pengaturan dan tata cara dalam penanganan kebakaran sesuai prosedur K3
Size: 3.75 MB
Language: none
Added: Sep 12, 2025
Slides: 86 pages
Slide Content
PENGAWASAN K3 KEBAKARAN
Bank Indonesia 15 ORANG MENINGGAL TERJEBAK DALAM LIFT
Sumber Awal Kebakaran & Ledakan, Stage 3 Pabrik Unit 1 PT. PETROWIDADA
Akibat dari Ledakan Percikan api dan awan hitam Uap bahan kimia membakar pakaian serta kulit pekerja disekitar tangki Kebakaran dan ledakan susulan 2 korban tewas, 50 orang luka bakar stadium 30 – 80 % Kebakaran mesin dan areal pabrik Ratusan mobil dan motor terbakar Api yang terbawa kesaluran air/selokan membakar 3 rumah penduduk yang berjarak 1 km dari lokasi pabrik Api berkobar juga di bawah jembatan di luar lokasi pabrik
Beside Smelting Plant, 2 km from Petrowidada
In Front Of Smelting Plant,
Smelting Emergency Team Blockade Spreading of Fire
Community Evacuation
Kantor Utama Petrowidada Rusak Total
Pabrik Unit 2, Hancur Total
Storage Tank Material Tidak Dilengkapi Secondary Containment
14 Kendaraan Roda Empat & 130 Sepeda Motor Hangus Terbakar
Puluhan Rumah Penduduk Rusak Berat
Pencemaran Lingkungan
Yang Tersisa Pabrik Unit 3 2 Unit N2 Storage Tank
Instruksi Menakertrans No Ins 140/Men/2004 Menginstruksikan kepada Gubernur, Bupati dan semua perusahaan yang berpotensi bahaya tinggi untuk melakukan safety review (meninjau ulang secara komprehensip atas pemenuhan syarat-syarat K3). PASCA LEDAKAN PT PETRO WIDADA
DOK PENGENDALIAN K3 PEN. KEB safety review Hazops/Fire risk assessment, JSA/JSO, Prosedur kerja dll. Lap. / Rek. Hasil Riksa-uji dan sertifikasi peralatan / instalasi teknis (produksi) sistem atau peralatan prot keb Sertifikasi kompetensi K3 Keb (A, B, C dan D). Dll. Buku Fire Emergency Plant, Jadwal latihan
PENDAHULUAN DATA KASUS KEBAKARAN Tahun 1990 - 1996 Jumlah kejadian : 2033 kasus 80% kasus di tempat kerja 20% kasus bukan di tempat kerja Tahun 1997 - 2001 Jumlah kejadian : 1121 kasus 76,1% terjadi di tempat kerja 23,9 bukan di tempat kerja Pusat Laboratorium Fisika Forensik MABES POLRI 1990-2001
PENDAHULUAN DATA FAKTOR PENYEBAB KEBAKARAN Api Terbuka : 415 (37,19%) Listrik : 297 (26,6%) Pembakaran : 80 (7,17%) Peralatan Panas : 35 (3,14%) Mekanik : 24 (2,15%) Kimia : 15 (1,34%) Proses Biologi : 5 (0,45%) Alam : 2 (0,18%) Tidak Dapat Ditentukan : 218 (19,53%) Lain-lain : 25 (0,24%)
Sumber sumber pemicu api-kebakaran Listrik Sambaran petir Listrik Statis Rokok Api terbuka Pemotongan/pengelasan Permukaan panas Bunga api pembakaran Bunga api Mekanik Reaksi kimia Penangasan/Auto Ignatiton Temperatur Non teknis
Kebakaran karena LISTRIK Pembebanan lebih Sambungan tidak sempurna Perlengkapan tidak standar Pembatas arus tidak sesuai Kebocoran isolasi Sambaran petir
PENGERTIAN PENGAWASAN K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN KEBAKARAN adalah api yang tidak dikehendaki. Boleh jadi api itu kecil, tetapi apabila tidak dikehendaki adalah temasuk kebakaran. Hampir terbakarpun artinya adalah kebakaran MENCEGAH KEBAKARAN segala upaya untuk menghindarkan terjadinya kebakaran. Seorang pengawas harus mampu menetapkan rekomendasi syarat apa yang sesuai dengan keadaan yang ditemukan dilapangan sewaktu inspeksi.
RESIKO KEBAKARAN perkiraan tingkat keparahan apabila terjadi kebakaran. Tingkat kemudahan terbakarnya ( flammability ) dari bahan yang diolah atau disimpan Jumlah dan kondisi penyimpanan bahan tersebut, sehingga dapat digambarkan kira-kira kecepatan laju pertumbuhan atau menjalarnya api Tingkat paparan seberapa besar nilai material yang terancam dan atau seberapa banyak orang yang terancam.
MEMADAMKAN KEBAKARAN Suatu teknik menghentikan reaksi pembakaran / nyala api. Nyala api adalah suatu proses perubahan zat menjadi zat yang baru melalui reaksi kimia oksidasi eksotermal. Prinsip pemadaman kebakaran : cooling (pendinginan) smothering (penyelimutan/menutup masuknya oksigen) starvation (mengurangi BB) JALAN MENYELAMATKAN DIRI “Means of escape” adalah sarana berbentuk konstruksi permanen pada bangunan gedung dan tempat kerja yang dirancang aman untuk waktu tertentu sebagai jalan atau rute penyelamatan penghuni apabila terjadi keadaan darurat
RUANG LINGKUP PENGAWASAN K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN Pasal 5 UU 1/1970’ “Pegawai Pengawas dan Ahli Keselamatan Kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya undang undang ini dan membantu pelaksanaannya ”. Pegawai pengawas menjalankan tugas pengawasannya dimulai dari pra kondisi sampai operasional yang diharapkan mampu mengidentifikasi, menganalisa, supervisi dan memberikan rekomendasi.
PROSES TERJADI API “Api adalah proses oksidasi tanpa bantuan ( self-sustaining ) yang cepat disertai dengan evolusi panas dan cahaya dalam bermacam-macam intensitasnya” ATAU “Api adalah hasil percampuran secara kimia dari panas, bahan bakar dan oksigen dalam proporsi yang tepat”
Api hanya dapat terjadi dimana terdapat bahan yang bisa terbakar (bahan bakar), sumber penyalaan (panas atau energi panas) dan oksigen (atau bahan oksidator) dari udara atau dari sumber lain. Bilamana ketiga unsur tersebut berada dalam konsentrasi yang memenuhi syarat maka timbullah reaksi oksidasi yang dikenal sebagai proses pembakaran PROSES TERJADI API
SEGITIGA API ± 16% BAHAN BAKAR OKSIGEN P A N A S Nyala terbuka Permukaan panas Bunga api,Energi listrik, GAS Natural gas Propane Acetylene Hidrogen Dsb CAIR Gasoline Kerosene Alkohol Terpentin Dsb PADAT Batubara Plastik Kayu Kertas, kain Dsb
Phenomena kebakaran INTENSITAS TIME 3 - 10 menit DECAY STEADY Fully development fires (600-1000 o C) Initiation Source Energi Growth
PERPINDAHAN PANAS
PERPINDAHAN PANAS
PERPINDAHAN PANAS
Flash Point / Titik Nyala Suhu terendah dimana bahan bakar mulai menguap dan bercampur dengan udara, bila diberikan sumber panas akan menyala dan tidak terbakar secara terus menerus; Bila sumber panas diambil maka tidak akan terjadi nyala
Vapor Density Adalah suatu perbandingan antara berat molukel uap suatu bahan bakar dan berat molukel udara
Ignition Temperature / Suhu Penyalaan Ignition temperature suatu bahan bakar adalah suhu paling rendah dimana bahan bakar dipanaskan dan menyebabkan menyala / terbakar Ignition temperature minyak tanah ( kerosine ) adalah 410 F/ 210 C dan bensin ( gasoline ) adalah 536 F / 280 C
Flammable Range/Daerah Bisa Terbakar Daerah bisa terbakar adalah suatu batasan konsentrasi campuran antara uap bahan bakar dengan udara yang dapat terbakar / menyala bila dikenai sumber penyalaan Daerah bisa terbakar dibatasi oleh : Batas bisa terbakar atas (Upper Fire/ Explosion Limit - UFL/ UEL) Batas bisa terbakar bawah (Lower Fire/ Explosion Limit - LFL/ LEL)
Titik Nyala (Flash point) & Flammable Limit beberapa bahan bakar
Fire safety management MANAJEMEN PENANGGULANGAN KEBAKARAN Fire Safety Policy Pre-fire Planning Pengorganisasian Fire Teams Pembinaan dan Latihan Fire Emergency Respons Plan Fire Drill/Gladi Terpadu Inspection & Testing Berkala Preventive Maintenance Sistem informasi /Komunikasi POSKO Pengendalian darurat Fire Safety Audit
SYARAT-SYARAT K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN SESUAI PASAL 3 AYAT 1 UU NO. 1 TAHUN 1970 b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran ; d. Memberikan kesempatan atau jalan untuk menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian yang berbahaya; g. Mengendalikan penyebaran panas, asap dan gas Pasal 9 ayat (3),mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan penanggulangan kebakaran
KEPMENAKER 75/2002 K3 LISTRIK PERMENAKER 02/89 Prot. Petir KEP. MENAKER KEP. 187/MEN/1999 (B3) PER. KHUSUS “EE” (BH. MUDAH TERBAKAR) PER. KHUSUS “K” (BH. MUDAH MELEDAK) PERMENAKER 04/80 APAR PERMENAKER 02/83 ALARM INST. MENAKER INS. 11/MEN/1997 PERATURAN DAN STANDAR TEKNIS K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN ggggggggggg PERMENAKER 04/87 P2K3 PERMENAKER 05/96 SMK3 KEP. MENAKER KEP. 186/MEN/1999 UNIT PENANGG. KEB. DI TEMPAT KERJA Pengendalian ENERGI SARANA PROTEKSI KEBAKARAN MANAJEMEN K3
Persyaratan K3 Proteksi Kebakaran di Gedung atau tempat kerja Kesesuaian standar bangunan dengan jenis hunian Sistem proteksi kebakaran Kesiapan personel Akses bantuan Manajemen
B ahwa peruntukan bangunan harus sesuai dengan IMB ( Bangunan yang beri ijin untuk perkantoran harus harus digunakan sebagai perkantor an , tidak boleh diubah fungsi menjadi yang lain) Peralatan yang digunakan sesuai dengan standar K3 dan standar teknis lainnya (UU No. 1 Tahun 1970) Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian terhadap peralatan sesuai dengan ketentuan K3 (UU No, 1 Tahun 1970) Kesesuaian standar bangunan dengan jenis hunian
Kesiapan personil yang kompeten Yang mampu mengidentifikasi bahaya kebakaran di tempat kerja yang mampu dan kompeten untuk menghadapi bahaya kebakaran. Yang mampu memelihara peralatan / sistem proteksi kebakaran, sehingga peralatan/sistem siap pakai Yang mampu memimpin dan berkoordinasi dalam keadaan darurat.
FIRE EMERGENCY PLAN Lapis I Pet. Peran Kebakaran Lapis II Fire Men Lapis III Bantuan dari lingkungan Lapis IV Dinas Pemadam POSKO
A B C D D D D Ref. Kepmennaker No 186/1999
Standar Kompetensi K3 Kebakaran Tk. Ahli Madya Tk. Ahli Pratama Tk. Dasar II Tk. Dasar I D C B A PET. PERAN KEBAKARAN REGU PENANGG. KEBAKARAN KOORD. UNIT PENANGG. KEBAKARAN PEN. JAWAB TEKNIK K3 PENANGG. KEBAKARAN Kepmennaker No186/Men/1999
URAIAN TUGAS ORGANISASI TANGGAP DARURAT KEBAKARAN Melaporkan kondisi bahaya dan keadaan sarana prot. kebakaran Melakukan tindakan pemadaman awal bila terjadi kebakaran dan memandu evakuasi Bertanggung jawab di unit kerja tertentu. (Lini I) PET. PERAN KEBAKARAN ( KLAS D) Tugas pokok sesuai jabatan utamanya Merupakan tugas tambahan selain tugas pokoknya Pada waktu jam kerja Ref. Kepmennaker No 186/1999 Psl 7
URAIAN TUGAS ORGANISASI TANGGAP DARURAT KEBAKARAN Tugas : 1. Melakukan patroli rutin ke seluruh area kerja memantau semua aspek pencegahan kebakaran. 2. Memelihara, memeriksa dan menguji semua sarana proteksi kebakaran agar selalu dalam keadaan siap pakai. 3. Siap siaga melakukan tindakan menghadapi keadaan darurat kebakaran untuk pemadaman dan penyelamatan (Lini II) ANGG. REGU PEN. KEBAKARAN (KLAS C) TUGAS POKOK : Tanggung jawab di seluruh tempat kerja (Diatur sistem shift) Ref. Kepmennaker No 186/1999 Psl 8
KLAS B : KOORDINATOR SUB UNIT PEN. KEBAKARAN Tanggung jawab di unit kerja tertentu Tugas : Mengkoordinasikan program penanggulangan kebakaran (inspeksi & latihan) Memimpin operasi penanggulangan kebakaran URAIAN TUGAS ORGANISASI TANGGAP DARURAT KEBAKARAN Ref. Kepmennaker No 186/1999 Psl 9
KLAS A : PENANGGUNG JAWAB TEKNIK PEN. KEBAKARAN Tanggung jawab di seluruh tempat kerja Tugas : Menyusun, melaksanakan dan evaluasi program kerja pengendalian kebakaran Melakukan audit internal dan pengawasan langsung Mempertanggung jawabkan pelaksanaan syarat K3 URAIAN TUGAS ORGANISASI TANGGAP DARURAT KEBAKARAN Ref. Kepmennaker No 186/1999 Psl 10
Koordinator SUB UNIT ……….. DEPARTEMEN K3 PENANGGUNG JAWAB UMUM (PENGURUS) B DEPARTEMEN ……………….. DEVISI FIRE A FIRE MENS C DEPARTEMEN ……………….. PERAN KEBAKARAN D Ref. Kepmennaker No 186/1999
PENANGGUNG JAWAB UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DEPARTEMEN K3 PENANGGUNG JAWAB UMUM (PENGURUS) PETUGAS REGU PENANGGULANGAN KEBAKARAN KOORDINATOR SUB UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN PETUGAS PERAN KEBAKARAN Ref. Kepmennaker No 186/1999
PEDOMAN KERJA ANGGOTA REGU PENANGGULANGAN KEBAKARAN Dalam menjalankan tugas operasionalnya harus berlandaskan pada : 1. Peraturan perundangan yang berlaku; 2. Standar dan pedoman yang berlaku; 3. SOP yang telah ditetapkan
KEWAJIBAN MENCEGAH, MENGURANGI DAN MEMADAMKAN KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA, MELIPUTI : pengendalian segala bentuk energi penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran & sarana evakuasi pengendalian penyebaran asap, panas & gas Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja penyelenggaraan latihan & gladi penanggulangan secara berkala memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, utk TK > 50 org dan atau tempat kerja dgn bahaya kebakaran sedang & berat
Buku Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat Kebakaran : Informasi tentang sumber potensi bahaya kebakaran & cara penanggulanganya/pencegahannya Jenis, cara pemeliharaan & penggunaan sarana proteksi kebakaran di tempat kerja Prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan bahaya kebakaran Prosedur dalam menghadapi keadaan darurat kebakaran
STRUKTUR ORGANISASI PENANGGULANGAN SITUASI DARURAT Keterangan : K Unit : Kepala Peran Unit WKL : Wakil K. Unit Kpk : Kelompok Pemadam Kebakaran KPD : Kelompok Pengamanan Dokumen KE : Kelompok Evakuasi KP3K : Kelompok P3K Penanggung Jawab KOORDINATOR WAKIL KT Inti UU TPL TME TP3K TRS TPD TPK WKTI K Unit KP3K KE KPD PKL WKL Keterangan : KTInti : Koordinator Tim Inti WKTI : Wakil Koordinator Tim Inti TPK : Tim Pemadam Kebakaran TPD : Tim Pengaman Dokumen TRS : Tim Rescue TP3K : Tim P3K TME : Unit Mecanical, Electrical & Plumbing TPL : Unit Pengamanan Lokasi UU : Unit Urusan Umum
KLASIFIKASI HUNIAN Ref. Kepmen 186/Men 1999 Kategori hunian dengan tingkat bahaya kebakaran : - Ringan - Sedang I, II dan III - Berat ??????? Consequences (Level of risk)
Sistem Proteksi Kebakaran Sistem deteksi, alarm yang mampu memberikan informasi tanda bahaya yang cepat dan akurat. Untuk mendeteksi kebakaran seawal mungkin, sehingga tindakan pengamanan yang diperlukan dapat segera dilakukan Perencanaan, pemasangan pemeriksaan pengujian pemeliharaan sistem deteksi otomatik diatur dalam Permen NO. 02/Men/1983 ttg sistem deteksi otomatik. Tersedianya Peralatan atau Sistem proteksi yang dapat menghambat menjalarnya kebakaran, asap, panas dan gas, Contohnya : penggunaan Fire retardant dan kompartemenisasi dll
Sistem Proteksi Kebakaran Tersedianya peralatan atau s i stem proteksi kebakaran yang sesuai dengan jenis potensi bahaya kebakaran yang ada di gedung / perusahaan. sesuai dengan standar K3) Contoh : Persyaratan APAR sebagaimana diatur dalam Permenaker No. 04/Men/1980 tentang persyaratan APAR : Harus Siap Pakai Pada Waktunya Jenis Dan Ukurannya Sesuai Mudah Dilihat Dan Mudah Diambil Kondisi Baik Setiap Orang Dapat Mengoperasikan Dengan Benar, Tidak Membahayakan Dirinya. Dilakukan pemeriksaan dan pengujian secara berkala. Sistem pemadam yang dapat mengatasi meluasnya bahaya kebakaran. (Springkler, Hydrant )
Proteksi Kebakaran Pasif : suatu teknik desain tempat kerja untuk membatasi atau menghambat penyebaran api, panas, asap dan gas baik secara vertikal maupun horisontal dengan mengatur jarak antara bangunan, memasang dinding pembatas yang tahan api, menutup setiap bukaan dengan media yang tahan api dengan mekanisasi tertentu; Aktif : penerapan suatu desain sistem atau instalasi deteksi, alarm dan pemadam kebakaran pada suatu bangunan tempat kerja yang sesuai dan handal sehingga pada bangunan tempat kerja tersebut mandiri dalam hal sarana untuk menghadapi bahaya kebakaran. Instruksi Menaker No. INS. 11/M/BW/1997
FIRE PROTECTION MEANS OF ESCAPE KOMPARTEMEN SMOKE CONTROL FIRE DAMPER FIRE RETARDANT/TREATMENT DETECTION ALARM EXTINGUISHER SPRINKLER HYDRANT, ETC AKTIF PASSIF
Tindakan dalam keadaan Emergency Kebakaran harus sudah berhasil diatasi. sebelum 10 menit sejak penyalaan FIRE TUJUAN PEMASANGAN INSTALASI ALARM KEBAKARAN OTOMATIK BERTUJUAN UNTUK MENDETEKSI KEBAKARAN SEAWAL MUNGKIN, SEHINGGA TINDAKAN PENGAMANAN YANG DIPERLUKAN DAPAT SEGERA DILAKUKAN. INSTALASI ALARM TANDA BAHAYA KEBAKARAN
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA RI NO. PER-02/MEN/1983 TENTANG INSTALASI ALARM KEBAKARAN OTOMATIK Dasar hukum Ruang lingkup - Perencanaan - Pemasangan, - Pemeriksaan - Pengujian - Pemeliharaan Tujuan Menjamin akurasi pengideraan
TUJUAN AGAR KEBAKARAN DAPAT TERDETEKSI SEDINI MUNGKIN, SEHINGGA TINDAKAN YANG DIPERLUKAN DAPAT SEGERA DILAKUKAN. INSTALASI ALARM KEBAKARAN OTOMATIK
INDIKATOR CONTROL PANEL FIRE ALARM HYDRANT INPUT OUTPUT AUDIBLE VISIBLE AUTOMATIC DETECTORS BELL LAMP
Detektor MCFA Signal alarm FIRE FOULT NORMAL + Detektor MCFA Signal alarm FIRE FAULT NORMAL TPM INSTALASI ALARM KEBAKARAN OTOMATIK Ref : Permenaker 02/83
Detection System 3 TYPES OF FIRE DETECTORS : - HEAT DETECTOR SMOKE DETECTOR FLAME DETECTOR Early Warning ,Detection ,Location ,Suppression
53 o C 68 o C 79 o C 93 o C 141 o C 182 o C 201 o C 260 o C
JENIS DAN UKURANNYA SESUAI MUDAH DILIHAT DAN MUDAH DIAMBIL KONDISI BAIK SETIAP ORANG DAPAT MENGOPERASIKAN DENGAN BENAR, TIDAK MEMBAHAYAKAN DIRINYA. ALAT PEMADAM API RINGAN Ref : Pert. Menaker No Per-04/Men/1980 HARUS SIAP PAKAI PADA WAKTUNYA
JENIS MEDIA PEMADAM JENIS BASAH - AIR - BUSA JENIS KERING - DRY POWDER - CO2 - CLEANT AGENT WATER GAS POWDER FOAM
STORED PRESSURE ( N 2 ) CARTRIDGE CO 2 Tipe konstruksi
KEGAGALAN APAR Jenis tidak sesuai Ukuran tidak sesuai Macet/tidak berfungsi Petugas Salah penempatan 2 belum ditunjuk tidak trampil Tidak bertekanan - bocor Menggumpal - tunda refill WATER HALON POWDER FOAM
B C A D Combustible Material Flammable Liquid/gas Electrical Equipment Metals Klasifikasi KEBAKARAN Ref : Permenaker -04/80 B C A Multi Purpose ABC
Klasifikasi Klas A Klas B Klas C Klas D Jenis kebakaran Bahan spt (kayu, kertas, kain dsb. Bahan cair Bahan gas Panel listrik, Kalium, litium, magnesium Bahan berharga Jenis media pemadam Tipe basah Tipe kering Air Busa Powder Clean Agent VVV V VV V*) XX XX VV**) VVV XXX VVV VV V*) X X VV V *) XXX XXX VV VVV XXX XXX Khusus XXX Keterangan : VVV : Sangat efektif X : Tidak tepat VV : Dapat digunakan XX : Merusak V : Kurang tepat / tidak dianjurkan XXX : Berbahaya *) : Tidak efisien **) : Kotor / korosif JENIS MEDIA PEMADAM KEBAKARAN DAN APLIKASINYA
Ref. : Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 04/Men/1980 Jenis Refilling Halogen 5 th 5 th Testing Water 5 th 5 th Mechanical Foam 3 th 5 th Dry powder 5 th 5 th Chemical Foam 2 th 5 th CO 2 5-10 th 10-5-5 th Refilling & Testing
APAR Dirancang dengan tekanan > 14kg/cm 2 dapat mendorong seluruh medianya (sisa mak 15%) dalam waktu min. 8 detik Syarat : - Angka keamanan min 4,13 x WP (65 o C) - Test pressure 1,5 x WP(65 o C) - Pengujian ulang tiap 5 tahun STANDAR APAR
Hydro Static Test
LANGKAH PENGUJIAN HYDROSTATIK Sediakan hand press pump Siapkan gelas ukur Coba kapasitas pompa 10 x ukur dengan gelas ukur Tabung diisi air penuh Pindahkan ke tempat lain Diisi air lagi penuh Pasang slang Pompa perlahan dan dihitung Amati pedoman tekanan Stop pada tekanan uji Catat jumlah air yang masuk Lepas slang air dibuang Masukan kembali air awal Bila tabung tidak kembali penuh artinya ada pengembangan menetap Hitung berapa persen pengembangan yang terjadi