Studi Kasus PPG PAI 2025-Penilaian.pdf kemenag

RialHerlanPutra 0 views 3 slides Oct 13, 2025
Slide 1
Slide 1 of 3
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3

About This Presentation

untuk mengisi soal study kasus memudahkan untuk menjawab bermamfaat


Slide Content

Sahabat Guru, yuk follow FB kami dan jangan sungkan share info yang bermanfaat agar semakin luas kebaikan
yang kita sebarkan..
FB : https://www.facebook.com/Syafaat.S.Pd?mibextid=ZbWKwL
Manajemen D-Three Group Education : Syafaat Faat
Studi Kasus PPG PAI 2025
Masalah : Penilaian Pembelajaran

1. Identifikasi Masalah Nyata di Kelas
Selama pelaksanaan pembelajaran PAI di kelas IV SD Negeri 039
Manding, saya menemukan bahwa guru masih menggunakan sistem
penilaian yang berfokus pada tes tertulis. Penilaian hanya dilakukan
melalui soal pilihan ganda dan isian singkat di akhir pembelajaran.
Akibatnya, penilaian hanya menekankan aspek kognitif, sementara aspek
sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor) kurang diperhatikan.
Dari hasil pengamatan, banyak siswa yang mendapat nilai baik secara
tertulis, tetapi dalam praktik seperti membaca doa, melaksanakan wudu,
atau menunjukkan sikap disiplin masih kurang. Wawancara dengan siswa
juga menunjukkan bahwa mereka merasa penilaian hanya sebatas
“mengerjakan soal”, bukan tentang bagaimana mereka berperilaku atau
mempraktikkan ajaran PAI. Guru pun mengakui bahwa keterbatasan
instrumen penilaian membuat hasil belajar siswa belum tercermin secara
menyeluruh.
2. Upaya Penyelesaian Berbasis Pembelajaran Berpusat pada Siswa
Sebagai solusi, saya menyusun sistem penilaian autentik yang mencakup
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Beberapa upaya yang dilakukan,
yaitu:
• Penilaian Kognitif: Menggunakan tes tertulis yang lebih variatif,
seperti soal uraian kontekstual, kuis kelompok, dan permainan
edukatif.

Sahabat Guru, yuk follow FB kami dan jangan sungkan share info yang bermanfaat agar semakin luas kebaikan
yang kita sebarkan..
FB : https://www.facebook.com/Syafaat.S.Pd?mibextid=ZbWKwL
Manajemen D-Three Group Education : Syafaat Faat
• Penilaian Afektif: Menyusun lembar observasi sikap, misalnya
kejujuran, kedisiplinan, kerja sama, dan rasa hormat kepada guru
serta teman.
• Penilaian Psikomotor: Memberikan tugas praktik, seperti
melafalkan doa, memperagakan wudu, atau memerankan sikap
akhlak mulia melalui role play.
• Portofolio: Mengumpulkan hasil karya siswa (poster doa, catatan
refleksi pribadi, atau mini-cerita tentang pengalaman beribadah di
rumah).
• Penilaian Diri dan Teman Sebaya: Siswa diajak menilai diri
sendiri serta memberikan apresiasi terhadap teman dalam hal
partisipasi dan sikap.
Instrumen penilaian dibuat sederhana, jelas, dan sesuai dengan karakteristik
anak sekolah dasar.

3. Mendeskripsikan Hasil: Bagaimana Mengukur Keberhasilan
Keberhasilan pendekatan penilaian ini diukur melalui:
• Keseimbangan hasil penilaian: Data menunjukkan bahwa 80%
siswa yang nilainya baik secara kognitif juga menunjukkan
peningkatan dalam sikap dan keterampilan.
• Observasi perilaku siswa: Siswa lebih disiplin, mampu bekerja
sama, dan menunjukkan sikap hormat saat kegiatan belajar.
• Praktik langsung: Dalam uji praktik, 85% siswa dapat
melaksanakan doa harian dan wudu dengan benar tanpa banyak
arahan.
• Umpan balik siswa: Dari kuesioner sederhana, 88% siswa merasa
penilaian lebih adil karena “tidak hanya soal tulis” tetapi juga
menilai sikap dan keterampilan.

Sahabat Guru, yuk follow FB kami dan jangan sungkan share info yang bermanfaat agar semakin luas kebaikan
yang kita sebarkan..
FB : https://www.facebook.com/Syafaat.S.Pd?mibextid=ZbWKwL
Manajemen D-Three Group Education : Syafaat Faat
• Refleksi guru: Guru merasa penilaian autentik memberikan
gambaran lebih utuh tentang perkembangan siswa, bukan hanya
sekadar nilai angka.

4. Refleksi: Pengalaman Berharga yang Bisa Dipetik
Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa penilaian dalam PAI seharusnya
komprehensif, tidak hanya mengukur pengetahuan siswa, tetapi juga sikap
dan keterampilan yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Penilaian autentik membantu guru melihat sejauh mana siswa benar-benar
memahami, merasakan, dan mempraktikkan nilai-nilai Islam. Selain
itu, siswa juga merasa lebih dihargai karena kemajuan mereka dinilai dari
berbagai aspek, bukan hanya dari ujian tertulis.
Saya menyadari bahwa guru perlu lebih kreatif dalam menyusun instrumen
penilaian, serta konsisten melakukan observasi, refleksi, dan pencatatan.
Dengan penilaian yang menyeluruh, pembelajaran PAI akan lebih
bermakna, membentuk siswa tidak hanya cerdas dalam ilmu agama,
tetapi juga berakhlak mulia dalam kehidupan nyata.
Tags