Paper 3 - Tugas Psikologi UNJ - Pengaruh Sosial

citrayunianti1 1 views 11 slides Apr 29, 2025
Slide 1
Slide 1 of 11
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11

About This Presentation

Tugas Psikologi UNJ - Pengaruh Sosial


Slide Content

BAB III
PERSAINGAN DAN KONFLIK
Dosen Pengampu :
Ernita Zakiah, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Kelompok 7:
Citra Yunianti (1801617129)
Eka Lestari Ningsih (1801617083)
Karina Pratiwi (1801617136)
Ummi Maimunah (1801617086)
Kelas : Selasa, jam 10.30, R.305
FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
Konsep Dasar Persaingan................................................................................................................3
Konsep Dasar Konflik.....................................................................................................................4
Faktor-faktor terjadinya Persaingan................................................................................................5
Faktor-faktor terjadinya Konflik......................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11
2

A. Definisi Kompetisi atau Persaingan
Sacks & Krupa (dalam Ginting, 2004) menyatakan bahwa kompetisi merupakan usaha
untuk melawan atau melebihi orang lain. Dalam pengertian lain, kompetisi yang berarti saling
mengatasi dan berjuang antara dua individu, atau antar beberapa kelompok untuk
memperebutkan objek yang sama (Chaplin dalam Ginting, 2004). Kompetisi dapat membuat
individu mempunyai persepsi yang negative terhadap orang atau kelompok lain (Brigham dalam
Kuncoro, 2014). Kata persaingan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1994) dapat
diartikan perihal bersaing atau konkurensi. Kata ini juga dapat diartikan usaha memperlihatkan
keunggulan masing-masing yang dilakukan oleh perseorangan (bisa juga perusahaan atau
negara) pada bidang perdagangan, produksi, persenjataan dan lain sebagainya.
Pada Merriam-Webster Dictionary ditemukan kata persaingan (competition) berasal dari
Bahasa latin competition atau competere dengan arti : the act or process of trying to get or win
something (such as a prize or a higher level of success) that someone else is also trying to get or
win: the act or process of competing. (Tindakan atau proses mencoba untuk mendapatkan atau
memenangkan sesuatu (seperti hadiah atau tingkat keberhasilan yang lebih tinggi) dimana orang
lain juga berusaha untuk mendapatkan atau memenangkannya; tindakan atau proses bersaing).
Menurut para ahli seperti Park dan Burgess (2007) mengatakan persaingan adalah sebuah
interaksi tanpa kontak social. Sementara itu menurut John Lewin Gilin dan John Philip Gilin,
sebagaimana dikutip kembali oleh Soekanto, mengatakan bahwa persaingan atau competition
dapat diartikan sebagai suatu proses social, dimana individua tau kelompok-kelompok manusia
yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa
tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan
cara menarik perhatian atau dengan mempertajam prasangka yang ada tanpa menggunakan
ancaman atau kekerasan (Soekanto, 2002).
Author (2016) menyatakan bahwa kompetisi mempunyai 2 tipe, yaitu kompetisi bersifat
pribadi (rivalry) dan bersifat kelompok. Kompetisi bersifat pribadi (rivalry) dalam sebuah
organisasi sering terjadi baik secara terbuka maupun secara tertutup untuk mendapatkan
kedudukan tertentu. Kompetisi pribadi berlangsung secara sehat dan dapat meningkatkan
3

motivasi seseorang untuk meraih prestasi semaksimal mungkin. Kompetisi bersifat kelompok
yaitu sebuah kompetisi yang muncul dan terjadi pada antar kelompok.
B. Konsep Dasar Konflik
Setiap bangsa menginginkan kedamaian yang utuh dalam kedaulatan mereka. Namun, hal
tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. Bangsa yang sudah merdeka tetap merasa
terancam kedaulatannya karena perlombaan teknologi dan kekuatan militer Negara tetangganya.
Oleh karena itu, mereka mempersenjatai diri mereka dan menghabiskan dana berjuta-juta dolar
sementara di sisi lain dari bagian mereka ada yang menderita kelaparan dan kekurangan gizi.
Unsur dasar dalam konflik ini lazim terjadi di berbagai situasi. Ketidaksesuaian antara tujuan dan
aksi kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang kita alami. Bahkan dari hal terkecil seperti
perebutan ranking kelas.
Sebuah hubungan atau sebuah organisasi tanpa konflik mungkin adalah sebuah hubungan
yang apatis. Konflik menandakan keterlibatan, komitmen, dan kepedulian. Apabila konflik
dipahami dan didasari, hal tersebut dapat mengakhiri tekanan dan mendorong pembaharuan serta
perbaikan di segala aspek. Tanpa konflik, manusia jarang mampu untuk menghadapi dan
menyelesaikan masalahnya (Myers, 2012).
Konflik dapat terjadi karena dilema sosial atau jebakan sosial. Bila dua orang atau lebih
memiliki pandangan atau kepentingan yang berbeda dalam situasi yang bersamaan maka
terjadilah dilema sosial. Sebagai contoh, kasus pembakaran hutan hujan tropis di Kalimantan.
Pemerintah membutuhkan dana untuk kepentingan mereka, maka pemerintah memberi izin
kepada pengusaha kelapa sawit untuk membuka lahan. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan warga
sekitar yang menginginkan hidup tentram. Para pengusaha kelapa sawit tersebut membakar hutan
untuk ditanami tumbuhan kelapa sawit. Pada saat pembakaran hutan tersebut lah para warga
merasa sangat terganggu. Asap dari pembakaran hutan tersebut membahayakan bagi kesehatan
mereka. Aktivitas mereka jadi terbatas karena ruang lingkup pengelihatan mereka terhalang oleh
kabut asap. Belum lagi banyak warga yang tiba-tiba mengidap infeksi saluran pernapasan akut.
Hal ini memicu demo besar-besaran kepada pemerintah Kalimantan saat itu.
4

C. Faktor Pendorong Persaingan
Ada beberapa faktor yang mendorong persaingan (Y. Sri Pujiastuti, 2007). Faktor-faktor
itu adalah sebagai berikut :
1)Anggapan atau perasaan bahwa seseorang akan lebih beruntung jika dia tidak bekerja sama
dengan orang lain.
2)Anggapan atau perasaan bahwa orang Iain dapat memperkecil hasil suatu pekerjaaan.
3)Adanya berbagai motivasi pribadi, seperti untuk mendapatkan status sosial yang lebih
tinggi, untuk dihargai oleh orang lain, untuk mendapatkan kekuasaan dan untuk
mendapatkan nama baik.
Dalam (Sunaryo, 2002) faktor yang terkait dengan hasil persaingan ada 4, yaitu :
1)Kepribadian seseorang
Suatu persaingan apabila dilakukan dengan adil dan jujur akan dapat mengembangkan dan
meningkatkan rasa sosial dalam diri seseorang terhadap lawannya. Persaingan dapat
menambah atau memperluas wawasan seseorang dalam hal pengetahuan, kepribadian, dan
rasa empati ataupun simpatinya.
2)Kemajuan Masyarakat
Persaingan dapat mendorong seseorang untuk meningkatkan semangat kerjanya sehingga
dapat memberikan sumbangan, baik secara materi maupun motif bagi pembangunan
masyarakat. Dengan adanya persaingan yang sehat suatu masyarakat akan menjadi lebih
maju.
3)Solidaritas kelompok
Solidaritas atau rasa kesetiakawanan kelompok akan semakin kukuh dan mantap apabila
selama terjadinya persaingan dilakukan secara jujur dan sesuai dengan nilainilai yang
5

diharapkan. Persaingan yang jujur dapat menyebabkan individu-individu dalam kelompok
saling menyesuaikan diri dalam hubungan sosial dan selalu berusaha menjaga keserasian.
4)Disorganisasi
Suatu persaingan dan perubahan sosial yang terjadi terlalu cepat akan dapat menimbulkan
perpecahan atau disorganisasi apabila masyarakat belum dapat mengimbangi atau
menyesuaikan diri terhadap persaingan tersebut. Hal ini akan dapat berpengaruh terhadap
sistem nilai, sistem norma, dan lembagalembaga kemasyarakatan lainnya.
Bentuk-bentuk persaingan antara lain adalah :
1)Persaingan yang bersifat pribadi
2)Persaingan yang bersifat kelompok.
Disarikan dari buku Sunarto, Hendropuspito dan Ian Craib, ada beberapa macam bentuk
persaingan yang terjadi, diantaranya:
1)Persaingan ekonomi, yakni persaingan yang timbul karena terbatasnya benda pemuas
kebutuhan jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan manusia.
2)Persaingan kebudayaan, yakni persaingan yang timbul ketika suatu kebudayaan tertentu
berusaha masuk dan menggantikan kebudayaan yang telah ada sebelumnya.
3)Persaingan kedudukan dan peranan, yakni persaingan yang timbul ketika beberapa orang
atau kelornpok berusaha mengejar kedudukan dan peran yang lebih tinggi dari
sebelumnya, agar dihargai oleh masyarakat.
4)Persaingan ras, yakni persaingan yang timbul karena perbedaan wama kulit, bentuk tubuh,
corak rambut, dan sebagainya.
D. Faktor Konflik
Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi konflik psikologis, yaitu faktor personal
(individu) dan faktor situasional.
6

a.Faktor Personal
Rakhmat (2007), menyatakan bahwa faktor personal merupakan faktor yang berasal dari
masing-masing individu. Terdapat dua macam faktor personal yaitu faktor biologis dan
faktor sosiopsikologis.
1.Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan faktor yang ada di seluruh kegiatan makhluk hidup.
Manusia adalah makhluk biologis yang mempunyai insting dan motif.
2.Faktor Sosiopsikologis
Faktor sosiopsikologis merupakan faktor yang mempengaruhi semua tingkah laku
manusia sebagai makhluk sosial. Manusia merupakan makhluk sosial, karakteristik
yang mempengaruhi perilakunya dapat diperoleh dari proses sosial. Faktor
sosiopsikologis digolongkan menjadi tiga yaitu: komponen afektif, kognitif, dan
komponen konatif.
a.Komponen Afektif
Komponen afektif adalah aspek emosional dari faktor sosiopsikologis yang terdiri
atas motif sosiogenesis, sikap, dan emosi.
1) Motif Sosiogenesis
Motif sosiogenesis adalah motif yang dipelajari orang dan berasal dari lingkungan
kebudayaan tempat orang itu berada dan berkembang (Gerungan 2004).
Peranannya dalam membentuk perilaku sosial sangat menentukan. Motif ini
meliputi:
 Motif ingin tahu: mengerti, menata, dan menduga (predictability)
Motif ingin tahu (curiosity motive) adalah hasrat untuk memperoleh
informasi tentang suatu aspek dari lingkungan (Kartono 2003). Setiap
orang berusaha memahami dan memperoleh arti dari dunianya. Manusia
seringkali menjadi tidak sabar dalam suasana yang ambigu atau tidak
pasti, tidak menentu, atau susah diramalkan yang mengakibatkan mereka
berusaha mencari jawaban sendiri atas informasi yang terbatas dan
akhirrnya menyimpulkan sendiri tanpa mengkonfirmasikan kembali
informasi tersebut.
7

 Motif kompetensi
Motif kompetensi (competence motive) adalah kemampuan berinteraksi
dengan lingkungan untuk mempromosikan dan memajukan efektivitas
umum daripada memuaskan dorongan-dorongan fisiologis (Kartono 2003).
Setiap orang mempunyai keinginan untuk membuktikan bahwa ia mampu
mengatasi persoalan kehidupan apapun. Motif kompetensi erat berkaitan
dengan kebutuhan akan rasa aman. Bila orang sudah memenuhi kebutuhan
biologisnya, dan yakin bahwa masa depannya gemilang, ia dianggap sudah
memenuhi kebutuhannya akan kemampuan diri (kompetensi).
 Motif cinta
Motif cinta adalah keinginan atau kebutuhan akan kasih sayang, keinginan
untuk berkumpul dan bergaul dengan orang lain (Kartono 2003).
Kehangatan, persahabatan, ketulusan kasih sayang, penerimaan orang lain
yang hangat akan dibutuhkan manusia. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa kebutuhan kasih sayang yang tidak terpenuhi akan menimbulkan
perilaku manusia yang kurang baik, orang menjadi agresif, kesepian,
frustasi, dan yang akan menakutkan lagi adalah bunuh diri.
 Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas
Motif harga diri dan kebutuhan mencari identitas adalah kebutuhan akan
prestise, keberhasilan dan penghargaan diri (Kartono 2003). Seseorang
ingin kehadirannya bukan saja dianggap tapi juga berarti bagi Hilangnya
identitas diri akan menimbulkan perilaku yang patologis (penyakit):
impulsif, gelisah, mudah terpengaruh, dan sebagainya.
 Motif Emosi
Emosi adalah reaksi yang kompleks yang mengandung aktifitas dengan
derajat yang tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta
berkaitan dengan perasaan yang kuat (Walgito 2004). Kartono (2003)
mengemukakan bahwa emosi adalah tergugahnya perasaan yang disertai
dengan perubahan-perubahan dalam tubuh, misalnya otot-otot yang
menegang, debaran jantung yang cepat, dan sebagainya. Emosi
menunjukkan kegonjangan organisme yang disertai gejala-gejala
8

kesadaran, keperilakuan, dan proses psikologis. Emosi mempunyai empat
fungsi yaitu: sebagai pembangkit energi, sebagai pembawa informasi,
pembawa peran dalam hubungan interpersonal, member informasi tentang
sumber keberhasilan mereka.
b.Komponen Kognitif
Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang
diketahui. Di dalam komponen ini terdapat kepercayaan. Kepercayaan adalah
keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah satu dasar bukti, sugesti, otoritas,
pengalaman atau intuisi.
c.Komponen Konatif
Komponen konatif adalah aspek volisional yang berhubungan dengan kebiasaan
dan kemauan bertindak. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia menetap erat
dengan tindakan, bahkan ada yang mendefinisikan sebagai tindakan yang
merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan.
b.Faktor Situasional
Faktor situasional adalah faktor yang berasal dari luar individu.
Menurut Sampson (dalam Rakhmat 2007) faktor situasional meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1.Faktor Ekologis
Faktor ekologis adalah keadaan sekitar atau alam yang mempengaruhi gaya hidup
dan perilaku seseorang. Misalnya, efek temperatur dapat mempengaruhi tindakan
kekerasan seseorang, perilaku interpersonal, dan suasana emosional.
2.Faktor Desain dan Arsitektur
Faktor desain dan arsitektur adalah rancangan arsitektur yang dapat mempengaruhi
pola komunikasi di antara orang-orang yang hidup dalam ruangan arsitektur tertentu.
Pengaturan ruangan juga telah terbukti mempengaruhi pola-pola perilaku yang
terjadi di tampat itu.
3.Faktor Suasana Perilaku
Faktor suasana perilaku adalah bagaimana seseorang berlaku dalam lingkungan
tertentu. Contoh: di masjid orang tidak akan berteriak keras, dalam pesta orang tidak
akan melakukan upacara adat.
9

4.Faktor Teknologi
Faktor teknologi adalah lingkungan teknologis yang meliputi sistem energi, sistem
produksi, dan sistem distribusi yang membentuk serangkaian perilaku sosial yang
sesuai dengannya. Revolusi teknologi sering disusul dengan revolusi dalam perilaku
sosial. Bersamaan dengan itu tumbuhlah pola-pola penyebaran informasi yang akan
mempengaruhi suasana kejiwaan setiap anggota masyarakat. Informasi menjadi
mudah didapatkan dan mempengaruhi pola pikir masyarakat di dalamnya. Informasi
bisa dengan cepat disebarkan tetapi bila informasi salah yang disebarkan maka dapat
menimbulkan konflik.
5.Faktor Sosial Faktor sosial adalah sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu
masyarakat, struktur kelompok atau organisasi, dan karakteristik populasi yang
menata perilaku manusia. Dalam organisasi, hubungan antara anggota dengan ketua
diatur oleh sistem peranan dan norma-norma kelompok. Karakteristik populasi seperti
usia, kecerdasan, karakteristik biologis mempengaruhi pola-pola parilaku anggota-
anggota populasi itu.
6.Faktor Psikososial
Faktor psikososial adalah persepsi orang tentang kebebasan individual, ketaatan,
pengawasan, kemungkinan, kemajuan, dan tingkat keakraban. Persepsi tentang sejauh
mana lingkungan memuaskan atau mengecewakan manusia juga akan mempengaruhi
manusia.
7.Faktor Stimuli Mendorong dan Memperteguh perilaku
Faktor stimuli mendorong dan memperteguh perilaku adalah situasi untuk
mempengaruhi kelayakan melakukan perilaku tertentu. Ada situasi yang memberikan
rentangan kelayakan perilaku dan situasi yang banyak memberikan kendala pada
perilaku. Situasi yang permisif memungkinkan orang melakukan banyak hal tanpa
harus merasa malu. Sebaliknya, situasi restriktif menghambat orang untuk berperilaku
sekehendak hatinya.
8.Faktor Budaya
Faktor budaya adalah faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang lewat latar
budaya tertentu. Seseorang dengan latar budaya tertentu dan karakter tertentu akan
berperilaku tertentu pula sesuai dengan latar budayanya.
10

DAFTAR PUSTAKA
Gerungan W, A. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: PT Retika Aditama.
Kartono, K. (1974). Kepribadian dan Mental Hiqiene. Bandung: Almein.
Myers, D. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Rakhmat, J. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sunaryo, D. (2002). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Walgito, B. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI.
11
Tags