MATERI BALAGHAH LENGKAP untuk jenjang smp sma perguruan tinggi.pptx
MuhammadMuzakiAdnan
6 views
95 slides
Oct 29, 2025
Slide 1 of 95
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
About This Presentation
materi balaghah
Size: 323.28 KB
Language: none
Added: Oct 29, 2025
Slides: 95 pages
Slide Content
ILMU BALAGHAH Oleh : Siti Masyitoh , M.A.
مقدمة
القسم الأول: التشبيه
Menurut bahasa tasybih berarti tasmtsil ( تَمْثِيْلٌ) yang artinya penyerupaan atau perumpamaan . Sedangkan menurut istilah adalah : مشاركة الأمر في الأمر Menyerupakan sesuatu kepada sesuatu. Contoh : خَالِدٌ كَالْأَسَدِ فِي الشَّجَاعَةِ Artinya : "Khalid seperti singa dalam keberanian ”. قلبُهُ كالحجارةِ قَسْوةً وصلابةً Artinya : “ Hatinya seperti batu dalam keras dan kuatnya .”
أحمد أسد في الشجاعة (التشبيه المؤكد) أحمد كالأسد في الشجاعة (التشبيه المرسل) أحمد كالأسد (التشبيه المجمل) أحمد كالأسد في الشجاعة (التشبيه المفصل) أحمد أسد (التشبيه البليغ) الأمثلة
أقسام التشبيه من ناحية وجهه (2)
أقسام التشبيه من ناحية مشببه و مشببه به (3)
لا تنكرى عطل الكريم من الغنى # فالسيل حرب للمكان العالي أنت كالبحر في الكرام (قمت على أبيض الثلج كأن أبيضه حبك) # (كأن النسيم في الرقة اخلاقة # وكأن الماء في الصفاء طباعه) الأمثلة
بيان امكان المشبه بيان حال المشبه (كأن تباسمك السؤال في رأيي # لكنه الجواب في قلبي) بيان مقدار حال المشبه (كأنك ماء في الصحراء # لا شيئ مثمن إلا أنت) تقرير حال المشبه تزين المشبه أو تقبيحه أغراض التشبيه
القسم الثاني: المجاز
تنقسم المجاز إلى قسمين:
تنقسم المجاز اللغوي إلى قسمين
أقسام المجاز الإستعارة باعتبار ذكر المشبه به و عدم ذكره (2)
أقسام المجاز الإستعارة باعتبار لفظ المستعار في المشبه به (2)
أقسام المجاز الإستعارة باعتبار ذكر الملائم و عدمه (3)
أركان الإستعارة: المستعار له (المشبه) المستعار منه ( المشبه به) المستعار ( لفظ الإستعارة) الجامع (وجه الشبه)
رأيت أسدا يصلح درجته ( الأصلية التصريحية) بكت السماء و ضكحت الأرض (المكنية) أحبك يا شمس الزمان و بدره (الأصلية) قتلني حبك ( التبعية : فعل) رأيت أسدا يصلح درجته (المجردة) إني شديد العطش إلى لقائك (المطلقة) أنت ترقم على الماء (التمثيلية) الأمثلة الإستعارية
المجاز المرسل
Pengertian Majaz Mursal كَلِمَةٌ اسْتُعْمِلَتْ فِي غَيْرِ مَعْنَاهَا الأَصْليِّ لِعَلَاقَةٍ غَيْرِ الْمُشَابَهَةِ مَعَ قَرِيْنَةٍ مَانِعَةٍ مِنْ إِرَادَةِ الْمَعْنَى الْأَصْليِّ Majaz mursal adalah suatu lafaz yang dipergunakan bukan pada makna aslinya karena adanya alaqah ghair musyabahah ( hubungan bukan perumpamaan ) disertai qarinah ( alasan / bukti ) yang mencegahnya dari makna asli Majaz Mursal
B. Alaqah dan Qarinah dalam Majaz Mursal Ada 8 , yaitu : 1. As- Sababiyyah ( السببية ) ذِكْرُ السَّبَبِ وَإِرَادَةُ الْمُسَبَّبِ Yaitu menyebutkan sebab dan yang dimaksud adalah musabbab / akibat .
2. Al- Musabbabiyyah ( المسببية ) ذِكْرُ الْمُسَبَّبِ وَإِرَادَةُ السَّبَبِ Yaitu menyebutkan musabbab / akibat dan yang dimaksud adalah sebab .
3. Al-Juz’iyyah (الجزئية) ذِكْرُ الْجُزْءِ وَإِرَادَةُ الْكُلَّ Yaitu menyebutkan sebagian sedangkan yang dimaksud adalah keseluruhan.
4. Al-Kulliyah (الكلية) ذِكْرُ الْكُلَّ وَإِرَادَةُ الْجُزْءِ Yaitu menyebutkan keseluruhan sedangkan yang dimaksud adalah sebagian.
5. I‘tibarr Ma Kana ( اِعْتِبَارُ مَا كَانَ ) اِعْتِبَارُ مَا كَانَ وَإِرَادَةُ مَا يَكُوْنُ Yaitu menyebutkan sesuatu yang lalu atau sudah terjadi dan yang dimaksud adalah sesuatu yang akan datang . . Contohnya : وَآَتُوا الْيَتَامَى أَمْوَالَهُمْ Artinya : “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh ) harta mereka .” (QS. an- Nisa ’ [4]: 2)
6. I’tibar Ma Yakun ( اِعْتِبَارُ مَا يَكُوْنُ ) اِعْتِبَارُ مَا يَكُوْنُ وَإِرَادَةُ مَا كَانَ Yaitu menyebutkan sesuatu yang akan terjadi dan yang dimaksud adalah sesuatu yang telah terjadi . Contoh : وَدَخَلَ مَعَهُ السِّجْنَ فَتَيَانِ قَالَ أَحَدُهُمَا إِنِّي أَرَانِي أَعْصِرُ خَمْرًا Artinya : “Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda. berkatalah salah seorang diantara keduanya : " Sesungguhnya aku bermimpi , bahwa aku memeras arak." (QS. Yūsuf [12]: 36)
7. Mahaliyyah ( الْمَحَالِيَّة ) ذِكْرُ الْمَحَالِ وَإِرَادَةُ الْحَالِ Yaitu menyebutkan tempat dan yang dimaksud adalah hal atau yang ada di tempat itu . Contoh: وَاسْأَلِ الْقَرْيَةَ الَّتِي كُنَّا فِيهَا Artinya: “Tanyakan kepada desa yang tadi kita datangi!” (QS. Yusuf: 82)
8. Al- Haliyyah ( الْحَالِيَّة ) ذِكْرُ الْحَالِ وَإِرَادَةُ الْمَحَالِ Yaitu menyebutkan hal atau keadaan dan yang dimaksud adalah tempatnya . Contoh : إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ Artinya :“ Sesungghnya orang-orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan .” (QS. Al- Muthaffifin : 22)
السببية: إطلاق السبب و إرادة المسبب المسببية: إطلاق المسبب و إرادة السبب الجزئية: إطلاق الجزء و إرادة الكلّ الكلية: إطلاق الكل و إرادة الجزء اعتبار ما كان: اعتبار ما يكون: المحلية: الحالية:
بنى رئيس الجمهورية المساجد ينزل لكم من السماء رزقا وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ (٤٣) قرأ الأستاذ القرآن قبل التعليم يلبس الناس القطن سأوقد نارا يسرق اللص بيتا إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ الأمثلة
Definisi : هو إسناد الفعل أو ما في معناه إلى غير فاعله الحقيقي Pembagian : 1. Penyandaran fi’il kepada sebab (بنى رئيس الجمهورية مدارس في كلّ المدينة) 2. Penisbatan kepada waktu . ( نهار الزاهد صائم و ليله قائم) 3. Penyandaran kepada tempat (ازدحمت شوارع القاهرة) 4. Penyandaran kepada masdar (جدّ جدّك و كدّ كدّك) 5. Penisbatan mabnii fa’il kepada maf’ul -nya . 6. Penisbatan mabnii maf’ul kepada isim fa’il -nya مجاز عقلي
A. Pengertian Kinayah الكنايةُ لَفْظٌ أُطْلِقَ وَأرِيْدَ بِهِ لَازِمُ مَعْنَاهُ مَعَ جَوَازِ إِرَادَةِ ذَلِكَ الْمَعْنَى Kinayah adalah lafadz yang disampaikan dan yang dimaksud adalah kelaziman maknanya , disamping boleh juga yang dimaksud pada makna yang sebenarnya . Contoh : عَلِيٌّ كَثِيْرُ الرَّمَادِ Artinya : Ali mempunyai banyak abu (orang yang dermawan ). القسم الثالث: الكناية
B. Macam-macam Kinayah 1. Kinayah ‘An Shifah ( كناية عن صفة) Kinayah ‘an shifah adalah kinayah yang berupa sifat yang menetap pada maushuf . Kinayah ‘an shifat terbagi 2, yaitu : a. Kinayah qaribah Yaitu kinayah yang perpindahan makna mukanna ‘ anhu kepada mukanna bih tanpa melalui perantara . Contoh : فُلَان ثَوْبُهُ طَوِيْلٌ Artinya : Fulan panjang bajunya (Orang yg berbadan tinggi ).
b. Kinayah ba’idah Yaitu kinayah yang perpindahan maknanya melalui perantara . Perantara di sini tidaklah seperti adat dalam tasybih , melainkan sebab atau peristiwa tertentu yang menghubungkan kedua makna tersebut . Contoh : جُحَا يَدُبُّ عَلَى الْعَصَا Artinya : Juha berjalan dengan tongkat ( sudah tua ).
2. Kinayah ‘An Maushuf ( كناية عن موصوف) Kinayah ‘an maushuf adalah kinayah yang mukanna ‘ anhunya berupa maushuf atau sesuatu yang disifati . Contohnya : هُوَ حَارِسٌ عَلَى مَالِه Artinya : Dia penjaga hartanya (orang yang kikir ).
3. Kinayah ‘An Nisbah ( كناية عن نسبة) Kinayah ‘an nisbah adalah kinayah yang disebutkan sifatnya namun tidak disandarkan kepada zat /orang yang memiliki sifat tersebut tetapi disandarkan kepada sesuatu yang berkaitan erat atau merupakan kemestian dari zat tersebut . Contoh : الْمَجْدُ يَتْبَعُ ظِلَّه Artinya : Kemuliaan mengikuti bayangannya .
C. Tujuan Kinayah Adapun tujuan dari kinayah adalah : 1. Menjelaskan Kinayah ini digunakan untuk memberikan gambaran yang tampak dan kelihatan . Contoh : قَرَعَ اَحْمَدٌ سِنَّهُ Artinya : Ahmad menghentakkan giginya ( marah ). 2. Meringkas kalimat Ungkapan kinayah bisa digunakan untuk meringkas suatu kalimat atau ungkapan yang panjang . Contoh : فُلَانٌ مَهْزُوْلُ الْفَصِيْلِ Artinya : Si Fulan itu kurus anak sapinya ( dermawan )
3. Menghindari ungkapan yang dianggap jelek atau buruk Penggunaan kinayah dalam mengungkapkan suatu ide bisa juga bertujuan untuk mengganti suatu kata yang dianggap jelek untuk diucapkan . Contoh : هُوَ ثَقِيْلُ السَّمْعِ Artinya : Dia berat pendengarannya . ( tuli ) 4. Memelihara kesopanan Menghindari kata-kata yang dianggap tabu atau malu untuk diungkapkan . Contoh : .....أو لامستم النساء .......(النساء: 43) Artinya: “....atau kalian menyentuh perempuan (berhubungan suami istri)...” 5. Menyembunyikan Contoh : اَهْلُ الدَّارِ Artinya : penghuni rumah ( istrinya ).
1. Pengertian Kalam Khabari مَااحْتَمَلَ الصِّدْقُ وَالْكِذْبُ Kalam khabari adalah pernyataan yang mengandung kebenaran dan kebohongan . Bagian ke 2: Ilmu Ma’ani BAB I: Kalam Khabari dan Insya’i
Pola Kalam Khabari Kalam khabari dilihat dari sisi pembentuknya dibuat dengan memakai dua pola , yaitu : 1. Jumlah ismiyyah Yaitu kalimat yang terdiri dari mubtada ’ dan khabar. Contoh : أَنَا مُسْلِمٌ Artinya : Saya seorang muslim . 2. Jumlah fi’liyyah Yaitu kalimat yang terdiri dari fi’il dan fa’il . Contoh : جَاءَ أَحْمَدَ Artinya : Ahmad telah datang .
Macam-macam Kalam Khabari 1. Khabar Ibtidai Khabar ibtidai adalah apabila mukhatab tidak mengetahui tentang berita tersebut dan berita yang disampaikan tidak perlu menggunakan taukid . Contoh : أَبُوْكَ مَرِيْضٌ Artinya : Ayahmu sakit . 2. Khabar Thalabi Khabar thalabi adalah apabila mukhathab ragu-ragu atau bingung mengenai kebenaran suatu berita dan diharapkan mukhathab menjadi yakin akan kebenaran berita tersebut . Berita yang disampaikan lebih baik menggunakan taukid . Contoh : إِنَّ أَبَاكَ مَرِيْضٌ Artinya : sesungguhnya ayahmu sakit .
3. Khabar Inkari Khabar inkari adalah apabila mukhathab mengingkari kebenaran suatu pernyataan yang disampaikan . Dalam khabar inkari harus menggunakan taukid lebih dari satu terganting tingkat keingkaran mukhathab . Contoh : إِنَّ أَبَاكَ لَمَرِيْضٌ وَاللهِ إِنَّ أَبَاكَ لَمَرِيْضٌ Artinya : sesungguhnya ayahmu sakit | Demi Allah, sesungguhnya ayahmu sakit .
Tujuan Khabar أغراض الخبر) Tujuan asal dari kalam khabari ada dua , yaitu : 1. Faidatul khabar Yaitu menyampaikan suatu hukum yang terkandung dalam suatu kalimat kepada mukhathab . Contoh : حَضَرَ رَئِيْسُ الْجُمْهُوْرِيَةِ Artinya : Pak Presiden telah datang . 2. Lazimul khabar Yaitu memberiatahukan mukhathab bahwa mutakallim megetahui suatu hukum . Contoh : أَنْتَ مَرِيْضٌ Artinya : Kamu sakit .
Selain kedua tujuan di atas , ada beberapa tujuan kalam khabari sesuai dengan subjek mutakallim dalam menyampaikan suatu pernyataan . Diantaranya : 1. Al- Fakhr ( الفخر) Yaitu menyampaikan berita untuk menunjukkan kebanggaan ( prestise ). Contohnya : أَنَا أَفْصَحُ العَرَبِ بَيْدَ أَنِّي مِنْ قُرَيْشٍ Artinya : Saya orang yang paling fasih berbahasa Arab selain itu saya berasal dari keturunan Quraisy .
2. Izhhar al- Dha‘f ( إظهار الضعف) Yaitu menyampaikan berita untuk menampakkan kelemahan . Contohnya : قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا Artinya : “ Ia (Nabi Zakaria) berkata , “ Ya Tuhanku , sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban ….” ( Q.S.Maryam :4).
3. Al- Tahassur ( التحسر) Yaitu menyampaikan berita untuk menunjukkan penyesalan . Contohnya : فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَى Artinya : “ Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya , dia pun berkata , “ Ya Tuhanku , Sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan ….” (QS. ‘Ali ‘Imran : 36).
4. Al- Istirham ( الاسترحام) Yaitu menyampaikan berita untuk memohon kasih sayang dan belas kasihan . Contohnya : إِنِّيْ فَقِيْرٌ إِلَى عَفْوِ اللهِ وَغُفْرَانِهِ Artinya : Saya sangat mengharapkan ampunan dan magfirah dari Allah.
Pengertian Kalam Insyai Yaitu kalimat ( sesuatu ) yang tidak mengandung (yang tidak bisa disifati ) dengan benar atau tidak benar karena ia hanya berkaitan dengan terjadinya suatu perbuatan atau tidak terjadinya . Macam-macam Kalam Insyai Kalam Insyai dibagi menjadi 2 macam , yaitu : Kalam Insya Thalabi Kalam Insya ghairu thalabi KALAM INSYA’I
1. Kalam Insyai Thalabi ما يَسْتَدْعي مَطْلوباً غَيرَ حاصل وقتَ الطلب، ويكونُ بالأمر، والنهْي، والاستفهام، والتمني، والنِّداءَ Yaitu sesuatu yang mengandung permintaan yang hasilnya tidak terwujudkan secara langsung pada waktu permintaan . Kalam insyai thalabi berbentuk perintah , larangan , pertanyaan , pengharapan , dan panggilan . Macam-Macam Kalam Insya ’ Thalabi , yaitu : a. Al-Amr ( الأمر) Al- Amru adalah menuntut suatu perbuatan dari orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah . Adapun perintah bisa bernbentuk : - Shighat fi’il amar Contoh : عِشْ عَزِيْزًا أَوْ مُتْ وَأَنْتَ كَرِيْمٌ # بَيْنَ طَعْنِ الْقِنَا وَخَفْقِ البُنُوْدِ Artinya : Hiduplah mulia atau matilah terhormat # Antara tusukan tombak dan kibaran bendera perang .
- Fi’il mudhari ’ diawali lam amar . Contoh : فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ Artinya : Maka katakanlah yang baik atau diam. - Isim fi’il amar . Adalah isim yang mempunyai makna perintah . Contoh kata ( آمين) yang artinya kabulkanlah do’a kami. - Mashdar yang menggantikan fi’il amar . Contoh : سَعْيًا فِيْ سَبِيْلِ الْخَيْرِ Artinya : Berusahalah menuju jalan kebaikan !
b. An- Nahyu ( النهي) An- Nahyu adalah menuntut untuk tidak melakukan suatu perbuatan dari orang yang lebih tinggi kepada orang yang lebih rendah kedudukannya . An- nahyu hanya memiliki satu bentuk yaitu shighat fi’il mudhari ’ yang didahului la nahyi . Contoh : لَا تَأْكُلْ قَائِمًا Artinya : Jangan makan sambil berdiri .
c. Al- Istifham ( الاستفهام) Istifham artinya pertanyaan atau meminta berita atau pernyataan . Ada beberapa kata yang dipakai untuk bertanya , di antaranya : مَا، مَنْ، هَلْ، أ، مَتَى، كَمْ، أَيَّانَ، كَيْفَ، أَيْنَ، أَنَّى، أَيْ Ada 2 hal yang ingin dicapai oleh pertanyaan , yaitu at- tashdiq dan at- tasawwur . - At- tashdiq , yaitu untuk membenarkan suatu pernyataan dan jawabannya antara “ ya ” atau “ tidak ”. - At- Tasawwur , yaitu mengetahui atau menentukan sesuatu dari 2 hal atau lebih .
d. At- Tamanni ( التمني) At- tamanni adalah mengharap sesuatu yang sulit atau mustahil terjadi . Lafaz yang dipergunakan untuk at- tamanni yaitu لَيْتَ Contoh dalam syair : أَلاَ لَيْتَ الشَّبَابَ يَعُوْدُ يَوْمًا # فَأُخْبِرَهُ بِمَا فَعَلَ الْمَشِيْبُ Artinya : Semoga masa muda itu bisa kembali lagi # Supaya saya bisa memberitahu apa yang dilakukan seseorang di masa tua . Selain menggunakan ليت bisa juga menggunakan ( هَلْ), (لَوْ ) dan لَعَلَّ) ) .
e. An-Nida ( النِّداءَ) An-Nida adalah meminta seseorang untuk menghadap dengan menggunakan huruf yang mengganti fi‘il أَدْعُوْ) atau ( أُنَادِيْ) Adat an- nida ada 8, yaitu : أ، "أي"، "يَا"، "آ"، "آي" "أَيا"، "هيَا"، "وا" Adat an- nida ( أ ) dan ( أي ) untuk memanggil yang dekat dan yang lainnya untuk memanggil jauh .
Contoh : يَا مُحَمَّدُ Artinya : Wahai Muhammad. أَسُكَّانَ نُعْمَانِ الْأَرَاكِ تَيَقَّنُوْا # بِأَنَّكُمْ فِيْ رَبْعِ قَلْبَى سُكَّانُ Artinya : Wahai penduduk Nu’man Al-Arak, yakinlah # Bahwa sesungguhnya kalian berada dalam hatiku .
Terkadang adat an- nida qorib digunakan yang jauh karena merasa dekat . Adapula adat an- nida baid digunakan untuk yang dekat karena untuk menghormati . Terkadang makna nida dapat keluar dari makna aslinya kepada makna yg lain, yaitu: Sebagai teguran Untuk menyatakan kesusahan Untuk menghasut
Terkadang Amar keluar dari makna aslinya dan memililki makna-makna lain, seperti: Irsyad Do’a Makna Lain dari Amar
Insya ’ Ghair Thalaby Insya ’ Ghairu Thalaby adalah kalimat yang didalamnya tidak menghendaki suatu permintaan . Macam-macam Insya ’ ghairu thalaby ialah al- Madh wa al- Dzam,Shiyâgh al-’ Uqûd , al- Qasam dan al- Ta’ajjub wa al-Raja’.
al- Madh ( pujian ) wa al- Dzam ( celaan ), menggunakan kata ni’ma , bi`sa dan habbadza , contoh : نعم الكريم حائم…. وبئس البخيل مادر Shiyaghu al-’ Uqûd ( transaksi ). kebanyakan menggunakan shîghah fi’il madhi , contoh : بعتك هذا ووهبتك ذاك
al- Qasam , menggunakan wawu , ba ’, ta’ dan lain sebagainya , contoh : لعمرك ما فعلت كذا Ta’ajjub , biasanya berisi dua pernyataan yang berkebalikan , contoh : كيف تكفرون بالله وكنتم أمواتا فأحياكم (البقرة 28 Raja’, biasanya menggunakan , ‘ asâ , hariyyu ( la’alla ) dan ikhlaulaqa , contoh : عسى الله أن يأتي بالفتح
Bab 2: Qashr 1. Pengertian Qashr ( تعريف القصر ) Menurut bahasa , qashr yaitu al- habs ( الحبس ); mencegah , menahan , memendekkan , dan mengkhususkan . Sedangkan menurut istilah , qashr adalah : القَصْرُ تخْصِيْصُ أَمْرٍ بِآخَرِ بِطَرِيْقٍ مخصوصٍ Artinya : Mengkhususkan sesuatu dari yang lainnya dengan menggunakan cara tertentu .
2. Rukun Qashr ( أركان القصر ) Dalam qashr terdapat 3 rukun atau unsur pokok yaitu : maqshur ( sesuatu yang dikhususkan maqshur ‘ alaih ( sesuatu yang menerima pengkhususan ) alat qashr ( perangkat atau cara mengkhususkan ). Seperti مَا نَجَحَ إلاَّ خَالِدٌ Tidak lulus kecuali Khalid / Hanyalah Khalid yang lulus نَجَحَ : مقصور ما + إلاَّ : أداة / طريق القصر خَالِدٌ : مقصور عليه
3. Perangkat dan Cara Qashr ( أداة أو طرق القصر ) Alat qashr ada empat yaitu : a. Nafi dan Istitsna Alat qashr yang berupa nafi dan istitsna pada umumnya lebih banyak menggunakan nafi huruf “ ما dan لا ”, namun ada juga yang memakai huruf “ إِنْ ” yang keduanya terkadang menggunakan istitsna selain “ إلِاَّ ”. Contoh : لاَ يَنْجَحُ إلاَّ المُجْتَهِدُوْنَ Tidak akan lulus kecuali mereka yang rajin .
b. Innama ( إنَّمَا ) Alat qashr innama , sekaligus dapat menetapkan dan meniadakan sesuatu , berbeda dengan ‘ athaf . Adapun maqshur ‘ alaih dalam hal ini , adalah yang disebutkan setelah innama . Seperti : إنَّمَا الحَيَاةُ لَع ْ بٌ Kehidupan itu hanyalah senda gurau
c. ‘ Athaf dengan huruf “la , bal atau lakin ”. Untuk maqshur alaih pada qashr yang menggunakan huruf ‘ athaf “la” yaitu kata yang berada sebelum huruf la. Seperti : الأرضُ متحركةٌ لاَ ثابتةٌ Bumi berotasi , tidak diam Sedangkan maqshur alaih pada qashr yang menggunakan huruf athaf bal dan lakin yaitu kata yang berada setelah bal dan lakin . Seperti مَا الأرضُ ثابتةٌ بَلْ مُتَحَركة Bumi tidak diam , tapi berotasi
d. Qashr dengan mendahulukan sesuatu yang mestinya diakhirkan Maqshur alaih dalam hal ini , adalah yang disebut terlebih dahulu . Seperti عَلى اللهِ تَوَكَلْنَا Hanya kepada Allah kita bertawakkal Firman Allah: إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ Hanya kepada -Mu kami menyembah dan meminta pertolongan .
3. Pembagian Qashr ( أقسام القصر ) a) Berdasarkan haqiqah dan waqi ’ ( kenyataan ) Qashr Haqiqi ( قصر حقيقي ) وهو أن يختص المقصور بالمقصور عليه بحسب الحقيقة والواقع بأن لا يتعدّاه إلى غيره أصلا Qashr Haqiqi yaitu mengkhususkan maqshur dengan maqshur ‘ alaih , dengan kata lain mengkhususkan sesuatu berdasarkan kenyataan dan hakikatnya , bukan berdasarkan sandaran pada yang lain. Seperti : لاَ إلَهَ إلاَّ اللهُ “ Tidak ada tuhan kecuali Allah”.
Qashr idhafi ( قصر إضافي ) وهو أن يختص المقصور بالمقصور عليه بحسب الإضافة والنسبة إلى شيء آخر معين لا لجميع ما عداه Qashr idhafi yaitu mengkhususkan sesuatu berdasarkan sandaran kepada sesuatu tertentu ( mu’ayyan ). Seperti : وَمَا مُحَمَّدٌ إلَّا رَسُوْلٌ Tidaklah Muhammad itu kecuali seorang Rasul
b) Berdasarkan dua tharf ( unsur utama ) yaitu maqshur dan maqshur ‘ alaih : Qashr sifat ala maushuf , yaitu sifat yang dikhususkan untuk maushuf . Artinya , mengkhususkan sifat yang hanya berlaku untuk maushuf (orang yang disifati ) saja , tidak berlaku bagi yang lain. Namun maushuf juga mempunyai sifat yang telah disebutkan . # Contoh qashr sifat ala maushuf haqiqi : لاَ رَازِقَ إلا اللهُ Tidak ada pemberi rizki kecuali Allah # Contoh qashr sifat ala mausuf idhafi : لاَ زَعِيْمَ إلا خالدٌ Tidak ada pemimpin kecuali Khalid
Qashr mausuf ‘ala sifat ( قصر موصوف على صفة ), yaitu maushuf yang dikhususkan untuk sifat . Artinya , menentukan maushuf pada satu sifat , tidak pada sifat yang lain. Namun terdapat juga orang lain yang mempunyai sifat itu . Jadi yang ditentukan atau dikhususkan adalah sifatnya , bukan maushufnya # Contoh : ( surat al ghasiyyah ayat 21-22) “maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan, kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka .”
BAB: FASHAL DAN WASHAL A. Pengertian Washal dan Fashal الوصلُ عَطفُ جُملةٍ عَلَى أخْرَى بِالْوَاوِ، وَالْفَصْلُ تَرْكُ هَذَا الْعَطْفِ Washal adalah menyambungkan suatu kalimat dengan kalimat lainnya dengan menggunakan huruf athaf ( و) dan fashal adalah meninggalkan athaf antara dua kalimat . Contoh washal : لَمْ يَلِدْ - وَلَمْ يُوْلَدْ - وَلَمْ يَكُنْ لَّهُ كُفُوًا اَحَدٌ Artinya : “ Dia tidak beranak dan tidak diperanak dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” Contoh fashal : يُدَبِّرُ الْأَمْرَ - يُفَصِّلُ الْأيتِ Artinya : “ Dia (Allah) yang mengatur urusan dan menjelaskan tanda-tanda ” ( Ar - Ra’d : 2)
B. Ketentuan Washal Wajib menyambungkan dua kalimat apabila : 1. Memiliki kedudukan i’rab yang sama . Contoh : وَاللهُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ Artinya : “Allah yang menghidupkan dan mematikan .” (Ali Imran: 156) Jumlah ( يُحْيِى) pada contoh di atas berkedudukan sebagai khabar jumlah dan kata ( يُمِيْتُ) berkedudukan sebagi ma’thuf .
2. Terdapat kesamaan bentuk jumlah khabar atau insya ’ dan ada kesesuaian makna . Contoh : إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِيْ نَعِيْمٍ وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِيْ جَحِيْمٍ Artinya : “ Sesungguhnya orang-orang yang berbuat baik berada dalam kenikmatan sementara orang-orang jahat berada dalam neraka Jahim ” (Al-Infithar:13-14) Kedua ayat di atas diathafkan dengan menggunakan huruf wawu . Kedua bentuk jumlah kedua ayat di atas adalah sama yaitu jumlah khabar dan keduanya memiliki hubungan makna .
3. Dua jumlah yang berbeda bentuk ( segi Khabar dan Insya ’) tetapi apabila dipisahkan akan mengaburkan maksud . Contoh : Jawaban untuk orang yang bertanya “Ada yang bisa saya bantu ?”. لَا وَبَارَكَ اللهُ فِيْكَ Dua jumlah di atas berbeda bentuk jumlahnya yakni insya ’ dan khabar tapi disambung dengan athaf . Apabila tanpa athaf ditakutkan orang yang mendengar tersinggung karena menolak bantuannya sehingga harus disambungkan .
BAB IV: MUSAWAH, IJAZ, DAN ITNAB A. Ijaz Ijaz adalah mengungkapkan kata-kata dengan lafaz yang sedikit ( ringkas ) tetapi memiliki makna yang luas melebihi susunan kalimat . Ijaz terbagi menjadi dua , yaitu Ijaz al- Qashr dan Ijaz al- Hadzf . 1. Ijaz Al- Qashr Ijaz al- Qashr adalah mengungkapkan kata-kata dengan susunan lafaz yang sedikit dan ringkas tetapi memiliki makna yang luas dan padat ( maknanya lebih luas dari susunan kalimat ).
Contoh : اَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَالأَمْرُ (اعراف: 54) “... Ketahuilah milik Allah segala penciptaan dan urusan ....” (QS. Al- A’rāf [7]: 54) Kata ( الخلق) yang artinya penciptaan dan kata ( الأمر) yang artinya urusan mengandung makna semua atau segala hal yang berkaitan dengan penciptaan makhluk dan urusannya seperti hidup , mati , senang , bahagia dan lain-lain itu sudah terkandung dalam makna ayat ini .
2. Ijaz Al- Hadzf Ijaz al- Hadzf adalah meringkas pengungkapan kata-kata dengan tidak menyebutkan suatu lafaz atau kalimat . Jadi dalam Ijaz al- Hadzf ada lafaz atau kalimat yang tidak disebutkan ( digugurkan ). Contoh : وَاسْأَلِ الْقَرْيَةَ الَّتِي كُنَّا فِيهَا “ Bertanyalah kepada desa yang pernah kami diami ….” (QS. Yūsuf : 82) Pada contoh pertama tidak disebutkan lafazh ( أهل), yang asalnya : وَاسْأَل أهل القرية karena seseorang tidak mungkin bertanya kepada desa . Tetapi seseorang akan bertanya kepada penduduk (orang-orang yang berada ) di desa tersebut .
B. Musawah Musawah adalah mengungkapkan kata-kata yang sesuai antara lafaz dan maknanya , tidak lebih dan tidak kurang . Jika salah satu dari suatu lafaz dalam kalimat tersebut dikurangi atau dibuang atau tidak disebutkan maka akan mengurangi maknanya . Contoh : مَنْ كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُ “ Barang siapa yang kafir ( ingkar ) maka dia sendirilah yang menanggung ( akibat ) kekafirannya itu .” (QS. Ar-Rūm [30]: 44)
C. Ithnab Ithnab adalah mengungkapkan kata-kata dengan lafaz yang panjang dan banyak tetapi mengandung makna yang sedikit . Ithnab adalah antonim dari ijaz . Contoh : قَالَ رَبِّ إنِّيْ وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّيْ وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا Ia berkata “ Ya Tuhanku , sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban , (QS. Maryam 4). Maksud ayat diatas adalah : “Saya sudah tua ”.
Bagian ketiga : Ilmu Badi’ Ilmu badi ’ adalah ilmu untuk mengetahui aspek-aspek keindahan sebuah kalimat yang sesuai dengan keadaaan . Jika aspek-aspek keindahan itu berada pada makna , maka dinamakan dengan M uhassinaat A l- M a’nawiyah d an bila aspek keindahan itu ada pada lafaz , maka dinamakan dengan M uhassinaat Al- L afzhiyah .
BAB I : MUHASSINAT LAFZHIYYAH Pengertian Muhassinat Lafzhiyyah Al- Muhassinat Al- Lafzhiyyah adalah gaya bahasa yang menjadikan kata-kata lebih indah dan enak untuk didengar dari segi lafaz atau artikulasi bunyinya . Pembagian Al- Muhassinat Al- Lafzhiyyah Terbagi menjadi 3, yaitu : Jinas Iqtibas Saja ’
a) Jinas Jinas adalah kemiripan pengungkapan dua lafadz yg berbeda artinya . Jinas terbagi menjadi 2, yaitu : 1. Jinas tam, yaitu dua kata yang sama pengucapannya dalam empat hal , yaitu : jenis huruf , harakatnya , jumlahnya dan urutannya .
Contoh di Al-Qur’an: وَيَوْمَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُوْنَ مَا لَبِثُوْا غَيْرَ سَاعَةٍ كَذَالِكَ كَانُواْ يُؤْفَكُوْن Artinya : “Dan pada hari ( ketika ) terjadinya kiamat , orang-orang yang berdosa bersumpah , bahwa mereka berdiam ( dalam kubur ) hanya sesaat saja . Begitulah dahulu mereka dipalingkan dari kebenaran .” (QS. Ar -Rum: 55)
2. Jinas ghair tam, yaitu dua kata yang mirip pengucapannya tetapi tidak sama pada salah satu dari empat hal pada jinas tam. Contoh : ذَلِكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَفْرَحُوْنَ فِيْ الأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَمْرَحُوْنَ Artinya : "Yang demikian itu disebabkan karena kamu bersuka ria di muka bumi dengan tidak benar dan karena kamu selalu bersuka ria ( dalam kemaksiatan ). (QS. Ghafir : 75)
b) Iqtibas Iqtibas adalah mengutip suatu kalimat dari Al-Qur’an atau Hadist , lalu disisipkan ke dalam prosa atau syair tanpa dijelaskan bahwa kalimat yang dikutip tersebut diambil dari Al-Qur’an dan Hadist . Contoh : لاَ تَغُرَّنَّكَ مِن الظَّلَمَةِ كَثْرَةُ الْجُيُوْشِ وَالْأَنْصَارِ (إِنَّمَا نُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيْهِ الْأَبْصَارُ) Artinya : Jangan engkau tertipu daya dalam kezaliman dengan banyaknya bala tentara dan pelindung , sesungguhnya kami tangguhkan ( azab mereka ) pada hari di mana mata terbelalak .
c) Saja ’ As- saja ‘ adalah kesamaan huruf akhir pada dua fashilah atau susunan kalimat . Yang dimaksud fashilah bisa bait, ayat , kalimat , atau penggalan kalimat . Contoh : إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا، وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا Artinya : Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah , dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir , (QS. Al- Ma’arij : 20-21)
BAB II : MUHASSINAT MAKNAWIYYAH Pengertian Muhassinat Maknawiyyah Almuhassinat al- ma’nawiyyah adalah gaya bahasa yang memberikan keindahan pada aspek makna atau semantik dalam sebuah ungkapan . Pembagian Al- Muhassinat Al- Ma’nawiyyah Terbagi menjadi 7, yaitu : Tauriyah Thibaq Muqabalah Husn at- Ta’lil Ta’kid al- Madh bi ma Yusybih adz- Dzamm Ta’kid adz- Dzamm bi ma Yusybih Al- Madh Uslub al-Hakim
1. Tauriyyah ; yaitu menyebutkan lafadz yang mempunyai arti dua yaitu Makna Dekat yang langsung dipaham dari kalam ( karena seringnya digunakan ) dan Ma’na Jauh , sebagai Arti yang diharapkan , dengan adanya faidah sebab ada Qorinah yang masih samar . Seperti pada Firman Allah : ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﻳَﺘَﻮَﻓَّﺎﻛُﻢْ ﺑِﺎﻟَّﻴْﻞِ ﻭَﻳَﻌْﻠَﻢُ ﻣَﺎ ﺟَﺮَﺣْﺘُﻢْ ﺑِﺎﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ “Dan Allah Dzat yang mengambil ruh kalian dimalam hari ( ketika tidur ) dan mengetahui dosa yang kalian kerjakan di siang hari .” (S. Al- An’am :60) Dengan menghendaki pada Lafadz ﺟَﺮَﺣْﺘُﻢْ dengan makna jauhnya adalah : mengerjakan dosa . dan makna dekatnya adalah : melukai , tetapi makna ini tidak dikehendaki , karena adanya Qorinah Firman Allah pada akhir ayat yang berbunyi : ﺛُﻢَّ ﻳُﻨَﺒِّﺌُﻜﻢْ ﺑﻤﺎ ﻛﻨﺘﻢ ﺗﻌﻠﻤﻮﻥ .
Dan seperti ucapan Penyair : ﻳَﺎ ﺳَﻴِّﺪًﺍ ﺣَﺎﺯَ ﻟُﻄْﻔًﺎ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺒَﺮَﺍﻳَﺎ ﻋَﺒِﻴْﺪُ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟﺤُﺴَﻴْﻦُ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﺟَﻔَﺎﻙَ ﻓِﻴْﻨَﺎ ﻳَﺰِﻳْﺪُ Wahai Tuan yang memperoleh Kasih sayang , yang semua Makhluq tunduk padanya . Engkau adalah Sayid Husain (bin Ali bin Abi Tholib ), tetapi kesengsaraanmu pada kami bertambah ” Arti qorib lafadz ﻳَﺰِﻳْﺪُ adalah : Nama orang,( yazid bin Muawiyah bin Abu sufyan ) karena dengan menyebut Nama Husain itu menetapkan bahwa Yazid sebagai Nama, tetapi Makna ini tidak dikehendaki . Arti Ba’id yang dikehendaki Penyair dari lafadz ﻳَﺰِﻳْﺪُ adalah : Fi’il Mudhori ’ dari lafadz ” ﺯَﺍﺩَ ” yang bermakna : “ bertambah ”
● Macam-macam tauriyah Tauriyah terbagi menjadi empat macam , yaitu : 1) Tauriyah Mujarradah Tauriyah mujarradah ialah tauriyah yang tidak dibarengi dengan sesuatu yang sesuai dengan dua macam arti, seperti jawaban nabi Ibrahim as. Ketika ditanya oleh Tuhan tentang isterinya . Ia mengatakan ﺃﺧﺘﻲ ﻫﺬﻩ Ini saudaraku ( seagama ). Nabi Ibrahim memaksudkan kata ‘ ﺃﺧﺘﻲ ’ adalah saudara seagama . Dalam Alquran Allah swt berfirman : ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺘﻮﻓﺎﻛﻢ ﺑﺎﻟﻠﻴﻞ ﻭﻳﻌﻠﻢ ﻣﺎ ﺟﺮﺣﺘﻢ ﺑﺎﻟﻨﻬﺎﺭ “ Dan Dialah yang mewafatkan ( menidurkan ) kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari .” (al- An’am : 60 ) Pada kedua contoh kalimat di atas terdapat ungkapan tauriyah yaitu kata ﺃﺧﺘﻲ ‘‘ dan ﺟﺮﺣﺘﻢ ’. Pada kedua contoh di atas tidak terdapat kata-kata yang sesuai dan munasabah untuk keduanya , sehingga dinamakan tauriyah mujarradah .
2) Tauriyah Murasysyahah Tauriyah murasyahah ialah suatu tauriyah yang setelah itu dibarengi dengan ungkapan yang sesuai dengan makna yang dekat . Tauriyah ini di namakan murasyahah karena dengan menyertakan ungkapan yang sesuai dengan makna dekat menjadi lebih kuat . Sebab makna yang dekat tidak dikehendaki , jadi seolah-olah makna yang dekat itu lemah , apabila sesuatu yang sesuai dengannya disebutkan , maka ia menjadi kuat . Contoh , ﻭﺍﻟﺴﻤﺂﺀ ﺑﻨﻴﻨﺎﻫﺎ ﺑﺄﻳﺪ . “ Dan langit itu Kami bangun dengan tangan ( kekuasaan ) Kami.” (al- Dzâriyat : 47) Pada ayat di atas terdapat ungkapan tauriyah , yaitu pada kata ‘ ﺑﺄﻳﺪ ’. Kata tersebut mengandung kemungkinan diartikan dengan tangan , yaitu diberi makna anggota tubuh , dan itulah makna yang dekat . Sedangkan makna jauhnya adalah kekuasaan . Dalam pada itu disebutkan juga ungkapan yang sesuai dengan makna yang dekat itu dari segi untuk menguatkan , yaitu kata ﺑﻨﻴﻨﺎﻩ ﺍ ‘ ’. Namun demikian , pada ayat di atas ungkapan tauriyah mengandung kemungkinan makna yang jauh yang dikehendaki .