PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU KOPI. PAPARAN 1. 7-12 DES 2022.pptx

KeithSanders36 6 views 84 slides Sep 22, 2025
Slide 1
Slide 1 of 84
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64
Slide 65
65
Slide 66
66
Slide 67
67
Slide 68
68
Slide 69
69
Slide 70
70
Slide 71
71
Slide 72
72
Slide 73
73
Slide 74
74
Slide 75
75
Slide 76
76
Slide 77
77
Slide 78
78
Slide 79
79
Slide 80
80
Slide 81
81
Slide 82
82
Slide 83
83
Slide 84
84

About This Presentation

pengertian mengenai penerapan pengendalian hama terpadu


Slide Content

(PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU KOPI) Ir. GUNAWAN SUMANTRI POPT AHLI MADYA DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TENGAH BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN LABORATORIUM PHPT PERKEBUNAN SALATIGA PPHT KOPI

S uhu , ketersediaan air, intensitas sinar matahari, angin, jenis tanah dan topografi lahan Namun dari segi produksi kopi, yang juga sangat menentukan ialah tanah, iklim, dan teknologi budi daya yang meliputi varietas unggul, pengendalian hama penyakit, serta pemupukan. 

H A R A P A N PHT BTS : BUDIDAYA TANAMAN SEHAT 49/permentan/OT.140/4/2014 2. PENGAMATAN /MONITORING AGROEKOLOGI SECARA BERKALA 3. PEMANFAATAN MUSUH ALAMI UNTUK PENGENDALIAN OPT 4. PETANI AHLI PHT PRODUKTIVITAS TINGGI PENINGKATAN NILAI TAMBAH PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

BTS S uhu , ketersediaan air, intensitas sinar matahari, angin, jenis tanah dan topografi lahan PENGELOLAAN LAHAN BENIH PEMUPUKAN PENGAIRAN PENGENDALIAN OPT PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN TEKNOLOGI GAP: Permentan 49/permentan/OT.140/4/2014 1.Penentuan kesesuaian dan persiapan lahan 2. Pola Tanam ( agroforestry, box sistem dll 3. Penggunaan bahan tanam unggul dan adaptif 4. Pengaturan jarak tanam dan penanaman 5. Pengelolaan nutrisi dan lengas tanah 6. Pengelolaan penaung 7. Pemangkasan 8. Perlindungan buah dan tanaman 9. Pemanenan

Pembuatan rorak jarak 40-60 cm dr batang Pembuatan biopori Kedalaman kl 1 m Pemangkasan Penanaman Pengendalian OPT

PENGAMATAN AGROEKOSISTEM FAKTOR BIOTIK FAKTOR ABIOTIK HASIL PENGAMATAN BIOTIK Serangga yg ditemukan Mikroorganisme yg ditemukan Makhluk hidup yg dijumpai di lahan B. ABIOTIK KONDISI IKLIM/CUACA MATAHARI, MENDUNG DAN LAIN-LAIN TANAH AIR PENGAMBILAN KEPUTUSAN Tipe serangan hman berdasarkan alat mulut alat mulut Hama #1. Tipe mulut penggigit dan pengunyah. #2. Tipe mulut penghisap. #3. Tipe mulut penusuk dan penghisap. #4. Tipe mulut peraut dan penghisap

GEJALA SERANGAN HAMA BERDASARKAN TYPE ALAT MULUT SERANGGA KERUSAKAN Tipe mulut penggigit dan pengunyah . Gejala serangan pada daun Nampak sobekkan, gerekan, berlubang, daun tinggal tulang, daun melekat/menggulung menjadi satu 2 . Tipe mulut penghisap . Daun muda tdk Nomal/keriting, kerdil, menggulung dan khlorosis, nampak mozaik ( Hijau tebal dan hijau tipis) terdapat bekas hisapan; Contoh Kutu daun,/Aphis sp, kutu kebul 3 . Tipe mulut penusuk dan penghisap . Gejala Daun Kering dan layu. Pada buah banyak noda hitam bekas tusukkan mulut Contoh dari golongan kepik. 4 . Tipe mulut peraut dan penghisap Gejala Daun Nampak putih keperak perakkan, pada bunga bianya menyebabkan gugur dan buah tidakNormal .

PEMBERDAYAAN MUSUH ALAMI 1. PREDATOR 2. ENTOMOPATOGENT - JAMUR - BAKTERI - VIRUS - NEMATODA 3. AGEN ANTAGONIS -

PEMBERDAYAAN MUSUH ALAMI Beauveria bassiana a. Beauveri bassiana menggunakan enzim yang dihasilkan yaitu protease, amilase, dan kitinase

PEMBERDAYAAN MUSUH ALAMI METARRIZIUM SP SEBAGAI AGEN PENGENDALI OPT DARI : ordo Coleoptera, Lepidoptera, Homoptera, Hemiptera dan Isoptera B ersifat saprofit didalam tanah . Suhu optimum untuk pertumbuhan M. anisopliae antara 22-270C akan tetapi, jamur ini masih dapat tumbuh pada temperatur yang lebih dingin. Konidia akan berkecambah pada kelembapan 90% akan tetapi konidia akan berkecambah dengan baik dan patogenitasnya meningkat jika kelembaban udara sangat tinggi hingga 100%. Patogenitas jamur M. anisopliae akan menurun jika kelembapan dibawah 86% BERSIFAT PARASIT b. METARRHIZIUM SP

PEMBERDAYAAN MUSUH ALAMI TRICHODERMA SP Trichoderma harzianum   memiliki KEMAMPUAN aktivitas Antifungal yang tinggi . T . harzianum  dapat memproduksi enzim litik dan  antibiotik   antifungal. T . harzianum  juga dapat berkompetisi dengan patogen dan dapat membantu pertumbuhan tanaman .   T . harzianum  memiliki kisaran penghambatan yang luas karena dapat menghambat berbagai jenis fungi . Trichoderma harzianum   memproduksi METABOLIT SEKUNDER seperti  asam sitrat ,  etanol , dan berbagai  enzim  seperti  urease ,  selulase ,  glukanase , dan  kitinase . Hasil metabolit ini dipengaruhi kandungan  nutrisi  yang terdapat dalam media.   T. harzianum  dapat memproduksi beberapa  pigmen  yang bervariasi pada media tertentu seperti pigmen  ungu  yang dihasilkan pada media yang mengandung  amonium oksalat , dan pigmen  jingga  yang dihasilkan pada media yang mengandung  gelatin  atau  glukosa , serta  pigmen  merah pada medium  cair  yang mengandung  glisin  dan  urea . Saat berada pada kondisi yang kaya akan  kitin ,  Trichoderma harzianum  memproduksi protein kitinolitik dan enzim  kitinase .   Enzim  ini berguna untuk meningkatkan efisiensi ktivitas   biokontrol  terhadap  patogen  yang mengandung kitin

PSEUDOMONAS FLUORECENS ( Pf) Bakteri Pseudomonas fluorescens (Pf) merupakan bakteri antagonis yang umum digunakan untuk pengendalian patogen penyebab penyakit tanaman. P. fluorescens dapat menekan pertumbuhan bakteri dan jamur patogen dengan mekanisme parasitisme, kompetisi dan antibiosis PEMBERDAYAAN MUSUH ALAMI

MEKANISME PARASITIK JAMUR METARRHIZIUM SP PADA SERANGGA Tahap pertama yaitu inokulasi terjadinya kontak antara propagul jamur dengan tubuh serangga. Propagul jamur M. anisopliae berupa konidia karena merupakan jamur yang berkembangbiak secara tidak sempurna. Tahap kedua merupaka proses penempelan dan perkecambahan propagul jamur pada integument serangga . Tahap ketiga merupakan tahap penetrasi dan invasi. Pada tahap ini jamur melakukan penetrasi dengan menembus integument serangga dengan membentuk tabung kecambah (appressorium). Penembusan dilakukan secara mekanis atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Tahap kempat merupakan tahap destruksi pada titik penetrasi dan terbentuknya blastospora yang selanjutnya akan beredar kedalam hemolimfa dan membentuk hifa sekunder untuk menyerang jaringan lain didalam tubuh serangga

JAMUR ENDOFIT J amur endofit merupakan jamur yang bersimbiosis baik dengan tanaman. Jamur ini biasanya terdapat pada jaringan tanaman seperti daun, bunga, ranting dan akar tanaman (Clay, 1988). Jamur endofit dapat masuk melalui lubang-lubang alami tanpa perlu adanya pelukaan. Jamur endofit juga tidak menyerang jaringan tanaman meskipun jamur ini berada pada pembuluh xylem (Deacon, 1997). Jamur endofit memberikan keuntungan bagi tanaman inang seperti meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan toleransi tanaman terhadap logam berat, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit (Sudantha dan Abadi, 2006 ) MEKANISME ENDOFIF DALAM PERLINDUNGAN TANAMAN Mekanisme endofit dalam melindungi tanaman terhadap serangan serangga ataupun patogen meliputi : Penghambatan pertumbuhan patogen secara langsung melalui senyawa antibiotik dan enzim litik yang dihasilkan, penghambatan secara tidak langsung melalui perangsangan endofit terhadap tanaman dalam pembentukan metabolit sekunder seperti asam salisilat, asam jasmonat dan etilen yang berfungsi dalam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan patogen atau berfungsi sebagai antimikroba seperti fitoaleksin, perangsangan pertumbuhan tanaman sehingga lebih tahan terhadap serangan patogen, kolonisasi jaringan tanaman sehingga patogen sulit MELAKUKAN penetrasi dan hiperparasit

Tanda, Gejala, Tipe Gejala, dan Mekanisme Timbulnya Gejala Penyakit Pada Tumbuhan Gejala Penyakit Kelainan/penyimpangan dari keadaan normal tanaman akibat adanya gangguan penyebab penyakit Gejala lokal -> Gejala yang dicirikan oleh perubahan struktur yang jelas dan terbatas. Gejala sistemik : Kondisi serangan penyakit yang lebih luas/menyebar keseluruh bagian :serangan oleh virus mosaic, belang maupun layu.kerdil BERDASARKAN BENTUKNYA Gejala Morfologi : Bentuk gejala luar yang dapat dilihat & dapat diketahui melalui bau diketahui melalui bau, rasa dan raba. GEJALA Gejala Histologi : gejala yang hanya dapat diketahui lewat pemeriksaan mikroskopis dari jaringan yang sakit.  1. Gejala nekrotik   : gejala  penyakit yang  ditandai dengan degenerasi protoplas diikuti dengan  matinya sel sel, jaringan, organ & seluruh  tumbuhan.(bercak, bintik, noda, hawar) 2. Gejala hipoplasia   : gejala timbul karena adanya hambatan atau kegagalan dari  tanaman/organ untuk berkembang secara penuh.   Gejala umum dari hipoplasia yaitu ukuran dibawah  normal dan warna yang pucat, misalnya kerdil , roset,  mosaik,  albinasi. Gejala hiperplasia  : gejala yang timbul karena  hasil  pertumbuhan  yang luar biasa ukuran atau perkembangan dini yang abnormal dari organ tumbuhan misalnya keriting, membengkoknya tajuk atau menggulungnya daun karena pertumbuhan yang berlangsung pada satu sisi, puru, kudis PENYAKIT TUMBUHAN BPTPHP JAWA TENGAH LABPHP PERKEBUNAN SALATIGA

DIAGNOSIS Diagnosis penyakit tanaman A.Penyakit menular Tanda: miselia, kumpulan konidia/konidiofor, sklerotia, lendir bakteri, Gejala Luar Dalam Umumnya langsung dapat menentukan penyebab penyakit, sifat-sifat dan pengendaliannya B. Tidak Menular kekurangan unsur hara   Postulat Koch. BPTPHP JAWA TENGAH LABPHP PERKEBUNAN SALATIGA

Penyakit Pengendalian : Untuk mencegah munculnya serangan  penyakit  karat daun yaitu : Tidak dianjurkan menanam  kopi  Arabika di bawah ketinggian 750 m dpl; Kultur teknis - Pengaturan naungan melalui pemangkasan dilaksanakan sesuai musim. Pada musim kemarau tidak dilakukan pemangkasan, namun menjelang musim hujan dilakukan pemangkasan. Secara tidak Iangsung pemangkasan akan mengurangi sumber inokulum penyebab  penyakit . Lakukan pemupukan berimbang yang sesuai dengan kebutuhan tanaman akan mengurangi intensitas serangan. Penggunaan varietas resisten; varietas yang dianjurkan untuk  kopi  Arabika adalah Lini S (S 795 dan 1934), USDA (230762 dan 230731), dan BP453A (CIFC 519-3) Penyakit Karat daun Hemileia vastatrix Bex.Br Bercak daun coffea : Cercospora caffeicola  B. et Cke Gejala Serangan Gejala pada daun terutama ditemukan di pembibitan atau pada tanaman muda dan jarang terlihat pada pertanaman kopi dewasa.  Daun-daun yang terinfeksi akan menunjukkan adanya bercak-bercak bulat, berwarna coklat kemerahan atau coklat tua, berbatas jelas bercak yang tua terdapat pusat yang berwarna putih kelabu , yang sering tampak ditaburi tepung hitam terdiri dari konidium jamur.  Di dalam bercak nampak adanya lingkaran-lingkaran konsentris bercincin-cincin ). Bercak-bercak besar yang terjadi merupakan jaringan yang membusuk sampai ke biji, sehingga warna biji menjadi tidak baik.  Kulit buah menjadi kering dan keras sehingga sukar dikupas.  Gejala pada buah ini sangat mirip dengan gejala karena terbakar sinar matahari Pengendalian : di pembibitan 1 .  Mengurangi kelembaban, dengan mengurangi penaung di pembibitan secara bertahap sesuai umur bibit, penjarangan bibit yang sesuai umur, meugurangi intensitas penyirman, memperbaiki drainase di lingkungan pembibitan, dan memperbaiki sirkulsi udara di areal pembibitan sebaik mungkin . 2. pemotongan daun-daun yang terserang atau sakit.  Daun-daun  yang sakit baik yang gugur maupun dipotong tersebut selanjutnya dikumpulkan dan dibakar atau dipendam . 3. Penyemprotan fungisida yang berbahan aktif tembaga (Copper sandoz, Cupravit dll) atau dengan fungisida berbahan aktif Mankozeb (Dithane M 45, manzate MX 200) BPTPHP JAWA TENGAH LABPHP PERKEBUNAN SALATIGA

Penyakit PENYAKIT BUSUK RANTING/CABANG   Corticium sp Gejala Serangan Pada serangan awal ranting yang masih hijau terdapat bintik-bintik putih, dan perkembangan selanjutnya ranting akan membusuk, berwarna coklat kehitaman dan akhirnya mengering.  Mengeringnya ranting akan diikuti pula dengan layunya daun yang kemudian menguning, mengering dan akhirnya gugur. Buah kopi yang terserang menyebabkan warnanya cepat berubah menjadi hitam .  Buah yang sudah busuk masih tetap melekat pada cabang meskipun sudah kering, tetapi kalau tersentuh atau terkena goncangan mudah rontok. Pengendalian Apabila pada cabang/ranting tersebut terdapat bintik-bintik kecil berwarna putih maka harus segera diptong dan dibakar atau dipendam.  Tndakan ini untuk menghilangkan sumber infeksi agar tidak menular ke ranting/ cabang lain bahkan ke buah . Pengendalian secara kimiawi dngan menyemprotkan fungisida berbahan aktif tembaga seperti Copper Sandoz 0,3 %, Tilt 250 EC 0,2 % atau Anvil 50 EC 0,2 %  BPTPHP JAWA TENGAH LABPHP PERKEBUNAN SALATIGA

BPTPHP JAWA TENGAH LABPHP PERKEBUNAN SALATIGA Buah kopi . Gejala awal ditandai dengan adanya lapisan jala berbentuk sarang laba-laba berwarna putih yang menyerang bagian bawah cabang atau ranting, kemudian membentuk kerak berwarna merah pada bagian cabang dan menjadi bintil-bintil kecil berwarna orange kemerahan pada kayu. Pengendalian Kelembapan merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya penyebaran penyakit jamur upas, terutama pada daerah dengan curah hujan tinggi dan pada kebun-kebun yang lembap karena pemangkasan dan cahaya matahari kurang . pengendalian penyakit ini dengan cara memotong cabang yang terserang sampai batas sehat ditambah 30 cm dan mengatur kelembapan dengan memangkas tanaman kopi dan pohon naungan.  JANUR UPAS ( UPAAS SP )

Hama Telur 5-9 hari Larva 10 – 21 hr Imago :103-232 h Pupa 4 – 8 hr Buah Terserang PBKO Cyclus Hidup PBKO Serangga betina terbang pada sore hari jam 16 – 18 Serangga hanya berbiak di bauah Kopi Serangga larva dan Dewasa Menggerek Buah kopi yang mengeras Pengendalian Kultur Teknis a. Pemangkasan teratur b. Pengelolaan penaung yang baik c. Lakukan petik bubuk (petik semua buah yang terserang PBKo 1 bulan sebelum panen raya) d. Memungut semua buah kopi yang jatuh di bawah pohon (buah yg terserang maupun tidak ) e. Lakukan racutan (petik semua buah kopi yg masih tersisa di pohon setelah panen raya) Pengendalian Biologi Menaburkan biopeptisida yang berbahan aktif parasitoid cephalonomia stephanoderis; predator phymastichus coffea, karnyothrips flavipes atau leptophloeus sp; dan jamur entomopatogen beauveria bassiana, PEMASANGAN Perangkap dg Feromon . 3 . Pengendalian Insektisida yang memiliki bahan aktif deltametrin, beta sifutrin dan cyntraniliprole Gejala dari serangga BBK masuk ke dalam buah kopi dengan cara membuat lubang di sekitar diskus. Serangan pada buah muda menyebabkan gugur buah, serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang-lubang dan bermutu rendah Hypothenemus hampei BPTPHP JAWA TENGAH LABPHP PERKEBUNAN SALATIGA

Kebutuhan feromon : 25 buah / ha. Jarak antar feromon : 20 m Digantung pada ketinggian 1,6 m Diganti setiap 4 – 6 minggu Pengendalian dengan Feromon Trap Ba. Ethanol. Cara membuat Mengekstrak kulit buah kopi kemudian dilarutkan dalam Heksana

Hama Hama Penggerek batang Kopi : Zeuzera coffeae Nietn Gejala serangan : Hama menyerang tanaman kopi muda ( 3 tahun) akibatnya gerekan tanaman diatas lubang gerekan layu, kering dan mati. Pengendalian : -Secara mekanis : Memotong batang terserang 10 cm kearah pangkal dari lubang gerekan lalu larva atau kepompong yang ditemukan dibunuh. - Secara Biologis : Menyemprotkan suspensi konidia jamur Beauveria bassiana kedalam lubang gerekang. - Secara kimiawi : dengan cara memasukkan larutan insektisida racun nafas kedalam lubang gerekan. Kutu Dompolan/Kutu Putih Planococcus citri Risso Gejala Serangan : Kutu menyerang tangkai buah dan meninggalkan bekas berwarna kuning kemudian kering sehingga banyak buah yang gugur. Pada bagian tanaman yang terserang tampak dipenuhi oleh kutu-kutu putih seperti kapas. Pengendalian hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami seperti predator dari famili Coccinelidae, Scymnus apiciflavus Mits., Brumus saturalis F., Coccinella repanda dan Cocodiplosis BPTPHP JAWA TENGAH LABPHP PERKEBUNAN SALATIGA

PENGENALAN DAN PENGENDALIAN OPT CENGKEH GUNAWAN SUMANTRI POPT AHLI MADYA BPTPHP JATENG GUNAWAN SUMANTRI BPTPHP JAWA TENGAH

1.BAKTERI PEMBULUH KAYU CENGKEH (BPKC) Gejala Serangan Daun gugur secara mendadak dan mati ranting dimulai dari pucuk pohon, diikuti oleh daun-daun dan ranting-ranting di bawahnya. seluruh daun gugur, ranting mati dan kering bisa berlangsung beberapa minggu/bulan. Kadang-kadang cabang atau seluruh tanaman layu mendadak, sehingga daun kering atau coklat tetap melekat di pohon untuk beberapa waktu. Gejala penyakit di lapangan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : gejala mati cepat (3 bulan - 1 tahun) gejala mati lambat (3-6 tahun) sejak pohon terinfeksi dan selama periode gugur daun dapat berganti dengan timbulnya daun muda dan kuncup bunga pada sebagian ranting tetapi jumlahnya kurang. Umumnya pohon dewasa yang terlebih dahulu terserang. Penyakit BPKC disebarkan oleh serangga Hindola fulva (di Sumatera dan Kalimantan Selatan) dan Hindola striata (di Jawa).   Pengendalian Mengumpulkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman serta gulma. Pemupukan tanaman sesuai dengan jenis dan dosis anjuran. Pengendalian biologis dengan memanfaatkan beberapa musuh alami Hindola , yaitu : Parasitoid telur , penggunaan parasitoid Acmopolynema mampu menurunkan populasi telur Hindola striata sekitar 20-30%. GUNAWAN SUMANTRI BPTPHP JAWA TENGAH

Parasitoid nimfa , parasitoid Carabunia pada nimfa Hindola fulva ditemukan di Bengkulu. Nimfa terparasit berwarna kehitaman dan ruas-ruas abdomennya membesar. Predator nimfa dan imago, beberapa jenis serangga predator nimfa dan imago Hindola seperti semut merah, belalang Tettigonidae dan laba-laba. Melakukan pengendalian serangga Hindola di kebun terserang dan kebun sekitarnya radius 2 km dengan insektisida yang telah terdaftar. Interval waktu penyemprotan 2 minggu sekali dilakukan sebanyak tiga kali berturut-turut. Perlu dihindari penanaman cengkeh kurang lebih 5 km dari hutan primer. karena Hindola hidup pada tanaman inang lain di hutan. Menanam secara polikultur/campuran dengan tanaman lain yang tidak termasuk jenis Pada tanaman cengkeh yang masih sehat/belum ada gejala BPKC, dilaksanakan pemeliharaan kebun dan pemupukan untuk meningkatkan daya tahan cengkeh terhadap gangguan lingkungan yang kurang baik termasuk penyakit. Perlakuan kebun sama seperti daerah bebas BPKC. Tanaman cengkeh yang telah terserang berat dilakukan eradikasi dengan cara ditebang dan dibakar untuk mengurangi sumber inokulum. Selanjutnya, disarankan untuk diganti dengan tanaman lain yang sesuai dan menguntungkan. Dianjurkan untuk tidak menanam tanaman cengkeh selama 5 tahun di daerah yang tanamannya telah dieradikasi. GUNAWAN SUMANTRI BPTPHP JAWA TENGAH

2. Jamur Akar Putih (JAP ) Rigidoporus lignosus Gejala Serangan Daun tampak kusam, kurang mengkilat, dan melengkung ke bawah (daun yang sehat berbentuk seperti perahu). Selanjutnya daun-daun menguning dan rontok. Pada tanaman dewasa, daun gugur diikuti dengan matinya ranting yang menyebabkan tanaman mempunyai mahkota yang jarang. Tanaman yang sakit kadang-kadang membentuk bunga dan buah sebelum masanya. Pada stadia lanjut akar membusuk, sehingga pohon mudah rebah. Untuk deteksi dini, sekitar pangkal batang bila ditutup mulsa/serasah akan terdapat benang-benang miselium jamur ( rizomorf ) berwarna putih menjalar sepanjang akar. Penyebaran : melalui aliran air tanah, kontak akar tanaman sehat dengan tanaman sakit, sisa perakaran atau tunggul tanaman sakit, alat-alat pertanian dan benih.  Penyakit ini baru terdeteksi di Bali dan NTB GUNAWAN SUMANTRI BPTPHP JAWA TENGAH

Pengendalian Aplikasi Trichoderma Pemberian Trichoderma 150gr/pohon dicampur dengan pupuk organik 600 gr/pohon dan mikoriza 20 gr/pohon (dilakukan sekali, seumur hidup tanaman). Aplikasi Trichoderma pada pembibitan dicampur dengan pupuk organik sebanyak 30-50 gr /bibit. Aplikasi Trichoderma di pertanaman ditaburkan di sekitar/dekat perakaran tanaman bersamaan dengan pupuk organik 20 kg/pohon, kemudian diaduk sampai merata Aplikasi susulan dengan pemberian Trichoderma dicampur pupuk organik (3-4 minggu setelah aplikasi mikoriza). Pemberian Trichoderma sp. dengan dosis: 50 gr untuk bibit/pohon. 100-150 gr/pohon untuk tanaman belum 150-200 gr/pohon untuk tanaman menghasilkan. Tanaman yang terserang dilakukan eradikasi dengan cara ditebang dan dibakar untuk mengurangi sumber inokulum. Tidak membawa bibit cengkeh dari kebun terserang Penyakit JAP dan tidak menanam cengkeh di kebun bekas serangan Penyakit JAP. Pemupukan tanaman dengan pupuk yang sesuai dengan jenis dan dosis anjuran. Pada tahap pertama diberikan pupuk organik (pupuk kandang, kompos, atau pupuk hijau) dan setelah tanaman mulai pulih kembali diberikan pupuk buatan (KCl, TSP, Urea, dan Dolomit). GUNAWAN SUMANTRI BPTPHP JAWA TENGAH

3. Cacar Daun Cengkeh ( Phyllosticta syzygii ) Gejala Serangan : Pada permukaan atas daun timbul bercak-bercak seperti tetesan minyak tembus pandang, gejala lebih jelas pada daun yang masih muda. Bercak-bercak kemudian membesar menjadi cembung pada permukaan atas dan cekung pada permukaan bawah daun seperti bentuk cacar. Gejala lanjut kadang-kadang terdapat bintil-bintil hitam kecil (tubuh buah jamur). Pada tanaman yang terkena penyakit CDC daunnya secara bertahap akan gugur. Selain pada daun, gejala penyakit CDC kadang-kadang terlihat pada bunga dan buah. Penyakit CDC menyerang tanaman cengkeh mulai di pembibitan sampai tanaman produksi. Penyebaran dibantu oleh angin, air hujan dan benih. c.  Pengendalian : Penyemprotan fungisida yang telah terdaftar dengan interval 7-10 hari sekali, sedang untuk pencegahan dapat dilakukan 10-14 hari sekali. Sanitasi terhadap daun, ranting dan biji yang terserang dan eradikasi tanaman yang terserang berat dengan cara ditebang dan dibakar untuk mengurangi sumber inokulum. Meningkatkan ketahanan tanaman melalui pemupukan sesuai dengan jenis dan dosis anjuran. Tidak membuat pembibitan cengkeh di bawah tanaman cengkeh yang terserang. GUNAWAN SUMANTRI BPTPHP JAWA TENGAH

4 . PENGGEREK BATANG CENGKEH( Nothopeus sp.) GEJALA SERANGAN Larva berwarna putih pucat, berukuran + 15 mm, merupakan stadia yang paling berbahaya, mulai menyerang tanaman cengkeh umur 4-8 tahun (pada saat tanaman mulai berbunga). Imago berukuran tubuh 3,5 cm x 0,8 cm, berwarna coklat, panjang antena melebihi panjang tubuh, mempunyai tungkai belakang yang panjang, sayap perisai pendek setelah 3 minggu imago baru keluar dari dalam lubang gerek/pohon. Pada saat imago keluar, dapat terjadi perkawinan dan satu hari kemudian sudah meletakkan telur antara 14-90 butir.   Tanda Serangan : Serangan hama penggerek batang paling banyak ditemukan pada batang pada ketinggian 2 meter dari tanah. Pada permukaan batang terdapat lubang gerekan yang ditandai dengan adanya serbuk sisa gerekan. Dari dalam lubang gerekan keluar cairan kental bercampur kotoran hama. Jumlah lubang gerekan dapat mencapai 20-70 buah/pohon. Hama penggerek ini menyerang tanaman yang telah berumur lebih dari 4 (empat) Makin tua umur tanaman, tingkat serangan makin tinggi. Daun-daun muda yang semula berwarna hijau berubah warna menjadi kekuningan, rontok, selanjutnya pucuk-pucuk daun mati. Tanaman menjadi merana pertumbuhannya karena terganggunya aliran zat makanan yang dibutuhkan tanaman. Serangan berat dapat mengakibatkan kematian tanaman.   GUNAWAN SUMANTRI BPTPHP JAWA TENGAH

1) Mekanis membersihkan lumut yang menempel di batang dan kulit mati untuk memusnahkan telur. Menutup semua lubang gerekan dengan pasak sampai tertutup rapat. 2) Biologis Aplikasi Beauveria bassiana cair dengan cara diinjeksi pada lubang gerekan aktif. Aplikasi pestisida nabati berupa minyak atsiri, minyak cengkeh, serai wangi, kayu manis dan mimba, dengan cara : pada lubang gerekan yang aktif dibersihkan secara manual, selanjutnya diinjeksi dengan pestisida nabati dengan dosis 5 – 10 ml/l air dan ditutup rapat dengan lilin/bambu/kayu. 3) Sanitasi kebun 4) Kimiawi Aplikasi insektisida yang telah terdaftar, dengan cara memasukkan insektisida/ racun pernapasan ke dalam lubang gerekan kemudian ditutup dengan pasak kayu. 5) Monitoring secara rutin untuk deteksi dini keberadaan hama penggerek batang cengkeh Nothopeus 6) Eradikasi tanaman terserang berat, agar tidak menjadi sumber serangan ke tanaman cengkeh yang lain. GUNAWAN SUMANTRI BPTPHP JAWA TENGAH

5 .Kumbang Bunga Cengkih ( Maechidius lobaticeps) Kumbang ini mempunyai 4 stadia (Metamorfosis sempurna) dalam pertumbuhannya, yaitu telur, larva, pupa dan imago (dewasa). Telur berbentuk elip berwarna putih berukuran 1,5 mm – 2,1 mm, berada di dalam tanah. Larva berbentuk lundi ( scarabaeform ) yaitu dengan ciri-ciri berbentuk silinder dengan bentuk melengkung. Kepala berkembang dengan sempurna dan memiliki tungkai pada toraks. Pada toraks dan abdomen terdapat spirakel. Pupa obtek yaitu dilengkapi dengan embelan ( appendages ) yang melekat pada tubuh dan terlindung di dalam kokon. Pupa berwarna coklat. Imago dengan ciri-ciri yaitu tubuh berwarna hitam, bentuknya cembung dengan 3 pasang kaki. Elytra bergaris bergerigi keras. Antena lamellate dengan ruas-ruas ujung meluas membentuk semacam pelat-pelat. Gejala Serangan Pada bagian pucuk daun yang akan berbunga, kadang hama ini menyerang bunga cengkeh. Cara merusak dengan menggunting atau mengigit bunga dan daun muda. Serangan berat akan menyebabkan gagal panen karena bunga yang sudah dipotong tidak akan berproduksi Pengendalian Peengendalian secara kimiawi (Insektisida kontak) dengan waktu penyemrotan senja hari. Serara mekanik dengan membongkar tanah disekitar tanaman cengkih, untuk menggurangi perkembangan larva Maechidius lobaticeps  akan menyerang pada malam hari ketika langit sudah mulai gelap. Ketika pada siang hari hama ini bersembunyi di dalam tanah. Hama ini menyerang dengan prilaku berkelompok. GUNAWAN SUMANTRI BPTPHP JAWA TENGAH

PENGENALAN DAN PENGENDALIAN OPT KELAPA GUNAWAN SUMANTRI POPT AHLI MADYA GUNAWAN SUMANTRI POPT AHLI MADYA BPTPHP JATENG

Tanda Serangan Gejala serangan berupa bekas guntingan dengan pola seperti huruf ‘V’. Kumbang membuat gerekan melalui tangkai pelepah sampai ke pucuk, mengarah vertikal ke titik tumbuh CARA PENGENDALIANNYA Fisik : pembersihan dan atau pembakaran seluruh tempat berkembangbiak seperti, tumpukan serbuk gergaji, batang kelapa, bagian tanaman yang membusuk atau kayu lapuk dll. Mekanis : mengumpulkan dan memusnahkan larva yang terdapat pada sisa-sisa batang tanaman yang membusuk, atau penangkapan kumbang dewasa. Biologis: menggunakan virus Bacullovirus oryctes dan pembuatan perangkap dengan memanfaatkan jamur Metarrhizium anisopliae. Pemasangan perangkap feromon. Pemanfaatan batang kelapa/material lain yang dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga (bahan bangunan atau kayu bakar). 1. Oryctes rhinoceros (Kumbang nyiur) GUNAWAN SUMANTRI POPT AHLI MADYA BPTPHP JATENG

2. Rhynchophorus ferrugineus (Kumbang Sagu) Gejala Serangan Bila menyerang tajuk, gerekan pada pucuk dapat mengakibatkan patah pucuk. Jika larva mencapai titik tumbuh, tanaman tidak dapat menghasilkan daun baru. Gerekan pada batang menyebabkan tanaman tidak sehat, dari liang gerekan keluar sisa-sisa serat dan kotorannya. Dari liang gerekan pada tanaman muda sering keluar lendir merah coklat Pengendalian Sanitasi: serangan kumbang sagu seringkali merupakan kelanjutan serangan O. rhinoceros , oleh karena itu serangan O. rhinoceros harus dihindari. Membersihkan kebun dan memotong serta memusnahkan pohon kelapa yang sudah mati agar tidak menjadi sumber infeksi. Pemanfaatan musuh alami: Parasitoid larva ( Scolia erratica ), Nematoda entomopatogen pada stadia larva dan imago ( Heterorhabditis indicus , Steinernema riobrave , dan carpocapsae ) Menggunakan perangkap feromon Kumbang dewasa 3-4 cm, warna merah berkarat, mulut seperti belalai. Pada tanaman muda, larva dapat merusak akar, batang dan tajuk. Pada tanaman dewasa hanya merusak tajuknya saja. GUNAWAN SUMANTRI POPT AHLI MADYA BPTPHP JATENG

3. Brontispa longissima (Kumbang Janur Kelapa) Larva dan imago merupakan fase yang aktif merusak janur tanaman; Fase imago akan berpindah ke habitat yang lebih sesuai bila kondisi lingkungan di habitat semula tidak mendukung perkembangan KJK; Tidak menyukai cahaya, karena itu hidup & bersembunyi dalam lipatan helai janur kelapa; Memakan jaringan mesofil daun secara memanjang sehingga terbentuk garis-garis Gejala Serangan Daun berwarna kecoklatan, mengeriput dan akhirnya kering; Pada daun yang membuka ditandai dengan permukaan yg kering, kisut dan warna coklat; Kerusakan yang terjadi pada janur mengakibatkan daun tidak membuka walaupun sudah saatnya membuka; Kematian pada tanaman yang masih muda; Penurunan hasil buah kelapa pada tanaman kelapa yang telah berproduktif. Pengendalian Musuh alami  :  Parasitoid Tetrastichus brontispae ;   Predator C. morio ;  APH Metharizium anisopliae . GUNAWAN SUMANTRI POPT AHLI MADYA BPTPHP JATENG

4.Sexava Ovipositor panjang seperti pedang; Ukuran tubuh± 12 cm, berwarna hijau ada juga yang berwarna coklat; Seekor betina dapat bertelur sekitar 50 butir, diletakkan satu persatu didalam tanah disekitar pangkal batang kelapa; Telur berbentuk seperti “gabah” dengan panjang sekitar 12 mm Gejala Serangan : Sexava memakan daun kelapa dari pinggir dan meninggalkan bekas yang tidak rata. Serangan dimulai dari pelepah bawah, hingga menyisakan tulang daunnya saja (melidi). Pengendalian Mekanis: memusnahkan telur dan nimfanya Kultur teknis: menanam tanaman penutup tanah seperti Centrosema , Calopogonium sp. dan sebagainya Biologis: menggunakan parasitoid Leefmansia bicolor. GUNAWAN SUMANTRI POPT AHLI MADYA BPTPHP JATENG

Kumbang meletakan telur di bagian bawah anak daun dan ditutupi dengan kotoran dan dapat meletakan telur sebanyak 12 butir. Lama stadia telur 9-12 hari. Larva menggerek dan masuk diantara lamina daun dan setiap gerekan dapat mencapai 20cm. Lama stadia larva 21-28 hari. Pupa berlangsung di antara jaringan daun selama 8-12 hari. Kumbang dapat hidup 2,5 bulan. Total perkembangan dari telur sampai imago 7-8,5 minggu. Gejala serangan : Daun yang diserang oleh hama ini jaringannya akan mati sehingga berubah warna menjadi coklat, dan apabila seranga berat, pertama kelihatan seperti terbakar dan buah akan gugur.  Pengendalian : Pengendalian mekanis : pengendalian pada tanaman muda, dapat dilakukan secara amekanik dengan mengumpulkan larva, pupa dan imago kemudian dimusnahkan. Pengendalian hayati : parasitoid telur Achrysocharis promecothecae , parasitoid larva Dimmochia javanicus , dan parasitoid larva/pupa Pediobius parvulus Pengendalian kimiawi : pengendalian dianjurkan jika terdapat rata-rata lebih dari 1 ekor larva per anak daun 5. Promecotheca sp GUNAWAN SUMANTRI POPT AHLI MADYA BPTPHP JATENG

6. Ulat api Ulat api mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan imago. Telur diletakkan berkelompok di permukaan bawah anak daun. Larva yang baru keluar memakan kulit telurnya kemudian memakan jaringan daun. Rambut larva tua apabila tersentuh kulit menyebabkan rasa sakit, gatal, dan pedih seperti terbakar. Larva tua membuat kokon pada pangkal-pangkal lidi atau ditempat-tempat lain dan sering berkelompok. Imago aktif pada malam hari Pupa-pupa ini seringkali berjatuhan ke tanah, sehingga hal ini memberikan peluang untuk melakukan pengendalian Tanda serangan : Larva instar pertama dan kedua hanya mampu makan epidermis sebelah bawah, tetapi bagian atasnya juga akan mati. Pengaruh kerusakannya sama dengan instar-instar lebih lanjut yang mampu menghabiskan seluruh helaian daun kecuali bagian yang paling dekat dengan lidi atau tulang daun. Kehilangan helaian daun dapat mencapai 95% per daun. Gejala serangan  Setora nitens merusak bagian bawah daun mulai dari pinggir ke arah lidinya. Bagian yang pertama kali diserang adalah anak daun pada bagian ujung pelepah. Akibatnya daun menjadi kering, pelepah tergantung dan buahnya gugur. Pengendalian : Mekanis: dengan mengumpulkan pupa kemudian dimusnahkan/dibakar Biologis: menggunakan musuh alami Eucathecona furcellata (Hemiptera: Coreidae) dan cendawan patogen Cordiceps sp. Kimiawi: injeksi batang atau infus akar menggunakan insektisida sistemik. GUNAWAN SUMANTRI POPT AHLI MADYA BPTPHP JATENG

7 .Arthona catoxantha Telur berwarna kekuningan transparan, berbentuk bulat panjang, berukuran ± 0,6 mm x ± 0,5 mm diletakkan secara berkelompok di permukaan daun bagian bawah, satu kelompok telur terdiri dari 10 butir, keperidian mencapai 60 butir, umur telur 5 hari. Ngengat bertubuh langsing, panjang tubuh 1 cm, tubuh (termasuk kaki) berwarna kuning, sayap berwarna abu atau hijau ada bagian yang kekuning-kuningan. Lebar bentang sayap 16 mm, mampu terbang sampai sekitar 2 km. Antena imago jantan berbentuk seperti sisir, sedangkan yang betina seperti benang Tanda Serangan : Warna daun menjadi kekuningan selanjutnya kering dan gugur. Daun terserang dapat ditumbuhi patogen sekunder seperti embun madu atau jamur jelaga. Daun kelapa tampak berlubang-lubang, yang terserang hebat mahkota daunnya seperti bekas terbakar, Pada serangan berat yang tertinggal hanya lidinya.     Pengendalian : Pemangkasan semua pelepah tua kecuali 3 pelepah daun termuda dari pucuk atau pelepah-pelepah daun tua yang belum terserang. Pelepah dipotong-potong kemudian dibakar/ ditimbun dengan tanah. Perangkap cahaya lampu ( light-trap ) pada malam hari untuk menarik ngengat Arthona . Perangkap dilengkapi dengan ember berisi air yang ditaruh di bawah cahaya lampu agar ngengat terjebak ke dalam air dan mati. Pengendalian dengan memanfaatkan musuh alami seperti burung pemakan ulat, parasitoid ( Apanteles artonae, Neoplectrus bicarinatus, Tachinidae, Euplectromorpha viridiceps, Goryphus inferus), predator Eucanthecona sp. , dan patogen Beauveria sp. Menggunakan pestisida nabati ekstrak akar tuba pada konsentrasi 3% diaplikasikan dengan cara penyemprotan. GUNAWAN SUMANTRI POPT AHLI MADYA BPTPHP JATENG

8. Penyakit bercak coklat ( Helminthosporium incurvatum dan Curvalaria maculans )  Gejala : Mula-mula pada daun yang baru terbuka terjadi bercak kecil bulat, berwarna kuning. Bercak membesar dan berubah menjadi warna coklat tua. Bercak dapat bersatu dan membentuk bercak lebih besar yang bentuknya tidak teatur, dengan pusat nekrotik (mati) yang berwarna coklat tua atau coklat kelabu.   Pengendalian : Pengendalian Kultur teknis : di pembibitan daun sakit dipotong dan dibakar agar peneyakit tidak meluas. Pengendalian kimiawi : gunakan fungisisda apabila lebih dari 25% luas permukaan daun ditutupi bercak, pembibitan dapat dilindungi dengan fungisisda berbahan aktif mancozeb atau klorotalonil GUNAWAN SUMANTRI POPT AHLI MADYA BPTPHP JATENG

9.Penyakit bercak kuning Gejala : Pohon yang terserang terlihat bercak-bercak kering suram, pada daun tua sampai daun keempat dari pucuk, bila diamati dari dekat, bercak tersebut berwarna agak kecoklatan mengkilap seperti terkena tetesan minyak, gejala lanjut, bercak-bercak akan bersatu dan mengakibatkan daun menjadi kering, pada tahap ini pelepah daun akan terkulai pada pangkalnya dan lama kelamaan menggantung disekitar. Buah menjadi tidak normal, kecil memanjang dan kebanyakan tidak ada tempurungnya. Bunga diantaranya tidak normal, tangkai bunga tidak tegak tetapi membengkok dan terkulai kebawah dan selanjutnya kering. Penyakit biasa menyerang pada tanaman yang berumur sudah tua   Pengendalian Pengendalian lebih diarahkan pada tindakan pencegahan penyebaran penyakit dengan karantina dan eradikasi. GUNAWAN SUMANTRI POPT AHLI MADYA BPTPHP JATENG

10. Penyakit busuk pucuk Penyebab penyakit ini : Phytophthora palmivora. Patogen ini bersifat tular tanah (dapat bertahan hidup di tanah). Kondisi lingkungan dengan drainase jelek dan kelembaban yang tinggi akan memacu perkembangan penyakit.   Gejala serangan : Gejala khas penyakit busuk pucuk yang disebabkan oleh jamur ini daun layu, disusul mengeringnya daun-daun pucuk yang dimulai dari daun yang belum terbuka. Daun-daun akan patah dekat pangkalnya dan menggantung ke bawah. Jika serangan telah meluas sampai ke titik tumbuh akan terjadi pembusukan jaringan, jika dicabut pangkal janur lembek dan berair serta busuk. Pada keadaan ini tanaman tidak dapat disembuhkan.   Pengendalian : Membersihkan kotoran/sampah organik berupa bunga/buah yang gugur dan seludang bunga kering dari ketiak pelepah daun terutama sebelum musim hujan. Melakukan pemangkasan daun-daun yang saling menutup antara satu tanaman dengan tanaman lainnya, agar cahaya matahari cukup masuk ke tajuk pohon. Membuat rorak berukuran 150 x 40 x 50 cm diantara lima tanaman secara silang dan membuat parit keliling di sekitar kebun supaya tidak terjadi genangan air di dalam kebun pada waktu hujan.  Menjelang musim hujan rorak-rorak ditaburi dengan agens pengendali hayati Trichoderma sp . Semua tanaman kelapa di areal serangan diberi pupuk NPK sesuai dosis anjuran dengan perbandingan K yang tinggi. Pada awal dan akhir musim hujan dilakukan penaburan agens hayati Trichoderma sp. di sekitar tanaman dengan dosis 200 gr/pohon terutama 2 baris tanaman di sekitar tanaman yang mati dan yang dibongkar. Penyakit  Busuk Pucuk Kelapa  disebabkan oleh jamur  Phytophthora palmivora . Jamur ini bertahan pada jaringan sakit atau hidup sebagai saprofit pada tanah. Penularan penyakit melalui spora dari tanaman sakit dengan perantaraan air hujan, angin, atau serangga, khususnya  kumbang tanduk   (Oryctes rhinoceros) . GUNAWAN SUMANTRI POPT AHLI MADYA BPTPHP JATENG

11.Penyakit Busuk Buah / Gugur Buah Gejala serangan : Gejala dapat timbul pada buah yang berumur lebih dari 2 bulan. Pada kulit terjadi bercak kecil, berwarna coklat muda berair dengan garis tengah lebih kurang 1 cm, di dalam jaringan sabut penyakit berkembang lebih cepat. Jaringan ini menjadi berwarna coklat merah jambu atau coklat kekuningan dan akhirnya menjadi coklat tua. Pada buah yang umurnya kurang dari 9 bulan, tempurung dan daging buah juga terserang. Pada buah yang gugur, setelah satu malam akan terbentuk banyak miselium jamur berwarna putih di dekat kelopak atau pada luka bekas tangkai.   Pengendalian : Pengendalian dapat dilakukan melalui sanitasi dengan cara mengumpulkan dan memusnahkan buah-buah sakit yang gugur, buah-buahan sakit yang tertahan dalam tajuk. Tangkai tandan yang buah-buahnya sudah rontok dibersihkan dan dimusnahkan. Pekerjaan ini dapat dilakukan sambil memetik buah yang sudah masak. GUNAWAN SUMANTRI POPT AHLI MADYA BPTPHP JATENG

12. Aceria guerreronis (Tungau Kelapa) Gejala serangan Gejala awal perubahan warna bagian buah yang terserang menjadi putih pucat atau kuning dan membentuk segitiga terbalik tepat di bawah kelopak buah. Gejala ini dapat meluas/memanjang dan akhirnya menutupi sebagian besar permukaan. Daerah yang pucat berubah warna menjadi coklat dalam hitungan hari. Permukaan buah kelapa yang terserang dan telah tua menunjukan gejala retak-retak dengan warna coklat. Kadang mengeluarkan eksudat (getah) dari retakan buah. Serangan berat menyebabkan buah cacat dengan kulit mengeras. Pengendalian : Pengendalian hayati : musuh alami ( Amblyseius largoensis Muma, Neoseiulus mumai Denmark , N. paspalivorus Deleon, Bdella distinca Baker dan Steneotarsonemus furcatus Deleon. APH jamur  Hirsutella thomsonii. Pengendalian mekanis : memangkas semua buah kelapa yang ada, sehingga dapat mengendalikan tungau kelapa setidaknya untuk sementara. GUNAWAN SUMANTRI POPT AHLI MADYA BPTPHP JATENG

Gejala Serangan Bunga jantan berlubang-lubang. Bongkol bunga penuh kotoran dan berbau busuk. Bunga-bunga jantan yang terserang akan gugur ke tanah atau mengumpul pada pangkal seludang Pengendalian Jika tingkat serangan pada buah muda > 20 %, maka dilakukan pemotongan seludang yang baru saja terbuka pada tandan termuda 13.Tirathaba rufivena. GUNAWAN SUMANTRI POPT AHLI MADYA BPTPHP JATENG

PENGENDALIAN OPT KAKAO GUNAWAN SUMANTRI POPT AHLI MADYA BPTPHP JAWA TENGAH DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TENGAH BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN 2022

K epemilikan perkebunan kakao di Indonesia didominasi Perkebunan Rakyat (PR) dengan porsi 94,19% dari total area di Indonesia. Dengan demikian usaha peningkatan produksi kakao serta peningkatan mutu dan nilai tambah produksi KAKAO secara langsung akan memperbaiki kesejahteraan petani PRODUKTIFITAS KAKAO DI INDONESIA RATA RATA MASIH RENDAH BERKISAR 534 KG /HA PER TAHUN GAP ( GOOD AGRICULTURE PRACTICES ) PRAKTEK BUDIDAYA YANG BAIK DAN BENAR Salah satu penyebab menurunnya produktivitas adalah karena gangguan Hama dan Penyakit (OPT). Dalam rangka pengendalian OPT sesuai dengan amanat undang undang dilaksanakan dengan cara PHT yaitu dengan : 1. Budidaya tanaman sehat dengan penerapannya secara GAP, Budidaya kakao yang benar dan sehat, Pengamatan sebagai dasar penentuan pengendalian, pemanfaatan musuh alami sebagai sarana pengendalian dan penggunaan pestisida kimia dilaksanakan sebagai alternatif yang terakhir serta Petani sebagai ahli PHT

Pemilihan Lahan Pemilihan lahan harus disesuaikan dengan kelas kesesuaian lahan dengan tingkat sangat sesuai (S1) hingga sesuai marjinal (S3). 1. Persyaratan tumbuh tanaman kakao Iklim Tinggi tempat 0 s.d. 600 m d.p.l. Curah hujan 1.500 s.d. 2.500 mm/th. Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1-3 bulan. Suhu udara maksimum 30-32°C, minimum 18-21°C. Tidak ada angin kencang terus menerus, kecepatan angin maksimum 4 meter per detik Tanah Kemiringan lereng <8%.Kemiringan antara 8-45% perlu perlakuan konservasi lahan. Kedalaman tanah efektif lebih dari 100 cm. Tekstur tanah berlempung (loamy) dengan struktur tanah lapisan atas remah. Drainase bagus sampai moderat bagus. Batu di permukaan tanah 0-3%. Sifat kimia tanah (terutama pada lapisan 0-30 cm): Kadar bahan organik > 3,5% atau kadar C > 2%. b) Nisbah C/N 10-12 c). Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) >15 me/100 gram tanah. d ) Kejenuhan basa > 35%. e) pH tanah 5,5–6,5. f) Kadar unsur hara N, P, K, Ca, Mg cukup sampai tinggi. Komponen yang mutlak harus dipenuhi yaitu sifat fisik tanah dan iklim, terutama curah hujan Kesesuaian Lahan Kelas kesesuaian lahan pada suatu wilayah ditentukan berdasarkan kepada tipe penggunaan lahan, yaitu : Kelas S1 : Sangat sesuai (Highly Suitable) Kelas S2 : Sesuai (Moderately Suitable) Kelas S3 : Sesuai marginal (Marginally Suitable) Lahan mempunyai pembatas-pembatas serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Tingkat masukan yang diperlukan melebihi kebutuhan yang diperlukan oleh lahan yang mempunyai tingkat kesesuaian S2, meskipun masih dalam batas-batas kebutuhan yang normal . Kelas N : tidk sesuai : Merupakan lahan dengan faktor prmbatas yang permanen, sehinga mencegah segala kemungkinan pengembangan untuk pengginaan tertentu

Persiapan Lahan Beberapa prinsip yang harus diperhatikan: Tidak diperkenankan menebang hutan dan atau membakar hutan untuk membuka kebun baru. Harus membuat area penyangga antara kebun dengan , sumber mata air dan pemukiman. Petani sebaiknya menanam tanaman alami ( native species ) sebagai tanaman pembatas kebun atau tanaman pagar ( buffer zone ). Pembukaan lahan aneka tanaman Sebelum lahan dibuka, harus dilakukan survei untuk mengetahui tingkat kesesuaiannya. Lahan yang hanya memenuhi kelas S1, S2 atau S3, yang diusahakan untuk budidaya kakao. Pemberian tanda sebagian tanaman yang dipilih sebagai penaung kakao. Dipilih jenis yang bernilai ekonomis tinggi, tajuknya mudah diatur (tahan dipangkas) dan lebih baik meneruskan cahaya difus. Memotong dan membongkar perdu dan semua tanaman yang tidak terpilih beserta perakarannya. Pembukaan lahan dilakukan secara mekanis atau manual tanpa membakar atau secara kimiawi. Pembersihan lahan, kayu-kayu ditumpuk di satu tempat di pinggir kebun. Pembuatan jalan-jalan produksi (jalan setapak) dan saluran drainase. Pembuatan teras-teras pada lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 8%.

Teras Siring Pemb.Rorak Pemberian Naungan PEMBUKAAN LAHAN

Bahan Tanam Unggul/ BENIH UNGGUL ICCRI 03SK Mentan No. 530/Kpts/SR.120/9/2006 1. ICCRI 03 Potensi daya hasil : 2.09 ton/ha (populasi 1.100 pohon/ha) Karakteristik mutu biji Berat per biji kering : 1,28 gram Kadar kulit ari : 11,03 % Kadar lemak biji : 55,01 % Ketahanan hama dan penyakit Penyakit busuk buah : tahan Penyakit VSD : Agak tahan Hama PBK : Agak tahan ICCRI 04SK Mentan No. 529/Kpts/SR.120/9/2006 2. ICCRI 04 Potensi daya hasil : 2.06 ton/ha ( populasi 1.100 pohon/ha) Karakteristik mutu biji Berat per biji kering : 1,27 g Kadar kulit ari : 11,04 % Kadar lemak biji : 55,07 % Ketahanan hama dan penyakit Penyakit busuk buah : tahan Penyakit VSD : Rentan Hama PBK : Agak rentan Scavina 6 (Sca 6) Potensi daya hasil : 1,54 ton/ha (populasi 1.100 pohon/ha) Karakteristik mutu biji Berat per biji kering : 0,65-0,8 g Kadar kulit ari : 16,7-18,75 % Kadar lemak biji : 49,6-58,17 % Ketahanan hama dan penyakit Penyakit busuk buah : Tahan Penyakit VSD : Tahan Hama PBK : Rentan

SULAWESI 1 (Sul 1) SULAWESI 2 (Sul 2) Potensi daya hasil : 1,8-2,5 ton/ha (populasi 1.100 pohon/ha) Karakteristik mutu biji Berat per biji kering : 1,10 gr Kadar kulit ari : 11,3 % Kadar lemak biji : 48-50 % Ketahanan hama dan penyakit Penyakit busuk buah : agak tahan Penyakit VSD : tahan Hama PBK : rentan Potensi daya hasil : 1,8-2,75 t on/ha (populasi 1.100 pohon/ha) Karakteristik mutu biji Berat per biji kering : 1,0 gr Kadar kulit ari : 11,64 % Kadar lemak biji : 45-47 % Ketahanan hama dan penyakit Penyakit busuk buah : A gak tahan Penyakit VSD :Agak tahan Hama PBK : Agak tahan

Peremajaan 1 . Kebun kakao yang diremajakan yaitu kebun yang memiliki kriteria berikut: Tanamannya sudah tua, umur lebih dari 20 tahun. Jumlah tegakan atau populasi <30% dari jumlah standar 1000 pohon/ha. Produktivitas tanaman rendah , kurang dari500 kg/ha/tahun . Terserang berat OPT utama, seperti hama Penggerek Buah Kakao (PBK), hama penghisap buah/pucuk, penyakit pembuluh kayu (VSD), penyakit busuk buah, kanker batang, dll. 5. Areal memenuhi persyaratan kesesuaian lahan. 2. Pembongkaran pohon kakao dan penanaman pohon pelindung: Pemotongan tanaman tua dan pembongkaran tunggul sampai seluruh akar, terutama jika tanaman terserang penyakit jamur akar. Pembersihan areal dari tunggul dan sisa-sisa tanaman, tidak boleh dengan dibakar. Penanaman tanaman pelindung.Bagi kebun yang sudah memiliki pelindung tetap dan populasinya cukup, tidak perlu ditanami tanaman pelindung. Pohon pelindung sementara yang dianjurkan yaitu pisang dengan jarak tanam 3m x 6m. Pohon pelindung tetap yang dianjurkan yaitu gamal dengan jarak tanam 6m x 6m dan kelapa 12m x 9m. Penanaman pohon pelindung dilakukan beberapa bulan sebelum penanaman bibit kakao. Penanaman pohon pelindung dilakukan setelah pembersihan lahan.

Penanaman Penaung Prinsip yang perlu diperhatikan: 1. Jumlah tanaman penaung sesuai dengan kebutuhan. 2. Memilih jenis tanaman penaung yang memiliki nilai tambah seperti mampu meningkatkan kesuburan tanah, bernilai ekonomi, sumber bahan pestisida nabati, dan tidak menjadi kompetitor kakao . Kanopi pohon minimum dua strata, kepadatan kanopi minimum 40%. Sejumlah syarat pohon penaung yang ideal untuk tanaman kakao: Memiliki perakaran yang dalam. Memiliki percabangan yang mudah diatur. Ukuran daun relatif kecil, tidak mudah rontok dan memberikan cahaya yang menyebar ( diffus) . Termasuk leguminosae dan berumur panjang. Menghasilkan banyak bahan organik. Tidak menjadi inang hama dan penyakit kakao

HAMA PBK Gejala serangan: buah yang terserang menunjukkan gejala masak awal yaituwarna belang kuning,bila digoyang tidak berbunyi. Jika dibelah, biji kakao saling melekat satu sama lain, bagian buah yang digerek berwarna kehitaman dan tidak berkembang Pengendalian kultur teknis biologis, dengan memelihara semut hitam atau semut rangrang/angkrang dalam sarang yang terbuat dari daun kakao atau kelapa kering, kemudian diberi cairan gula/terasi, kemudian digantungkan di jorget (percabangan utama) tanaman . penggunaan Agens Pengendali Hayati (APH) jamur Beauveria bassiana dan Paecilomyces fumosoroseus. Alat aplikasi : knapsack sprayer , target penyemprotan buah kakao muda (panjang < 9 cm) dan tempat istirahat ngengat PBK (cabang horizontal); waktu aplikasi pagi hari, dosis 50-100 gram per hektar, volume semprot 250 ml per pohon penyarungan buah dengan kantung plastik, juga merupakan cara pengendalian yang efektif. Buah yang disarungi berukuran panjang 10-12 cm, alat penyarung berupa paralon dengan diameter ¾ dim, bahan sarung berupa plastik bungkus gula pasir 2 kg, dan karet gelang. Metode ini dapat menyelamatkan buah dari serangan PBK sampai di atas 90%. Feromon untuk pengendalian PBK yang digunakan harus telah mendapat izin dari Menteri Pertanian dan izin tersebut masih berlaku

Pembrongsongan ( Kondomisasi)

Penghisap Buah Kakao (Helopeltis sp .) Hama ini menyerang buah dan pucuk/tunas tanaman kakao dengan cara menghisap cairan bagian tanaman tersebut, serangan pada pucuk/buah muda menyebabkan kematian buah muda dan serangan pada tunas/pucuk menyebabkan kematian pucuk ( die back). Kerugian yang diakibatkan dapat menurunkan produksi hingga 60%. Gejala : pada kulit buah muncul bercak-bercak berwarna coklat kehitaman dan retakretak,serangan pada tunas/pucuk tampak bercakbercak yang sama pada ranting muda kemudian ranting mengering dan mati Pengendalian 1. Menggunakan semut hitam atau semut rangrang/angkrang. Sarang semut dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa, yang kemudian diberi cairan gula pasir atau terasidan diletakkan di jorget (percabangan utama ) kakao. Semut ini bersimbiosis dengan kutu putih. Menyemprotkan Beauveria bassiana pada buah kakao , dengan dosis 25-50 gr/hektar. Jamur entomopatogen dapat menurunkan populasi hama hingga 60 %. Menyemprotkan pestisida nabati dengan menggunakan ekstrak daun mimba ( Azadirachta indica ) konsentrasi 5%, ekstrak tembakau konsentrasi 2,5%, atau ekstrak daun sirsak konsentrasi 7 %. 2. Penyemprotan dengan pestisida kimia

Penggerek Cabang/Ranting (Zeuzera sp. Serangan hama Zeuzera sp. pada tanaman muda dapat menyebabkan kematian, sedangkan pada tanaman dewasa biasanya menggerekcabang dan jarang mengakibatkan kematian tanaman. Gejala serangan : terdapat lubang gerekan dan pada permukaan lubang sering dijumpai kotoran hama bercampur dengan serpihan kayu.Akibat gerekan pada ranting, bagian tanaman di atas gerekan kering dan mati. Pengendalian: secara mekanis, dengan memotong cabang/ranting terserang dan membakarnya dan secara kimiawi, dengan menutup lubang gerekan menggunakan kapas yang dicelupkan ke dalam insektisida

Penggerek Ranting Kakao ( Xyleborus sp.) Ulat Kilan ( Hyposidra talacca ) Gejala serangan : cabang atau ranting yang terserang hama ini permukaannya berlubanglubang kecil dengan diameter ± 1 mm. Bila cabang dikupas maka tampak alur-alur gerekan yang ditumbuhi oleh jamur-jamur ambrosia. Kumbang jenis ini berladang jamur untuk makanan larva (keturunannya), sedang kumbangnya sendiri makan kayu. Cabang atau ranting yang terserang akan kering dan mudah patah, sehingga tanaman tampak meranggas. Umumnya hama ini menyerang tanaman yang kondisinya kurang sehat. Lingkungan yang basah juga mendukung serangan hama ini. Pengendalian secara mekanis, dengan memotong cabang/ranting terserang dan membakarnya; secara kimiawi dengan menutup lubang gerekan menggunakan kapas yang dicelupkan ke dalam insektisida. Gejala : Ulat kilan menyerang daun muda, serangan berat dapat menyebabkan tanaman gundul. Biasanya serangan awal terjadi pada pohon penaung (lamtoro), serangan terjadi pada awal musim hujan. Pengendalian : Pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida botani berupa ekstrak daun mimba ( Azadirachta indica ) yang mengandung senyawa azadirachtin yang bersifat antifeeding, konsentrasi 2,5 – 5,0%.

Penyakit busuk buah kakao ( Phytophthora palmivora ) Penyebab penyakit : Jamur Phytophthora palmivora Gejala : Pada batang dan cabang besar tanaman kakao terdapat tempat yang warnanya lebih gelap dan sering mengeluarkan cairan kemerahan tampak seperti lapisan karat pada permukaan kulit. Kalau lapisan kulit luar dikorek , tampak lapisan kulit sebelah dalam berwarna merah kecoklatan . Bercak ini dapat meluas dengan cepat, sehingga banyak kulit produktif yang rusak. Jamur ini tidak dapat langsung menginfeksi batang yang sehat, kecuali jika terdapat luka-luka, misalnya luka karena gerekan serangga. Penyebaran: oleh percikan air hujan dan tangkai buah kakao yang terinfeksi P. palmivora . Penyakit berkembang pada kebun dengan kelembaban dan curah hujan tinggi, atau sering tergenang dan drainase kurang baik Pengendalian Mengendalikan penyakit busuk buah terlebih dahulu, kemudian kulit bagian yang sakit dikorek sampai batas yang sehat, dioles dengan fungisida tembaga konsentrasi 5% atau dengan kunyit. Tanaman yang terserang berat dieradikasi (pemusnahan total bagian tanaman hingga ke akar yang terserang penyakit atau seluruh inang dengan tujuan untuk membasmi suatu penyakit).

Penyakit Pembuluh Kayu ( Vascular Streak Dieback/VSD, Oncobasidium theobromae ) Penyebab penyakit jamur Oncobasidium theobromae . Penyakit menyebar melalui basidiospora pada malam hari. Perkembangan penyakit sangat dibantu oleh kelembaban atau curah hujan yang tinggi dan suhu dingin di malam hari . Gejala : daun menguning dengan bercak hijau terutama pada daun kedua atau ketiga dari ujung, pada bekas dudukan tangkai daun yang terserang terdapat tiga noktah/bintik kecokelatan, jika cabang sakit dibelah membujur, akan tampak garis-garis coklat pada kayu/xylem dan lentisel membesar. Penyakit ini menyebabkan ranting gundul dan akhirnya mati. Serangan pada tanaman muda dapat mengakibatkan kematian tanaman dan pada tanaman dewasa menghambat pertumbuhan, dan menurunkan produksi. Pengendalian melakukan pangkasan dan sanitasi yaitu memotong semua ranting sakit sampai 30 cm ke arah bagian yang sehat dan tunas-tunas muda yang tumbuh dilindungi dengan fungisida sistemik berbahan aktif antara lain azoxytrobim dan defanoconazol . Di samping itu melakukan penyehatan tanaman dengan mengoptimumkan fungsi tanaman pelindung, pemupukan dan pemangkasan kakao. Pengendalian jangka panjang, dengan cara sambung samping yaitu menggunakan klon seperti Sulawesi 1,sulawesi 2 dan scaniva 6

Penyakit Jamur Akar 1. Jamur akar coklat Phellinus noxius: 2. Jamur akar putih Rigidoporus lignosus 3. Jamur akar merah Ganoderma pseudoforeum. Gejala : mula-mula seluruh daun layu serentak, menguning dan akhirnya gugur dan tanaman mati. Penularan penyakit, melalui kontak akar sakit dengan akar sehat. Tanah pasiran dan drainase kurang baik memicu perkembangan penyakit Pengendalian tanaman sakit dibongkar sampai seluruh akarnya kemudian dibakar. Setelah itu, lubang bekas bongkaran ditaburi belerang sebanyak 300 g dan Trichoderma sp . sekitar 500 gram dan tidak boleh ditanami selama dua tahun. Untuk mencegah penularan ke tanaman lain, perlu dibuat parit isolasi sedalam 80 cm lebar 30 cm pada batas satu baris di luar tanaman sakit. Tanaman di sekitar pohon sakit dilindungi dengan cara membersihkan seresah di bagian piringan pohon, tanah di bagian piringan pohon ditaburi kapur sebanyak 300 g kemudian disiram larutan urea (60 g urea dalam 2 liter air dan seresah dikembalikan pada tempat semula

Penyakit Antraknose Colletotrichum ( Colletotrichum gloeosporioides ) Gejala pada daun muda terdapat bintik-bintik coklat yang tidak beraturan dengan batas bintik cincin berwarna kuning. Lama kelamaan bintik makin melebar dan berlubang dan daun rontok sehingga ranting menjadi gundul dan kering. Penyakit ini juga dapat menyerang buah muda, gejalanya buah menjadi busuk tetapi kering mulai ujung ( berkerut/antraknose ). Batas antara bagian yang sakit dengan yang sehat ada cincin berwarna kuning. Pengendalian: Perbaikan kesehatan tanaman (optimasi fungsi tanaman pelindung, pemupukan) pangkas sanitasi ranting sakit, tunas baru dilindungi dengan fungisida berbahan aktif prokloras atau karbendasim dengan sasaran semprot buah muda dan daun muda Hasil pangkasan tanaman yang terserang segera dibakar. Pohon yang terserang berat atau mati sebaiknya dicabut sampai akar dan segera dibakar Pemberian kapur untuk peningkatan pH tanah, Pemberian APH Trichoderma sp, Pemupukan dengan pupuk P,K untuk meningkatkan ketahanan tanaman

Penyakit Hawar Ekor Kuda ( Marasmius sp.) Penyakit hawar ekor kuda disebabkan oleh jamur Marasmius sp. Penyakit hawar ekor kuda banyak dijumpai pada bahan tanaman klon lokal.Penyakit hawar ekor kuda umumnya menyerang kebun kakao yang kurang terawat, dan berdekatan dengan hutan. Gejala : Daun kering berwarna coklat dan beberapa daun transparan. Muncul benangbenang menyerupai rambut berwarna hitam yang keluar terutama dari batang dan daun yang terserang penyakit. Pada kondisi tertentu (lembab dan kotor) rambut keluar dari akar. Daun rontok tetapi tertahan oleh jaring-jaring yang membentuk sarang laba-laba. Pada kondisi ini memyebabkan tanaman seperti tertutup atap sehingga menyebabkan kelembaban udara di bawah pohon menjadi tinggi dan dapat mempercepat penularan pada bagian lain pohon tersebut. Pada serangan berat tanaman akan mati mengering Pengendalian: Pemangkasan ranting bergejala Pemberian pupuk berimbang setahun 2 kali dengan pupuk K dan P lebih banyak Pemberian kapur dan atau tepung kulit telur (10 gr per tanaman) Pemangkasan batang/cabang yang mati dan yang tidak diperlukan seperti tunas air Penggunaan cendawan antagonis antara lain seperti Trichoderma sp Sanitasi tanaman dan kebun, pemangkasan dan membakar bagian tan.yang terserang Pemberian Fungisida dg bahan aktif Organo mercuri

PENGENALAN DAN PENGENDALIAN OPT TEBU DI JAWA TENGAH BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TENGAH 2022 GUNAWAN SUMANTRI Popt Madya

HAMA PENTING TEBU URET ( Lipidiota stigma Frabricus) Penggerek Pucuk ( Scirpophage excerptalis , Walker ) Penggerek Batang ( Chilo sp ) Penggerek Batang Bergaris ( Chilo sacchariphagus ) Pengerek batang Berkilat ( Chilo auricilius ) Penggerek Batang Raksasa ( Phragmataecia castaneae ) Ulat Daun ( Antcyra combusta , Walker ) Tikus ( Rattus argentiventer ), Wirok ( Bandicota indica ), Tikus ladang ( Rattus exulas )

KONSEP PENGENDALIAN OPT KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN PERLINDUNGAN TANAMAN LANDASAN HUKUM TERKAIT DENGAN PERLINDUNGAN TANAMAN ADALAH : UU No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman PP No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman PP No. 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida Inpres No. 3 Tahun 1986 tentang Peningkatan Pengendalian Hama Wereng Coklat pada Tanaman Padi. KepmenTan No.434.1/Kpts/2001 tentang Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pestisida 6. KepmenTan No. 517/Kpts/2002 tentang Pengawasan Pestisida Kpts Bersama Mentan dan Menkes 711/Kpts/1996 tentang Batas Maksimum Residu Pestisida Pada Hasil Pertanian Semua kegiatan perlindungan tanaman di Indonesia baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah, petani maupun masyarakat harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan tersebut PHT PELAKSANAAN DI TK.LAPANG

PRINSIP PENGENDALIAN HAMA TERPADU ( PHT ) 1. Budidaya Tanaman Sehat 2. Pelestarian dan Pemanfaatan Musuh Alami 3. Pengamatan Mingguan 4. Petani sebagai “Ahli” PHT PENERAPAN BUDIDAYA TAN.SEHAT PENGAMATAN AGROEKOSISTIM MA PETANI AHLI PHT

BUDIDAYA TANAMAN SEHAT GENOTYPE/ VARIETAS TAN VAKTOR LINGKUNGAN BUDIDAYA 2. KESUBURAN PRODUKTIVITAS TYPE KEMASAKAN Masak Awal Masak Awal Tengah Masak Tengah Masak Tengah Lambat Masak Awal : Puncak rendemen pada awal musim kemarau dengan nilai koeffisien Daya tahan terbatas ( KDT ) Masak awal Tengah : Puncak rendemen pada awal hingga tengah musim kemarau dengan nilai koeffisien Daya tahan ( KDT ) Panjang Masak Tengah : Puncak rendemen pada Tengah musim kemarau dengan nilai koeffisien Daya tahan ( KDT ) Relatif terbatas Masak Tengah Lambat : Puncak rendemen pada tengah hingga akhir musim kemarau dengan nilai koeffisien Daya Tahan ( KDT ) panjang Lahan Benih Pemupukan Pengairan Pengendalian HPT Pengelolaan Pasca Panen Pemasaran

Benih Keterangan MASAK AWAL Masak AwalTengah Masak Tengah Tengah Lambat Var. PSCO 902 PS 851 PS 882 1.Bululawang (BL) 2. PS 864 Lahan Kering/Tegalan Potensi prod. (ku/ha)/Rendemen 818 + 236/10,34 + 1,61 Hablur gula 85,2 + 24,6 ku 739 + 280/10,74 Hablur gula 76,8 + 22,3 ku 949 + 182/ 10,19 + 1,98 Hablur gula 93,7 + 19,9 ku 1. 943/ 7,51 Hablur gula 69 ku 2. 888 / 230 Hablur gula 82,5 + 27,3 ku Lahan sawah Potensi prod. (ku/ha)/Rendemen 1055 + 189/ 10,99 + 1,65 Hablur gula 116,2 + 30 ku 1050+ 465/9,03 Hablur gula 86,4 + 27,2 ku 2. 1221 + 228 / 8,34 Hablur gula 101,4 + 18,5 ku

TEKNIS OPERASIONAL PENGENDALIAN OPT 6 TEPAT SASARAN CARA WAKTU DOSIS KONSENTRASI TEMPAT KELOMPOK HAMA IDENTIFIKASI OPT BIOEKOLOGI OPT KELOMPOK PENYAKIT IDENTIFIKASI OPT EPIDEMIOLOGI OPT OPT

1.HAMA URET ( lepidiota stigma ) Bioekologi uret tebu seekor kumbang betina dapat bertelur sebanyak 20 – 40 butir Siklus hidup berlangsung 1 tahun pada stadia 3-4 berada di tebu Kumbang betina bertelur di dalam tanah Larva /uret merupakan stadia yg sangat merusak akar dan pangkat tebu Gejala serangan tanaman menjadi layu karena kerusakan jaringan pada akar maupun batang Pengendalian Kultur teknis : pengolahan tanah dalam sehingga uret bisa terangkat keluar dan terpapar dipermukaan tanah dan dimusnahkan Meningkatkan kesehatan tanaman Daerah endemis meminimalisir budidaya tebu dengan keprasan b. Pengumpulan/pengambilan uret dan dimusnahkan, pemasangan perangkap lampu, pemasangan jaring disekitar pertanaman c. Pemanfaatan APH seperti Metarrhizium sp d. Pemasangan perangkap

2. Penggerek Pucuk Tebu ( Scirpophaga exerptalis ) Bioekologi : 1.Serangga dewasa bertelur 6 – 80 ekor per klp.telur diletakkan pada bagian bawah daun .Kelompok telur tertutup rabut warna coklat setelah 8-9 . hari menetas. 2. Larva berwarna putih keabuan dan instar 3-4 warna kuning kecoklatan dan menjadi kuning keputihan menjelang jadi pupa lama l Larva kl 35 hari 3. Pupa hidup dalam ruas muda tebu ,warna kuning kecoklatan pada pupa betina ujung perut berwarna putih 4. Imaga serangga dewasa warna putih mengkilap ujung perut betina berjambul merah 5. Ngengat betina setelah keluar dari pupa dapat kawin dan bertelur Gejala Serangan :Terdapat lubang bekas gerekan pada daun lubang memanjang, lorong bekas gerekan memanjang di tulang daun, bilamana batang di belah membujur kelihatan gerekan larva. Pengendalian : 1.Menggunakan varietas tahan terhadap penggerek ( var. PS 851,PSJT 941 dan PS 881 2. Pengaturan masa tanam, tanam serempak.masa tanam tdk bolih lebih dari 1 bln dlm satu blok 3. Pemasangan perangakap, Pengendalian secara mekanis dg mengumpulkan klp.telur 4. Penggunaan MA. Tricogramma sp

3. Penggerek batang Tebu ( Chilo sacchariphagus ) Bioekologi : Telur diletakkan dibawah daun dengan cara berkelompok tersususn dalam 2 baris berwarna putih pipih dan mengkilat dan berwarna kehitaman ketika akan menetas jumlah telu 7 – 30 butir. Larva terdapat empat garis membujur pada punggungnya. Larva berwarna kecoklatan . Siklus hidup dari telur hingga dewasa 59 – 68 hari Gejala Serangan : Terdapat bercak transparan memanjang tdk beraturan pada daun Ulat masuk melalui ketiak daun, sering ulat ini memnyebabkan kematian titik tumbuh Lubang gerek pada batang dan lubang keluarnya larva tdk beraturan Di bagian luar ruas muda yang digerek terdapat serbuk bekas gerekan yang masih basah dan berwarna kuning coklat. Dalam satu ruas tebu bisa dijumpai lebih dari satu larva.

4. Penggerek Batang Tebu Berkilat ( Chila auricilius ) Bioekologi : Telur berbentuk bulat lonjong putih, diletakkan dibawah daun sering dijumpai pada daun muda, telur tersusun seperti genting 3 – 5 baris secara berkelompok. Tiap kelompok terdapat 7 – 30 butir. Fase telur 3-5 hari Larva berwarna putih kekuningan dengan kepala berwarna lebih tua dari warna tubuhnya. Terdapat 5 grs yg membujur pada tubuhnya, dan garis yg terletak ditengah tubuh tdk jelas. Pupa berwarna kuning coklat dg garis melintang 6-8 garis, pada bagian kepala terdapat 5 tonjolan seperti tanduk. Lama fase pula 5-7 hari Imago berwarna coklat abu abu, dan aktif pada malam hari. Betina dapat menghasilkan telur 100-800 butir. Siklus hidup 35-60 hari Gejala Srrangan : Daun terdapat bercak berwarna putih bekas gerekan larva Serngan pada tanaman muda dapat menyebabkan kematian krn merusak titik tumbuh Serangan pada batang yg beruas menyebabkan bagian atasnya tidak dapat tumbuh normal, menjadi kerdil Bekas gerekan pada batang tambak lurus.

ULAT DAUN : (Antcyra combusta ) Bioekologi : Telur diletakkan diatas daun dalam satu kelompok 60-70 butir atau berpencar Larva aktif makan daun larva instar 1-2 berwarna putih belang dan larva instar 5-6 berwarna hijau muda, punggung berwarna agak putih, berambut jarang dan terdapat garis putih dari torak sampai ujung abdomen di kedua sisi Pupa berwarna Coklat kehitaman di dalam tanah Imago berwarna coklat, badan kekuningan dan punggung bergaris coklat, pangkal warna coklat dan ujung perut berwarna putih. Kupu pada siang hari berada di pangkal batang dengan menghadap ke tanah Gejala Serangan : Helaian daun habis dimakan ulat dan hanya menyisakan ibu tulang daun Pengendalian : Menggunakan musuh akami Tricograma sp P. Secara kimiawi dengan racun kontak/perut, penyemprotan dilakukan pada stadia ulat instar 1-2 (instar muda ), pengendalian dilakukan secara serentak, baik pada tanaman utama maupun tanaman inang lainnya.

Hama Tikus : Rattus argentiventer ( Tikus sawah ( Wirok ( Bandicota indica ), dan Tikus ladang R attus exulans ) BIOEKOLOGI Tempat yang paling disukai hama tikus adalah tumpukkan sampah sisa keprasan tebu, pematang kebun, alira sungai/irigasi, tanggul . Gejala Serangan : Tikus merusak pangkal batang, batang dan pucuk tebu Menyerang pertanaman tebu biasanya karena tidak tersedianya pakan di luar lahan. Pengendalian Sanitasi lingkungan pada sarang tikus maupun gulma Mekanis dengan cara gropyokan,pembongkarang liang tikus, pengemposan/fumigasi dengan belerang atau karbit, umpan beracun Rodentisida, pemanfaatan musuh alami dengan Burung Hantu

PENYAKIT TEBU 1. Penyakit Luka Api ( Ustilago scitaminea ) Gejala Serangan 1.Tanaman tumbuh kerdil seperti rumput 2. Serangan pada daun muda , daun menggulung berubah bentuk seperti cambuk warna hitam 3. Seranga lanjut tanaman tebu menjadi kering dan mati Pengendalian: Menam varietas tahan, menggunakan benih sehat Perendaman benih dengan fungisida Propinazol atau Triadimefon Rumpun yang terserang dibongkar dan dimusnahkan Sanitasi kebun Tanaman yang terserang berat dibongkar dan diberokan

2. Blendok ( Bakteri Xanthomoas albilineans ) Gejala Serangan : 1. Penyakit Blendok pada Tebu. Terdapat garis atau laur khlorosis pada daun dengan tepi yang tegas/jelas 2. Garis atau laur lurus, sejajar dengan ibu tulang daun dan memanjang helaian daun 3. Gejala lanjut jalur khlorosis akan mengering dan akan muncul wiwilan atau tunas samping 4. Gejala parah tanaman akan mati Pengendalian. 1.Menggunakan varietas tahan 2. Menggunakan bibit sehat yang diperoleh dari perawatan bagal dengan perlakuan air panas (perendaman bibit dengan air mengalir selama 48 jam dilanjutkan dengan air panas suhu 50 derajad selama 2 jam

3. Penyakit Mozaik Virus Mozaik oleh Sugarcane Mosaik Virus ( SCMV) Mosaik Sugarcane streak Mosaic Virus ( SCSMV) Gejala Serangan : Terdapat garis pendek berwarna krem atau kekuningan memanjang sepanjang helaian daun, pada daun muda tampak garis lebih kelihatan. Pengendalian : Penanaman dengan varietas tahan, Eradikasi ( pemusnahan tanaman pada rumpun yang sakit ) 4. Cercospora sp Gejala Serangan Bercak sempit , Di Indonesia penyakit yang satu ini pun berkembang dengan luas, terutama pada beberapa daerah lahan atau lingkungan tanaman yang kekurangan unsur hara nitrogen dan kalium. Dalam arti lain, penyakit ini bisa didatangkan karena kebutuhan dua unsur hara penting (kalium dan nitrogen) pada tanaman yang dibudidayakan kurang baik. tanaman yang terkena penyakit tersebut akan terlihat  spot  sempit memanjang, berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan ibu tulang daun  Pengendalian : Penanaman dengan varietas tahan, Eradikasi ( pemusnahan tanaman pada rumpun yang sakit ) Penggunaan APH Trichoderma sp

TERIMA KASIH