praktikum kimia dasar Analisa volumetri_KD (analisis kuantitatif).pptx

ssuser2fadc9 2 views 17 slides Oct 29, 2025
Slide 1
Slide 1 of 17
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17

About This Presentation

analisa volumetri


Slide Content

PRAKTIKUM KIMIA DASAR (KUANTITATIF) Ibnu Muhariawan Restuaji , M.Si

Praktikum kimia dasar 1. responsi teori 2. responsi alat 3. pembuatan larutan 4. standarisasi HCl dengan Na 2 CO 3 5. standarisasi NaOH dengan H 2 C 2 O 4 6. penentuan kadar Na 2 CO 3 7. penentuan kadar H 2 C 2 O 4 8. postest 2 Bu faiza Pak ibnu

DESKRIPSI… Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah atau kadar dari suatu elemen atau spesi yang ada di dalam sampel . Analisis kuantitatif dalam bidang farmasi secara spesifik bertujuan untuk mengetahui kadar suatu senyawa obat dalam sampel , misalnya dalam sediaan tablet, atau untuk mengetahui tingkat kemurnian suatu bahan obat . 3

A. ANALISIS VOLUMETRI Analisis volumetri adalah suatu cara analisis kuantitatif dengan mengukur secara teliti volume larutan yang diketahui konsentrasinya yang dapat bereaksi sempurna dengan zat yang akan ditentukan kadarnya . Berikut adalah hal-hal yang diperlukan dalam analisis secara volumetri : Alat pengukur volume seperti buret , pipet volum , dan labu ukur . Neraca analitik untuk menimbang bahan yang akan diselidiki atau senyawa baku untuk membuat larutan baku . Senyawa yang digunakan sebagai larutan baku atau untuk pembakuan harus senyawa dengan kemurnian yang tinggi . 4

istilah dalam analisis volumetri Titrasi adalah suatu proses penambahan larutan baku yang diketahui konsentrasinya menggunakan buret ke dalam larutan yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi tepat selesai secara sempurna . Baku primer adalah standar yang sudah diketahui kadarnya . Zat pereaksi yang mempunyai kemurnian tinggi dan digunakan dalam penentuan kadar larutan baku sekunder pada proses pembakuan . Baku sekunder adalah standar yang kadarnya harus ditentukan terlebih dahulu melalui titrasi standarisasi dengan baku primer. Titik ekivalen adalah titik yang menunjukkan kondisi / keadaan jumlah larutan baku / larutan titer yang ditambahkan ekivalen dengan jumlah zat yang ditentukan didalam Erlenmeyer. Titik akhir titrasi adalah titik yang menunjukkan bahwa indikator yang digunakan sebagai penunjuk telah mengalami perubahan warna . Perbedaan volume titik ekivalen dan titik akhir titrasi harus sekecil mungkin , umunya hanya sebanyak 1-2 tetes larutan titer saja . 5

Syarat-syarat analisis secara volumetri : Reaksi harus sederhana dan dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi . Reaksi harus berlangsung cepat . Pada titik ekivalen , reaksi harus dapat diketahui titik akhirnya dengan tajam atau terlihat jelas perubahannya . Harus ada indikator . 6

STANDAR (BAKU) BAKU PRIMER BAKU SEKUNDER 7

SYARAT PEMBUATAN BAKU primer Mempunyai kemurnian yang tinggi Mempunyai rumus molekul yang pasti Tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang Larutannya harus bersifat stabil Mempunyai berat ekivalen (BE) yang tinggi 8

Baku primer yang digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan titer yang tertera pada farmakope Indonesia edisi III dan IV : Larutan titer asam ( asam klorida / asam sulfat ) digunakan natrium karbonat anhidrat Larutan titer dinatrium etilen diamin tetra asetat digunakan kalsium karbonat Larutan titer iodium digunakan arsentrioksida Larutan titer kalium permanganat digunakan natrium oksalat Larutan titer natrium hidroksida digunakan kalium biftalat Larutan titer natrium tiosulfat digunakan kalium bikromat Larutan titer perak nitrat ( argenti nitrat ) digunakan natrium klorida Larutan titer ammonium tiosianat / kalium tiosianat digunakan larutan perak nitrat yang telah dibakukan dengan natrium klorida 9

10

11

Titrasi asam basa Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara asam dengan basa , sehingga akan terjadi perubahan pH larutan yang dititrasi . Reaksi antara asam dan basa , dapat berupa asam kuat atau lemah dengan basa kuat atau lemah . Titrasi dengan larutan titer asam kuat ( HCl 0,1 N atau H2SO4 0,1N) disebut asidimetri , dan titrasi dengan larutan titer basa kuat ( NaOH 0,1N) disebut alkalimetri . Pada titrasi asam kuat dengan basa kuat , harga pH pada titik ekivalen ( titik dimana jumlah zat yang direaksikan telah ekivalen / setara ) adalah 7 ( netral ). Demikian pula pada titrasi basa kuat dengan asam . Jenis asam yang digunakan pada titrasi asam kuat dengan basa kuat pada penetapan kadar senyawa obat dalam Farmakope adalah : asam perklorat ; asam klorida ; asam sulfat ; tiamin hidroklorida . Jenis asam lemah yang digunakan pada titrasi asam lemah dengan basa kuat ( natrium hidroksida ) pada penetapan kadar senyawa obat dalam Farmakope adalah : asetosal ; asam asetat ; asam sitrat ; asam salisilat . Jenis basa lemah yang digunakan pada titrasi basa lemah dengan asam kuat ( asam klorida / asam sulfat ) pada penetapan kadar senyawa obat dalam Farmakope adalah : natrium karbonat ; natrium bikarbonat ; boraks . 12

Contoh-contoh indikator yang biasa digunakan pada titrasi asam basa Fenolftalein ( pp ). Indikator basa Interval pH : 8,0 – 10,0; perubahan warna : tidak berwarna – merah jambu Dipakai pada titrasi asam lemah dengan basa kuat (pH titik ekivalen > 7). Jingga metil /methyl orange ( mo ) = metil jingga . Indikator asam Interval pH : 3,2 – 4,4; perubahan warna : merah – kuning Dipakai pada titrasi basa lemah dengan asam kuat (pH titik ekivalen < 7). Merah metil (mm). Indikator asam Interval pH : 4,2 – 6,2; perubahan warna : merah – kuning Dipakai pada titrasi basa lemah atau kuat dengan asam kuat (pH titik ekivalen < 7). 13

DASAR-DASAR PERHITUNGAN PADA VOLUMETRI Konsentrasi larutan titer biasanya ditentukan dengan satuan konsentrasi normalitas (N) atau molaritas (M). Normalitas (N), adalah satuan konsentrasi larutan yang menyatakan jumlah gram ekuivalen ( grek ) zat terlarut dalam 1 liter (1.000 ml) larutan . N dihitung dengan rumus : N = grek /liter = Dimana BE adalah berat ekuivalen molekul zat , BE = Molaritas (M), adalah satuan konsentrasi larutan yang menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter (1.000 ml) larutan . M dihitung dengan rumus : M = mol /liter =   14

Dari satuan-satuan di atas dapat diperoleh persamaan-persamaan berikut : N = M x Valensi ml x N = mgrek liter x N = grek 1 grek = 1.000 mgrek V x N = liter x N = grek , atau = ml x N = mgrek = = grek   15

Pada pengenceran larutan berlaku rumus : V1 x N1 = V2 x N2 V1 x M1 = V2 x M2 INGAT : terdapat 2 cara untuk mendapatkan nilai mgrek, tergantung pada data yang tersedia atau yang akan ditentukan, yaitu : Mgrek = ml x N atau   16

Selamat belajar 17
Tags