Zoom meeting, 9-10 Agustus dan 23-24 Agustus 2022
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan bekerjasama dengan Persatuan Dokter
Gigi Indonesia Cabang Jakarta Selatan
Capaian Pembelajaran :
1.Konsumsi softdrink
2.Konsumsi susu
3.Kebiasaan makan manis
4.Kebiasaan mengemut makanan
5.Fisur hitam
6.Bercak putih
7.pH rongga mulut
8.Kebersihan rongga mulut
9.Tingkat pendidikan
10.Usia
11.Status social ekonomi
Dengan mempelajari modul ini, para dokter gigi kecil dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat
menyebabkan gigi berlubang :
GIGI BERLUBANG / KARIES GIGI
Gigi berlubang merupakan
gejala klinis yang terlihat di
dalam rongga mulut dari
penyakit karies gigi
Penyakit infeksi dan multifaktorial
interaksi antara bakteri dan substrat karbohidrat
(dalam plak gigi) yang menghasilkan asam dalam
rongga mulut, dan paparan terus menerus asam ini
yang membuat mineral gigi (kalsium dan fosfat) larut
dan keluar dari permukaan gigi
TAHAP KERUSAKAN GIGI / GIGI
BERLUBANG
KONSEP PENTING
FAKTOR RISIKO GIGI BERLUBANG
Faktor risiko adalah faktor-faktor/setiap paparan yang berhubungan dengan
meningkatnya probabilitas/kemungkinan terjadinya suatu kondisi dampak
akibat kondisi tersebut juga semakin besar
Faktor risiko terbagi menjadi 2:
(1)Changeable risk factor faktor risiko yang dapat diubah, seperti konsumsi makanan dan
minuman tinggi gula, kebiasaan mengemut, dll
(2)Unchangeable risk factor faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti: tingkat pendidikan,
usia, status sosial ekonomi, dll
FAKTOR RISIKO GIGI BERLUBANG
FAKTOR RISIKO GIGI BERLUBANG
(KONSUMSI SOFTDRINK)
Softdrink/minuman bersoda mengandung gula tinggi dan
memiliki pH 2.49 – 3.41
menurunkan pH dengan cepat ,
dibutuhkan waktu 30-60 menit
untuk kembali ke pH normal
frekuensi konsumsi tinggi akan
mempertinggi risiko gigi berlubang
sebaiknya mengonsumsi softdrink
dengan menggunakan sedotan,
selalu imbangi dengan minum air
putih, setelah mengonsumsi
minuman bersoda jangan langsung
menyikat gigi dengan pasta gigi
(tunggu 10-15 menit)
FAKTOR RISIKO GIGI BERLUBANG
(KONSUMSI SUSU)
Asupan gula terbanyak yang dikonsumsi anak adalah sukrosa (49,45 gram),
kebanyakan dari konsumsi susu sudah melebihi batas ambang rekomendasi WHO
3 gelas susu/hari = 12 sendok teh gula tambahan setiap hari meningkatkan risiko
gigi berlubang
Kebiasaan minum susu menggunakan botol, apalagi dibiarkan susu menggenang di
dalam mulut pada saat tidur memperbesar risiko gigi berlubang, karena paparan yang
terus menerus pada permukaan gigi
Sebaiknya selalu berkumur setelah meminum susu, tidak diberikan susu ditengah-
tengah waktu tidur malam, menyikat gigi secara teratur 2 kali sehari
FAKTOR RISIKO GIGI BERLUBANG
(KEBIASAAN MAKAN MANIS)
Frekuensi konsumsi makanan manis mengandung gula yang sering, dan
diantara jam makan dan pada saat makan meningkatkan risiko karies gigi
Faktor makanan yang dihubungkan dengan terjadinya karies gigi ini terkait
dengan jumlah fermentasi asam, konsentrasi dan bentuk fisik (bentuk cair,
tepung, padat) dari karbohidrat yang dikonsumsi, retensi di mulut, frekuensi
makan dan snacks serta lamanya interval waktu makan
Kebiasaan mengonsumsi makanan kariogenik seperti coklat, permen, kue-
kue manis dikarenakan makanan tersebut bentuknya menarik dan rasanya
enak pemilihan makanan akan sangat mempengaruhi kesehatan gigi
Pada anak-anak sebaiknya diberikan aturan hanya diberikan coklat,
permen, jelly ataupun snack hanya diberikan pada hari libur saja, sehingga
dapat mengurangi frekuensi makan makanan manis
FAKTOR RISIKO GIGI BERLUBANG
(KEBIASAAN MENGEMUT MAKANAN)
Proses pemecahan menjadi gula sederhana lebih lama
Makanan yang diemut memperbesar dan memperpanjang proses
terjadinya pembusukan makanan di dalam mulut dan menambah waktu
kontak makanan dengan gigi risiko terjadinya gigi berlubang meningkat
Semua gula sederhana, termasuk gula meja (sukrosa), gula di dalam madu
(levulosa dan dekstrosa), buah-buahan (fruktosa) dan susu (laktosa) memiliki
efek yang sama terhadap gigi
Hal ini sering terjadi pada anak-anak orang tua sebaiknya memberikan
contoh cara makan yang benar dengan menunjukkan di depan anak cara
menggerak-gerakan mulut dan gigi ketika makanan masuk ke dalam
mulutnya, acara makan dibuat menyenangkan dan berhenti bermain sampai
acara makan selesai dan minta anak mengunyah makanannya terlebih dulu
FAKTOR RISIKO GIGI BERLUBANG
(FISUR HITAM)
Permukaan gigi posterior/belakang (untuk mengunyah) permukaan
tidak rata, memiliki ceruk-ceruk yang sempit dan dalam (PIT & FISUR)
Sisa makanan seringkali terjebak dan sangat sulit dibersihkan oleh sikat gigi
di dalam pit dan fisur yang dalam, bahkan menggunakan sikat gigi dengan
bulu sikat paling halus sekalipun.
Pit dan fisur yang dalam sangat kondusif bagi pertumbuhan dan
perkembangan bakteri, yang lama kelamaan pada bagian ini dapat
berkembang menjadi karies gigi.
Surface protection dan fissure sealant salah satu terapi pencegahan gigi
berlubang bagian pit dan fisur (dilakukan segera setelah gigi molar pertama
baru erupsi/anak berusia ± 6 tahun dan pada saat gigi molar kedua baru
erupsi, yaitu saat anak berusia ± 12 tahun)
FAKTOR RISIKO GIGI BERLUBANG
(BERCAK PUTIH)
White spot merupakan bercak putih pada permukaan gigi yang merupakan
awal terbentuknya karies gigi, sebelum gigi terlihat berlubang
Pada tahap ini, gigi masih dapat dihindarkan dari risiko gigi berlubang,
sehingga pengetahuan terhadap kondisi ini akan mencegah potensi
terjadinya gigi berlubang
Peran orangtua juga sangat penting pada karies gigi susu pada anak,
sehingga jika diketahui terdapat white spot ini, dapat dilakukan terapi
remineralisasi yaitu dengan mengembalikan mineral gigi yang larut/keluar
dari permukaan gigi akibat asam
Tindakan atau terapi remineralisasi ini dilakukan dengan aplikasi pasta
yang mengadung bahan CPP-ACP (Casein Phosphopeptide-Amorphous
Calcium Phosphate)
FAKTOR RISIKO GIGI BERLUBANG
(PH RONGGA MULUT)
Keasaman pH plak sebagai bagian dari proses
terbentuknya karies gigi
Hal ini sangat ditentukan oleh perilaku kesehatan gigi
dan mulut (kebiasaan mengonsumsi karbohidrat),
pengetahuan individu yang masih minim tentang penyakit
karies gigi (seringkali keasaman plak menjadi sesuatu yang
nyaris tidak pernah mereka ketahui)
Pemilihan diet yang tepat, mengurangi makanan-
makanan manis yang bersifat kariogenik, melakukan
pembersihan rutin pada gigi & mulut, serta sering
berkumur air putih risiko gigi berlubang dapat dihindari
FAKTOR RISIKO GIGI BERLUBANG
(KEBERSIHAN RONGGA MULUT)
Skor oral hygiene/kebersihan rongga mulut menjadi faktor risiko karies
gigi salah satu etiologi/penyebab karies gigi adalah bakteri S. Mutans
yang terakumulasi dalam plak
Semakin buruk skor oral hygiene/kebersihan mulut seseorang, maka
semakin tinggi risiko terjadinya karies gigi
Pemeriksaan gigi rutin ke dokter gigi dapat membantu mendeteksi dan
memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi lubang gigi
Dapat dilakukan secara mandiri oleh individu di rumah dalam menjaga
kebersihan rongga mulutnya
(1)menyikat gigi paling sedikit 2x sehari (setelah sarapan pagi dan malam sebelum tidur),
(2)melakukan flossing untuk membersihkan sela-sela gigi, dan
(3)membersihkan permukaan lidah
FAKTOR RISIKO GIGI BERLUBANG
(TINGKAT PENDIDIKAN)
Orang yang memiliki pendidikan tinggi biasanya mengerti dan peduli pada
pola hidup sehat, termasuk kesehatan gigi dan mulut
Dalam beberapa literatur karies gigi pada anak juga dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan orangtuanya, terutama Ibu
Promosi kesehatan gigi dan mulut harus ditingkatkan (mengandung unsur
komunikasi, informasi, maupun edukasi)
Pengetahuan mengenai kesehatan gigi dapat meliputi pengetahuan tentang
penyebab karies gigi, frekuensi menyikat gigi yang benar, tanda-tanda awal
lesi karies gigi, jenis makanan yang menyebabkan karies gigi, serta pentingnya
kunjungan ke dokter gigi
Untuk anak di bangku sekolah, pengetahuan ini dapat diketahui dengan
mengikuti UKGS seperti penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dan kegiatan
SIGIBER (Sikat GIgi BERsama) di sekolah
FAKTOR RISIKO GIGI BERLUBANG
(USIA)
Data epidemiologi dunia gigi berlubang lebih sering terjadi pada anak-anak dan
remaja
Gigi anak-anak lebih rentan/berisiko gigi berlubang gigi susu mengandung
Karbonat-Apatit yang belum sekuat Hidroksi-Apatit pada gigi tetap (Karbonat-Apatit
dengan pH rongga mulut 6,5 sudah terjadi lesi awal karies gigi/proses demineralisasi)
Anak-anak yang memasuki usia sekolah (6-12 tahun) berisiko mengalami karies gigi
semakin tinggi, terutama jika orang tua kurang mempedulikan kebiasaan menyikat
gigi sehingga anak tidak terbiasa menjaga kesehatan gigi dan mulutnya
Pada remaja potensi risiko gigi berlubang tingginya konsumsi makanan &
minuman manis, saat nongkrong/kumpul-kumpul dengan teman-teman sebaya
Orang dewasa yang lebih tua yang mengkonsumsi obat-obatan juga memiliki risiko
gigi berlubang konsumsi obat-obatan tertentu (obat antihipertensi &
antikolinergik) dapat mengurangi aliran saliva
FAKTOR RISIKO GIGI BERLUBANG
(STATUS SOSIAL EKONOMI)
Status sosial ekonomi rendah dan latar belakang seorang individu dapat mempengaruhi standar kebersihan
mulut dan sikap terhadap perawatan gigi indikator risiko sosial
Status nutrisi dan perawatan dental membutuhkan biaya khusus sehingga penghasilan juga berpengaruh
pada risiko karies gigi
Mahalnya perawatan dental dan kurangnya kepedulian pada keluhan sakit gigi menyebabkan gigi menjadi
tidak teratasi sehingga tingkat keparahan karies gigi ikut meningkat
Individu dengan status sosial ekonomi keluarga yang baik, tingkat pendidikan tinggi, dan tingkat penghasilan
tinggi cenderung memiliki pengalaman karies gigi yang rendah dibandingkan dengan individu dengan status
sosial ekonomi keluarga, tingkat pendidikan dan pengahasilan menengah ke bawah
Negara Indonesia sebagai negara berkembang, dengan mayoritas status sosial
ekonomi keluarganya adalah menengah sampai dengan menengah kebawah,
cenderung memiliki pengalaman karies yang sedang sampai dengan tinggi, hal
ini dapat terjadi di setiap anggota keluarga (dari ayah, ibu, dan anak-anaknya)
TIM PENYUSUN
1. Yufitri Mayasari, drg, M.Kes
(Departemen IKGMP, FKG,
Univ.Prof.Dr.Moestopo (B), Jakarta)
Komisi Pengabdian Masyarakat PDGI
Cabang Jakarta Selatan
- S1 dan Profesi Drg : FKG UPDMB
(2003-2009)
- S2 : PPS IKGKOM FKG
UNIV.INDONESIA (2009-2011)
- S3 : FKG UNIV.INDONESIA (2021-
sekarang)
2. Annisa Septalita, drg, M.Kes
(Departemen IKGMP, FKG,
Univ.Prof.Dr.Moestopo (B),
Jakarta)
Anggota PDGI Cabang Jakarta
Selatan
- S1 dan Profesi Drg : FKG UPDMB
(2006-2012)
- S2 : PPS IKGKOM FKG
UNIV.INDONESIA (2014-2016)