prenadamedia Group. Umar H. 2008. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta (ID): RajaGrafindo Persada. Widi M. 2011. Statistika dan Validaitas Instrumen Penelitian. Bandung (ID): Pustaka Setia. Daftar Pustaka

Penutup Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi nyata dalam pengembangan sistem pelatihan keamanan pangan yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan industri .

LAMPIRAN-LAMPIRAN EXISTING KUESIONER REAKSI

Preface Slide Terima Kasih Program Magister Keamanan Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Tags