PENGENDALIAN VEKTOR DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pptx

MohRamli4 0 views 16 slides Oct 08, 2025
Slide 1
Slide 1 of 16
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16

About This Presentation

Penyakit tular vektor masih menjadi isu kesehatan masyarakat yang signifikan di Indonesia dan dunia. Vektor—serangga atau hewan pembawa patogen seperti nyamuk (Aedes, Anopheles), lalat, tikus—berkontribusi pada penularan penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD), malaria, chikungunya, leptosp...


Slide Content

PENGENDALIAN VEKTOR DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I. PENDAHULUAN Penyakit tular vektor (DBD, malaria, chikungunya, leptospirosis, diare ) masih jadi masalah kesehatan masyarakat besar di Indonesia & dunia. Vektor utama : nyamuk (Aedes, Anopheles), lalat , tikus → penyebar patogen berbahaya . Faktor risiko meningkat : Perubahan iklim global 🌍 ( curah hujan , suhu , kelembapan ). Urbanisasi & drainase buruk 🏙️ → banyak genangan air. Mobilitas manusia tinggi ✈️. Tantanga n : resistensi insektisida → strategi kimia kurang efektif Upaya pemerintah : surveilans vektor , pelatihan entomologi , regulasi , dan edukasi masyarakat . Masalah utama : efektivitas pengendalian masih rendah akibat perilaku masyarakat , kepatuhan SOP, dan koordinasi lintas sektor . L atar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Rumusan Masalah Apa saja jenis vektor dan penyakit yang ditularkan? Faktor apa yang mempengaruhi berkembangnya vektor? Bagaimana strategi pengendalian vektor yang efektif? Apa peran pemerintah, masyarakat, dan lintas sektor? Tujuan Penulisan Mendeskripsikan jenis vektor penyakit . Menjelaskan faktor penyebab berkembangnya vektor . Menganalisis dampak kesehatan akibat vektor . Memberikan rekomendasi strategi pengendalian

BAB I. PENDAHULUAN Manfaat Penulisan Bagi Mahasiswa Menjadi sarana pembelajaran aktif yang dapat memperkuat keterampilan analisis kritis dan mendukung kesiapan mahasiswa dalam penelitian , tugas akhir , maupun praktik lapangan di bidang kesehatan masyarakat . Bagi Praktisi / Dinas Kesehatan Para praktisi dapat mengadaptasi strategi pengendalian sesuai konteks lokal , sehingga upaya pencegahan penyakit tular vektor dapat lebih efektif dan berkelanjutan . Bagi Masyarakat Sarana edukasi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari .

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Vektor dan Pengendalian Vektor Menurut World Health Organization (WHO, 2020), vektor adalah organisme hidup yang dapat menularkan agen infeksius dari satu inang ke inang lain. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ( Kemenkes RI, 2021) mendefinisikan vektor sebagai binatang pengganggu yang berperan penting dalam penyebaran penyakit menular pada manusia . Kemenkes menekankan bahwa pengendalian vektor merupakan upaya untuk menurunkan populasi vektor sampai ke tingkat yang tidak lagi membahayakan kesehatan masyarakat . Dengan demikian , pengendalian vektor bukan hanya tugas pemerintah atau tenaga kesehatan , tetapi memerlukan partisipasi masyarakat secara aktif melalui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Jenis-jenis Vektor Penyakit Nyamuk Aede aegypti Anopheles Culex Lalat dan Kecoa Lalat (Musca domestica ) Kecoa ( Periplaneta americana Tikus Hewan lain sebagai Reservoir Anjing sebagai reservoir rabies, kelelawar sebagai reservoir virus Nipah dan corona, serta burung sebagai reservoir avian influenza.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Penyakit yang Ditularkan Demam Berdarah Dengue (DBD), Malaria, dan Chikungunya DBD ditularkan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus Malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina yang membawa parasit Plasmodium. Chikungunya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Gejalanya mirip DBD Pes dan Leptospirosis Pes adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis dan ditularkan oleh gigitan kutu tikus ( Xenopsylla cheopis ). Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira interrogans yang ditularkan melalui urin tikus yang mencemari tanah atau air Penyakit Berbasis Lingkungan dan Sanitasi Beberapa contoh utama adalah diare , kolera , disentri , hepatitis A, dan penyakit parasitik seperti cacingan . Vektor penting dalam penularan penyakit ini adalah lalat , kecoa , dan hewan pengerat

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Teori dan Konsep Epidemiologi Vektor Vectorial Capacity Konsep vectorial capacity (VC) merupakan ukuran epidemiologi yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan suatu populasi vektor dalam menularkan penyakit dari satu inang ke inang lain dalam periode tertentu . WHO mendefinisikan VC sebagai jumlah gigitan yang berpotensi menularkan infeksi dari semua vektor yang menggigit satu orang terinfeksi per hari . Parameter ini penting untuk memprediksi risiko penularan penyakit berbasis vektor , seperti malaria atau DBD, di suatu wilayah. Reproductive Number (R0) Reproductive number (R0) adalah konsep kunci dalam epidemiologi untuk menilai potensi penularan penyakit , termasuk penyakit tular vektor . R0 didefinisikan sebagai rata-rata jumlah kasus baru yang dihasilkan oleh satu individu terinfeksi dalam populasi yang sepenuhnya rentan . Teori Ekologi Kesehatan Teori ekologi kesehatan memandang kesehatan manusia sebagai hasil interaksi dinamis antara faktor lingkungan , biologis , perilaku , dan pelayanan kesehatan . Dalam konteks penyakit tular vektor , teori ini menjelaskan bahwa penularan tidak hanya ditentukan oleh keberadaan vektor dan patogen , tetapi juga oleh kondisi lingkungan dan perilaku manusia .

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Kerangka Regulasi dan Kebijakan Undang-Undang Kesehatan No. 17 Tahun 2023 Undang-Undang Kesehatan No. 17 Tahun 2023 merupakan payung hukum baru yang memperkuat sistem kesehatan nasional , termasuk dalam aspek pengendalian penyakit menular berbasis vektor . Regulasi ini menggantikan UU No. 36 Tahun 2009 dan menekankan paradigma kesehatan yang lebih promotif dan preventif , sejalan dengan pendekatan health in all policies. Permenkes Terkait Surveilans & Pengendalian Vektor Permenkes No. 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan yang mengatur pelaksanaan surveilans epidemiologi ,. Selain itu , Kemenkes juga menerbitkan pedoman teknis terkait Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit (BPP) yang digunakan di lapangan , terutama di Puskesmas dan Dinas Kesehatan. Program Nasional Eliminasi Malaria dan Pengendalian DBD Kementerian Kesehatan telah menetapkan Program Eliminasi Malaria dan Program Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) sebagai prioritas kesehatan masyarakat . Program eliminasi malaria menargetkan Indonesia bebas malaria pada tahun 2030.

BAB III. PEMBAHASAN Faktor Penyebab Tingginya Populasi Vektor Lingkungan : Genangan Air, Sanitasi Buruk , dan Sampah . Lingkungan merupakan faktor dominan yang berkontribusi terhadap meningkatnya populasi vektor penyakit . Sosial: Perilaku Masyarakat (PHBS Rendah ) Hasil survei Kemenkes (2022) menunjukkan bahwa kepatuhan masyarakat terhadap PSN DBD masih di bawah 50% di sebagian besar provinsi , sehingga upaya pengendalian sering kali tidak berkelanjutan . Iklim : Curah Hujan , Kelembapan , dan Suhu Urbanisasi dan Kepadatan Penduduk

BAB III. PEMBAHASAN Strategi Pengendalian Vektor Fisika & Mekanik : Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M Plus), Pemasangan Perangkap , Jaring , dan Sanitasi Lingkungan Biologis : Pemanfaatan Predator Alami ( Ikan Pemakan Jentik , Bakteri Wolbachia) Kimia: Insektisida , Fogging, Rodentisida → Kelebihan dan Keterbatasan Pengendalian Terpadu (Integrated Vector Management/IVM). Konsep Integrated Vector Management (IVM) merupakan pendekatan komprehensif yang direkomendasikan WHO untuk mengendalikan vektor secara efektif , efisien , dan berkelanjutan .

BAB III. PEMBAHASAN Peran Lintas Sektor & Masyarakat Pemerintah ( Kebijakan , Surveilans , Monitoring). Pemerintah memiliki peran sentral dalam pengendalian vektor melalui penyusunan kebijakan , pelaksanaan surveilans , serta monitoring dan evaluasi program. Masyarakat (Gotong Royong, PSN, Edukasi PHBS).Peran masyarakat tidak kalah penting dalam upaya pengendalian vektor , karena perilaku sehari-hari sangat menentukan keberhasilan program kesehatan . Salah satu bentuk kontribusi nyata adalah kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan , menguras saluran air, menutup tempat penampungan air, dan mengelola sampah rumah tangga . Swasta & NGO ( Dukungan Program CSR Lingkungan ). Sektor swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO), baik lokal maupun internasional , berperan dalam mengisi celah yang tidak dapat sepenuhnya ditangani pemerintah . Misalnya , NGO dapat melakukan advokasi kebijakan , mengembangkan program edukasi berbasis komunitas , hingga mendukung penelitian inovatif dalam pengendalian vektor , seperti penggunaan Wolbachia atau teknologi pemantauan berbasis aplikasi digital.

BAB III. PEMBAHASAN Dampak Pengendalian Vektor terhadap Kesehatan Penurunan Kasus DBD, Malaria, Leptospirosis, dan Lainnya . Pengendalian vektor yang efektif terbukti memberikan dampak signifikan terhadap penurunan angka kejadian penyakit tular vektor seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, dan leptospirosis. Data Kementerian Kesehatan RI (2023) menunjukkan tren penurunan insiden DBD di beberapa wilayah yang secara konsisten melaksanakan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) berbasis masyarakat . Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat. Lingkungan yang bersih , drainase yang baik , serta berkurangnya populasi vektor menciptakan suasana hidup yang lebih sehat , nyaman , dan produktif . Dengan berkurangnya kasus DBD, malaria, dan leptospirosis, masyarakat dapat lebih fokus pada aktivitas sehari-hari tanpa terganggu sakit berulang yang sering menurunkan produktivitas kerja maupun prestasi belajar . Efek Samping Penggunaan Insektisida → Resistensi dan Pencemaran . Penggunaan insektisida secara berlebihan telah memicu munculnya resistensi vektor . Laporan WHO (2020) menyebutkan bahwa nyamuk Aedes aegypti di banyak negara, termasuk Indonesia, telah mengembangkan resistensi terhadap beberapa golongan insektisida seperti piretroid . Kondisi ini mengurangi efektivitas intervensi , sehingga meskipun dilakukan fogging berulang , populasi nyamuk tetap tinggi .

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan , dapat disimpulkan bahwa vektor memiliki peran signifikan dalam penyebaran berbagai penyakit menular seperti demam berdarah dengue (DBD), malaria, leptospirosis, dan penyakit berbasis lingkungan lainnya . Keberadaan vektor tidak berdiri sendiri , melainkan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan , perilaku masyarakat , serta kondisi iklim yang mendukung perkembangbiakan mereka . Lingkungan yang buruk , rendahnya penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta curah hujan tinggi memperbesar risiko terjadinya peningkatan kasus penyakit tular vektor . Upaya pengendalian vektor tidak bisa hanya mengandalkan satu metode , tetapi harus dilakukan secara terpadu dengan pendekatan fisik (PSN, sanitasi lingkungan ), biologis ( pemanfaatan predator alami dan Wolbachia), kimia ( insektisida secara selektif ), dan edukasi masyarakat . Dengan pengendalian terpadu , efektivitas intervensi dapat ditingkatkan sekaligus meminimalkan dampak negatif seperti resistensi insektisida dan pencemaran lingkungan . Keterlibatan pemerintah , masyarakat , akademisi , swasta , dan lintas sektor lainnya sangat penting . Tanpa kolaborasi multisektor , pengendalian vektor tidak akan berjalan optimal. Oleh karena itu , pengendalian vektor harus dipandang sebagai tanggung jawab bersama dalam rangka melindungi kesehatan masyarakat dan meningkatkan kualitas hidup secara berkelanjutan .

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN Saran Bagi Pemerintah Memperkuat regulasi dan implementasi kebijakan pengendalian vektor . Mengoptimalkan surveilans berbasis data real-time dengan memanfaatkan teknologi , seperti Internet of Things (IoT) untuk pemantauan jentik dan Geographic Information System (GIS) untuk pemetaan wilayah rawan . Mengembangkan inovasi teknologi pengendalian ramah lingkungan yang lebih efisien . Bagi Masyarakat Meningkatkan penerapan PHBS dalam kehidupan sehari-hari . Berpartisipasi aktif dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), gotong royong lingkungan , dan program jumantik . Bagi Akademisi Melakukan penelitian terkait resistensi insektisida , efektivitas pengendalian biologis , serta inovasi strategi pengendalian berbasis teknologi . Mengembangkan model intervensi komunitas yang lebih partisipatif dan kontekstual sesuai budaya lokal . Bagi Instansi Pendidikan Memasukkan materi tentang kesehatan lingkungan , epidemiologi vektor , dan strategi pengendalian ke dalam kurikulum . Memberikan pelatihan praktis bagi mahasiswa agar mampu berperan aktif dalam pengendalian vektor di lapangan .

DAFTAR PUSTAKA Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Pedoman pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit. Jakarta: Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Profil kesehatan Indonesia 2022. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. O’Neill, S. L., Ryan, P. A., Turley, A. P., Wilson, G., Retzki, K., Iturbe-Ormaetxe, I., … & Simmons, C. P. (2021). Scaled deployment of Wolbachia to protect the community from dengue and other Aedes transmitted arboviruses. Gates Open Research, 5(150). https://doi.org/10.12688/gatesopenres.13247.2 World Health Organization. (2020). Global vector control response 2017–2030: Monitoring and evaluation framework. Geneva: WHO. World Health Organization. (2021). Malaria vector control and personal protection. Geneva: WHO. World Health Organization. (2022). Vector-borne diseases. Retrieved from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/vector-borne-diseases World Health Organization. (2022). Climate change and health. Geneva: WHO

TERIMAKASIH "Jika seorang manusia meninggal , terputuslah amalnya , kecuali dari tiga hal : sedekah jariyah , ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang berdoa untuknya ." (HR. Muslim).
Tags