materi tentang tetes TS. STERIL 1-7.pptx

nurrahmah83 0 views 82 slides Oct 10, 2025
Slide 1
Slide 1 of 82
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64
Slide 65
65
Slide 66
66
Slide 67
67
Slide 68
68
Slide 69
69
Slide 70
70
Slide 71
71
Slide 72
72
Slide 73
73
Slide 74
74
Slide 75
75
Slide 76
76
Slide 77
77
Slide 78
78
Slide 79
79
Slide 80
80
Slide 81
81
Slide 82
82

About This Presentation

materi


Slide Content

FORMULASI SEDIAAN STERIL apt. Sririzqi Muthmainnah A.R, S.Farm ., M.Si NIDN : 1618029302

Pengertian Teknologi farmasi sediaan steril Mempelajari cara sterilisasi, teknik dan prosedur pembuatan sediaan farmasi steril sesuai dengan ketentuan cara pembuatan obat yang baik.

Apa itu steril ? Bebas dari mikroorganisma baik vegetatif , non vegetatif ( spora ), patogen maupun non patogen.

Tujuan dibuat steril Berhubungan langsung dengan darah Menghindari infeksi sekunder

Sediaan Steril Sediaan steril volume besar Sediaan steril volume kecil Sediaan ophthalmic Sediaan Tetes Hidung Sediaan Tetes Telinga

Pemilihan Cara Sterilisasi Stabilitas : sifat fisika kimia Efektivitas : hasil maksimal Waktu : bentuk zat, sifat zat dan jenis zat

Syarat-syarat sediaan steril Steril Isotonis Isohidris Bebas pirogen Kejernihan Stabil baik secara fisika, kimia, maupun mikrobiologi.

Prinsip pembuatan formulasi sediaan steril Pembuatan produk steril hendaklah dibuat dengan persyaratan khusus dengan tujuan memperkecil risiko pencemaran mikroba , partikulat , dan pirogen yang   sangat ergantung dari keterampilan , pelatihan , dan sikap personel yang terlibat .  Pemastian Mutu sangatlah penting dan pembuatan produk steril harus sepenuhnya mengikuti secara ketat metode pembuatan dan prosedur yang ditetapkan dengan seksama dan tervalidasi . 

Pelaksanaan proses akhir atau pengujian produk jadi tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya andalan untuk menjamin sterilitas atau aspek mutu lain. Berbagai kegiatan persiapan komponen , pembuatan produk , dan pengisian hendaklah dilakukan di ruang terpisah di dalam area bersih . Kegiatan pembuatan produk steril dapat digolongkan dalam dua kategori ; pertama produk yang disterilkan dalam wadah akhir dan disebut juga sterilisasi akhir , kedua produk yang diproses secara aseptis pada sebagian atau semua tahap .

Pada pembuatan produk steril dibedakan menjadi empat kelas kebersihan, antara lain: Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D

Kelas A Kelas A merupakan zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi , misal zona pengisian , wadah tutup karet , ampul dan vial terbuka , penyambungan secara aseptis . Umumnya kondisi ini dicapai dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar  air flow) di tempat kerja . Sistem udara laminar hendaklah mengalirkan udara dengan kecepatan merata berkisar 0,36-0,54 m/ detik pada posisi kerja dalam ruang bersih terbuka .

Kelas B Kelas B merupakan zona untuk pengolahan dan pengisian secara aseptis . Kelas ini adalah lingkungan latar belakang untuk zona kelas A.

Kelas C & D Area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang mengandung risiko lebih rendah . Kelas C merupakan zona untuk pembuatan larutan bila ada risiko diluar kebiasan , pengisian produk yang akan mengalami sterilisasi akhir , dan pembuatan larutan yang akan disaring kemudian pengisian secara aseptis dilakukan di kelas A dengan latar belakang kelas B. Pertukaran udara per jam minimal 20 kali. Kelas D merupakan area bersih untuk pembuatan sediaan steril dengan sterilisasi akhir .

PRINSIP DASAR FORMULASI SEDIAAN STERIL

Karakteristik khusus dan persyaratan sediaan steril Dosis obat dalam sediaan harus sesuai dengan etiket dan tidak terjadi pengurangan kualitas selama penyimpanan Penggunaan wadah yang cocok dan tidak terjadi interaksi antara obat dengan material dinding wadah Tersatukan tanpa terjadi reaksi Bebas kuman dan pirogen Isotonis , isohidris dan bebas partikel melayang

Keuntungan dan kerugian sediaan steril Keuntungan Respon fisiologis segera Untuk obat yang tidak efektif jika diberikan secara oral karena obat mudah rusak akibat sekresi lambung Pengobatan pada pasien yang tidak sadar Bila diinginkan efek lokal Koreksi ganguan kesetimbangan dengan elektrolit/ cairan infus Kerugian Pemberian harus diberikan oleh petugas kesehatan yng terlatih Menimbulkan rasa nyeri pada daerah penyuntikan Sukar menghilangkan efek fisiologis jika obat sudah berada dalam sirkulasi sistemik. Harga lebih mahal

Indikasi penggunaan Untuk menjamin penyampaian obat yang belum diketahui sifat-sifatnya ke dalam suatu jaringan yang sakit dalam kadar yang cukup Pengendalian langsung terhadap parameter farmakologi tertentu (kadar puncak dalam darah) Menjamin dosis dan kepatuhan terhadap obat (khusus penderita rawat jalan) Mendapat efek obat yang tidak mungkin dicapai melalui rute lain. Penderita yang tidak sadarkan diri/gila Mendapatkan efek lokal yang tidak diinginkan Memperbaiki dengan cepat cairan tubuh atau ketidak seimbangan elektrolit atau mensuplai kebutuhan nutrisi.

Faktor-faktor formulasi yang mempengaruhi FTS Kelarutan obat dan volume injeksi Obat harus terlarut sempurna lebih disukai dalam air Kelarutan obat dalam pembawa dan dan menghasilkan efek terapeutik yang dihasilkan Rute pemberian obat secara parenteral memiliki keterbatasan dalam hal volume injeksi. Karakteristik bahan pembawa Pembawa air : dapat diberikan melalui rute parenteral apa saja Pembawa non air dapat bercampur atau tidak dengan air biasanya diberikan dgn IM

Faktor-faktor formulasi yang mempengaruhi FTS pH atau osmoloritas larutan injeksi Larutan suntik harus diformulasi pH dan osmoloritas yg sama dgn cairan tubuh ( isohidris , isotonis ) Terkait dengan masalah stabilitas, kelarutan atau dosis. Pada umumnya larutan parenteral hipertonis dikontraindikasikan untuk penyuntukan sub kutan atau intramuskular Jenis bentuk sediaan obat Suspensi : hanya IM dan SC. Tidak boleh cara parenteral lain. Serbuk untuk injeksi atau dilarutkan sempurna dalam pembawa yang sesuai sebelum diberikan

Faktor-faktor formulasi yang mempengaruhi FTS Komposisi bahan pembantu Sediaan parenteral berulang mengandung antimikroba sebagai pengawet selain itu dapat mengandung surfaktan untuk mendapatkan kelarutan yang sesuai. Surfaktan dapat merubah permeabilitas membran. Sehingga harus diketahui keberadaanya ketika akan diberikan secara subkutan atau intramuskular.

Bahaya dan komplikasi rute-rute pemberian sediaan Sepsis, trombosis (iv, intra aterial ) Reaksi terhadap bahan asing yang tidak larut (iv, intra aterial ) Ketidakcampuran dan reaksi karena pH serta tonisitas ekstrim. Reaksi hipersensivitas , over dosis, emboli udara ((iv, intra aterial )

Bahaya komplikasi khusus Disebabakan oleh senyawa yang disuntikkan meliputi beberapa efek samping yang sifatnya idiosinkratik terhadap senyawa yang diberikan ( trombosipenia , anemia, neutropenia, imunosupresi , aritmia dan rasa nyeri)

SEDIAAN PARENTERAL VOLUME KECIL (SMALL VOLUME PARENTERALS/SVP)

KATEGORI SVP MENURUT USP BERDASARKAN WUJUD FISIKNYA Produk farmasi Contoh suspensi dan emulsi Produk biologi Contoh vaksin Dn ekstrak biologi Agen pendiagnosa Ekstrak alergi Produk radiofarmasi Produk gigi Produk bioteknologi Liposom dan produk lipid

PENGARUH RUTE PEMBERIAN (IV, IP, SC TERHADAP FORMULASI SEDIAAN INJEKSI) Intravena Sediaan yang diberikan umumnya berbentuk larutan sejati dengan pembawa air Penggunaan suspensi masih dipertentangkan dgn membatasi ukuran partikel zat aktif. Ukuran yang lebih besar menyebabkan emboli Tidak diperkenankan penggunaan zat aktif penyebab hemolisa seperti plasmokhin , saponin , nitrobenzol , nitrit dan sulfonal Pemberian larutan 10 ml atau lebih besar sekali suntik harus bebas pirogen .

PENGARUH RUTE PEMBERIAN (IV, IM, SC TERHADAP FORMULASI SEDIAAN INJEKSI Intramuscular Larutan sedapat mungkin dibuat isotonis Dapat diberikan dalam volume hingga 5,0 ml Zat dengan kerja lamabat serta mudah terakumulasi dapat menimbulkan keracunan

PENGARUH RUTE PEMBERIAN (IV, IM, SC TERHADAP FORMULASI SEDIAAN INJEKSI Subcutan Larutan yang disuntikkan sebaiknya isotonis dan isohidris dengan kerja zat aktif lebih lambat dibandingkan dengan pemberian intravena dan intramuskula .

BAHAN PEMBAWA (Vehicle) air dan non air Pelarut air Pelarut non air yang dapat bercampur dengan air misalnya etanol , propilenglikol , polietilenglikol , gliserin Pelarut non air yang tidak dapat bercampur dengan air misalnya minyak hewan, minyak mineral, minyak tumbuhan, minyak semi sintesis

Cara meningkatkan kelarutan obat didalam air Kosolven Surfaktan Cyclodextrin

Sediaan parenteral volume besar (Large Volume Parenteral)

Definisi LVP Injeksi dalam bentuk besar untuk digunakan dengan infus IV biasanya biasanya cairan IV dan digolongkan ke dalam kelompok produk steril yang terdiri dari injeksi volume tunggal yang mempunyai volume 100 ml atau lebih dari dalam pewadahan tidak ditambhakan bahan-bahan . Cairan intravena dikemas dalam wadah 100-1000 ml. LVP digunakan juga sebagai bahan pembawa untuk obat lain dan merupakan cara untuk menyediakan nutrisi parenteral.

Indikasi penggunaan Pemberian larutan asam amino Pemberian as. amino dilakukan jika pemberian makanan oral tdk mungkin lagi atau jika absorbsi melalui saluran cerna tdk berfungsi normal Pemberian larutan karbohidrat ( dekstrosa ) Dekstrosa adalah nutrisi penting dengan 1 gram menghasilkan 3.4 kal . pH injeksi dekstrosa 5 % adalah 3,5 Pemberian lemak intravena Untuk memberi makanan secara iV lemak harus berada dalam bentuk yang sesuai biasanya bebrntuk emulsi, rentang uk . Partikel 0,1-0,5 µl Nutrisi parenteral Nutrisi total secara parenteral (TPN) adalah pemberian makanan yang mengandung larutan as. amino, dekstrosa dgn konsentrasi tinngi ( ±20%), elektrolit, vitamin dan dalam beberapa hal insulin.

Indikasi penggunaan Restorasi keseimbangan elektrolit Larutan yang paling banyak digunakan adalah injeksi NaCl 0,9 % , larutan isotonic yang mengandung 154 mEq ion Na dan Cl Pengganti cairan Dehidrasi memerlukn cairan sebagia larutan dasar dalm hal ini digunakan injeksi NaCl dan dekstrosa Darah dan produk darah Darah dan produk darah hanya bisa diberikan secara iv dan digunakan dalam keadaan syok , pendarahan dan kehilangan protein darah. pemberian darah tidak boleh dicampur dengan obat.

Indikasi penggunaan Pembawa obat Karena sifatnya menyenangkan, potensial untuk iritasi obat dan kebutuhan pemberian obat secara kontinyu, cairan iv biasa digunakan sebagai pembawa untuk obat yang akan diberikan secara iv Injeksi ringer laktat Mengandung sejumlah kecil Natrium, kalium, kalsium, kalsium klorida dan sejumlah kecil natrium laktat, komposisinya hampir sam dengan cairan ekstraseluler.digunakan untuk pengobatan awal: syok dan hipoviolemik pada orang dewasa.

Konsep formulasi LVP Parameter fisiologis Beberapa komponen fisiologis tubuh dapat diberikan dalam bentuk sediaan parenteral volume besar seperti kebutuhan tubuh akan air, elektrolit, karbohidrat, as. Amino, vitamin dan mineral.faktor fisiologis perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada formulasi. Tekanan osmosa atau osmolaritas mrupakn faktor fisiologis yangg dimanan tekanan osmosa adalah perpindahan pelarut dan zat terlarut melalui membran permeabel yang memisahkan dua komponen, dinyatakan dalam osmole perkilogram = osmolaritas

Konsep formulasi LVP Parameter fisikokimia Kelarutan : pada umumnya obat-obatan yg digunakan untuk membuat sediaan parenteral volume besar mudah larut. pH : perlu diperhatikan mengingat pH yg tdk tepat dapat berpengaruh pd darah, pH darah normal 7,4 -7,5 Pembawa : pada umumnya digunakan pembawa air, tp dpt juga dipakai emulsi lemak intravena yg diberikan sendiri atau kombinasi dgn asam amino atau dekstrosa Cahaya dan suhu : mempengaruhi kestabilan obat, contonya vitamin yg harus disimpan dalam wadah terlindung cahaya. Faktor kemasan : bahan wadah m]berpengaruh terhadap kestabilan obat parenteral volume besar seperti gelas, plastik dan tutup karet.

Konsep formulasi LVP Stabilisasi LVP Untuk bahan penambah seperti dapar , antioksidan , komplekson , jarang ditambahkan pada sediaan parenteral volume besar.

Tipe-Tipe LVP Larutan elektrolit : larutan yang paling banyak digunakan adalah injeksi NaCl 0,9% larutan isoto yang mengandung 154 meq ion Na dan Cl. Karbohidrat: nutrisi penting dengan 1 g menghasilkan 3,4 kalori. Menurut USP, pH injeksi dekstrosa 5 % adalah 3,5-6,5 TPN (total secara parenteral) : pemberian makanan yang mengandung larutan asam amino, dekstrosa dengan konsentrasi tinggi ( ±20 %) elektrolit, vitamin.

Kondisi pemrosesan yang mempengaruhi formulasi LVP Gangguan kardiovaskular dan pulmonar dari peningkatan dalam volume cairan sistem sirkulasi mengikuti pemberian cepat volume cairan dalam jumlah besar. Perkembangan potensial trombophlebitis Kemungkinan inveksi lokal atau sistemik kontaminasi larutan atau teknik injeksi septik Pembatasan cairan berair

Pertimbangan dalam admixture LVP Jenis-jenis cairan yang dibuat harus lebih banyak dan bahkan bahan tambahan hanya digunakan melalui intravena daripada melalui sub kutan Cairan yang disuntik pada volume besar harus relative lebih cepat. Pembuatan cairan dapat segera dicapai efek sistemik Level darah dari obat yg terus menerus disiapkan. Harus secara langsung karena untuk membuka vena pada pemberian obat rutin dan mampu digunakan dalam situasi darurat.

Bahan adiktif yang diperlukan dalam formulasi LVP Pembawa : zat pembawa yag digunakan dalma sediaan infus yaitu zat-zat yang berbentuk larutan (air) atau yg biasa digunakan dalam pembuatan sediaan steril adalah aqua pro injeksi untuk melarutkan zat aktif dan zat tambahan. Pengawet : dalam sediaan steril biasanya digunakan untuk mengawetka sediaan tersebut. Akan tetapi untuk sediaan infus dosis tunggal kemungkinan terjadinya kontaminasi mikroba sangat kecil dan tidak perlu menggunaka pengawet Pengisotonis : tonisitas sediaan = % NaCl sdh termaksud didalam batas toleransi normal tubuh yaitu 0,7 -1,5 %. Maka iritasi tubuh dan konsekuensi hipotonis atau lisis sel-sel jaringan tubuh tidak terjadi. NaCl digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan infus setara denga 0,9 % larutan NaCl, dimana larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis ynag sama dengan cairan tubuh.

Pengaruh viskositas,kerapatan , tegangan permukaan, tekanan uap dalam produksi LVP Viskositas : sangat bepengaruh karena jika sediaan infus terlalu kental maka akan susah menetes, distribusi obat didalam darah akan lambat, sehingga ketercapaian efek terapi yang diinginkan akan lambat pula. Kerapatan : berpengaruh terhadap ukuran partikel bahan obat. dalam sediaan LVP ukuran partikel harus kecil karena sediaan infus pemberiannya langsung ke dalam vena.

Pengaruh viskositas,kerapatan , tegangan permukaan, tekanan uap dalam produksi LVP Tegangan permukaan : berkaitan dengan kelarutan dari obat atau bahan obat yang akan diproduksi. Kelarutan sangat pentimg untuk pengembangan larutan yg dapat disuntikkan baik secara intravena maupun intramuskular Tekanan uap : tekanan uapa berkaitan dengan suhu dan cahaya. Suhu dan cahaya mempengaruhi kestabilan obat sehingga dalam hal penyimpanan obat sangat diperhatikan karakteristik dari obat dan bahan obat yang akan disimpan.

Air untuk sediaan parenteral/steril

Keistimewan air sebagai pelarut Air merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam sediaan injeksi karena sifatnya yang dapat bercampur dengan cairan fisiologis tubuh. Air mempunyai harga konstanta dielektrik yang tinggi sehingga dapat melarutkan senyawa anorganik seperti elektrolit. Air mempunyai kemampuan membentuk ikatan hidrogen sehingga air dapat melarutkan sejumlah senyawa organik seperti alkohol, aldehida, keton, dan lain-lain.

Cara memperbaiki kualitas air Reverse osmosis Destilasi Ionic exchange

Reverse osmosis osmosis adalah : proses perpindahan zat cair dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah melalui membran semi permeabel , proses ini terus berlanjut sehingga konsentrasi kedua tempat sama. Sistem reverse osomosis menggunakan pompa untuk menghasilkan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan osmosis untuk mendorong air dari tekanan tinggi melalui membran semi permeabel menuju ke daerah yang mempunyai tekanan yang lebih rendah.

Destilasi Untuk menghasilkan water for injection. Purified Water(PW) hasil dari proses water softener ditampung ditangki penyimpanan. Dari tangki penyimpanan ini PW dilakukan 6 tingkat destilasi untuk menghasilkan water for injection (WFI)untuk menguapkan air pada stage pertama digunakan plant steam dgn suhu 150 º C . Air dipanaskan seampai suhunya sama dengan plant system, uap yang dihasilkan dikondensasikan dan masuk ke dalam kolom kedua. Pirogen yang tertinggal dibawah kolom pertama dan proses ini berulang sampai kolom ddestilator ke 6. proses diatas menghasilakn water for injection yang disimpan dalam storage tank pada 80 º C dengan sistem

Ionic exchange Ion exchange atau resin penukar ion dapta didefiniskan sebagai senyawa hidrokarbon terpolimerisasi , yang mengandung ikatan hubung silang (crosslinking) serta gugusan-gugusan fungsional yang mempunyai ion-ion yang dapat dipertukarkan. Penggunaannya dalam analisis kimia misalnya untuk menghilankan ion-ion penganggu , memperbesar konsentrasi jumlah ion-ion, proses deonisasi air atau demineralisasi air, memisahkan ion-ion logam dalam campuran dengan kromatografi penukar ion. Ada 2 macam resin penukar ion yaitu : anion dan kation ionic exchange

Water For Injection (WFI) Water for injection adalah air bebas pirogen yang dibuat dari proses depirogenisasi purified water menggunakan water for injection genertaor . Air jenis ini dipakai sebagai pelarut oabat tetes mata ataupun sebagai air untuk sanitasi mesin-mesin untuk proses steril.persyaratan dari air ini adalah harus bebas bakterial endotoksin dan harus steril.

Cara membuat dan menyimpan water for injection (WFI) proses destilasi pada pembuatan WFI menggunakan 6 kolom destilasi , artinya air yang digunakan untuk produk-produk steril tersebut mengalami 6 kali proses destilasi . Dengan unit ini diperoleh air untuk injeksi yang memenuhi persyaratan Water For Injection (WFI). Selanjutnya , WFI yang dihasilkan kemudian disimpan dalam storage tank pada suhu 70-80 o C sebelum didistribusikan untuk produksi produk

Purified water system   terdiri dari : Multimedia filter ,  Carbon filter ,  Water softener ,  Heat Exchanger  (HE),  Micro filter ,  Ultra filtration  ( R.O = Reverse Osmosis ), dan   Electro De-Ionization (EDI) .

Multimedia filter .  Multimedia filter  berfungsi untuk menghilangkan lumpur , endapan dan partikel-partikel yang terdapat pada   raw water .  Multimedia filter   terdiri dari beberapa   filter   dengan porositas 6-12 mm; 2,4 – 4,8 mm; 1,2-2,4 mm; dan 0,6-1,2 mm.  Filter-filter   ini tersusun dalam satu   vessel  ( tabung ) dengan bagian bawah tabung diberikan   gravel   atau pasir sebagai alas  vessel  ( sehingga sering juga disebut dengan   sand filter ). Active Carbon filter .  Carbon aktif   adalah karbon yang telah diaktifkan dengan menggunakan uap bertekanan tinggi atau karbon dioksida (CO 2 ) yang berasal dari bahan yang memiliki daya   adsorbsi  yang sangat tinggi . Biasanya digunakan dalam bentuk   granular  ( butiran ).  Active carbon   berfungsi sebagai   pre-treatment   sebelum proses de- ionisasi untuk menghilangkan   chlorine ,  chloramine ,  benzene , pestisida , bahan-bahan organik , warna , bau dan rasa dalam air.

Water Softener Filter .  Water softener   filter   berisi resin anionik yang berfungsi untuk menghilangkan dan / atau menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion Ca ++ dan Mg++ yang menyebabkan tingginya tingkat kesadahan air. Reverse Osmosis .  Reverse osmosis   merupakan teknik pembuatan air murni ( purified water ) yang dapat menurunkn hingga 95%  Total Dissolve Solids  (TDS) di dalam air.  Reverse osmosis   terdiri dari lapisan filter yang sangat halus ( hingga 0,0001  mikron ) EDI ( Elektonic De-Ionization).  EDI merupakan perkembangan dari   Ion Exchange   system   dimana sebagai pengikat ion (+) dan (-) dipakai juga elektroda disamping resin. Elektroda ini dihubungkan dengan arus listrik searah sehingga proses pemurnian air dapat berlangsung terus menerus tanpa perlu regenerasi . Setelah melewati EDI, selanjutnya   purified water  yang dihasilkan ditampung dalam tanki penampungan ( storage tank ) yang dilengkapi dengan CIP ( cleaning in place ) dan   looping system   dan siap didistribusikan ke ruang produksi .

Penyimpanan WFI Untuk penyimpan WFI harus didalam tangki dan dijaga pada panas lebih dari 80 º C dan diputar dengan looping system, secara periodik dilakukan proses sterilisasi pada pipa yang dilalui oleh air jenis ini dengan menggunakan clean steam ( pyrogen free system) pada temperatur tidak kurang dari 121 º C selama tidak kurang dari 20 menit.

Tipe-tipe air Portable water High purity water : Water for injection Bacteriostatic WFI

Portable Water Portable water digunakan untuk bahan baku pembuatan purified water(PW), Highly purified water (HPW) dan water for injection (WFI) Untuk pencucian awal alat-alat yang kontak produk tetapi pembilasan akhir harus dengan PW atau WFI. Mutunya harus memenuhi syarat Dilakukan pemeriksaan kimia maupun mikrobiologi Sumbernya : Well water, Surface water

High Purity Water HPW dimaksudkan untuk digunakan dalam penyusunan produk medis dimana air berkualitas biologis tinggi diperlukan kecuali WFI Diproduksi dengan cara : double passed RO dikombinasikan dengan ultrafiltrasi atau deionisasi .

Spesifikasi HPW Pemerian : jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa Nitrat : maksimum 0,2 ppm Alumunium : 10 ug /L Heavy metal : max 0,1 ppm Endotoksin : kurang dari 0,25 IU/ml Conductivity : 1.1 uS /cm pada 20 º C

Water for injection Merupakan air yang digunakan untuk produksi sediaan injeksi. Dengan demikian syaratnya sangat ketat ( bebas pirogen , bebas endotoksin , bebas mikroba, bebeas kandungan kimia dan bebas partikel, serta menggunakan destilasi sebagai tahap akhir permunian . Water for injection bukanlah air steril dan bukan final dosage form. WFI merupakan produk ruah intermediat (intermediate bulk product) International pharmacopoeia dan european pharmacopoeia mengharuskan destilasi sebagai tahap final purifikasi . Di dalam Pharmacopoeial . WFI adalah merupakan kualitas paling tinggi dari jenis air-air lainnya untuk industri farmasi. Cara teknik pemurnian termaksud bagian dari spesifikasi dari WFI

Spesifikasi WFI Diproduksi dengan cara destilasi dari PW Pemerian : jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa. Nitrat maksimum : 0,2 ppm Alumunium maksimum : 10 ug /l Logam berat maksimum 0,1 ppm Conductivity: maks 1,1 us/cm pada 20 C Action limit : 10 CFU/100 ml dengan membran filtration Minimum sampel 200 ml

Cara menyediakan uap air bersih ( clean steam ) pada unit steril Air pro injeksi : dibuat dengan jalan dididihkan air selama 30 menit dihitung dari setelah air mendidih diatas api lalu didinginkan. Air pro injeksi bebas CO2: dibuat dengan cara mendidihkan air pro injeksi selama 20 -30 menit setelah air mendidih, lalu dialiri gas nitrogen sambil didinginkan Air pro injeksi bebas oksigen: dibuat dengan jalan mendidhkan air pro injeksi selama 20 -30 menit, dihitung setelah iar mendidih, jika dibutuhkan dalam jumlah besar maka saat pendinginan dialiri gas nitrogen

Penggunaan elektrolit dan adjuvant dalam formulasi sediaan steril

DEFINISI TONISITAS : kemampuan suatu larutan dalam memvariasikan ukuran dan bentuk sel dengan mengubah jumlah air dalam sel tersebut OSMOTISITAS adalah istilah yang digunakan untuk membandingkan osmolaritas dari larutan satu dengan larutan lainnya OSMOLARITAS adalah konsentrasi suatu larutan (dalam 1 liter ) ditinjau dari jumlah partikelnya. Dinyatakan dengan satuan osmol /L

EFEK FISIOLOGIS LARUTAN ISOTONIS : jika suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah sehingga tidak terjadi pertukaran cairan diantara keduanya, maka larutan tersebut disebut isotonis (ekuivalen dengan 0,9 % NaCl) HIPOTONIS: Turunnya titik beku kecil, tekanan osmosisnya lebih rendah dari serum darah menyebabkan larutan akan melintasi membran sel darah merah yang semi permeabel memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel-sel darah merah disebut hemolisa

EFEK FISIOLOGIS HIPERTONIS : Turunnya titik beku besar, tekanan osmosisnya lebih tinggi dari serum darah menyebabkan air keluar dari sel darah merah melintasi membran semipermeabel mengakibatkan terjadinya penciutan sel-sel darah merah. Peristiwa ini dikenal dengan nama plasmolisa TONISITAS : kemampuan suatu larutan dalam memvariasikan ukuran dan bentuk sel dengan mengubah jumlah air dalam sel tersebut . Larutan NaCl 0,9 % dan larutan glukosa 0,5 % identik dengan cairan tubuh

EFEK FISIOLOGIS OSMOLALITAS : konsentrasi suatu larutan (dalam 1 kg ) ditinjau dari jumlah ion larutannya dinyatakan dengan satuan osmol/kg OSMOLARITAS : konsentrasi suatu larutan (dalam 1 liter ) ditinjau dari jumlah partikelnya. Dinyatakan dengan satuan osmol /L

Perhitungan Tonisitas Metode perhitungan tonisitas : 1. Metode ekuivalensi NaCl Cara ini dengan mengkonversi nilai zat ke NaCl , harga ekuivalennya ditunjukkan nilai E ( Nilai E bisa dilihat di farmakope : Daftar Tonisitas NaCl ).  Misalkan penisilin E = 0,18 artinya 1 gram Penisilin setara / senilai 0,18 gram NaCl . Agar isotonis , tonisitas sediaan harus = tonisitas tubuh yaitu  0,9% (b/v) NaCl 0,9% artinya 0,9 gram NaCl yang terlarut dalam volume total 100 mL.

Contoh perhitungan Tonisitas : R/ Ampisilin Na  0,1      (E=0,16) Isoniazid        0,05     (E=0,25) m.f.Inject . Isot . 5 mL jawab : NaCl 0,9% = 0,9/100 jumlah nilai NaCl agar isotonis pada sediaan 5 mL  = (0,9/100) x 5 mL =  0,045 gram Sedangkan jumlah nilai NaCl dalam sediaan ( berdasarkan resep ) yaitu   Rumus E x W Ampisilin Na = 0,1 gr x 0,16 = 0,016 Isoniazid       = 0,05 gr x 0,25 = 0,0125 jadi total nilai kesetaraan NaCL dalam sediaan = 0,016 + 0,0125 =  0,0285 gram Sehingga   agar Isotonis : 0,045 gr - 0,0285 =  0,0165 gram NaCl yang harus ditambahkan   agar sediaan menjadi isotonis .

Tapi apabila ingin mengganti zat pengisotonis   NaCl 0,0165 menjadi glukosa ( dekstrosa ) maka perhitungannya : 1 gr dekstrosa setara dengan 0,18 gr NaCl , maka 0,0165 gr NaCl setara dengan = (0,0165/0,18) x 1 =  0,1965 gram dekstrosa yang harus ditambahkan   untuk menggantikan NaCl 0,0165 gr

Metode   Penurunan Titik Beku Cairan tubuh yang setara 0,9% NaCl mengalami penurunan titik beku sebesar 0,52 Celcius , oleh karena itu sediaan dikatakan isotonis apabila mengalami penurunan titik beku 0,52 C. Untuk memperoleh larutan isotonis maka NaCl yang ditambah sesuai rumus : Ket : B = bobot dalam gram zat yang ditambahkan dalam 100 ml hasil akhir supaya didapatkan larutan isotonis b1 = penurunan titik beku air yang ditambahkan oleh 1% zat berkhasiat b2 = kadar zat berkhasiat dalam % b/v

contoh soal   R/ Aethylmorphin HCl   2%   NaCl qs ad isotonis AQUA ad 100 ml Perhitungan : Penurunan titik beku Aethylmorphin HCl = 0,008 Penurunan titik beku NaCl = 0,576 Jadi , jumlah NaCl yang ditambahkan untuk 100 ml larutan obat adalah   0,875 gram

contoh soal 2  R/ Phenylephrini hydrochloridum       10 mg       Dinatrium edetas                            1 mg  Aqua pro injectione                    ad 1 mL perhitungan : Penurunan titik beku Phenylephrini HCl = 0,18 Penurunan titik beku dinatrium edetas   = 0,13 Penurunan titik beku NaCl   = 0,576 Konsentrasi   Phenylephrini HCl = 10mg dalam 1 ml = 1000mg dalam 100ml = 1 g dalam 100ml = 1%b/v Konsentrasi   dinatrium edetas = 1mg dalam 1 ml = 100mg dalam 100ml = 0,1 g dalam 100ml = 0,1%b/v B =  0,52 - (0,18X1) - (0,13X0,1)                    0,576 B =  0,52 - 0,18 - 0,013                 0,576 B =  0,327       0,576 B = 0,5677 g dalam 100 ml Jadi , jumlah NaCl yang ditambahkan untuk 100 ml larutan obat adalah   0,5677 gram. sedangkan di resep sediaan dalam 1 ml, maka untuk 1 ml = 1/100 x 0,5677 g =  0,005677g = 5,677 mg = 6 mg

Contoh perhitungan : Pilokarpin nitrat 1% Buat larutan isotonik Aquadest q.s . ad 10ml

PENGATURAN TONISITAS LARUTAN PARENTERAL Mengatur tonisitas larutan dapat dilakukan dengan penambhan NaCl. Tonisitas larutan parenteral harus isotonis atau sedikit hipertonis Berdasarkan perhitungan tonisitas angka negatif menunjukkan larutan hipertonis dan sebaliknya bila positif berarti hipotonis maka formula harus ditambahkan sejumlah hasil perhitungan dengan satuan % (dari perhitungan titik beku)

DEFINISI ADJUVANT DAN CONTOHNYA DALAM FTS PARENTERAL Adjuvant adalah bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan sediaan selain zat aktifnya , seperti bahan dasar , pewarna, penyalut , pengawet, pemanis, pembawa, yang dapat ditambahkan ke dalam sediaan untuk meningkatkan kestabilan, manfaat, atau penampilan maupun untuk memudahkan pembuatan.

PENNGUNAAN ADJUVANT DALAM SEDIAAN PARENTERAL BUFFER : untuk mendapatkan pH stabilitas obat dalam sediaan Contohnya dapar fosfat ANTIOKSIDAN : untuk menghindari terjadinya proses oksidasi oleh oksigen dari udara contohnya Natrium metabisulfit , natrium pirosulfit PENGAWET : untuk menjamin keadaan steril contohnya fenol
Tags