PB.1.PERMASALAHAN STUNTING DI DESA (135') TIM PENGAJAR BIMBINGAN TEKNIS KPM MODUL KHUSUS Kabupaten Garut , 22 - 25 Juli 2025 www.kemendesa.go.id kemendesapdt KEMENDES PDT
Peserta memahami pengertian stunting Peserta memahami dampak stunting Peserta memahami cara mencegah stunting Tujuan Pokok Bahasan 1 2 3
S t u n t i n g ?
DEFINISI Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Berdasarkan Perpres 72 tahun 2021 , stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Kesehatan. Yang memiliki kewenangan menetapkan stunting adalah Tenaga Kesehatan Stunting : Tinggi Badan Menurut Umur tidak sesuai.
Stunting : Tinggi Badan Menurut Umur tidak sesuai. Menunjukkan status pertumbuhan dan perkembangan anak. Otak dibentuk pada 5 tahun pertama kehidupan. Gagal tumbuh (stunting) pada periode ini tidak hanya terjadi pada tampak fisik (pendek) namun juga pada perkembangan kognitif. Perkembangan awal otak memiliki dampak jangka panjang terhadap kemampuan anak untuk belajar di sekolah maupun dalam kehidupan. Intervensi sebelum lahir dan setelah lahir sangat penting.
Apa Penyebabnya?
PENYE BAB STUNTING ANAK STUNTING Keluarga tidak bisa menyediakan bahan pangan/harga tinggi Keluarga tidak paham cara mengolah dan menyajikan menu Beragam Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) Rumah tidak sehat Lingkungan dengan sanitasi buruk Tidak memiliki akses air bersih Terbatasnya layanan Kesehatan Ibu Hamil Perilaku tidak sehat 1. Kurangnya asupan gizi ibu saat hamil 2. Kebutuhan gizi tidak tercukupi saat masih di bawah umur 2 tahun PENYEBAB LANGSUNG PENYEBAB TIDAK LANGSUNG
Kepmenkes No HK.01.07/MENKES/1928/2022 TENTANG PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA STUNTING .
IMUNISASI DAN PENCEGAHAN STUNTING Imunisasi adalah upaya aktif untuk menimbulkan kekebalan khusus dalam tubuh seseorang yang efektif mencegah penularan penyakit tertentu dengan cara memberikan vaksin. Apa pengertian Imunisasi? Apa manfaat dilakukannya Imunisasi? Jika anak tertular penyakit maka gejala yang ditimbulkan menjadi lebih ringan jika dibandingkan dengan anak yang tidak mendapatkan imunisasi. Penyakit tertentu tersebut dikenal sebagai Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), antara lain hepatitis B, tuberkulosis, polio, difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, campak, rubela, pneumonia (radang paru), meningitis, kanker leher rahim yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV), ensefalitis (radang otak) akibat infeksi virus Japanese encephalitis (JE), dan diare yang disebabkan oleh infeksi Rotavirus.
PENTINGNYA IMUNISASI UNTUK PENCEGAHAN STUNTING Diimunisasi Tidak diimunisasi Penyakit menular Penyakit menular Gejala yang ditimbulkan lebih ringan Anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap berisiko tertular panyakit. Anak yang sakit akan mengalami penurunan nafsu makan dan/atau kesulitan mengonsumsi makanan. Zat gizi yang terkandung dalam makanan akan lebih banyak digunakan untuk melawan penyakit yang sedang diderit a. Jika anak sehat maka asupan gizi yang diperoleh akan dimanfaatkan untuk proses pertumbuhannya, jadi anak akan cenderung terhindar dari risiko stunting Jika anak mengalami sakit berulang, akan terjadi kondisi kekurangan gizi. Kondisi sakit berulang dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kekurangan gizi kronis. Kondisi ini menyebabkan anak mengalami stunting. Karena itulah, pemberian imunisasi lengkap sesuai jadwal, penting bagi anak untuk melindungi diri lebih dini terhadap penyakit sebelum anak terpapar risiko penularannya.
IMUNISASI PADA ANAK DAN JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI SESUAI USIANYA Usia Jenis Imunisasi < 24 jam Hepatitis B (HB0) < 1 bulan BCG, OPV1 2 bulan DPT-HB-Hib1, OPV2, PCV1, RV1 3 bulan DPT-HB-Hib2, OPV3, PCV2, RV2 4 bulan DPT-HB-Hib3, OPV4, IPV1, RV3 9 bulan Campak-Rubela, IPV2 10 bulan JE* 12 bulan PCV3 18 bulan Campak-Rubela2, DPT-HB-Hib Catatan: Untuk anak yang belum pernah mendapatkan imunisasi atau pernah mendapatkan imunisasi tapi belum lengkap sesuai usianya, maka segera berikan imunisasi selengkap mungkin sesuai dengan usianya. Imunisasi bayi dan anak di bawah usia dua tahun, dapat dilengkapi hingga anak berusia 59 bulan.
IMUNISASI PADA ANAK, CARA PEMBERIAN DAN MANFAATNYA Jenis Imunisasi Cara Pemberian Manfaat untuk mencegah penyakit : Hepatitis B (HB0) Suntik Radang hati dan kanker hati akibat virus hepatitis B BCG Suntik Radang paru dan otak akibat bakteri TBC OPV Tetes Mulut Lumpuh akibat virus polio DPT-HB-Hib Suntik Sumbatan jalan napas dan radang otot jantung akibat racun Difteri Batuk rejan/batuk 100 hari akibat bakteri Pertusis Kejang akibat Tetanus Radang hati dan kanker hati akibat virus hepatitis B Radang paru dan radang selaput otak akibat bakteri Hib PCV Suntik Radang paru dan otak akibat bakteri Pneumokokus RV Tetes Mulut Diare, muntah, dehidrasi berat akibat rotavirus Campak Rubela Suntik Radang paru dan otak akibat virus campak Cacat organ jantung, otak, mata, telinga akibat virus rubela IPV Suntik Lumpuh akibat virus polio JE Suntik Radang otak yang disebabkan oleh Japanese encephalitis virus
KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi) Doc. UPK Kemenkes KIPI adalah kondisi yang tidak menyenangkan yang terjadi setelah vaksinasi. Kondisi ini biasanya tidak serius dan dapat membaik dalam beberapa hari. Doc. http://truko.desa.id/ Kompres Hangat Penanganan: Obat Penurun Panas (Jika dibutuhkan) Berikan Minum Hangat Dirujuk dan Dirawat di Rumah Sakit
DAMPAK STUNTING KONDISI DI ATAS MEMBUAT NEGARA MENGALAMI KERUGIAN, KARENA GENERASI KEDEPAN TIDAK BERKUALITAS SEHINGGA KALAH BERSAING DENGAN NEGARA LAIN JANGKA PENDEK Gangguan pertumbuhan fisik – seperti tinggi badan dan BB tidak sesuai usianya (lebih pendek dan lebih rendah) Gangguan kognitif (perkembangan otak) sehingga tingkat kecerdasan rendah Gangguan Kesehatan – sehingga rentan terkena infeksi/penyakit kronis Gangguan motorik – kesulitan pada gerakan tubuh (misal: tremor), kesulitan beraktivitas (sulit bicara, berjalan, melakukan sesuatu, dll) Gangguan metabolism JANGKA PANJANG Beresiko terkena penyakit tidak menular (diabetes, obesitas, stroke, jantung, dll) – akibat dari gangguan metabolisme saat masih kecil Produktivitas rendah
REMAJA PUTRI (10-24 Tahun) CALON PENGANTIN/PUS IBU HAMIL DAN NIFAS ANAK USIA 0-59 BULAN KELUARGA BERESIKO STUNTING KELOMPOK SASARAN Keluarga Berisiko Stunting adalah Keluarga yang memiliki satu atau lebih faktor risiko Stunting yang terdiri dari keluarga yang memiliki anak remaja puteri/calon pengantin/Ibu Hamil/Anak usia 0 (nol)-23 (dua puluh tiga) bulan/anak usia 24 (dua puluh empat)-59 (lima puluh sembilan) bulan berasal dari keluarga miskin, pendidikan orang tua rendah, sanitasi lingkungan buruk, dan air minum tidak layak Definisi lain keluarga berisiko stunting adalah keluarga sasaran yang mempunyai risiko melahirkan anak stunting, atau keluarga sasaran dengan faktor risiko sanitasi tidak layak, air minum tidak layak, memiliki salah satu karakteristik 4T, tidak mengikuti kepesertaan KB modern serta fakto risiko lainnya seperti tergolong keluarga miskin, pendidikan orang tua rendah, dll.
Bagaimana mencegah & menangani stunting
PENCEGAHAN STUNTING Intervensi Spesifik Intervensi Sensitif Keluarga Berencana paska persalinan; Penurunan kehamilan tidak diinginkan; Calon pengantin melakukan pemeriksaan Kesehatan; Penyediaan akses air minum layak bagi rumah tangga; Penyediaan sarana sanitasi layak bagi rumah tangga; Penerimaan Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional bagi RT berpenghasilan rendah; Pendampingan bagi keluarga berisiko stunting; Bantuan Tunai Bersyarat bagi keluarga miskin dan rentan; Pemberian pemahaman tentang stunting; Bantuan pangan bagi keluarga miskin dan rentan; Desa tanpa Buang Air Besar Sembarangan/BABS. Adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasi penyebab tidak langsung terjadinya stunting dan umumnya diberikan oleh sektor selain Kesehatan. Adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasi penyebab langsung terjadinya stunting dan umumnya diberikan oleh sektor Kesehatan. Remaja Putri 1) Remaja putri mengkonsumsi TTD Ibu hamil 2) Tambahan asupan gizi bagi ibu hamil KEK 3) Ibu hamil mengkonsumsi TTD Bayi 0-23 bulan (baduta) Anak 24- 59 bulan (balita) 4) ASI eksklusif bagi bayi 0-6 bulan 5) MP-ASI bagi baduta 6) Pemantauan tumbuh kembang balita 7) Tambahan asupan gizi bagi balita kurang gizi 8) Tatalaksana gizi buruk bagi balita gizi buruk 9) Imunisasi dasar lengkap bagi balita
ANAK USIA BALITA IBU MENYUSUI/ PASCA MELAHIRKAN IBU HAMIL REMAJA PUTERI & CALON PENGANTIN Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) Pemeriksaan Anemia Bimbingan Pranikah/ Perkawinan Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 Tablet selama kehamilan Pemeriksaan Kehamilan secara rutin (minimal 6 kali), termasuk screening anemia Ibu Hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK) mendapat Makanan Tambahan Konsumsi makanan bergizi seimbang dengan porsi 2 kali lebih banyak Mendapatkan Layanan Keluarga Berencana Konseling Menyusui ASI Ekslusif sampai usia 6 Bulan. Pemberian ASI diteruskan hingga 2 tahun Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) dengan Gizi Seimbang untuk anak Usia 6–23 bulan Pemantauan Tumbuh Kembang secara rutin Imunisasi Dasar Lengkap Tata Laksana Balita dengan masalah gizi (gizi kurang & gizi buruk) Pengasuhan melalui PAUD dan BKB Pemberian Vitamin A dan Obat Cacing Penyediaan Akses Air Minum Layak dan Aman Keluarga Miskin menerima Bantuan Sosial Pangan Keluarga Berisiko Stunting Menerima Pendampingan dari Tim Pendampingan Keluarga (TPK) Keluarga Beresiko Stunting menerima manfaat program pemanfaatan pekarangan Keluarga Miskin menerina Bantuan Tunai bersyarat Keluarga Miskin menerima Bantuan Iuran (PBI) JKN Penyediaan Akses Sanitasi Layak Stop Buang Air Besar Sembarangan Menerima edukasi tentang pentingnya gizi dan kesehatan INTERVENSI UNTUK SEMUA KELOMPOK SASARAN INTERVENSI PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING BERDASARKAN KELOMPOK SASARAN
Berdasarkan data SSGI 2022 dan SKI 2023, prevalensi stunting mengalami kenaikan pada usia 6 bulan ke 12 bulan & 24 bulan. Ini menunjukkan bahwa anak usia tersebut tidak mendapatkan intervensi yang mencukupi salah satunya karena kandungan ASI sudah tdk mencukupi kebutuhan shg bayi harus mendapat MP ASI, namun banyak kasus bayi tdk mendapatkan MP ASI yg benar, terjadilah masalah asupan gizi yg berlanjut mjd stunting, Ke depan, intervensi harus fokus pada pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) untuk mencegah terjadinya stunting , sepertI: pemberian Makanan Pendamping ASI yang bergizi seimbang dan tepat 🡪 berdasarkan SUSENAS 2023, baru 59,33% Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) 🡪 berdasarkan SUSENAS 2023 baru 63,58% Baduta menerima Imunisasi Dasar Lengkap (IDL); perbaikan praktek pengasuhan ; pencegahan kecacingan ; dan lainnya Titik kritis kenaikan prevalensi stunting: NAIK HAMPIR 2 KALI LIPAT TITIK KRITIS KENAIKAN PREVALENSI ANAK STUNTING TAHUN 2023
TERIMA KASIH DIREKTORAT PENGEMBANGAN SOSIAL BUDAYA DAN LINGKUNGAN DESA DAN PERDESAAN CONTACT INFORMATION: 021-79172244 [email protected] www.kemendesa.go.id JL TMP. Kalibata No. 17 Jakarta Selatan