Leadership Pada Administrasi Rumah Sakit.pptx

ssuser0e20fc 0 views 24 slides Oct 15, 2025
Slide 1
Slide 1 of 24
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24

About This Presentation

MARS


Slide Content

TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP STYLE TO IMPROVE THE PERFORMANCE OF HEALTH WORKERS AT PENFUI HEALTH CENTER AND BAKUNASE HEALTH CENTER Kelompok V : Andi Alif Buanama (P1C2242029) Rismayanti Amran Tandjung (P1C2242030) Nurwira (P1C2242040) Patriani Tandirerung (P1C2242061) Dosen Pembimbing : Dr.Ns . Julia Fitrianingsih , S.Kep ., M.Kes ., M.Kep .

Pendahuluan Kepemimpinan sangat vital bagi organisasi kesehatan guna menjamin kualitas dan keberlanjutan pelayanan . Berbagai gaya kepemimpinan ( transaksional , transformasional , pelayan , situasional , dan otentik ) dapat memberi efek berbeda terhadap motivasi dan kinerja tenaga kesehatan . Gaya kepemimpinan transformasional dijelaskan sebagai gaya yang dapat : Memberikan visi yang jelas , Mendukung pengembangan tenaga kesehatan , Membangun kerja sama tim dan mendorong inovasi .

Pendahuluan Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Puskesmas Bakunase dan Penfui, terlihat bahwa pola kerja tenaga kerja terkait erat dengan pola komunikasi dan pola kerja dari pemimpinnya. Namun, gaya kepemimpinan transformasional belum diterapkan dengan maksimal. Hal ini dapat dilihat dari 10 tenaga kerja yang disurvei, terdapat 2 tenaga kerja dengan kinerja rendah yang terlihat dari keterlambatan kerja, pulang kerja lebih awal dari waktu yang ditentukan, dan kurangnya keterlibatan kerja

Pendahuluan Tujuan dari penelitian ini ialah: Menganalisis pola gaya kepemimpinan transformasional yang diterapkan di Puskesmas Bakunase dan Penfui. Mengevaluasi kinerja tenaga kesehatan di kedua puskesmas tersebut. Menganalisis hubungan pola gaya kepemimpinan transformasional dengan peningkatan kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas Bakunase dan Penfui.

Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari tenaga kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bakunase (66 orang) dan Puskesmas Penfui (60 orang) pada tahun 2024, dengan total 126 orang. Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling, yaitu sebanyak 100 tenaga kesehatan. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Bakunase dan Puskesmas Penfui pada bulan September–Oktober 2024. Variabel terikat dalam penelitian ini ialah kinerja tenaga kerja, sedangkan variabel bebas ialah gaya transformasional (karisma, motivasi inspiratif, stimulasi intelektual, dan perhatian individual).

PAGE 04 Results Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa tenaga kesehatan dengan penerapan gaya kepemimpinan transformasional yang baik sebagian besar menunjukkan tingkat kinerja yang juga baik, yakni sebanyak 40 responden. Selanjutnya, terdapat 31 responden dengan tingkat kinerja tenaga kesehatan yang berada pada kategori cukup. Ada juga 25 responden dengan gaya kepemimpinan yang termasuk kategori cukup tetapi tetap berhasil mencatatkan kinerja yang baik. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,000 (p < 0,005), yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara penerapan gaya kepemimpinan transformasional dengan kinerja tenaga kesehatan. Nilai Odds Ratio (OR) sebesar 10,524 (95% CI: 3,486–31,772) mengindikasikan bahwa tenaga kesehatan yang berada di bawah gaya kepemimpinan transformasional mempunyai peluang 10,524 kali lebih tinggi untuk memiliki kinerja yang baik dibandingkan tenaga kesehatan dengan gaya kepemimpinan yang berada pada tingkat cukup. Bivariate analysis research results. 1.1 Relationship between transformational leadership style and health worker perform ance

PAGE 04 Tabel 2 di bawah ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan dengan gaya kepemimpinan transformasional yang baik (aspek karisma) dan memiliki kinerja yang baik dari segi kuantitas berjumlah 68 responden. Ada 7 responden yang memiliki kinerja tenaga kesehatan dalam kategori cukup. Selanjutnya, terdapat 12 responden yang memiliki gaya kepemimpinan dalam kategori cukup tetapi tetap menunjukkan kinerja yang baik. Hasil uji statistik di bawah ini menunjukkan nilai p = 0,000 (p < 0,005), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional (aspek karisma) dengan kinerja tenaga kesehatan dari sisi kuantitas. Nilai Odds Ratio (OR) sebesar 10,524 (95% CI: 3,486–31,772) menunjukkan bahwa tenaga kesehatan yang berada di bawah gaya kepemimpinan transformasional memiliki peluang 10,524 kali lebih besar untuk mempunyai kinerja yang baik dibandingkan tenaga kesehatan dengan kinerja yang berada pada tingkat cukup. 1.2 Relationship between transformational leadership style indicators (charisma) and health workforce indicators (quantity)

PAGE 04 Tabel 3 di bawah ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan dengan gaya kepemimpinan transformasional yang baik (aspek karisma) dan memiliki kinerja yang baik dari segi kualitas berjumlah 70 responden. Ada 5 responden yang mempunyai kinerja tenaga kesehatan dalam kategori cukup (kualitas). Selain itu, terdapat 12 responden yang memiliki gaya kepemimpinan transformasional dalam kategori cukup tetapi tetap menunjukkan kinerja tenaga kesehatan yang baik dari segi kualitas. Hasil uji statistik di bawah ini menunjukkan nilai p = 0,000 (p < 0,005), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional (aspek karisma) dengan kinerja tenaga kesehatan dari segi kualitas. Nilai Odds Ratio (OR) sebesar 10,524 (95% CI: 3,486–31,772) berarti bahwa gaya kepemimpinan transformasional dapat meningkatkan peluang tenaga kesehatan untuk memiliki kinerja yang baik dari segi kualitas sebesar 10,524 kali dibandingkan tenaga kesehatan dengan tingkat kinerja yang berada pada kategori cukup. 1.3 Relationship between transformational leadership style indicators (charisma) and health workforce indicators (quality)

PAGE 04 Tabel 4 di bawah ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan dengan gaya kepemimpinan transformasional (aspek karisma) dan tingkat kinerja tenaga kesehatan dari segi ketepatan waktu yang baik berjumlah 67 responden. Ada 8 responden yang memiliki kinerja tenaga kesehatan dalam kategori cukup (ketepatan waktu). Selanjutnya, terdapat 17 responden yang memiliki gaya kepemimpinan transformasional dalam kategori cukup tetapi tetap menunjukkan kinerja tenaga kesehatan yang baik dari segi ketepatan waktu. Hasil uji statistik di bawah ini menunjukkan nilai p = 0,000 (p < 0,005), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional (aspek karisma) dengan kinerja tenaga kesehatan dari segi ketepatan waktu. Nilai OR sebesar 17,797 (95% CI: 5,835–54,284) menunjukkan bahwa tenaga kesehatan yang berada di bawah gaya kepemimpinan transformasional memiliki peluang 17,797 kali lebih besar untuk mempunyai kinerja yang baik dari segi ketepatan waktu dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang berada pada tingkat gaya kepemimpinan yang cukup. 1.4. Relationship between transformational leadership style indicators (charisma) and health workforce indicators (timeliness)

PAGE 04 Tabel 5 di bawah ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan dengan gaya kepemimpinan transformasional (aspek karisma) dan kinerja tenaga kesehatan dari segi inisiatif yang baik berjumlah 68 responden. Ada 7 responden yang memiliki kinerja tenaga kesehatan dengan kategori cukup (inisiatif). Selanjutnya, terdapat 17 responden yang mempunyai gaya kepemimpinan transformasional dengan kategori cukup tetapi tetap menunjukkan kinerja tenaga kesehatan yang baik dari segi inisiatif. Hasil uji statistik di bawah ini menunjukkan nilai p = 0,006 (p < 0,005), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional (aspek karisma) dengan kinerja tenaga kesehatan dari segi inisiatif. Nilai OR sebesar 4,571 (95% CI: 1,454–14,368) mengindikasikan bahwa gaya kepemimpinan transformasional dapat meningkatkan peluang tenaga kesehatan untuk memiliki kinerja yang baik dari segi inisiatif sebesar 4,571 kali dibandingkan tenaga kesehatan dengan tingkat gaya kepemimpinan yang cukup. 1.5. Relationship relationship between transformational leadership style indicator (charisma) and health worker indicator (initiative)

PAGE 04 Tabel 6 di bawah ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan dengan gaya kepemimpinan transformasional (aspek karisma) dan kinerja tenaga kesehatan dari segi efektivitas yang baik berjumlah 68 responden. Hasil uji statistik di bawah ini menunjukkan nilai p = 0,000 (p < 0,005), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional (aspek karisma) dengan kinerja tenaga kesehatan dari segi efektivitas. Nilai OR sebesar 10,524 (95% CI: 3,486–31,772) menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional dapat meningkatkan peluang tenaga kesehatan untuk memiliki kinerja yang baik dari segi efektivitas sebesar 10,524 kali dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang gaya kepemimpinannya berada pada tingkat cukup. 1.6. Relationship between transformational leadership style indicators (charisma) and health workforce indicators (effectiveness)

PAGE 04 Ada 24 responden yang memiliki gaya kepemimpinan transformasional yang baik (aspek motivasi inspiratif) dan juga memiliki kinerja tenaga kesehatan yang baik dari segi kuantitas. Hasil uji statistik di bawah ini menunjukkan nilai p = 0,373 (p > 0,005), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional (motivasi inspiratif) dengan kinerja tenaga kesehatan dari segi kuantitas. Nilai Odds Ratio (OR) sebesar 1,714 (95% CI: 0,519–5,666) mengindikasikan bahwa tenaga kesehatan dengan gaya kepemimpinan transformasional (motivasi inspiratif) yang baik mempunyai peluang 1,714 kali lebih tinggi untuk memiliki kinerja yang baik dari segi kuantitas dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang berada pada tingkat gaya kepemimpinan yang cukup. 1.7. Relationship indicators style leadership transformational (inspirational motivation) with health workforce indicators (quantity)

PAGE 04 Hasil uji statistik di bawah ini menunjukkan nilai p = 0,003 (p < 0,005), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional dengan kinerja tenaga kesehatan dari segi kualitas. Nilai Odds Ratio (OR) sebesar 7,800 (95% CI: 1,714–35,496). Dengan demikian, gaya kepemimpinan transformasional dapat meningkatkan peluang tenaga kesehatan untuk memiliki kinerja yang baik dari segi kualitas sebesar 7,800 kali dibandingkan tenaga kesehatan yang berada pada tingkat gaya kepemimpinan yang cukup. 1.8. Relationship indicators style leadership transformational (inspirational motivation) with indicators of health workers (quality)

PAGE 04 Hasil uji statistik di bawah ini menunjukkan nilai p = 0,123 (p > 0,005), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional (motivasi inspiratif) dengan kinerja tenaga kesehatan dari segi ketepatan waktu. Nilai Odds Ratio (OR) sebesar 0,474 (95% CI: 0,181–1,237). Dengan demikian, gaya kepemimpinan transformasional (motivasi inspiratif) dapat meningkatkan peluang tenaga kesehatan untuk memiliki kinerja yang baik dari segi ketepatan waktu sebesar 0,474 kali dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang berada pada tingkat gaya kepemimpinan yang cukup. 1.9 Relationship indicators style leadership transformational (inspirational motivation) with health worker indicators (timeliness)

PAGE 04 Hasil uji statistik di bawah ini menunjukkan nilai p = 0,454 (p > 0,005), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional (motivasi inspiratif) dengan kinerja tenaga kesehatan dari segi inisiatif. Nilai Odds Ratio (OR) sebesar 1,667 (95% CI: 0,433–6,419). Dengan demikian, gaya kepemimpinan transformasional (motivasi inspiratif) dapat meningkatkan peluang tenaga kesehatan untuk memiliki kinerja yang baik dari segi inisiatif sebesar 1,667 kali dibandingkan tenaga kesehatan yang berada pada tingkat gaya kepemimpinan yang cukup. 1.10 Relationship between transformational leadership style indicators (inspirational motivation) and health worker indicators (initiative)

PAGE 04 Hasil uji statistik di atas menunjukkan nilai p = 0,148 (p > 0,005), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional (motivasi inspiratif) dengan kinerja tenaga kesehatan dari segi efektivitas. Nilai Odds Ratio (OR) sebesar 2,576 (95% CI: 0,691–9,597). Dengan demikian, gaya kepemimpinan transformasional (motivasi inspiratif) dapat meningkatkan peluang tenaga kesehatan untuk memiliki kinerja yang baik dari segi efektivitas sebesar 2,576 kali dibandingkan tenaga kesehatan yang berada pada tingkat gaya kepemimpinan yang cukup. 1.11. Relationship between transformational leadership style indicators (inspirational motivation) and health worker indicators (effectiveness)

PAGE 04 Hasil uji statistik di atas menunjukkan nilai p = 0,002 (p < 0,005), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional (stimulasi intelektual) dengan kinerja tenaga kesehatan dari segi kuantitas. Nilai Odds Ratio (OR) sebesar 4,846 (95% CI: 1,671–14,053). Dengan demikian, gaya kepemimpinan transformasional (stimulasi intelektual) dapat meningkatkan peluang tenaga kesehatan untuk memiliki kinerja yang baik dari segi kuantitas sebesar 4,846 kali dibandingkan tenaga kesehatan yang berada pada tingkat gaya kepemimpinan yang cukup. 1.12. Relationship between transformational leadership style indicators (intellectual stimulation) and health workforce indicators (quantity)

PAGE 04 Hasil uji statistik di atas menunjukkan nilai p = 0,002 (p < 0,005), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional (stimulasi intelektual) dengan kinerja tenaga kesehatan dari segi kuantitas. Nilai Odds Ratio (OR) sebesar 4,846 (95% CI: 1,671–14,053). Dengan demikian, gaya kepemimpinan transformasional (stimulasi intelektual) dapat meningkatkan peluang tenaga kesehatan untuk memiliki kinerja yang baik dari segi kuantitas sebesar 4,846 kali dibandingkan tenaga kesehatan yang berada pada tingkat gaya kepemimpinan yang cukup. 1.13. Relationship between transformational leadership style indicators (intellectual stimulation) and health workforce indicators (quality)

Kesimpulan dari 23 Tabel menunjukkan :

Kesimpulan Dari hasil penelitian Karisma: Berhubungan kuat dengan semua indikator kinerja, termasuk kuantitas, kualitas, ketepatan waktu, inisiatif, dan efektivitas. Odds ratio berkisar dari 10.524 untuk kuantitas, 10.524 untuk kualitas, 17.797 untuk ketepatan waktu, 4.571 untuk inisiatif, dan 10.524 untuk efektivitas. Hasil ini menunjukkan bahwa pemimpin yang menunjukkan karisma tinggi secara signifikan meningkatkan kemungkinan tenaga kesehatan mencapai target kinerja. Berdasarkan Dimensi Kepemimpinan dan Indikator Kinerja: Motivasi Inspirasional: Menunjukkan hubungan signifikan dengan kualitas kinerja (OR=7.800, p<0.005). Namun, tidak ditemukan hubungan signifikan dengan kuantitas, ketepatan waktu, inisiatif, atau efektivitas. Ini menunjukkan bahwa meskipun gaya motivasi pemimpin meningkatkan kualitas kerja, area lain mungkin memerlukan intervensi yang berbeda.

Kesimpulan Dari hasil penelitian Stimulasi Intelektual: Berhubungan signifikan dengan sebagian besar aspek kinerja: kuantitas (OR=4.846; p=0.002), kualitas (OR=3.857; p=0.011), ketepatan waktu (OR=6.195; p=0.000), dan efektivitas (OR=4.846; p=0.002). Satu-satunya indikator yang tidak menunjukkan hubungan signifikan adalah inisiatif. Ini menunjukkan bahwa mendorong kreativitas dan pemecahan masalah meningkatkan sebagian besar aspek kinerja tenaga kesehatan. Berdasarkan Dimensi Kepemimpinan dan Indikator Kinerja: Perhatian Individual: Menunjukkan hubungan terkuat di sebagian besar indikator kinerja: kuantitas (OR=49.333; p=0.000), ketepatan waktu (OR=29.750; p=0.000), inisiatif (OR=30.000; p=0.000), dan efektivitas (OR=85.000; p=0.000). Tidak ada hubungan signifikan dengan kualitas. Odds ratio yang sangat tinggi ini menunjukkan bahwa ketika pemimpin memberikan perhatian pribadi kepada tenaga kesehatan, hasil kerja, ketepatan waktu, inisiatif, dan efektivitas mereka sangat meningkat.

Kesimpulan Studi ini menemukan bahwa gaya kepemimpinan transformasional secara positif dan signifikan berhubungan dengan kinerja tenaga kesehatan di Pusat Kesehatan Bakunase dan Penfui . Tenaga kesehatan yang dipimpin oleh pemimpin transformasional menunjukkan kinerja yang lebih baik di berbagai dimensi , termasuk kuantitas , kualitas , ketepatan waktu , inisiatif , dan efektivitas . Data menunjukkan bahwa 71% responden mengalami gaya kepemimpinan yang baik , dan 65% memiliki kinerja yang baik . Kepemimpinan transformasional meningkatkan kemungkinan kinerja tenaga kesehatan yang baik (OR=10.524), yang berarti pekerja sekitar 10 kali lebih mungkin untuk berkinerja baik di bawah kepemimpinan transformasional . Studi ini merekomendasikan agar pemimpin pusat kesehatan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan transformasional secara konsisten untuk meningkatkan kinerja tenaga kesehatan dan , selanjutnya , kualitas layanan kesehatan . Disarankan juga agar pemimpin pusat kesehatan menyediakan pelatihan dan seminar untuk mendukung adopsi gaya kepemimpinan ini dan memperkuat budaya kinerja dalam layanan kesehatan .

Referensi AL-DOSSARY, R. N. (2022). LEADERSHIP STYLE, WORK ENGAGEMENT AND ORGANIZATIONAL COMMITMENT AMONG NURSES IN SAUDI ARABIAN HOSPITALS. JOURNAL OF HEALTHCARE LEADERSHIP, 14, 71. HTTPS://DOI.ORG/10.2147/JHL.S365526 AL-THAWABIYA, A., SINGH, K., AL-LENJAWI, B. A., & ALOMARI. (2023). LEADERSHIP STYLES AND TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP SKILLS AMONG NURSE LEADERS IN QATAR: A CROSS-SECTIONAL STUDY. NURSING OPEN, 10(6), 3440–3446. HTTPS://DOI.ORG/10.1002/NOP2.1636 ALANAZI, N. H., ALSHAMLANI, Y., & BAKER, O. G. (2023). THE ASSOCIATION BETWEEN NURSE MANAGERS' TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP AND QUALITY OF PATIENT CARE: A SYSTEMATIC REVIEW. INTERNATIONAL NURSING REVIEW, 70(2), 175–184. HTTPS://DOI.ORG/10.1111/INR.12819 AMINAH, S., & MAHMUDIONO, T. (2023). APPLICATION OF THE LEADERSHIP MODEL IN HEALTH SERVICES: A SYSTEMATIC REVIEW. JOURNAL OF PUBLIC HEALTH IN AFRICA, 14(S2). HTTPS://DOI.ORG/10.4081/JPHIA.2023.2571 BUSRO, M. (2018). THEORIES OF HUMAN RESOURCE MANAGEMENT. PRENADAMEDIA GROUP. CASHMERE. (2018). FINANCIAL STATEMENT ANALYSIS. RAJAGRAFINDO PERSADA. DATAINDONESIA.ID. (2024, MARCH 14). DATA ON THE NUMBER OF HEALTH CENTERS IN INDONESIA (2017–2023). DATAINDONESIA.ID. HTTPS://DATAINDONESIA.ID/KESEHATAN/DETAIL/DATA-JUMLAH-PUSKESMAS-DI-INDONESIA-20172023
Tags