Operasi dan Pemeliharaan hhjygdsg.pptx.pdf

wandautami 1 views 38 slides Sep 18, 2025
Slide 1
Slide 1 of 38
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38

About This Presentation

uu


Slide Content

Operasi dan Pemeliharaan

Penanganan Sampah yang Masuk
a). Kegiatan operasi pengurugan dan penimbunan pada area pengurugan sampah
secara berurutan meliputi :
•Penerimaan sampah di pos pengendalian, dimana sampah diperiksa, dicatat dan diarahkan
menuju area lokasi penuangan
•Pengangkutan sampah dari pos penerimaan ke lokasi sel yang dioperasikan dilakukan sesuai rute
yang diperintahkan
•Pembongkaran sampah dilakukan di titik bongkar yang telah ditentukan dengan manuver
kendaraan sesuai petunjuk pengawas
•Perataan sampah oleh alat berat yang dilakukan lapis-per-lapis agar tercapai kepadatan optimum
yang diinginkan
•Pemadatan sampah oleh alat berat untuk mendapatkan timbunan sampah yang cukup padat
sehingga stabilitas permukaannya dapat menyangga lapisan berikutnya
•Penutupan sampah dengan tanah untuk mendapatkan kondisi operasi sanitary atau controlled
landfill

b). Setiap truk pengangkut sampah yang masuk ke TPA membawa sampah harus
melalui petugas registrasi guna dicatat jumlah, jenis dan sumbernya serta tanggal
waktu pemasukan. Petugas berkewajiban menolak sampah yang dibawa dan akan
diproses di TPA bila tidak sesuai ketentuan.
c). Mencatat secara rutin jumlah sampah yang masuk dalam satuan volume (m3)
dalam satuan berat (ton) per hari. Pencatatan dilakukan secara praktis di jembatan
timbang/pos jaga dengan mengurangi berat truk masuk (isi) dengan berat truk
keluar TPA (kosong).
d). Pemerosesan sampah masuk di TPA dapat terdiri dari :
-Menuju area pengurugan untuk diurug, atau
-Menuju area pemerosesan lain selain pengurugan, atau
-Menuju area transit untuk diangkut ke luar TPA.
e). Pemulung ataupun kegiatan peternakan di lokasi TPA dan sekitarnya tidak
dilarang, tetapi sebaiknya dikendalikan oleh suatu peraturan untuk ketertiban
kegiatan tersebut.

Penutupan Sampah

a) Padatkan tanah penutup reguler dengan alat berat, dan arahkan kemiringan
dasar menuju pengumpul aliran drainase. Upayakan agar air run-off ini tidak
bercampur dengan saluran penampung lindi yang keluar secara lateral.
b) Penutupan sampah dengan tanah serta proses pemadatannya dilakukan secara
bertahap sel demi sel, sehingga setelah sel lapisan pertama selesai maka dapat
dilanjutkan dengan membuat lapisan selanjutnya di atasnya.
c) Lapisan tanah penutup hendaknya :
•Tidak tergerus selama menunggu penggunaan, seperti tergerus hujan, tergerus
akibat operasi rutin, khususnya akibat truk pengangkut sampah dan operasi alat
berat yang lalu di atasnya
•Mempunyai kemiringan menuju titik pengumpulan.

e). Sistem penutup akhir pada sanitary landfill terdiri atas beberapa lapis, yaitu berturut-turut dari
bawah ke atas :
•Di atas timbunan sampah : lapisan tanah penutup reguler (harian atau antara). Bila sel harian
tidak akan dilanjutkan untuk jangka waktu lebih dari 1 bulan, maka dibutuhkan penutup antara
setebal 30 cm dengan pemadatan
•Lapisan karpet kerikil berdiameter 30 – 50 mm sebagai penangkap gas horizontal setebal 20 cm,
yang berhubungan dengan perpipaan penangkap gas vertical
•Lapisan tanah liat setaubal 20 cm dengan permeabilitas maksimum sebesar 1 x 10
-
7 cm/det
•Lapisan karpet kerikil under-drain penangkap air infiltrasi terdiri dari media kerikil berdiameter 30
– 50 mm setebal 20 cm, menuju sistem drainase.
Bilamana diperlukan di atasnya dipasang lapisan geotekstil untuk mencegah masuknya tanah di
atasnya
-Lapisan tanah humus setebal minimum 60 cm.

f). Sistem penutup akhir pada controlled landfill terdiri atas beberapa lapis, yaitu berturut-turut dari
bawah ke atas :
- Di atas timbunan sampah : lapisan tanah penutup reguler (harian atau antara)
- Lapisan tanah liat setabal 20 cm dengan permeabilitas maksimum sebesar 1 x 10
-7
cm/det
- Lapisan tanah humus setebal minimum 60 cm

e). Bila menurut desain perlu digunakan geotekstil dan sebagainya, pemasangan
bahan ini hendaknya disesuaikan spesifikasi teknis yang telah direncanakan, dan
dilaksanakan oleh kontraktor yang berpengalaman dalam bidang ini.
g). Kemiringan tanah penutup akhir hendaknya mempunyai grading dengan
kemiringan maksimum 1 : 3 untuk menghindari terjadinya erosi.
h). Kemiringan dan kondisi tanah penutup harus dikontrol setiap hari untuk
menjamin peran dan fungsinya, bilamana perlu dilakukan penambahan dan
perbaikan pada lapisan ini.
i). Dalam kondisi sulit mendapatkan tanah penutup, dapat digunakan reruntuhan
bangunan, sampah lama atau kompos, debu sapuan jalan, hasil pembersihan
saluran sebagai pengganti tanah penutup.
j). Penutup akhir diaplikasikan pada setiap area pengurugan yang tidak akan
digunakan lagi lebih dari 1 tahun. Ketebalan tanah penutup final ini paling tidak 60
cm.
k). Pada area yang telah dilaksanakan penutupan final diharuskan ditanami pohon
yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.

Pemeliharaan Sarana-Prasarana
•Fasilitas pemeliharaan sampah dan jembatan timbang. TPA > 50
ton/hari dianjurkan dgn jembatan timbang
•Pembersihan aharian dan pemeliharaan secara periode infrastruktur
•Pemeliharaan kehandalan peralatan bermesin?????? pompa air, aerator
IPL

Pemantauan dan Kontrol Lingkungan

Pemantauan Operasional
•Pemantauan secara rutin ?????? permasalahan operasional lapangan, pengaduan masyarakat, data
sampah (sumber, jumlah karakterisik, dan komposisi sampah), data topografi diatas timbunan
sampah.

•Pada musim hujan, lakukan pengamatan rutin terhadap kemiringan tanah penutup harian, untuk
menjamin pengaliran run-off dari atas lapisan penutup mengalir secara lancar menuju ke saluran
drainase.

•Timbunan sampah dalam landfill yang telah matang, sekitar 3-5 tahun, dapat digali kembali untuk
dimanfaatkan sebagai kompos atau tanah penutup. Setelah landfill site ditata kembali, maka
residu yang tidak dapat dimanfaatkan diurug kembali ke dalam tanah.

•Selama pengoperasioan biasanya terdapat masalah?????? dampak lingkungan terkait pengendalian
lindi, gas, bau, kebakaran, binatang pengerang, debu dan sampah ringan

Kontrol Pencemaran Air
a) Rencana pemantauan dan pengontrolan kualitas air. Rencana kontrol kualitas
air harus memuat:
•Kondisi badan air dan prediksi daerah yang berpotensi tercemar oleh lindi
•Elevasi dan arah aliran air tanah
•Lokasi dan tinggi muka air permukaan yang berdekatan
•Potensi hubungan antara LU, akuifer setempat, dan air permukaan
•Kualitas air sebelum pengurugan dilakukan
•Rencana penempatan sumur pemantau, stasiun sampling, program sampling

•Informasi tentang karakteristik tanah dan hidrogeologi di bawah
lokasi lahanurug (landfill)
•Rencana kontrol run-off untuk mengurangi infiltrasi air ke dalam
urugan, serta kontrol erosi urugan dan persediaan bahan penutup
•Potensi timbulan lindi dan dan rencana sistem penanggulangannya
untuk melindungi air tanah dan air permukaan.

Kontrol gas bio
•Gas yang ditimbulkan dari proses degradasi di TPA harus dikontrol
agar tidak mengganggu lingkungan, serta penduduk sekitarnya. Gas
hasil biodegradasi tersebut dicegah mengalir secara lateral dari lokasi
TPA lama menuju daerah sekitarnya. Pada TPA lama yang mengalirkan
gasbio ke udara terbuka melalui ventilasi sistem penangkap gas,
diharuskan untuk membakar gas tersebut pada gas-flare. Sangat
dianjurkan menangkap gasbio tersebut untuk dimanfaatkan.

Rehabilitasi dan konstruksi sistem drainase:
•Drainase pada TPA lama berfungsi untuk mengendalikan aliran
limpasan air hujan dengan tujuan memperkecil aliran yang masuk ke
timbunan sampah.
•Semakin kecil rembesan air hujan yang masuk ke timbunan sampah,
akan semakin kecil pula debit lindi yang dihasilkan.
•Drainase utama dibangun di sekeliling blok atau zona penimbunan.
•Drainase dapat berfungsi sebagai penangkap aliran limpasan air hujan
yang jatuh di atas timbunan sampah tersebut.
•Permukaan tanah penutup harus dijaga kemiringannya mengarah
pada saluran drainase.

Kontrol Pencemaran Air
b). Lakukan pengecekan dan pemeriksaan secara rutin dan berkala terhadap
kualitas air tanah di sumur-sumur monitoring, sumur penduduk di sekitar TPA
dengan parameter utama pH, daya hantar listrik, khlorida, BOD, COD.
c). Sampah dan lindi tidak boleh berkontak langsung dengan air tanah atau
badan air yang digunakan sebagai sumber air minum. Sampling dan analisa air
tanah yang digunakan sebagai sumber air minum dilakukan secara berkala,
mengikuti standar kualitas air minum yang berlaku.
d). Sampling dan analisa air sungai yang berjarak kurang dari 200 m dari batas
terluar TPA dilakukan secara berkala sesuai peraturan yang berlaku, yaitu setiap 6
bulan selama TPA tersebut dioperasikan. Pemantauan setelah penutupan
dilakukan setiap 2 tahun.

Kontrol Kebakaran, Gas, dan Bau
•Pembakaran tak terkontrol dilarang
•Kontrol kebakaran
(a)Tidak membbuang punting rokok pada area timbunan sampah
(b)Tidak membakar sampah paa timbunan sampah

Kontrol Bau

Pemantauan
-Tingkat kebauan ?????? secara panel minimal 8 orang, 50% secara
sensorik terdeketsi atau tidak
-Kontrol bau dilakukan menggunakan fly index dengan standar
kepadatan lalat?????? 60.000 hingga 100.000 spesies lalat dengan
jarak terbang 6-9 km hingga 19-20 km dari tempat biak. Fly
index menggunakan fly-grill.

•Jarak terbang lalat rata-rata adalah 6-9 km, namun dapat mencapai
19-20 km dari tempat berbiak.
•Aktivitas optimum lalat adalah pada suhu 21
o
C. Lalat akan sulit hidup
pada temperatur di bawah 7,5
o
C dan di atas 45
o
C. Lalat adalah
serangga bersifat fototropik, selalu bergerak menuju sinar, malam hari
tidak aktif, namun bisa aktif bila ada sinar buatan.

Bambu sebanyak 16-24 buah, dengan panjang
80 cm, lebar 1-2 cm, jarak antar bilah 1-2 cm,
dengan total sekitar 1-0,8 m

Upaya Pemberantasan (larva lalat)
•mengurangi/menghilangkan kontak lalat dengan sumber makanannya, dan
membunuhnya menggunakan racun serangga.
•Tempat sampah harus tertutup
•Sampah organik dibuang maksimal setiap 3 hari
•Alas tempat sampah harus kering (tidak lembab)
•Larva dibasmi dengan racun serangga (larvasida). Penyemprotan dilakukan
dengan cara membasahi seluruh media sumber makanan lalat
•Penggunaan larvasida berdampak negatif: dapat membunuh musuh alami
larva dan dapat membunuh mikroorganisme penting untuk pengomposan
•Dari sudut pandang pengolahan sampah:Larva justru bermanfaat karena
sangat aktif memakan sampah organikTerutama efektif pada sampah yang
mulai membusuk

Upaya Pemberantasan (lalat)
Penyemprotan insektisida dilakukan pada:
•Permukaan tempat lalat hinggap, makan, atau istirahat
•Waktu penyemprotan yang disarankan: malam hari (kontak lebih lama)
•enis insektisida yang digunakan:
•Organofosfat (contoh: diazinon, malathion)
•Memiliki daya residu 2–4 minggu
•Penyemprotan sebaiknya diulang setiap 2–4 minggu

Kontrol Stabilitas Lereng
Batas nilai agar material dalam timbunan tidak runtuh dengan safery
factor?????? 1,3 untuk kemiringan timbunan dan 1,5 kemiringan permanen
Timbunan di landfill kestabilan:
-Karakteristik dan kestabilan tanah dasar
-Karakteristik dan berat sampah
-Kandungan air dalam sampah ?????? tambah lembab maka tambah tidak
stabil, banyak air semakin tidak stabil

-Kemiringan lereng: semakin kecil sudut kemiringan akan tambah stabil,
kemiringan baik antara 20-30
o

-Penggunanaan terasiring pada ketinggian tertentu: minimum 5 meter
-Kepadatan sampah: tambah padat sampah, maka tambah mampu
mendukung timbunan sampah
-Jenis dan integrasi tanah penutup harian dan antara: membutuhkan
informasi sudut geser dan daya lekat antar partikel (nilai kohesi c)

Pasca Operasi TPA

Kegiatan Pascaoperasi
•Harus adanya sumur pantau minimum 2 sumur pantau, 1 di hulu an 1 di
hilir
•Kegiatan pascaoperasi:
-Inspeksi rutin
-Kegiatan penanaman kembali (revegetasi) dan pemeliharaan lapisan
penutup
-Penanaman pembersihan
-Pemeliharaan saluran-saluran drainase
-Pemantauan penurunan lapisan dan stabiliasi lereng
-Pemantauan kualitas lingkungan

Penggunaan Lahan
•Penggunaan lahan pascaoperasi: area rekreasi aktif seperti lapangan
golf, jalan pagi aletik, dan rekreasi pasif, lahan penghijauan, taman
dan lahan perkebunan

•Bila jadi lahan untuk bangunan sederhana safety factor minimum
1,3-1,5 m. Lapisan tanah penutup kebutuhan 0,6 m untuk berakar
serabut dan 2,5 m bila ditanami pohon tanaman keras (berkayu).

Inspeksi Frekuensi Tinjauan
Kestabilan Tanah 2 x setahun Penurunan elevasi tanah
Tanah penutup Setahun sekali dan setelah hujan
lebat
Erosi dan longsor
Vegetasi 4 x setahun Tanaman yang mati
Gradasi akhir 2 x setahun Muka tanah
Drainase 4 x setahun dan setelah hujan lebatKerusakan saluran
Pemantauan gas 1-3 bulan sekali hingga 20 Tahun
pengoperasian
Bau, nyala api, kerusakan pipa
Air tanah Sesuai rencana pengelolaan

Kerusakan sumur, pompa
perpipaan
Sanitasi lingkungan 6 Bulan sekali pada awal musim, 1
bulan sekali bila terdapat tambahan
lalat pada radius 3 km
Jumlah (indeks) lalat
Lindi dan IPL Sesuai rencana kelola selama 20
tahun
Posisi: inlet dan outlet
Kegiatan pemantauan pada TPA

Estetika
Lingkungan
Vektor
Penyakit
Pencemaran
air tanah oleh
lindi
Pencemaran
Udara akibat
gas dan debu
Risiko
kebakaran
Tujuan Rehabilitasi dan Reklamasi
•Mengurangi dampak yang ditimbulkan
•Mendapatkan bahan tanah penutup dari timbunan
sampah lama bila dilakukan penambangan LU.
Plastik dan baham combustible lain dapat
direcovery sebagai bahan RDF (Refuse-derived
fuel).
•Bila posisi dan kapasitas masih memungkinkan,
lahan tsb dapat terus digunakan sebagai area
pengurukan
•Bila kapasitasnya tidak memungkinkan, lokasi ini
dapat dimanfaatkan sebagai lokasi pengolahan
sampah tingkat kota
•Memanfaatkan lahan yang sudah ditutup untuk hal
lain.

Data untuk pekerjaan rehabilitasi TPA
•Pengukuran topografi seluruh area (topografi awal dan pasca)
•Informasi ulang hidrogeologi dan geoteknik ?????? Bila tidak ada data
lama
•Aspek teknis, ekonomi (potensi penggunaan lahan) dan aspek sosial
perlu dikaji

Terima Kasih
Tags