NYERI
•Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan karena
adanya rangsangan mekanis, kimiawi, maupun
fisik
•Nyeri merupakan suatu perasaan subyektif
pribadi, dan ambang toleransi nyeri berbeda-
beda bagi setiap orang
Ambang dan Toleransi Nyeri
•Ambang nyeri merupakan titik saat suatu
stimulus dirasakan sebagai nyeri. Ambang ini
pada setiap individu berbeda-beda.
•Toleransi nyeri adalah lama atau intensitas
nyeri yang masih bisa ditahan oleh pasien
sampai pasien tersebut mengaku nyeri dan
mencari pengobatan.
•Perbedaan : variasi toleransi nyeri pada tiap
individu lebih besar daripada ambang nyeri.
Klasifikasi Nyeri Berdasarkan
Patofisiologi
•Nyeri nosiseptis atau nyeri inflamasi, yaitu
nyeri yang timbul akibat adanya stimulus
mekanis terhadap nosiseptor.
•Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang timbul
akibat disfungsi primer pada sistem saraf.
•Nyeri idiopatik, yaitu nyeri dimana kelainan
patologik tidak dapat ditemukan.
•Nyeri psikologik, yaitu nyeri yang bersumber
dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari.
Nyeri Nosiseptif
•Adalah nyeri yang terjadi bila ujung saraf sensorik
pada kulit atau organ menerima rangsangan yang
ditimbulkan oleh kerusakan jaringan yang
ditimbulkan akibat stimulus mekanis, termal,
kekurangan oksigen, dan bahan kimia.
•Timbul akibat stimulasi reseptor nyeri yang
berasal dari organ visceral atau somatik.
•Ciri khas: letak rasa nyeri dapat ditunjukkan
dengan jelas.
Proses Nyeri Nosiseptif
•Stimulasi
•Transmisi
•Persepsi
•Modulasi
Stimulasi
Rangsangan (mekanis, panas, kimia) merangsang nosiseptor
yang terdapat pada struktur somatik dan visceral
Pelepasan mediator kimia (bradikinin, K
+
, prostaglandin,
histamin, leukotrien, serotonin, dan substansi peptide)
yang mensensitisasi nosiseptor
Potensial aksi
Ditransmisikan sepanjang serabut saraf menuju serabut saraf
spinal
Transmisi
Rangsangan melewati serabut Aδ dan C
Disampaikan melalui banyak lapisan dari serabut
saraf spinal pada sumsum tulang belakang
dengan pelepasan bermacam-macam
neurotransmitter
(transmisi lebih kurang 5 jalur : traktus
spinothalamic, traktus spinoretikular, traktus
spinomesenphalic, jalur kolom dorsal
spinomedula postsinaptik, sistem propiospinal
multisinaptik menaik)
Modulasi
•Merupakan proses penanganan alami tubuh
terhadap rangsang nosiseptif.
•Melibatkan sistem opiat endogen yang terdiri dari
neurotransmitter ( contohnya enkefalin, dinorfin,
dan beta endorfin ) yang terikat pada reseptornya
sehingga menghambat transmisi nyeri.
•Proses modulasi dihambat oleh tipe reseptor lain,
yaitu reseptor N-Metil-D-Aspartat yang dapat
menurunkan tanggapan reseptor terhadap
agonisnya.
Persepsi
Adanya interaksi antara transduksi, transmisi,
dan modulasi yang kemudian membentuk
suatu pengalaman emosional yang subjektif.
Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang
terhadap nyeri.
Sensitivitas Saraf Perifer
Kerusakan jaringan
menyebabkan penurunan pH dan pelepasan mediator kimia; substansi P
yang diikuti oleh peningkatan pada vasodilatasi perifer
Mensensitisasi serabut saraf C
Serabut saraf C menghasilkan impuls elektrik yang bergerak sepanjang
saraf ke dorsal horn di spinal cord
Aktivitas saraf C diregulasi kembali secara perifer oleh serotonin,
prostaglandin, tromboksan dan leukotrien pada jaringan yang rusak.
Menyebabkan nyeri yang kronis
Sensitivitas Saraf Perifer
Kerusakan jaringan
menyebabkan penurunan pH dan pelepasan mediator kimia; substansi P
yang diikuti oleh peningkatan pada vasodilatasi perifer
Mensensitisasi serabut saraf C
Serabut saraf C menghasilkan impuls elektrik yang bergerak sepanjang
saraf ke dorsal horn di spinal cord
Aktivitas saraf C diregulasi kembali secara perifer oleh serotonin,
prostaglandin, tromboksan dan leukotrien pada jaringan yang rusak.
Menyebabkan nyeri yang kronis
Penatalaksanaan Terapi Nyeri
•Outcome : hilangnya atau berkurangnya rasa nyeri
•Tujuan : mengurangi nyeri dengan kemungkinan efek samping obat seminimal mungkin
•Sasaran terapi : mediator mediator kimia yang memperantarai nyeri
•Sasaran terapi :
1. Terapi Farmakologis
a. Analgesik Nonopioid
b. Anestesi Lokal
c. Kortikosteroid
2. Terapi Non Framakologis
a. terapi Fisik (pijat, olahraga)
b. Strategi kognitif –perilaku : mengubah persepsi pasien terhadap nyeri,
memberi pasien perasaan yang nyaman agar lebih mampu mengendalikan nyeri
(relaksasi,khayalan /berimajinasi)
Terapi Farmakologis
•Analgesik Nonopioid : untuk penatalaksanaan nyeri ringan sampai sedang.
1.Parasetamol (Asetaminofen) : untuk mengatasi nyeri ringan sampai sedang
dan demam. Punya aktivitas sebagai analgesik dan antipiretik. Lebih disukai
dibandingkan asetosal karena tidak mengiritasi lambu
KI : gangguan hatim pecandu alkohol kronik, kehamilan dan menyusui.
ES : ruam kulit, kerusakan hati
Dosis : 500 mg- 1 gram tiap 406 jam , maksimum 4 gram
2.NSAID (Obat Anti Inflamasi Non Steroid)
Merupakan pengobatan dasar untuk peradangan di dalam dan di sekitar sendi
(artlagia, osteoarthritis, arthritis rheumatoid, dan gout arthritis) .
Efek NSAID sebagai :
- Analgesik : bekerja di tempat cedera dengan menginhibisi sintesis prostaglandin dan
asam arakhidonat, sehingga terjadi penurunan sensitisasi nosiseptor pada
mediator neyri seperti bardikinin dan 5-hydroxytryptamine.
- Antiinflamasi : hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi dengan menghambat
COX -2 agar tidak produksi prostaglandin sehingga tidak terbentuk mediator nyeri.
-Antipiretik : NSAID menurunkan suhu badan hanya dalam keadaan demam.
Demam muncul akibat pembentukan prostaglandin dalam susunan saraf pusat
sebagai respon terhadap bakteri pirogen dan adanya efek interleukin-1 pada
hipotalamus, NSAID menghambat pirogen yang diinduksi prostaglandin sehingga
dapat mengatur pelepasan panas dengan vasodilatasi.
NSAID dibedakan menjadi :
a.Waktu paruh pendek (3-5 jam) : aspirin, asam mefenamat, diklofenak
indometacin, ibuprofen,ketoprofen.
b. Waktu paruh sedang (5-9 jam) : piropofen,fenbufen
c.Waktu paruh tengah (12 jam ) : naproksen, diflunisal
d. Waktu paruh panjang ( 24-45 jam) : piroksikam, tenoksikam
e.Waktu paruh sangat panjang (>60 jam) : fenil butazon, oksifebutazon
Klasifikasi kimiawi NSAID:
Non Selective Cyclooxygenase
Inhibitors
Selective Cyclooxygenase II
Inhibitors
perbandingan selektivitas COX , pada NSAID.
Efek samping OAINS secara umum : induksi tukak lambung karena
menghambat sintesa prostaglandin yang berfungsi sebagai pertahanan
mukosa ambung, Timbul gejala : dispepsia, nyeri epigastrum, heart burn,
nausea, vomitus, dan diare.
•Pemilihan NSAID berdasarkan tingkat resiko
gangguan pada GIT
ASPIRIN
-Untuk nyeri ringan- sedang, inflmasi,demam, Rheumatod arthiris, Osteoarthritis
-KI : pasien hipersensitivitas salisilat, asma, rhinitis, tidak boleh untuk anak < 16 tahun,
dan wanita hamil
-Dosis : 300-900 mg 4-6 jam bila diperlukan , maksimum 4 gram per hari.
Ibuprofen
-Bersifat analgesik, punya daya antiinflamasi tapi tidak terlalu kuat
-KI : tidak untuk wanita hamil dan menyusui dan asma.
-Dosis : anak (6-12th) : 5 mg/kg (jika T < 39 °C), 10 mg/kg (> 39°C) diberikan 6-8 jam,
dosis max per hari = 40 mg/kg/hari
dewasa : 400-800 mg 3-4 kali sehari setiap 4-6 jam, max dosis : 3,2 gram
untuk nyeri haid : 200-400 mg setiap 4-6 jam max dosis : 1,2 gram
Asam Mefenamat
-Sebagai analgesik, dan antiinflamasi, efek samping: dispepsia, dan iritasi mukosa
lambung
-Bersifat asam, dapat menyebabkan gangguan lambung, sebaiknya diminum setelah
makan atau jangan diberikan pada pasien dengan riwayat gangguan lambung.
-KI : wanita hamil (trimester III), hipersensitvitas NSAID.
-Dosis : anak >14 thn dan dewasa (oral = awal diberikan 500 mg , kemudian 250 mg
setiap 4 jam , penggunaan jika diperlukan, maksimum terapi 1 minggu)
Piroksikam
-Untuk nyeri dan inflamasi penyakit rheumatik, gout akut.
-KI : hipersensitivitas OAINS, riwayat tukak peptik
-Dosis : oral anak (0,2 mg-0,3 mg/kg/hari 1 kali sehari, max dosis = 15
mg/hari)
Dewasa (10-20 mg/hari 1 kali sehari, memberi efek pada GI jika digunakan
> 20 mg/hari
Diklofenak
-Untuk pengobatan akut, gejala rheumatoid arthirits, dan osteoarthiritis
-KI : hipersensitivitas AINS, penderita tukak lambung
-Mx kerja : menghambat siklooksigenase dengan mengintervensi jalur
lipooksigenase sehingga pembentukan leukotrien (mediator nyeri )
terganggu
-Dosis : dewasa untuk nyeri haid (50 mg 3 x sehari, max dosis = 150
mg/hari), RA (150-200 mg/hari dalam 2-4 dosis terbagi ), OA (100-150
mg/hari dalam 2-4 dosis terbagi )
Anestetik Lokal
Bekerja dengan cara blokade yang reversibel atas konduksi sepanjang serat
saraf dengan menurunkan permeabilitas membran sel saraf terhadap ion
natrium.
Banyak digunakan untuk operasi ringan atau penggunaan dental (gigi)
Anestesi lokal digolongkan menjadi :
1.Senyawa ester (prokain, tetrakain, benzokain,kokain)
2.Senyawa amida (lidokain, dibukain, mepivakain, prilokain)
Lidokain ,
Mx kerja : mengubah permeabilitas membran sel terhadap ion Na, sehingga
efek anestesi terbentuk dengan menghambat konduksi impuls saraf.
Lidokain punya potensi anestesi yang cukup kuat, mula kerja cepat, durasi
cukup panjang, indeks terapi lebar.
dosis (i.V, 1-1,5 mg/kg bolus selama 2-3 menit)
•Kortikosteroid
Bekerja menghambat fosfolipase sehingga
pembentukan prostaglandin maupun leukotrien
terhalangi. Efeknya terhadap gejala nyeri lebih baik
dari pada NSAID, tetapi efek sampingnya lebih
berbahaya bila dosis nya tinggi dan penggunaannya
lama.
Dexamethasone : oral sebagai antiinflamasi
Anak : 0,08-0,3 mg/kg/hari setiap 6-12 jam
Dewasa : 0,75-9 mg/hari dalam dosis terbagi setiap 6-
12 jam