DEFINITION Cedera tulang belakang adalah kerusakan pada sumsum tulang belakang yang mengakibatkan hilangnya fungsi spt mobilitas/perasaan(motorik dan sensorik),yang menyebabkan perubahan sementara atau permanen pada fungsinya spt: hilangnya fungsi otot,sensasi,fungsi otonom di bagian tubuh yg dilayani oleh sumsum tulang belakang dibawah tingkat cedera
ANATOMY AND PHYSIOLOGY Berasa dari batang otak,melewati foramen magnum,dan berlanjut keconus medullaris dekat L2 sebelum berakhir di filum terminale mengandung cairan serebrospinal, 43cm(18 inci) pada pria dan 43cm (17 inci) pd wanita. 13mm(1/2 inci) didaerah serviks dan lumbal hingga 6,4mm (1/4) di daerah toraks.
Cont.… 31 pasang spinal Nerve.( C1–C8 ),( T1–T12 ), (L1–L5 ), (S1–S5 ) and Co1. Selaput pembungkus tulang belakang : Dura, Arachnoid. dan Pia matter. Permukaan luar : Conus medularis (L1-L2) cauda equina (L3-L5) Spinal Tissue: Gray Matter (neuronal cell bodies (badan sel saraf , dendrites, axons and glial cells ) White Matter (Myelinated Axon) Dorsal Root (afferent sensory root ) Ventral Root(Efferent motor root ). Function : Jalur konduksi impuls .( Efferent dan Afferent Root) Berfungsi sbg refleks .( Reflex Arc /lengkung refleks )
Nerve Plexus N erve plexus adalah jaringan saraf yg saling bersilang . Cervical Plexus(C1-C4 )— untuk kepala,leher,bahu . Brachial Plexus(C5-T1 )— dada,bahu,lengan dan tangan Lumbar Plexus(L1-L4 )— punggung,perut,selangkangan, paha, lutut dan betis Sacral Plexus(L5-S4 )— panggul,bokong,alat kelamin,paha,betis,dan kaki . Coccygeal Plexus(S5-Co1 )— tulang ekor
Incidence SCI paling tinggi terdapat pd orang berusia 16-30 thn,yang mana 53,1% mengalami cedera . 89,8% pria terkena SCI dikarenakan cedera pd saat olahraga yang terutama rentan terjadi pd orang yang berusia di bawah 29thn . Kecelakaan,terjatuh
penyebab
TYPES OF SPINAL CORD INJURY
INCOMPLETE SCI
Complete Spinal Cord Injuries Tetraplegia(Quadriplegia ):- . Cedera tulang belakang diatas vertebra toraks pertama dlm bagian C1-C8 menyebabkan kelumpuhan pada 4 anggota tubuh kaki dan lengan Paraplegia : cedera sumsum tulang belakang (T1-L5 ). Penderita paraplegia mampu menggunakan lengan dan tangan sepenuhnya tapi tingkat kelumpuhan pd kaki tergantung pd tingkat cederanya Complete paraplegia: hilangnya fungsi motorik dan saraf secara permanen pada tingkat T1 ata dibawahnya yang mengakibatkan hilangnya sensasi gerak pada kaki,usus,kandung kemih,dan daerah seksual
CENTRAL CORD SYNDROME penyebab : cedera atau edema pd sumsum tulang belakang biasanya pada daerah cervical dan lesi cervical . Characteristics : defisit motorik (pada ektermitas atas,hilangnya sensorik bervariasi pd ekstermitas atas)
ANTERIOR CORD SYNDROME penyebab : acute disk herniation yang berhubungan dengan fraktur,dislokasi vertebra dan juga terjadi cedera pada arteri spinalis anterior dan lesi . Characteristics : hilangnya rasa nyeri,suhu,dan fungsi motorik .
POSTIRIOR CORD SYNDROME penyebab : infrak pada arteri spinalis posterior Characteristics: hilangnya sensasi proprioseptif,sentuhan halus,tekanan,dan getaran dibawah lesi,arefleksia tendon dalam .
Brown- Sequard syndrome Known as Lateral Cord Syndrome. Cause : disebakan oleh hemisection melintang sumsum tulang belakang,akibat cedera pisau/peluru,fraktur,dislokasi prosesur artikularis unilateral . Characteristics : terjadi kelumpuhan Ipsilateral paralysis disertai hilangnya sensasi sentuhan,tekanan,dan getaran ipsilateral,serta hilangnya sensasi nyeri dan suhu kontralateral .
Conas Medularis syndrome Known as Lateral Cord Syndrome. Cause : blow to the back- such as Gunshot and spinal tumor. Characteristics: Bowel and bladder dysfunction, Flaccid lower extremities. Sexual dysfunction.
Cauda Equina Syndrome penyebab : Injury pada lumbosacral nerve dibawah conus medulararis . Characteristics: Areflexia loss of reflexes(Lower Extremities). Leg weakness (kelemahan kaki) Bladder/bowel dysfunction (disfungsi)
PATHOPHYSIOLOGY Mekanisme cedera sekunder yang mungkin terlibat adalah Syok sistemik : Hipotensi berat dan bradikardia ( sering berlangsung selama berhari-hari ) terjadi setelah cedera sumsum tulang belakang dan dapat terjadi kerusakan sumsum tulang belakang yang sudah parah . b . Kerusakan mikrosirkulasi lokal : mungkin disebabkan oleh gangguan mekanis kapiler , pendarahan , trombosis , dan hilangnya autoregulasi . c . Kerusakan biokimia : dapat terjadi akibat pelepasan eksitotoksin ( glutamat ), produksi radikal bebas , pelepasan asam arakidonat , peroksidasi lipid, produksi eikosanoid , sitokin , dan pergeseran elektrolit .
SIGNS AND SYMPTOMS
CLINICAL MANIFESTATION Syok Tulang Belakang Disrefleksia Otonom Nyeri Kesulitan bernapas Kepekaan terhadap rangsangan Kejang otot Hilangnya sensasi Hilangnya fungsi reflex Hilangnya aktivitas otonom Hilangnya kendali usus Kehilangan kontrol kandung kemih Disfungsi seksual Kehilangan fungsi , seperti mobilitas atau sensasi
ASSESSMENT AnamnesisRiwayat trauma: Penyebab cedera ( misalnya kecelakaan , jatuh , atau trauma lainnya ). Gejala : Kehilangan sensorik atau motorik , nyeri , disfungsi kandung kemih atau usus , dan masalah pernapasan.Riwayat kesehatan : Penyakit sebelumnya , obat-obatan , dan kondisi medis terkait . Pemeriksaan FisikNeurologis ( menggunakan American Spinal Injury Association [ASIA] Impairment Scale): Motorik : Uji kekuatan otot menggunakan skala 0-5 pada kelompok otot utama.Otot diuji di bawah tingkat cedera , seperti fleksor siku , ekstensor siku , fleksor pinggul , ekstensor lutut. Sensorik : Periksa sensasi nyeri dan raba menggunakan skala 0-2.Dermatome dari C2 hingga S5 dievaluasi. Refleks : Periksa refleks seperti refleks patela , achilles , dan bulbocavernosus.Fungsi otonom : Evaluasi kontrol kandung kemih , usus , dan aktivitas seksual.Kardiorespirasi:Periksa fungsi pernapasan , terutama pada cedera di atas C4 (yang dapat memengaruhi diafragma ). Pemantauan tanda-tanda hipotensi ortostatik atau disfungsi otonom. Pemeriksaan Fungsiona l:Mobilitas : Evaluasi kemampuan berpindah posisi , duduk, berdiri ( jika memungkinkan ), dan keseimbangan.ADL (Activities of Daily Living): Kemampuan makan , mandi , berpakaian , dan aktivitas dasar lainnya.Independensi : Gunakan skala seperti Functional Independence Measure (FIM ). . Pemeriksaan Penunjang :MRI atau CT scan untuk menentukan tingkat cedera dan kerusakan struktur saraf. EMG /NCS : Untuk menilai fungsi otot dan saraf.Urodinamik : Jika ada gangguan kandung kemih. Tes darah : Mengevaluasi komplikasi seperti infeksi atau ketidakseimbangan elektrolit . Skala dan Klasifikasi ASIA Impairment Scale (AIS):Grade A: Cedera total, tanpa fungsi sensorik / motorik di bawah tingkat cedera.Grade B: Cedera sensorik , tanpa fungsi motorik.Grade C: Fungsi motorik lemah (<3/5).Grade D: Fungsi motorik cukup baik (≥3/5).Grade E: Fungsi normal.Frankel Classification: Alternatif untuk evaluasi SCI.
X- RAYS:
COMPUTERIZED TOMOGRAPHY (CT) SCANS
MYEL O GRAP H Y :
EMEGENCY MANAGEMENT Perawatan awal pasien dengan cedera tulang belakang difokuskan pada dua aspek - pencegahan kerusakan lebih lanjut dan resusitasi . Imobilisasi dengan kerah serviks yang keras ( dalam kasus cedera tulang belakang leher ) dan perawatan dalam transportasi pasien merupakan hal yang sangat penting jika tulang belakang tidak stabil . Resusitasi ditujukan untuk pemeliharaan jalan napas , saturasi oksigen darah tepi yang adekuat , memulihkan tekanan darah hingga batas yang dapat diterima , mencegah bradikardia , sekaligus mencegah kerusakan iskemik pada sumsum tulang belakang yang telah terganggu .
SURGICAL MANAGEMENT ( bedah )
Musculoskeletal management Pasien dengan SCI biasanya mengalami kejang otot saat syok tulang belakang mereda dan refleks kembali.Strategi nonfarmakologis untuk mengelola spastisitas meliputi : Latihan rentang gerak , Teknik penempatan , Latihan menahan beban , stimulasi listrik , dan orthosis atau belat untuk mencegah hilangnya panjang otot dan kontraktur . Terapi farmakologis dapat mencakup baklofen , benzodiazepin , agonis alfa2-adrenergik, dan toksin botulisme regional atau injeksi fenol ..