KOMUNIKASI
TERAPEUTIK PADA
PASIEN IGD & ICU
Strategi penting untuk penanganan pasien kritis.
Presentasi ini ditujukan untuk tenaga kesehatan
(perawat, dokter, staf IGD/ICU) dan mahasiswa
keperawatan/medis di Indonesia. Fokus pada
teknik komunikasi yang praktis, etis, dan dapat
diterapkan segera di situasi gawat darurat untuk
meningkatkan keselamatan, kepuasan pasien,
dan kerja tim.
INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD):
KARAKTERISTIK LINGKUNGAN
IGD adalah unit pelayanan krusial yang menangani
kondisi darurat dengan kebutuhan tindakan cepat
dan seringkali tidak terduga. Kecepatan, tekanan
emosional, dan kebutuhan keputusan segera
menjadikan komunikasi terapeutik sebagai elemen
kunci untuk:
•Mengurangi kecemasan pasien dan keluarga
•Mempercepat pengambilan keputusan klinis
•Mendukung koordinasi antarprofesional
Di IGD, komunikasi efektif meningkatkan keamanan
pasiendan meminimalkan kesalahan yang
berhubungandengan miskomunikasi.
LATAR BELAKANG: MENGAPA KOMUNIKASI
TERAPEUTIK PENTING?
Komunikasi terapeutik menggabungkan kejujuran, empati, dan dukungan non-verbal untuk
memberi informasi tanpa memperburuk kecemasan. Dalam situasi gawat, kualitas komunikasi
menentukan kepuasan pasien yang mencakup aspek fisik, kenyamanan, dan rasa aman.
Petugas harus menyampaikan informasi aktual, mengakui ketakutan pasien, dan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
1
Jujur dan Terbuka
Berikan informasi faktual dengan bahasa sederhana; hindari spekulasi yang
menimbulkan ketakutan berlebih.
2
Dukungan Non-Verbal
Kontak mata, nada suara tenang, dan sentuhan ringan (sesuai budaya dan situasi)
memperkuat pesan empati.
ASPEK PSIKOLOGIS PADA SITUASI GAWAT DARURAT
Pasien dan keluarga sering mengalami respons emosional intens yang
memengaruhi komunikasi dan kepatuhan. Perawat harus mampu
mengenali dan menanggapi respons ini secara cepat dan tepat.
•Kecemasan:Gejala otonomik (keringat dingin, palpitasi), kesulitan
berfokus —beri penjelasan singkat dan tindakan menenangkan.
•Histeris:Ketidakteraturan emosi; gunakan teknik grounding dan
ajak bernapas perlahan.
•Mudah Marah:Manifestasi dari rasa takut; tetap tenang, tetapkan
batas aman sambil mendengarkan keluhan.
TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DI IGD / ICU
Mendorong Kerjasama Tim & Klien
Membangun hubungan profesional yang mendukung keterlibatan
pasien dalam rencana perawatan dan tindakan cepat.
Menciptakan Kepercayaan
Kepercayaan memungkinkan pasien menerima prosedur yang
menakutkan dan mengikuti instruksi darurat dengan lebih tenang.
Kepercayaan dan kerja sama tim mendukung keputusan klinis yang cepat dan aman, serta meningkatkan kepatuhan
dan hasil klinis jangka pendek.
TEKNIK KUNCI KOMUNIKASI (BAGIAN 1)
Mendengarkan: Mendengarkan Aktif
Mengisyaratkan perhatian dengan kontak
mata, bahasa tubuh terbuka, dan
ringkasan singkat pernyataan pasien.
Jangan memotong —biarkan pasien
menyampaikan gejala atau kekhawatiran
utama terlebih dahulu.
Penerimaan
Tunjukkan penerimaan tanpa
menghakimi; gunakan frasa seperti "Saya
mengerti ini menakutkan" untuk
memvalidasi perasaan pasien.
TEKNIK KUNCI KOMUNIKASI (BAGIAN 2)
1. Mengulang Pernyataan Klien (Restating)—Ulangi poin penting yang disampaikan pasien untuk
memastikan kesamaan makna. Contoh: "Jadi Bapak merasakan nyeri hebat sejak tadi, benar?"
2. Menyampaikan Hasil Pengamatan (Observation)—Sampaikan pengamatan objektif dengan
netral: "Saya melihat Anda memegang dada dan terlihat kesulitan bernapas." Teknik ini membantu
validasi dan membuka diskusi tindakan selanjutnya.
PRINSIP MEMBANGUN LINGKUNGAN TERAPEUTIK
Caring (Peduli)
Tunjukkan perhatian nyata: kontak mata yang
sesuai, bahasa yang hangat, dan tindakan kecil
yang menenangkan.
Acceptance (Penerimaan)
Terima ekspresi pasien tanpa menghakimi;
fokus pada kebutuhan yang muncul saat itu.
Trust & Integrity
Konsistensi tindakan dan keterbukaan
membangun kepercayaan jangka pendek yang
kritis di IGD/ICU.
Integrasikan prinsip ini dalam setiap interaksi untuk menciptakan suasana aman, jelas, dan fokus pada kebutuhan pasien.
PRINSIP PRAKTIS: BAHASA & BATAS PROFESIONAL
Komunikasi yang efektif di IGD menuntut
bahasayang jelas dan batas profesional
yang tegas namun empatik.
•Gunakan bahasa sederhana dan hindari jargon
yang membingungkan pasien/keluarga.
•Tegaskan batas profesi dengan sopan—
•jelaskanperan tim dan ekspektasitindakan.
•Hargai pendapat pasien/keluarga;
•berikanruang untuk bertanya walau
•waktuterbatas.
Hindari:menyalahkan, label negatif, atau
komentar yang merendahkan. Jaga nada
suara netral dan profesional bahkan saat
menghadapi emosi kuat.
KESIMPULAN: DAMPAK KOMUNIKASI
TERAPEUTIK
1
Hasil Klinis
Komunikasi yang baik
mendukung diagnosis
cepat, kepatuhan pasien,
dan penurunan
komplikasi.
2
Perawatan
Terkoordinasi
Informasi jelas
mempercepat koordinasi
antarprofesional dan
mengurangi kesalahan
transfer.
3
Kepuasan Pasien
Empati dan kejelasan
informasi menurunkan
kecemasan dan
meningkatkan persepsi
kualitas layanan.
Penerapan prinsip komunikasi: peduli, jujur, fokus, dan penuh hormat—akan
meningkatkan keselamatan, efisiensi, dan pengalaman pasien di IGD/ICU. Langkah
praktis: latih mendengarkan aktif, restating, observasi yang jelas, dan penggunaan
bahasa sederhana setiap saat.
INTENSIVE CARE UNIT
Komunikasi terapeutik merupakan aspek penting dalam memberikan
pelayanan berkualitas di ruang ICU, terutama dalam membangun
hubungan yang bermakna dengan pasien dan keluarganya.
Latar Belakang
Banyak orang mengira bahwa klien yang berada dalam keadaan tidak
sadar di ICU tidak perlu diajak bicara. Penelitian Christoper, dkk (2012) di
USA menyimpulkan bahwa komunikasi yang baik merupakan aspek yang
sangat penting dalam menentukan kualitas pelayanan di ICU. Komunikasi
di ruang ICU merupakan sebuah proses yang membutuhkan banyak
kesabaran, karena kebanyakan klien berada dalam keadaan tidak sadar.
Disamping itu, perawat dituntut untuk menyampaikan informasi penting
yang mungkin sulit diterima oleh klien atau keluarga.
Tugas Perawat dalam Berkomunikasi dengan
Pasien Sadar di ICU
1Menciptakan Suasana
yang Mendukung
Menciptakan suasana
memungkinkan klien untuk
mengungkapkan perasaannya
dengan nyaman dan terbuka.
2Mengidentifikasi
Ketakutan dan Kecemasan
Mencari tahu ketakutan dan
kecemasan klien untuk
memahami kebutuhan
emosional mereka.
3Memberikan Perhatian
Berkelanjutan
Memberikan perhatian yang
lebih pada klien dengan
menanyakan kondisi atau
keadaannya secara periodik.
Tugas Perawat dalam
Berkomunikasi dengan
Pasien Tidak Sadar di ICU
Respons klien terhadap rangsangan dari luar berupa gerakan halus seperti
gerakan jari tangan, atau luapan emosi (perasaan) seperti tetesan mata
menunjukkan bahwa pasien masih dapat merespons lingkungan
sekitarnya.
Tindakan yang Dilakukan Perawat:
•Memegang atau menyentuh tangan pasien dengan lembut
•Mengungkapkan kata-kata yang memberikan semangat seperti "saya
yakin Bapak/Ibu akan melewati semua ini"
Tugas Perawat dalam Berkomunikasi dengan
Pasien Terpasang Ventilasi Mekanik
Yustina, Suryani dan Raharjo (2014) menemukan bahwa pasien dalam keadaan terpasang ventilator sangat membutuhkan
informasi tentang nyeri dan ketidaknyamanan, perawatan diri tentang ventilator sendiri serta kapan pasien bisa bebas dari
ventilator.
Media Komunikasi yang Dapat Digunakan:
Gambar-gambar
Menggunakan visual yang jelas
untuk membantu pasien memahami
informasi
Kartu dan Kertas
Menyediakan media tulis untuk
komunikasi dua arah
Bahasa Isyarat
Menggunakan gerakan tangan
untuk berkomunikasi dengan pasien
Daftar Pustaka
•Suryani. 2014. Komunikasi terapeutik: teori & praktik. Jakarta: EGC
•Machfoeds, Mahmud. 2009. Komunikasi Keperawatan (Komunikasi terapeutik). Yogyakarta: Ganbika
•Anita Murwani, Istichomah. 2009. Komunikasi terapeutik panduan bagi perawat. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya