Macam macam Air dan As Suru dalam Islam .pptx

Zzzqqq2 0 views 23 slides Sep 16, 2025
Slide 1
Slide 1 of 23
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23

About This Presentation

memudahkan dalam mengenal macam macam air yang dapat dipakai untuk bersuci


Slide Content

MACAM – M ACAM AIR

Air Muthlaq Air Muthlaq , seperti air hujan , air sungai , air laut , hukumnya suci dan mensucikan . Air ini adalah setiap air yang keluar dari dalam bumi maupun turun dari langit . Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman , وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا “ Dan Kami turunkan dari langit air yang suci .” (QS. Al Furqon : 48 ) Yang juga termasuk air muthlaq adalah air salju , embun , dan air sumur .

Nabi shallallahu ‘ alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai air laut , beliau pun menjawab , هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ “ Air laut tersebut thohur ( suci lagi mensucikan ), bahkan bangkainya pun halal. ” ( HR. Tirmidzi , Abu Daud dan An Nasa’i . Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih dalam Irwa’ul Gholil no. 9.)

Air Musta’mal Air Musta’mal : yaitu air yang lepas dari anggota tubuh or a ng yang sedang berwudhu atau mandi , dan tidak mengenai benda najis , hukumnya suci seperti yang disepakati para ulama , dan tidak mensucikan menurut jumhurul ulama .

A ir M usta’mal T ermasuk A ir yang S uci ? Dari Abu Hudzaifah , beliau berkata , خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – بِالْهَاجِرَةِ ، فَأُتِىَ بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ ، فَجَعَلَ النَّاسُ يَأْخُذُونَ مِنْ فَضْلِ وَضُوئِهِ فَيَتَمَسَّحُونَ بِهِ “ Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa sallam pernah keluar bersama kami di al Hajiroh , lalu beliau didatangkan air wudhu untuk berwudhu . Kemudian para sahabat mengambil bekas air wudhu beliau . Mereka pun menggunakannya untuk mengusap .” ( HR. Bukhari no. 187.)

Dari Miswar , ia mengatakan , وَإِذَا تَوَضَّأَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – كَادُوا يَقْتَتِلُونَ عَلَى وَضُوئِهِ “ Jika Nabi shallallahu ‘ alaihi wa sallam berwudhu , mereka ( para sahabat ) hampir-hampir ‘ saling membunuh ’ ( karena memperebutkan ) bekas wudhu beliau .” ( HR. Bukhari no. 189)

Dari Ar Rubayyi ’, ia mengatakan , أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- مَسَحَ بِرَأْسِهِ مِنْ فَضْلِ مَاءٍ كَانَ فِى يَدِهِ . “ Nabi shallallahu ‘ alaihi wa sallam pernah mengusap kepalanya dengan bekas air wudhu yang berada di tangannya .” ( HR. Abu Daud no. 130. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan ).

Dari ‘Abdullah bin ‘ Umar , beliau mengatakan , كَانَ الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ يَتَوَضَّئُونَ فِى زَمَانِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – جَمِيعًا “ Dulu di masa Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa sallam laki-laki dan perempuan , mereka semua pernah menggunakan bekas wudhu mereka satu sama lain.” ( HR. Bukhari no. 193).

Dari Ibnu ‘Abbas, ia menceritakan , أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَغْتَسِلُ بِفَضْلِ مَيْمُونَةَ . “ Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa sallam pernah mandi dari bekas mandinya Maimunah .” ( HR. Muslim no. 323).

Larangan Air Musta’mal Al Hakam bin ‘ Amr . Beliau berkata , أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- نَهَى أَنْ يَتَوَضَّأَ الرَّجُلُ بِفَضْلِ طَهُورِ الْمَرْأَةِ . “ Nabi shallallahu ‘ alaihi wa sallam melarang seseorang berwudhu dari air bekar bersucinya wanita . ” ( HR. Abu Daud no. 82. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih ).

Air Musta’mal Menurut 4 Mazhab Mazhab Penjelasan Singkat Hanafi Air musta’mal suci, namun tidak mensucikan (tidak dapat digunakan untuk menghilangkan hadas, namun dapat digunakan untuk menghilangkan najis). Maliki Air musta’mal suci dan mensucikan, namun makruh menggunakannya jika terdapat air mutlaq. Syafi’i Air musta’mal itu suci dan mensucikan jika melebihi dua kulah; jika kurang dari dua kulah maka hukumnya suci namun tidak mensucikan. Hanabilah Air musta’mal itu suci tapi tidak mensucikan.

Air yang B ercampur B enda S uci Air yang bercampur benda suci seperti sabun , dan cuka selama percampuran itu sedikit tidak merubah nama air, maka hukumnya masih suci mensucikan menurut madzhab Hanafi , dan tidak mensucikan menurut imam Syafi’i dan Malik .

Air yang T erkena N ajis Air yang terkena najis , jika merubah rasa, warna atau aromanya maka hukumnya najis tidak boleh dipakai bersuci menurut ijma ’. Dari Abu Umamah Al Bahiliy , Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa sallam bersabda , إِنَّ الْمَاءَ لاَ يُنَجِّسُهُ شَىْءٌ إِلاَّ مَا غَلَبَ عَلَى رِيحِهِ وَطَعْمِهِ وَلَوْنِهِ “ Sesungguhnya air tidaklah dinajiskan oleh sesuatu pun selain yang mempengaruhi bau , rasa, dan warnanya .”

Pendapat Imam Malik J ika tidak merubah salah satu sifatnya maka mensucikan menurut I mam Malik, baik air itu banyak atau sedikit ; إِنَّ الْمَاءَ طَهُورٌ لاَ يُنَجِّسُهُ شَىْءٌ “ Sesungguhnya air itu suci , tidak ada yang dapat menajiskannya .” ( HR. Tirmidzi , Abu Daud , An Nasa’i , Ahmad. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih no. 478).

Kurang dari 2 Qullah Najis? Abu Hanifah , Asy Syafi’i , Ahmad dan pengikut mereka menyatakan bahwa jika air kurang dari dua qullah , air tersebut menjadi najis dengan hanya sekedar kemasukan najis walaupun tidak berubah rasa, warna atau baunya .

Dua Qullah Air dua qullah adalah air seukuran 500 rothl ‘Iraqi yang seukuran 90 mitsqol . Jika disetarakan dengan ukuran sho ’, dua qullah sama dengan 93,75 sho ’ ( Lihat Tawdhihul Ahkam min Bulughil Marom , Syaikh Ali Basam , 1/116, Darul Atsar , cetakan pertama , 1425 H.) Sedangkan 1 sho ’ seukuran 2,5 atau 3 kg. Jika massa jenis air adalah 1 kg/liter dan 1 sho ’ kira-kira seukuran 2,5 kg; berarti ukuran dua qullah adalah 93,75 x 2,5 = 234,375 liter. Jadi , ukuran air dua qullah adalah ukuran sekitar 200 liter. Gambaran riilnya adalah air yang terisi penuh pada bak yang berukuran 1 m x 1 m x 0,2 m.

H adits mengenai air dua qullah adalah sebagai berikut . إِذَا بَلَغَ الْمَاءُ قُلَّتَيْنِ لَمْ يَحْمِلِ الْخَبَثَ “ Jika air telah mencapai dua qullah , maka tidak mungkin dipengaruhi kotoran ( najis ). ” ( HR. Ad Daruquthni )

Masalah As- Su’ru

Sisa Manusia Sisa anak Adam ( manusia ) hukumnya suci , meskipun ia seorang kafir , junub , atau haidh . أُتِيَ عَلَيْهِ الصَّلاةُ وَالسَّلامُ بِلَبَنٍ فَشَرِبَ بَعْضَهُ وَنَاوَل الْبَاقِيَ أَعْرَابِيًّا كَانَ عَلَى يَمِينِهِ فَشَرِبَ ثُمَّ نَاوَلَهُ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَشَرِبَ وَقَال : الأْيْمَنَ فَالأْيْمَنَ Rasulullah SAW diberikan susu lalu beliau meminumnya sebagian lalu disodorkan sisanya itu kepada a’rabi ( kafir ) yang ada di sebelah kanannya dan dia meminumnya lalu disodorkan kepada Abu Bakar dan beliau pun meminumnya ( dari wadah yang sama ) lalu beliau berkata’Ke kanan dan ke kanan ’ . ( HR. Bukhari )

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كُنْتُ أَشْرَبُ وَأَنَا حَائِضٌ ثُمَّ أُنَاوِلُهُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَضَعُ فَاهُ عَلَى مَوْضِعِ فِيَّ فَيَشْرَبُ وَأَتَعَرَّقُ الْعَرْقَ وَأَنَا حَائِضٌ ثُمَّ أُنَاوِلُهُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَضَعُ فَاهُ عَلَى مَوْضِعِ فِيَّ وَلَمْ يَذْكُرْ زُهَيْرٌ فَيَشْرَبُ Aku minum ketika aku sedang dalam keadaan haid , kemudian aku memberikannya kepada Nabi Shallallahu'alaihiwasallam , lalu beliau meletakkan mulutnya pada tempat mulutku ( ketika minum ). ( Dan Zuhair tak menyebutkan , Lalu beliau minum ) . ( HR. Muslim)

Sisa K ucing dan H ewan yang H alal D agingnya H ukumya S uci Dalil yang menyebutkan tidak najisnya ludah kucing itu adalah hadits berikut ini : إِنَّهَا لَيْسَتْ بِنَجِسٍ إَنَّهَا مِنَ الطَّوَّافِيْنَ عَلَيْكُمْ وَالطَّوَّافَاتِ Rasulullah SAW bersabda"Kucing itu tidak najis sebab kucing itu termasuk yang berkeliaran di tengah kita ". ( HR. Abu Daud , At- Tirmizy , An- Nasai , Ibnu Majah , Ahmad) .

Sisa keledai , dan binatang buas , juga burung hukumnya suci menurut madzhab Hanafi . Sedangkan sisa anjing dan babi hukumnya najis menurut seluruh ulama .

Wallahu A’lam. Bersambung Insya Allah...