http://www.free-powerpoint-templates-design.com LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN LANDASAN PSIKOLOGIS DAN ANTROPOLOGIS PENDIDIKAN Disusun Oleh : NASRUL ISMAIL 604031420041 JURUSAN PJKR BINAMUTIARA
LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN A. PENGERTIAN LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi psikologi berarti : “ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya”. Namun pengertian antara ilmu jiwa dan psikologi sebenarnya berbeda atau tidak sama (menurut Gerungan dalam Khodijah : 2006) karena Ilmu jiwa adalah ilmu jiwa secara luas termasuk khalayan dan spekulasi tentang jiwa itu. Ilmu psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah.
B. Bentuk Psikologi Pendidikan : 1. Psikologis Perkembangan Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan- pendekatan yang dimaksud adalah (Nana Syaodih, 1989) : Pendekatan pen-tahapan , Pendekatan diferensial dan Pendekatan ipsatif . Psikologi perkembangan menurut Rouseau membagi masa perkembangan anak atas empat tahap yaitu : ·Masa bayi dari 0 – 2 tahun sebagian besar merupakan perkembangan fisik. ·Masa anak dari 2 – 12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti hidup manusia primitif. ·Masa pubertas dari 12 – 15 tahun, ditandai dengan perkembangan pikiran dan kemauan untuk berpetualang. ·Masa adolesen dari 15 – 25 tahun, pertumbuhan seksual menonjol, sosial, kata hati, dan moral. Remaja ini sudah mulai belajar berbudaya. 1 4 2 3
2. Psikologi Belajar Menurut Pidarta (2007:206) belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengomunikasikannya kepada orang lain. Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar. Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai hasil belajar . Hal ini berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan hasil belajar. Para ahli psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola tingkah laku manusia sebagai suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini selanjutnya lazim disebut dengan teori belajar yaitu Teori belajar klasik , Teori belajar behaviorisme dan Teori belajar kognisi . 1 4 2 3
3. Psikologi Sosial Menurut Hollander (1981) psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antar individu (dikutip Pidarta, 2007:219). Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama yaitu : 1) Kepribadian orang itu. Mungkin kita pernah mendengar tentang orang itu sebelumnya atau cerita-cerita yang mirip dengan orang itu, terutama tentang kepribadiannya. 2) Perilaku orang itu. Ketika melihat perilaku orang itu setelah berhadapan, maka hubungkan dengan cerita-cerita yang pernah didengar. 3) Latar belakang situasi. Kedua data di atas kemudian dikaitkan dengan situasi pada waktu itu, maka dari kombinasi ketiga data itu akan keluarlah kesan pertama tentang orang itu. 1 4 2 3
3. Psikologi Sosial Menurut Hollander (1981) psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antar individu (dikutip Pidarta, 2007:219). Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama yaitu : 1) Kepribadian orang itu. Mungkin kita pernah mendengar tentang orang itu sebelumnya atau cerita-cerita yang mirip dengan orang itu, terutama tentang kepribadiannya. 2) Perilaku orang itu. Ketika melihat perilaku orang itu setelah berhadapan, maka hubungkan dengan cerita-cerita yang pernah didengar. 3) Latar belakang situasi. Kedua data di atas kemudian dikaitkan dengan situasi pada waktu itu, maka dari kombinasi ketiga data itu akan keluarlah kesan pertama tentang orang itu. 1 4 2 3
C . Implikasi Psikologi dalam Kegiatan Belajar 1. Implikasi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum. Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar mengajar. Pada intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana in put, proses dan out put pendidikan dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik. Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik individulainnya. Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 1 4 2 3
2. Implikasi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni (1) Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan, (2) Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain, (3) Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya, (4) Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya, (5) Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan, (6) Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan, (7) Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya, (8) Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain, (9) Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami, (10) Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar tujuan-tujuan lain, (11) Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan, (12) Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman dan (13) Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar. 1 4 2 3
3. Implikasi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian Penilaian pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melalui kajian psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu. Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya. Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal. 1 4 2 3
D. Guna Calon Guru Mempelajari Ilmu Psikologi Pendidikan Manfaat mempelajari psikologi pendidikan bagi guru dan calon guru dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu: 1. Untuk Mempelajari Situasi Dalam Proses Pembelajaran Memahami perbedaan individu (peserta didik), penciptaan iklim belajar yang kondusif dikelas, pemilihan strategi dan metode pembelajaran, memberikan bimbingan kepada peserta didik dan mengevaluasi hasil pembelajaran 2. Untuk Penerapan Prinsip-prinsip Belajar Mengajar Menetapkan tujuan pembelajaran, penggunaan media pembelajaran dan penyusunan jadwal pelajaran Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan psikologi pendidikan berperan dalam membantu guru untu merencanakan, mengatur dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar di sekolah . DAFTAR PUSTAKA Adami, N. (2015). Landasan Psikologis Pendidikan. Di akses 10 Oktober 2015 dari http://www.nuradamy.com/2015/01/landasan-psikologis-pendidikan-.html Pidarta, Made. 2013. Landasan Pendidikan . Jakarta : Rineka Cipta 1 4 2 3
LANDASAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGIS PENDIDIKAN
1 4 2 3 Landasan sosiologi mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa . Untuk memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa , kita harus memusatkan perhatian pada pola hubungan antar pribadi dan antar kelompok dalam masyarakat tersebut . Untuk terciptanya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai , terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat . Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh pengikutnya , yaitu : (1) paham individualisme , (2) paham kolektivisme , (3) paham integralistik . Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup merdeka . Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut keinginannya , asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain. Dampak individualisme menimbulkan cara pandang yang lebih mengutamakan kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat . Dalam masyarakat seperti ini , usaha untuk mencapai pengembangan diri , antara anggota masyarakat satu dengan yang lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat . Paham kolektivisme memberikan kedudukan yang berlebihan kepada masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya . Sedangkan paham integralistik dilandasi pemahaman bahwa masing-masing anggota masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain secara organis merupakan masyarakat .
1 4 2 3 Implementasi Landasan Pendidikan Sosiologis Masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan , utamanya pada zaman pemerintahan orde baru telah banyak perubahan . Sebagai masyarakat majemuk , maka komunitas dengan ciri-ciri unik baik secara horizontal maupun vertikal masih dapat ditemukan . Demikian pula halnya dengan sifat-sifat dasar dari zaman penjajahan belum terhapus seluruhnya . Namun dengan niat politik yang kuat menjadi suatu masyarakat bangsa Indonesia serta dengan kemajuan dalam berbagai bidang pembangunan . Berbagai upaya yang persatuan dan kesatuan yang kokoh , berbagai upaya tersebut dilaksanakan dengan tidak mengabaikan kenyataan tentang kemajemukan masyarakat Indonesia. Hal terakhir tersebut kini makin mendapat perhatian yang semestinya dengan antara lain memasukkannya muatan lokal di dalam kurikulum sekolah . Muatan lokal yang didasarkan pada kebhinekaan masyaraka Indonesia. Dengan demikian akan dapat diwujudkan manusia Indonesia dengan wawasan nusantara dan berjiwa nasional akan tetapi memahami dan menyatu dengan lingkungan . Berbagai upaya yang dilakukan , baik melalui jalur sekolah ( seperti mata pelajaran PKn , pendidikan sejarah ) maupun jalur pendidikan luar sekolah (seminar, lingkungan ) telah mulai menumbuhkan benih-benih persatuan dan kesatuan yang semakin kokoh . Berbagai upaya tersebut dilaksanakan dengan tidak mengabaikan kenyataan tentang kemajemukan masyarakat Indonesia. Seperti halnya dimasukkannya mata pelajaran “ muatan lokal “ yang bertujuan dapat membentuk manusia-manusia lokal , bahkan untuk memperkuat itu , dikukuhkan kedalam UU RI No.2 tahun 1989 Pasal 37 dan Pasal 38, PP RI No. 28 Tahun 1990 Pasal 14 ayat 3 dan 4.
1 4 2 3 Fungsi Kajian Landasan Pendidikan Sosiologis Kajian dalam landasan pendidikan sosiologis memiliki banyak fungsi , beberapa fungsi dari landasan pendidikan sosiologis diantaranya adalah : Fungsi eksplanasi Menjelaskan atau memberikan pemahaman tentang fenomena yang termasuk ke dalam ruang lingkup pembahasannya . Untuk diperlukan konsep-konsep , proposisi-proposisi mulai dari yang bercorak generalisasi empirik sampai dalil dan hukum-hukum yang mantap , data dan informasi mengenai hasil penelitian lapangan yang actual, baik dari lingkungan sendiri maupun dari lingkungan lain, serta informasi tentang masalah dan tantangan yang dihadapi . Dengan informasi yang lengkap dan akurat , komunikan akan memperoleh pemahaman dan wawasan yang baik dan akan dapat menafsirkan fenomena-fenomena yang dihadapi secara akurat . Penjelasan-penjelasan itu bisa disampaikan melalui berbagai media komunikasi . Fungsi prediksi Meramalkan kondisi dan permasalahan pendidikan yang diperkirakan akan muncul pada masa yang akan datang . Sejalan dengan itu , tuntutan masyarakat akan berubah dan berkembang akibat bekerjanya faktor-faktor internal dan eksternal yang masuk ke dalam masyarakat melalui berbagai media komunikasi . Fungsi prediksi ini amat diperlukan dalam perencanaan pengembangan pendidikan guna mengantisipasi kondisi dan tantangan baru . Fungsi utilisasi Menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat seperti masalah lapangan kerja dan pengangguran , konflik sosial , kerusakan lingkungan , dan lain-lain yang memerlukan dukungan pendidikan , dan masalah penyelenggaraan pendidikan sendiri .
1 4 2 3 Hubungan Pendidikan dan Stratifikasi Sosial . Banyak tokoh pendidikan yang menaruh kepercayaan terhadap fungsi pendidikan dalam rangka memperbaiki nasib seseorang sehingga dapat naik status/ golongan dalam tangga sosialnya . Implikasinya , muncul gagasan dan program perluasan dan pemerataan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan . Dengan gagasan dan program tersebut diharapkan dapat dicairkannya batasbatas antar status/ kelas / golongan dalam tangga sosial yang ada . Diharapkan bahwa kesempatan belajar yang sama memerikan peluang bagi setiap anak untuk mendapatkan pekerjaan yang dicita-citakannya . Program wajib belajar atau pendidikan universal memberikan kompetensi yang sama bagi setiap orang dari semua status/ golongan . Dengan demikian , perbedaan sosial akan dapat dikurangi , sekalipun mungkin tidak dapat dihapuskan seluruhnya . Permasalahannya , apakah dengan pendidikan tersebut stratifikasi sosial dapat dihilangkan ? Pendidikan dipandang tidak akan dapat menghapuskan stratifikasi sosial , bahkan sebaliknya akan dapat melestarikan adanya stratifikasi sosial . Sekalipun demikian , konsep hubungan antara pendidikan dan mobilitas sosial memberikan harapan bagi setiap orang untuk dapat naik status/ golongan di dalam tangga sosialnya . Hal ini mesti dipahami dan diperhatikan betul oleh para guru, sebab konsep ini akan dapat dijadikan acuan oleh para guru untuk memberikan dorongan atau motivasi bagi para siswanya agar mereka belajar untuk mencapai prestasi yang tinggi dan belajar sampai jenjang pendidikan tertinggi .
1 4 2 3 Landasan dalam Pendidikan Antropologis Antropologis berasal dari bahasa Yunani , yaitu dari kata ” antrophos ” berarti manusia , dan “logos” berarti ilmu . Antropologis mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial . Antropologis memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya . Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbanding atau perbedaan budaya antar manusia . Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan manjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang sering kali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal , tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama . Antropologis adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu . Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik , adat istiadat , budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa . Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase . Antropologis secara garis besar dipecah menjadi 2 bagian yaitu antropologi fisik / biologi dan antropologi budaya . Tetapi dalam pecahan antropologi budaya , terpecah – pecah lagi menjadi banyak sehingga menjadi spesialisasi – spesialisasi , termasuk antropologi pendidikan . Seperti halnya kajian antropologis pada umumnya , pendidikan antropologis berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dalam rangka memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia khususnya dalam dunia pendidikan .
1 4 2 3 Implementasi Landasan Pendidikan Antropologis Landasan pendidikan antropologis adalah hal yang tak bisa dilewatkan untuk diimplementasikan dalam masyarakat , terutama bidang pendidikan . Namun , ada berberapa hal yang harus diperhatikan dalam implementasi landasan antropologi . Hal- hal yang harus diperhatikan dalam implementasi landasan antropologi adalah sebagai berikut : Identifikasi kebutuhan belajar masyarakat Identifikasi kebutuhan masayarakat ini bersumber dari informasi masyarakat sekitar . Masyarakat tersebut terdiri dari tokoh masyarakat , baik secara formal maupun informal, tokoh agama, dan perwakilan masyarakat kelas bawah . Hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan data yang dijadikan bahan pengembangan kurikulum . Contohnya adalah melihat keadaan lingkungan masyarakat diterapkan model pembelajaran berbasis budaya lokal . Model pembelajaran ini diterapkan melalui muatan lokal . Materi disesuaikan dengan potensi lokal masing-masing daerah di lingkungan sekolah . Sehingga siswa dapat mengenali potensi budayanya sendiri , mengembangkan budaya , menumbuhkan cinta tanah air, dan mempromosikan budaya lokal kepada daerah lain. Keterlibatan partisipasi masyarakat Setelah mengidentifikasi kebutuhan belajar , maka masyarakat ikut serta dalam merancang kurikulum , menyediakan sarana dan prasarana , menentukan nara sumber sebagai fasilitator , dan ikut menilai hasil belajar .
1 4 2 3 Manfaat Landasan Pendidikan Antropologis Setiap manusia memiliki perbedaan , oleh karena itu untuk memudahkan dalam proses belajar mengajar seorang pendidik harus sedikit banyak memahami latar siswa yakni keluarga , budaya , lingkungan siswa . Itulah sebabnya antropologi dibutuhkan sebagai landasan dalam pendidikan . Landasan pendidikan antropologis memiliki beberapa manfaat diantaranya : Dapat mengetahui pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara Universal maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat ( suku bangsa ). Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sesuai dengan harapan warga masyarakat dari kedudukan yang kita sandang . Dengan mempelajari antropologi akan memperluas wawasan kita terhadap tata pergaulan umat manusia diseluruh dunia khususnya Indonesia yang mempunyai kekhususan-kekhususan yang sesuai dengan karakteristik daerahnya sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi . Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta memiliki kepekaan terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat baik yang menyenangkan serta mampu mengambil inisiatif terhadap pemecahan permasalahan yang muncul dalam lingkungan masyarakatnya . Dari manfaat diatas dapat disimpulkan bahwa , antropologi dapat menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang memiliki jiwa nasionalis .
1 4 2 3 Sosialisasi dan Enkulturasi sebagai Pendidikan Menurut Peter L. Berger “ Sosialisasi adalah suatu proses dimana anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat ” ( Kamanto Sunarto , 1993). Yang dipelajari individu melalui sosialisasi ini adalah peranan-peranan . Dalam proses sosialisasi individu belajar untuk mengetahui peranan yang harus dijalankannya serta peranan-peranan yang harus dijalankan orang lain. Melalui penguasaan peranan-peranan yang ada dalam masyarakat ini individu akan dapat berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan enkulturasi adalah suatu proses dimana individu belajar cara berpikir , cara bertindak , dan merasa yang mencerminkan kebudayaan masyarakatnya . Herkovits menyatakan bahwa sosialisasi menunjukkan proses pengintegrasian individu ke dalam sebuah kelompok sosial , sedangkan enkulturasi adalah proses perolehan kompetensi budaya untuk hidup sebagai anggota kelompok ( Imran Manan,1989). Pendidikan diupayakan agar peserta didik mampu hidup bermasyarakat dan berbudaya . Sehubungan dengan itu , apabila ditinjau dari sudut pandang sosiologis , pendidikan identik dengan sosialisasi , sedangkan apabila ditinjau dari sudut pandang antropologis , pendidikan identik dengan enkulturasi . Karena di dalam proses sosialisasi hakikatnya terjadi juga proses enkulturasi , dan sebaliknya bahwa di dalam proses enkulturasi juga terjadi proses sosialisasi , dalam konteks ini maka pendidikan hakikatnya meliputi sosialisasi dan enkulturasi . Definisi sosialisasi menekankan kepada pengambilan peranan , sedangkan definisi enkulturasi menekankan kepada perolehan kompetensi budaya . Namun dalam kehidupan yang riil , sesunguhnya di dalam sosialisasi itu inherent ( melekat ) juga kebudayaan . Sebab , kebudayaanlah yang menentukan arah dan cara-cara sosialisasi yang dilaksanakan oleh masyarakat .
1 4 2 3 Pola Sikap Guru kepada Siswa dan Implikasinya terhadap Fungsi dan Tipe Guru Pendidikan sosiologis dan atropologis dapat dikaitkan dengan pola sikap guru terhadap murid . David Hargreaves ( Sudarja Adiwikarta , 1988) mengemukakan tiga kemungkinan pola sikap guru terhadap muridnya serta implikasinya terhadap fungsi dan tipe / kategori guru. Pola tersebut yakni : Pola Pertama : Guru berasumsi bahwa para muridnya belum menguasai kebudayaan , sedangkan pendidikan diartikan sebagai enkulturasi ( pembudayaan ). Implikasinya maka tugas dan fungsi guru adalah menggiring murid-muridnya untuk mempelajari hal-hal yang dipilihkan oleh guru dengan peretimbangan itulah yang terbaik bagi mereka . Tipe guru dalam kategori ini dinamakan Hargreaves sebagai penjinak atau penggembala singa (“lion tamer”). Pola Kedua : Guru berasumsi bahwa para muridnya mempunyai dorongan untuk belajar yang harus meghadapi materi pengajaran yang baru baginya , cukup berat dan kurang menarik . Implikasinya maka tugas guru adalah membuat pengajaran menjadi menyenangkan , menarik dan mudah bagi para muridnya . Tipe guru demikian dikategorikan sebagai penghibur atau “entertainer”. Pola Ketiga : Guru berasumsi bahwa para muridnya mempunyai dorongan untuk belajar , ditambah dengan harapan bahwa murid harus mampu menggali sendiri sumber belajar , dan harus mampu mengimbangi dan berperan dalam kehidupan masyarakat yang terus menerus berubah , bahkan dengan kecepatan yang semakin meningkat . Implikasinya guru harus memberikan kebebasan yang cukup luas kepada murid . Baik secara individual maupun kelompok kecil , guru dan murid bersama-sama menyusun program kurikuler . Hubungan guru- murid didasari kepercayaan , dan arah belajar-mengajar adalah pengembangan kemampuan dan kemauan belajar di kalangan murid . Tipe guru demikian dikategorikan oleh Hargreaves sebagai “guru romantik ” (romantic)
1 4 2 3 DAFTAR PUSTAKA Tim Dosen MKDK. 2013. Landasan Ilmu Pendidikan . Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. Kadir , Abdul. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan Edisi Pertama . Jakarta: Kencana Prenada Media Group http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/LANDASAN_PENDIDIKAN/BBM_4.pdf http://akhmad-sugianto.blogspot.co.id/2013/09/landasan-sosiologis-pendidikan.html http://akhmad-sugianto.blogspot.co.id/2013/09/landasan-antropologi-pendidikan_24.html