PPT Pemikiran Pendidikan Ibnu Jamaah .pptx

azkaputra8 2 views 8 slides Sep 22, 2025
Slide 1
Slide 1 of 8
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8

About This Presentation

presentasi mengenai pemikiran pendidikan ibnu jamaah


Slide Content

Pemikiran Pendidikan Ibnu Jama’ah Dosen: Dr. Busahdiar. S.Pd.I., MA Kelompok 1

Riwayat Hidup Ibnu Jama’ah Nama lengkap Ibn Jama'ah adalah Badruddin Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Sa'adullah Ibn Jama’ah Ibn Hazim Ibn Shakhr Ibn Abdullah al-Kinaniy al-Hamwa al-Syafi'iy. Beliau dilahirkan pada malam sabtu, 4 Rabi'ul Akhir 639 H. bertepatan dengan bulan Oktober 1241 M. di Hamah, dan wafat pada malam senin 21 Jumadil Ula 733 H/1333 M. dalam usia 94 tahun, satu bulan dan beberapa hari, setelah dishalatkan di masjid Jami' al-Nashiriy Mesir kemudian dimakamkan di Qirafah. Ibn Jama’ah termasuk salah satu dari beberapa pemikir Muslim termasyhur di Mesir pada masa itu. Ibn Jama’ah hidup pada masa akhir pemerintahan dinasti Ayyubiyah dan pada masa dinasti Mamalik Bahriyah. Dua dinasti ini merupakan dinasti yang berkuasa di Mesir. Bila dilihat perjalanan sejarah, Mesir adalah Negara yang selamat dari serangan Mongol maupun Timur Lenk. Oleh karena negeri ini terhindar dari kehancuran, maka perkembangan peradabannya masih terus berlangsung, termasuk dalam dunia ilmu pengetahuan banyak berkembang dan melahirkan ilmuwan-ilmuwan terkenal pada masa itu. Tercatat nama besar seperti: al-Razi, Ibn Taimiyah, Ibn Khaldun, al-Sayuthi, al-‘Asqalani, dan tokoh-tokoh lainnya.

Dan pada masa ini metode berpikir "tradisional" sudah tertanam kuat sejak berkembangnya aliran teologi Asy’ariyah, sedangkan filsafat mendapat kecaman sejak pemikiran al-Ghazali mewarnai pemikiran mayoritas umat Islam. Ibn Jama’ah hidup di negeri yang memiliki kondisi sosial dan politik yang cukup baik dan stabil serta didukung penguasa yang sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan. Dukungan tersebut diwujudkan dengan pendirian madrasah-madrasah diberbagai tempat yang nantinya menjadi pusat kegiatan belajar-mengajar ulama terkemuka pada masa itu dengan mengajarkan berbagai disiplin ilmu. Alasan lainnya adalah karena Ibn Jama’ah dibesarkan dalam keluarga yang sangat mencintai ilmu, faqih, dan zuhud. Maka, beliau tumbuh dan besar menjadi tokoh dan ilmuwan yang sangat berpengaruh pada masa itu. Ibn Jama’ah memperoleh pendidikan awal dari ayahnya sendiri, Ibrahim Sa’dullah, yang dikenal sebagai ulama besar, ahli fiqih dan juga seorang sufi. Selain itu Ibn Jama’ah juga memperoleh pendidikan dari sejumlah ulama terkenal. Ibn Jama’ah mula belajar hadits pada tahun 650 H. dari gurunya yang bernama Ibn 'Izzun dan guru-guru lainnya kepada beberapa ulama di antaranya ; Ibn Abi al-Yasar, Ibn Abdillahm, Ibn Azraq, al-Najib, Ibn 'Ilaq, al-Mu'in al-Dimasqi dan lain-lain.

Karya Tulis Ibnu Jama’ah Karya-karya Ibn Jama’ah pada garis besarnya terbagi kepada masalah pendidikan, astronomi, ulumul hadits, ulum at-tafsir, Ilmu fiqh dan Ushul al-Fiqh. Kitab Tadzkirat as-Sami’wa al-Mutakallimin fi Adab al-Alim wa al-Muta’ilim merupakan kitab yang berisi tentang konsep pendidikan. Kitab Usthurulah merupakan kitab yang membahas masalah astrologi. Kitab al-Munhil al-Rawy fi Ulum al-Hadits al-Nabawy merupakan ringkasan dari kitab ilmu hadits yang ditulis Ibn as-Shalah. Dalam kitab ini, Ibn Jama’ah menambahkan beberapa cacatan dan mengurutkan beberapa pembahasan. Kitab ini selesai ditulis pada bulan Sya’ban tahun 687 H. Di Damaskus.

Konsep Pendidikan Ibnu Jama’ah Ke seluruhan konsep pendidikan Ibnu Jama’ah ini dapat dikemukakan sebagai berikut: Konsep Guru/Ulama Peserta Didik Materi Pelajaran/Kurikulum Metode pembelajaran Konsep Ibnu Jama’ah tentang metode pembelajaran banyak di tekankan pada hafalan ketimbang dengan metode lain. Lingkungan Pendidikan

Materi Pelajaran atau Kurikulum Materi pelajaran yang dikemukakan Ibnu Jama’ah terkait dengan tujuan pembelajaran, yaitu semata-mata menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, bukan untuk mencari kepentingan dunia atau materi. Dan ini merupakan esensi tujuan pendidikan sesungguhnya, suatu ilmu yang mengantarkan pemiliknya pada ma’rifatullah, bertakwa kepada-Nya, dan takut terhadap siksa-Nya. Pada sisi ini sebenarnya Ibnu jama’ah menekankan aspek ruhiyyah ketika seorang guru maupun murid berinteraksi dengan ilmu ketika menuntut ilmu dan juga mengajarkannya. Yakni aspek kesadaran hubungannya sebagai hamba Allah ’Azza wa Jalla. Selain itu, materi pelajaran harus dikaitkan dengan etika dan nilai-nilai rûhiyyah. Sehingga ruang lingkup epistemologi persoalan yang dikaji peserta didik menjadi luas, meliputi kajian tsaqafah islamiyyah dan sains. Meski Ibnu Jama’ah lebih menitik beratkan pada kajian tsaqafah islamiyyah, yang terlihat pada pandangannya mengenai urutan materi yang dikaji sangat menonjolkan materi-materi keislaman; dimulai dari al-Qur’an, hadits dan seterusnya, dengan menekankan skala prioritas urutan pelajaran yang disampaikan, didahulukan yang paling utama.

Pendekatan Pembelajaran Ibnu Jama’ahmenjelaskan bahwa adab guru/pendidik dengan pelajaran yang diajarkannya mencakupadab-adab yang memuliakan ilmu dan mendukung optimalisasi sampainya ilmu kepadamurid, hal itu tergambar dalam poin-poin yang beliau sampaikan: bersuci sebelum mengajardan mengenakan pakaian yang baik (penampilan yang menyejukkan), berdo’a ketika keluardari rumah dengan do’a dari al-sunnah al-shahîhah serta terus berzikir kepada Allah hinggasampai tempat mengajar, setelah hadir di tempat mengajar lakukan shalat sunnah dua raka’at(disesuaikan), memulai pengajaran dengan do’a memohon taufik dan pertolongan-Nya,mengajar pada kondisi prima (tidak lapar, dahaga, marah, lelah), menempatkan diri padaposisi duduk yang tepat di hadapan hadirin diutamakan menghadap kiblat jikamemungkinkan dan duduk dengan adab yang baik, tenang dan tawadhu’, memulai pelajaran Ibnu Jama’ah menjelaskan bahwa adab guru/pendidik dengan pelajaran yang diajarkannya mencakup adab-adab yang memuliakan ilmu dan mendukung optimalisasi sampainya ilmu kepada murid, hal itu tergambar dalam poin-poin yang beliau sampaikan: bersuci sebelum mengajar dan mengenakan pakaian yang baik (penampilan yang menyejukkan), berdo’a ketika keluar dari rumah dengan do’a dari al-sunnah al-shahîhah serta terus berzikir kepada Allah hingga sampai tempat mengajar, setelah hadir di tempat mengajar lakukan shalat sunnah dua raka’at (disesuaikan), memulai pengajaran dengan do’a memohon taufik dan pertolongan-Nya, mengajar pada kondisi prima (tidak lapar, dahaga, marah, lelah), menempatkan diri pada posisi duduk yang tepat di hadapan hadirin diutamakan menghadap kiblat jika memungkinkan dan duduk dengan adab yang baik, tenang dan tawadhu’, memulai pelajaran dengan membaca ayat al-Qur’an, mengajar pelajaran dimulai dari yang paling utama, tidak mengeraskan suara di luar batas kebutuhan atau sebaliknya, menjaga majelis dari suara-suara berisik dan pembicaraan di luar tema, mencegah orang yang melampaui topik pembahasan dan beradab buruk, harus bersikap adil terhadap para hadirin, menunjukkan sikap ramah kepada hadirin yang asing baginya, membiasakan mengucapkan والله أعلم ( (hanya Allah yang tahu) tidak memberanikan diri mengajar ilmu yang belum dikuasai hingga tak berfatwa tanpa ilmu.

T erima Kasih