Tafsir dan hadits tarbawi kelompok 7.docx

ZamZamBadrouzaman 5 views 11 slides Mar 02, 2025
Slide 1
Slide 1 of 11
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11

About This Presentation

untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir dan hadits tarbawi di intitut agama islam negeri palangka raya.


Slide Content

Kelompok : 7
MAKALAH
“KARAKTER ANAK DIDIK”
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Tafsir dan Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu: Hj. Yuliani Khalfiah, M. Pd, I
Disusun oleh:
ZAMZAM BADROUZZAMAN
2311110098
ANDIKA PUTRA
2311110099
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2024/2025

PEMBAHASAN
A.Sikap duduk di majelis
HR. Bukhari: No. 64
ي
ِب
أَ

ِ
نْب ِهَّللا ِدْبَع
ِ
نْب َقاَحْس
إِ
ْنَع ٌكِلاَم يِنَثَّدَح َلاَق ُليِعاَمْس
إِ
اَنَثَّدَح
ٍ
دِقاَو يِب
أَ
ْنَع ُهَرَبْخ
أَ
ٍبِلاَط يِب
أَ

ِ
نْب ِليِقَع ىَلْوَم َةَّرُم اَب
أَ
َّن
أَ
َةَحْلَط
ي
ِف ٌسِلاَج َوُه اَمَنْيَب َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا َلوُسَر َّن
أَ
ِّيِثْيَّللا
ِ
هَّللا ِلوُسَر ىَل
إِ
ِناَنْثا َلَبْق
أَ
َف ٍرَفَن ُةَثلَاَث َلَبْق
أَ
ْذ
إِ
ُهَعَم ُساَّنلاَو ِدِجْسَمْلا
ى
َّلَص ِهَّللا ِلوُسَر ىَلَع اَفَقَوَف َلاَق ٌدِحاَو َبَهَذَو َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص
ا
َّم
أَ
َو اَهيِف َسَلَجَف ِةَقْلَحْلا يِف ًةَجْرُف ى
أَ
َرَف اَمُهُدَح
أَ
اَّم
أَ
َف َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا
ِ
هَّللا ُلوُسَر َغَرَف اَّمَلَف اًبِهاَذ َرَبْد
أَ
َف ُثِلاَّثلا اَّم
أَ
َو ْمُهَفْلَخ َسَلَجَف ُرَخلْآا
ْ
مُهُدَح
أَ
اَّم
أَ
ِةَثلَاَّثلا ِرَفَّنلا ْنَع ْمُكُرِبْخ
أُ
لَاأَ
َلاَق َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص
ا
َّم
أَ
َو ُهْنِم ُهَّللا اَيْحَتْساَف اَيْحَتْساَف ُرَخلْآا اَّم
أَ
َو ُهَّللا ُهاَوآَف ِهَّللا ىَل
إِ
ىَو
أَ
َف
ُ
هْنَع ُهَّللا َضَرْع
أَ
َف َضَرْع
أَ
َف ُرَخلْآا
Terjemah
Telah menceritakan kepada kami Ismail berkata, telah menceritakan kepadaku
Malik dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah bahwa Abu Murrah -mantan budak
Uqail bin Abu Thalib, mengabarkan kepadanya dari Abu Waqid Al- Laitsi, bahwa
Rasulullah saw. ketika sedang duduk bermajelis di Masjid bersama para sahabat
datanglah tiga orang. Yang dua orang menghadap Nabi saw. dan yang seorang lagi
pergi, yang dua orang terus duduk bersama Nabi saw, dimana satu diantaranya nampak
berbahagia bermajelis bersama Nabi saw. sedang yang kedua duduk di belakang
mereka, sedang yang ketiga berbalik pergi, Setelah Rasulullah saw. selesai bermajelis,
beliau bersabda: "Maukah kalian aku beritahu tentang ketiga orang tadı" Adapun
seorang diantara mereka, dia meminta perlindungan kepada Allah, maka Allah lindungi
dia. Yang kedua, dia malu kepada Allah, maka Allah pun malu kepadanya. Sedangkan
yang ketiga berpaling dari Allah maka Allah pun berpaling darinya".
1

Penjelasan Hadis
ِ
ناَنْثا ُلَبْق
أَ
َف
(dua orang diantaranya masuk), asalnya mereka masuk bertiga dan
setelah melihat majelis nabi saw, kedua orang terus masuk ke masjid sedangkan salah
seorang dari mereka keluar.
ِ
هَّللا ِلوُMMسَر ىَلَع اMMًمَقَوَف
(setelah keduanya sampai di hadapan Rasulullah),
maksudnya keduanya sampai dimajelis Rasulullah saw.
هللا
ُهاَوآَف ِهَّللا ىَل
إِ
ىَو
أَ
َف
(yang seorang mencari tempat di sisi Allah maka diberi
oleh Allah) arti ِ
هَّللا ىلإ ىوأ
adalah berlindung kepada Allah, atau secara implisit
maksudnya adalah bergabung bersama majelis Rasulullah. Sedangkan makna ُ
هاَوآَف
هللا adalah bahwa Allah memberikan balasan yang setimpal dengan perbuatannya,
yaitu dengan memberikan limpahan rahmat dan karuniaNya.
ا
ًيْحَتْساَف
(orang yang kedua merasa malu-malu). Maksudnya dia tidak mau berdesak-
desakan seperti yang dilakukan oleh orang yang pertama, karena ia malu kepada
Rasulullah dan hadirin dalam majelis tersebut, menurut pendapat Qadhi 'Iyadh. Ia malu
meninggalkan majelis sebagaimana yang dilakukan temannya yang ketiga ا
َيْحَتْساَف
ُ
هْنِم ُهَّللا
(maka Allahpun malu kepadanya), artinya Allah tidak akan memberinya
rahmat, tetapi juga tidak akan menyiksanya. Adapun kepada orang yang meninggalkan
majelis bukan karena suatu halangan Nabi menyatakan
ُ
هْنَع ُهَّللا َضَرْع
أَ
َف
(maka Allahpun berpaling darinya) atau Allah murka kepadanya,
Rasulullah saw. ketika sedang duduk bermajelis di masjid bersama para sahabat
datanglah tiga orang. Setelah melihat ada majelis yang kosong sebagian ikut bergabung
dan sebagian lainnya berpaling. Salah satunya mengambil tempat di depan yang masih
2

kosong. Dan temannya yang satu mengambil tempat dibelakang. Sedangkan satu lagi
memilih pulang tidak menggabungkan diri dalam majelis tersebut. Oleh Rasulullah Saw
dijelaskan kepada para sahabat tentang kedudukan ketiga orang tersebut dengan
didahului oleh pertanyaan yang mengundang penasaran (li al-tasywiq). Maukah kamu
sekalian aku beritahukan tentang tiga orang tersebut? Hal ini tentu saja sangat ditunggu
para sahabat.
a)Duduk di majelis terdepan
Salah satu di antara mereka yakni yang mengisi tempat kosong di barisan
terdepan dari halakah itu, berlindung kepada Allah, artinya bergabung dengan
majelis Rasul, balasannya Allah pun melindunginya. Perlindungan Allah
dimaksudkan dilindungi rahmat dan rida-Nya. Ini adalah sikap anak didik yang
paling baik di majelis ilmu atau di kelas. Selama ada tempat duduk depan yang
kosong sebaiknya segera ditem pati, ibarat dalam shaf shalat berjemaah, kecuali ada
pengaturan khusus seperti tempat VIP untuk orang-orang tertentu. Banyak kelebihan
yang diperoleh dari tempat ini, minimal lebih jelas dan lebih terang dalam
berinteraksi dengan guru dalam menerima pembelajaran.
b)Duduk di belakang
Al Asqalaniy dalam kitabnya Fath al-Bariy (1/157) menjelaskan makna kata
malu bagi orang kedua ini, bahwa al-Qadhi lyadh berkata, bahwa ia malu dari Nabi
dan para sahabat yang hadir kalau tidak ikut duduk, Anas menjelaskan dalam
periwayatannya, orang itu malu kalau pergi dari majelis. Atau orang kedua ini malu
berdesakan duduk di depan, maka ia duduk di belakangnya. Balasan orang kedua ini,
Allah pun malu daripadanya, maknanya, Allah memberi rahmat dan tidak memberi
hukuman tetapi tentunya tidak seperti murid yang duduk dibarisan depan Sikap anak
murid kedua ini masih dinilai baik, karena masih mau hadir sekalipun tidak seperti
orang pertama di atas, Jika is duduk di belakang karena malu berdesakan di depan
sementara di depan memang sudah tidak ada tempat kosong sikap anak ini terpuji.
Jika ia duduk di belakang, hanya karena biar cepat pulang atau agar bebas bisa
ngobrol di belakang atau bisa mengantuk dan lain-lain sikap ini tercela dan kurang
menghargai ilmu.
3

c)Berpaling pulang
Sikap orang ketiga sama sekali tidak menghargai ilmu, begitu lewat majelis tidak
bergabung duduk di situ, tetapi berpaling dan pulang tanpa ada uzur. Sikap anak
didik seperti ini balasannya sama dengan perbuat annya Allah pun berpaling
daripadanya yakni Allah murka padanya.
Di antara karakter anak didik di atas yang paling baik dan paling tinggi derajatnya
adalah kelompok pertama, yakni anak didik yang memerhatikan pelajaran di kelas
atau di halakahnya dan hormat karpada ilmu. Kemudian karakter kelompok kedua
sekalipun tidak sepenuhnya proghargaan majelis seperti kelompok pertama. Adapun
karakter kn lompok terakhir adalah yang paling rendah, yakni kurang memerhatikan
menghargai majelis.
1
B.Karakter menerima pelajaran
HR. Bukhari: No. 77
ِ
دْبَع
ِ
نْب ِدْيَرُب ْنَع َةَماَس
أُ
ُنْب ُداَّمَح اَنَثَّدَح َلاَق ِءلَا
َعْلا ُنْب ُدَّمَحُم اَنَثَّدَح
َ
مَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِّيِبَّنلا ْنَع ىَسوُم يِب
أَ
ْنَع َةَدْرُب يِب
أَ
ْنَع ِهَّللا
ِ
ريِثَكْلا ِثْيَغْلا ِلَثَمَك
ِ
مْلِعْلاَو ىَدُهْلا ْنِم ِهِب ُهَّللا يِنَثَعَب اَم ُلَثَم َلاَق
َ
بْشُعْلاَو
لَأََكْلا ْتَتَبْن
أَ
َف َءاَمْلا ْتَلِبَق ٌةَّيِقَن اَهْنِم َناَكَف اًضْر
أَ
َباَص
أَ
َ
ساَّنلا اَهِب ُهَّللا َعَفَنَف َءاَمْلا ْتَكَسْم
أَ
ُبِداَج
أَ
اَهْنِم ْتَناَكَو َريِثَكْلا
ٌ
ناَعيِق َيِه اَمَّن
إِ
ىَرْخ
أُ
ًةَفئِاَط اَهْنِم ْتَباَص
أَ
َو اوُعَرَزَو اْوَقَسَو اوُبِرَشَف
ُ
هَعَفَنَو ِهَّللا
ِ
نيِد يِف َهُقَف ْنَم ُلَثَم َكِلَذَف
لَأًَك ُتِبْنُت لَا
َو ًءاَم ُكِسْمُت لَا
ْ
مَلَو اًس
أْ
َر َكِلَذِب ْعَفْرَي ْمَل ْنَم ُلَثَمَو َمَّلَعَو َمِلَعَف ِهِب ُهَّللا يِنَثَعَب اَم
َ
ناَكَو ُقاَحْس
إِ
َلاَق ِهَّللا دْبَع وُب
أَ
َلاَق ِهِب ُتْلِسْر
أُ
يِذَّلا ِهَّللا ىَدُه ْلَبْقَي
1
(Abdul Majid Khon, 2012)
4

ْ
نِم يِوَتْسُمْلا ُفَصْفَّصلاَو ُءاَمْلا ُهوُلْعَي ٌعاَق َءاَمْلا ْتَلَّيَق ٌةَفئِاَط اَهْنِم
ِ
ضْر
لْأَ
ا
Terjemah
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al 'Ala` berkata, telah
menceritakan kepada kami Hammad bin Usamah dari Buraid bin Abdullah dari Abu
Burdah dari Abu Musa dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
"Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengan membawanya adalah
seperti hujan yang lebat yang turun mengenai tanah. Diantara tanah itu ada jenis yang
dapat menyerap air sehingga dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan
yang banyak. Dan di antaranya ada tanah yang keras lalu menahan air (tergenang)
sehingga dapat diminum oleh manusia, memberi minum hewan ternak dan untuk
menyiram tanaman. Dan yang lain ada permukaan tanah yang berbentuk lembah yang
tidak dapat menahan air dan juga tidak dapat menumbuhkan tanaman. perumpamaan itu
adalah seperti orang yang faham agama Allah dan dapat memanfa'atkan apa yang aku
diutus dengannya, dia mempelajarinya dan mengajarkannya, dan juga perumpamaan
orang yang tidak dapat mengangkat derajat dan tidak menerima hidayah Allah dengan apa
yang aku diutus dengannya". Berkata Abu Abdullah; Ishaq berkata: "Dan diantara jenis
tanah itu ada yang berbentuk lembah yang dapat menampung air hingga penuh dan
diantaranya ada padang sahara yang datar".
Penjelasan Hadis
Rasulullah SAW ketika datang membawa ajaran agama, beliau mengumpamakannya
dengan hujan yang diperlukan ketika mereka membutuhkannya. Demikianlah kondisi
manusia sebelum Rasulullah diutus, yakni seperti hujan menghidupkan tanah yang mati,
demikian juga ilmu agama dapat menghidupkan hati yang mati. Rasulullah
mengumpamakan orang yang mendengarkan ilmu agama dengan berbagai macam tanah
yang terkena air hujan, diantara mereka adalah orang alim yang mengamalkan ilmunya
dan mengajar. Orang ini seperti tanah subur yang menyerap air sehingga dapat memberi
5

manfaat bagi dirinya, kemudian tanah tersebut dapat menumbuhkan tumbuh- tumbuhan
sehingga dapat memberi manfaat bagi yang lain. Di antara mereka ada yang menuntut
ilmu, namun tidak mengamalkannya, tetapi ia mengajarkannya kepada orang lain, maka
diumpamakan tanah yang tergenangi air, sehingga manusia dapat memanfaatkannya.
Diantara mereka ada juga yang mendengar ilmu, namun tidak menghaafal atau
menjaganya serta mengamalkannya dan tidak pula mengajarkannya kepada orang lain,
maka dia seperti tanah yang tidak dapat menerima air sehingga merusak tanah yang ada di
sekitarnya,
Dikumpulkannya perumpamaan bagian pertama dan kedua, adalah karena keduanya
sama-sama bermanfaat. Sedangkan dipisahkannya bagian ketiga, karena tercela dan tidak
bermanfaat.
Dari Abu Musa al-Asy'ari, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya
perumpamaan petunjuk dan ilmu yang dengannya Allah mengutusku adalah seperti air
hujan yang turun ke tanah. Di antaranya ada tanah yang subur yang menyerap air
sehingga menumbuhkan tanaman dan rerumputan yang banyak. Ada juga tanah tandus
yang menahan air sehingga orang-orang bisa memanfaatkannya; mereka minum darinya,
memberi minum ternaknya, dan mengairi tanaman. Ada juga tanah yang keras; tidak
dapat menahan air dan tidak dapat menumbuhkan tanam-tanaman. Demikianlah
perumpamaan orang yang memahami agama Allah, lalu ia mengambil manfaat apa yang
dengannya Allah mengutusku, sehingga ia belajar dan mengajarkannya. Dari sisi lain ada
orang yang tidak mau mengambil manfaat darinya, serta orang yang sama sekali tidak
menerima petunjuk Allah yang dengannya aku diutus. "(Muttafaq 'Alaih).
Dalam kitab Miftah Daar al-Saadah (1/60-61), Ibnul Qayyim menjelaskan, manusia
dilihat dari sisi kesiapan dan kesediaannya menerima risalah (ajaran) yang dibawa
Rasulullah saw. terbagi dalam tiga bagian;
Pertama: ada orang yang menghafal, memahami maksudnya, dan mampu menyimpulkan
hukum, hikmah dan faedah-faedahnya. Mereka inilah yang diumpamakan sebagai tanah
yang bisa menerima air. Hafalan itu seperti tanah yang menumbuhkan tanaman yang
sangat banyak. Sedangkan pemahaman, ma'rifah, istimbath adalah seperti penumbuhan
tanaman dengan air. Inilah perumpamaan para huffaz, fuqaha', dan ahlul hadis.
6

Kedua: orang yang diberi hafalan dan ucapan, lalu mencatatnya, tetapi mereka tidak
diberi pemahaman makna dan kemampuan menyimpulkan hukum, mengungkap hikmah
dan faidahnya. Mereka itu seperti orang yang membaca dan menghafalkan al-Qur'an, juga
memperhatikan huruf dan i'rabnya, tetapi mereka tidak diberi pemahaman khusus dari
Allah.
Allah. Manusia memiliki pemahaman yang sangat beragam. Cukup banyak yang hanya
mampu memahami satu atau dua hukum, dan ada juga yang sanggup memahami seratus
atau dua ratus hukum. Mereka itu seperti tanah yang menahan air air untuk kepentingan
orang banyak, untuk minum, memberi minum ternak, dan menyiram tanaman.
Kedua macam manusia di atas termasuk orang-orang yang bahagia. Macam
pertama, derajatnya lebih tinggi dan terhormat, "Demikianlah karunia Allah, diberikan-
Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar.
"(QS. al-Jumuah: 4)
Ketiga: manusia yang tidak mendapatkan bagian; baik berupa hafalan, pemahaman, dan
lainnya. Jika diumpamakan mereka ini laksana tanah tandus yang tidak bisa
menumbuhkan tumbuhan dan tidak pula menyimpan air. Mereka itu orang- orang celaka.
2
C.Tidak melalaikan Pelajaran
HR. Muslim: NO. 3543
َ
بوُقْعَي
ِ
نْب ِثِراَحْلا ْنَع ُثْيَّللا اَنَرَبْخ
أَ
ِرِجاَهُمْلا
ِ
نْب
ِ
حْمُر ُنْب ُدَّمَحُم اَنَثَّدَح
ٍ
رِماَع
ِ
نْب َةَبْقُعِل َلاَق َّيِمْخَّللا اًمْيَقُف َّن
أَ
َةَساَمِش
ِ
نْب
ِ
نَمْحَّرلا ِدْبَع ْنَع
لَا
ْوَل ُةَبْقُع َلاَق َكْيَلَع ُّقُشَي ٌريِبَك َتْن
أَ
َو
ِ
نْيَضَرَغْلا
ِ
نْيَذَه َنْيَب ُفِلَتْخَت
َ
لاَق ِهيِناَع
أُ
ْمَل َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا ِلوُسَر ْنِم ُهُتْعِمَس ٌملَاَك
2
(HJ. Yuliani Khalfiah, 2021)
7

َ
يْمَّرلا َمِلَع ْنَم َلاَق ُهَّن
إِ
َلاَق َكاَذ اَمَو َةَساَمَش
ِ
نْبلِا ُتْلُقَف ُثِراَحْلا
ى
َصَع ْدَق ْو
أَ
اَّنِم َسْيَلَف ُهَكَرَت َّمُث
Terjemah:
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh bin Al Muhajir telah
mengabarkan kepada kami Al Laits dari Al Harits bin Ya'qub dari Abdurrahman bin
Syimamah bahwa Fuqaim Al Lakhmi berkata kepada 'Uqbah bin 'Amir, "Kamu selalu
bersungguh-sungguh antara dua target ini sedangkan kamu telah lanjut usia dan telah
berat (sudah lemah)." 'Uqbah berkata, "Seandainya saya pernah mendengar sabda
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam niscaya saya tidak akan menjaganya." Lantas saya
bertanya kepada Ibnu Syamasah, "Apa yang disabdakan beliau itu?" dia menjawab,
"Beliau bersabda: "Tidak termasuk dari golongan kami -atau dia telah durhaka- siapa saja
yang mengetahui ilmu memanah namun ia meninggalkannya."
Penjelasan hadis
Ilmu dan keterampilan jika sudah dikuasai harus selalu diingat dan bahkan
dikembangkan secara inovatif, jangan sampai dilupakan, Rasulullah saw bersabda:
ى
َصَع ْدَق ْو
أَ
اَّنِم َسْيَلَف ُهَكَرَت َّمُث َيْمَّرلا َمِلَع ْنَم
"Barang siapa yang telah mengetahui ilmu memanah, kemudian ia meninggalkannya,
maka ia tidak tergolong umatku atau sungguh ia telah durhaka".
Dalam hadis potongan hadis ا
َّنِم َسْيَلَف
(maka dia tidak termasuk golonganku)
mengandung makna orang tersebut tidak tergolong orang yang berakhlak dengan akhlak
kami yang mengamalkan sunnah kami atau diartikan tidak bertemu dengan kami atau
tidak termasuk golongan kami (Faidh al Qadir 6):235). Dalam hadis riwayat Ibnu Majah
dari 'Uqbah bin Amir al-Juhani dengan kalimat ملعت :
8

ي
ِناَصَع ْدَقَف ُهَكَرَت َّمُث َيْمَّرلا َمَّلَعَت ْنَم
Artinya:
"Barang siapa yang mempelajari panah lalu ia melupakannya maka ia telah
membangkang kepadaku.
Imam Ahmad juga meriwayatkan dengan redaksi yang mirip, dari 'Uqbah bin Amir:
ا
َهَرَفَك ٌةَمْعِن َي
ِ
هَف ُهَمِّلُع اَمَدْعَب ُهَكَرَت َّمُث َيْمَّرلا َمِّلُع ْنَم َلاَق
"Barang siapa telah dilatih memanah, kemudian ia meninggalkannya bisa, maka itu
adalah nikmat yang ia kufuri. "325
Maksud hadis di atas bahwa orang yang sengaja melalaikan ilmu atau
keterampilan yang telah dikuasai sehingga melupakannya atau hilang ilmunya maka
berarti mengkufuri kenikmatan yang telah diberikan kepadanya.
Merupakan kewajiban seseorang yang telah menguasai suatu ilmu dan terampil
melakukannya untuk memelihara ilmu tersebut sebagai bentuk kesyukuran atas nikmat
Allah yang dikaruniakan kepadanya. Kufur sebenarnya adalah lawan dari syukur,
sehingga orang yang kufur terhadap nikmat berarti tidak bersyukur. Allah berfirman:
ٌ
ديِدَشَل يِباَذَع َّن
إِ
ْمُتْرَفَك ْنئِ
َلَو ْمُكَّنَديِز
لَأَ
ْمُتْرَكَش ْنِبَل ْمُكُّبَر َنَّذ
أَ
َت ْذ
إَِو
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.
9

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid Khon, M. A. (2012). HADIS TARBAWI: HADIS-HADIS PENDIDIKAN. Jakarta:
KENCANA PRENADAMEDIA GROUP.
HJ. Yuliani Khalfiah, M. A. (2021). HADIS TARBAWI Eksplorasi Konsep Pendidikan
Perspektif Hadits. Palangka Raya: LP2M IAIN Palangka Raya Press.
10