Tesis-analisis-spasial-perubahan-penggunaan-lahan-terhadap-rth-dikota-palangka-raya.pdf

bangandri3 64 views 164 slides Apr 29, 2025
Slide 1
Slide 1 of 174
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64
Slide 65
65
Slide 66
66
Slide 67
67
Slide 68
68
Slide 69
69
Slide 70
70
Slide 71
71
Slide 72
72
Slide 73
73
Slide 74
74
Slide 75
75
Slide 76
76
Slide 77
77
Slide 78
78
Slide 79
79
Slide 80
80
Slide 81
81
Slide 82
82
Slide 83
83
Slide 84
84
Slide 85
85
Slide 86
86
Slide 87
87
Slide 88
88
Slide 89
89
Slide 90
90
Slide 91
91
Slide 92
92
Slide 93
93
Slide 94
94
Slide 95
95
Slide 96
96
Slide 97
97
Slide 98
98
Slide 99
99
Slide 100
100
Slide 101
101
Slide 102
102
Slide 103
103
Slide 104
104
Slide 105
105
Slide 106
106
Slide 107
107
Slide 108
108
Slide 109
109
Slide 110
110
Slide 111
111
Slide 112
112
Slide 113
113
Slide 114
114
Slide 115
115
Slide 116
116
Slide 117
117
Slide 118
118
Slide 119
119
Slide 120
120
Slide 121
121
Slide 122
122
Slide 123
123
Slide 124
124
Slide 125
125
Slide 126
126
Slide 127
127
Slide 128
128
Slide 129
129
Slide 130
130
Slide 131
131
Slide 132
132
Slide 133
133
Slide 134
134
Slide 135
135
Slide 136
136
Slide 137
137
Slide 138
138
Slide 139
139
Slide 140
140
Slide 141
141
Slide 142
142
Slide 143
143
Slide 144
144
Slide 145
145
Slide 146
146
Slide 147
147
Slide 148
148
Slide 149
149
Slide 150
150
Slide 151
151
Slide 152
152
Slide 153
153
Slide 154
154
Slide 155
155
Slide 156
156
Slide 157
157
Slide 158
158
Slide 159
159
Slide 160
160
Slide 161
161
Slide 162
162
Slide 163
163
Slide 164
164
Slide 165
165
Slide 166
166
Slide 167
167
Slide 168
168
Slide 169
169
Slide 170
170
Slide 171
171
Slide 172
172
Slide 173
173
Slide 174
174

About This Presentation

bahan seminar hasil


Slide Content

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU
DI KOTA PALANGKA RAYA



Oleh
HANDRI MANTANA
2340301210008 2



TESIS

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Magister Perencanaan Wilayah dan Kota
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota



















PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PALANGKA RAYA
2025

i

LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU
DI KOTA PALANGKA RAYA

Oleh
Handri Mantana
224030121016

Dengan ini menyatakan bahwa pembimbing telah menyetujui tesis ini
Magister Perencanaan Wilayah dan Kota
Program Pascasarjana Universitas Palangka Raya

Palangka Raya, April 2025
Pembimbing I





Dr. Herwin Sutrisno, S.T.,M.T
NIP. 197606162003121004
Pembimbing II





Dr. Eng. Indrawan Permana, S.T.,M.A.
NIP. 197202131999031002

Mengetahui :

Program Pascasarjana
Universitas Palangka Raya
Direktur






Prof. Dr. I Nyoman Sudyana, M.Sc
NIP. 196202181987031002
Program Studi Magister Perencanaan
Wilayah dan Kota
Koordinator






Dr. Theresia Susi, S.T., M.T
NIP. 198106082005012002

ii

LEMBAR PENGESAHAN TESIS
ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU
DI KOTA PALANGKA RAYA

Oleh
Handri Mantana
224030121016

Dipertahankan di Depan Tim Penguji Tesis
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota
Program Pascasarjana Universitas Palangka Raya
Tanggal April 2025


TIM PENGUJI



1


Pembimbing I


Dr. Herwin Sutrisno, S.T.,M.T.


…………………..





2





Pembimbing II





Dr. Eng. Indrawan Permana, S.T.,M.A.





..……..…………...





3





Penguji I





Dr. Petrisly Perkasa, S.T.,M.T.





……………………





4





Penguji II





Dr. Tari Budayanti Usop, S.T., M.T.





……………………





5





Penguji III





Dr. Theresia Susi, S.T., M.T.





……………………

iii



SURAT PERNYATAAN TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul Analisis Spasial Perubahan
Penggunaan Lahan Terhadap Ruang Terbuka Hijau Di Kota Palangka Raya adalah
asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas
Palangka Raya maupun perguruan tinggi lainnya. Karya tulis ini hasil penelitian saya
sendiri. Pendapat atau pemikiran orang lain yang telah ditulis atau dipublikasikan
sebelumnya telah dicantumkan dalam daftar pustaka sesuai kaidah pengutipan yang berlaku.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai peraturan yang berlaku.


Palangka Raya, April 2025
Yang Membuat Pernyataan



Handri Mantana
NIM. 2340301210008

iv

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan di ruang terbuka
hijau (RTH) Kota Palangka Raya dan memberikan gambaran mengenai dinamika perubahan
tersebut selama periode 2019–2024. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan analisis spasial melalui teknik digitasi on-screen, citra satelit resolusi tinggi, dan
pengukuran Indeks Vegetasi Normalized Difference (NDVI). Data yang digunakan
mencakup data primer hasil observasi lapangan dan data sekunder berupa peta penggunaan
lahan serta dokumen tata ruang wilayah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan signifikan dalam luas RTH yang
sesuai dengan fungsinya, dari 5.595,95 Ha (94,13%) pada tahun 2019 menjadi 3.171,72 Ha
(53,35%) pada tahun 2024. Sebaliknya, luas RTH yang tidak sesuai meningkat dari 349,47
Ha (5,88%) pada tahun 2019 menjadi 2.773,38 Ha (46,65%) pada tahun 2024. Kawasan
sabuk hijau mengalami ketidaksesuaian tertinggi, mencapai 78,74% pada tahun 2024.
Analisis NDVI menunjukkan fluktuasi kerapatan vegetasi, dengan luas vegetasi rapat
mencapai puncaknya pada tahun 2023 sebesar 1.830,81 Ha, tetapi menurun menjadi
1.689,65 Ha pada tahun 2024.
Faktor utama penyebab perubahan penggunaan lahan di RTH meliputi aktivitas sosial-
ekonomi seperti urbanisasi dan pembangunan infrastruktur, lemahnya pengawasan terhadap
pelaksanaan regulasi tata ruang wilayah, serta dampak perubahan iklim. Penelitian ini
merekomendasikan penguatan regulasi, peningkatan pengawasan, rehabilitasi RTH, dan
edukasi masyarakat untuk mendukung keberlanjutan RTH di Kota Palangka Raya.
Kata Kunci : Ruang Terbuka Hijau, Perubahan Penggunaan Lahan, NDVI, Analisis
Spasial, Kota Palangka Raya.

v

ABSTRACT
This study aims to analyze land-use changes in green open spaces (RTH) in Palangka Raya
City and provide an overview of these dynamics during the 2019–2024 period. The research
employs a quantitative approach with spatial analysis techniques, including on-screen
digitization, high-resolution satellite imagery, and the Normalized Difference Vegetation
Index (NDVI). The data utilized includes primary data from field observations and
secondary data such as land-use maps and regional spatial planning documents.
The results indicate a significant decline in RTH areas that are consistent with their
designated functions, decreasing from 5,595.95 hectares (94.13%) in 2019 to 3,171.72
hectares (53.35%) in 2024. Conversely, areas inconsistent with their designated functions
increased from 349.47 hectares (5.88%) in 2019 to 2,773.38 hectares (46.65%) in 2024. The
green belt zones experienced the highest level of inconsistency, reaching 78.74% in 2024.
NDVI analysis showed fluctuations in vegetation density, with dense vegetation peaking in
2023 at 1,830.81 hectares but declining to 1,689.65 hectares in 2024.
The main factors contributing to land-use changes in RTH include socio-economic activities
such as urbanization and infrastructure development, weak enforcement of spatial planning
regulations, and the impacts of climate change. This study recommends strengthening
regulations, enhancing monitoring, rehabilitating RTH, and raising public awareness to
support the sustainability of green open spaces in Palangka Raya City.
Keywords : Green Open Space, Land-Use Change, NDVI, Spatial Analysis, Palangka
Raya City.

vi

KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Om Swastiastu, Salam sejahtera bagi
kita semua, Segala puji dan syukur kehadirat Allah Subhanallah Wataa’la atas segala
limpahan rahmat-Nya dan kasih sayang sehingga penulis dapat melaksanakan Tesis yang
berjudul Analisis Spasial Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Ruang Terbuka Hijau
Di Kota Palangka Raya. Tesis ini merupakan Penelitian yang di berikan oleh Kampus
Universitas Palangka Raya. Terkhusus di Program Pascasarjana sebagai perwujudan
pengabdian dan kemajuan pendidikan penulis sebagai mahasiswanya.
Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
Magister Perencanaan Wilayah dan Kota pada Program Pascasarjana Universitas Palangka
Raya. Ketertarikan Penulis dalam Penelitian Analisis Perubahan Penggunaan Lahan
terhadap Ruang Terbuka Hijau di Kota Palangka Raya. Penulis memiliki ketertarikan yang
mendalam dalam meneliti perubahan penggunaan lahan terhadap ruang terbuka hijau (RTH)
di Kota Palangka Raya karena isu ini memiliki dampak yang signifikan terhadap
lingkungan, sosial, dan tata ruang kota. Adapun ketertarikan tersebut dapat dijelaskan secara
lebih rinci sebagai berikut:
1. Kepedulian terhadap Lingkungan dan Keberlanjutan
Penulis tertarik pada isu lingkungan, khususnya terkait keberadaan ruang terbuka hijau
(RTH) sebagai elemen penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem perkotaan.
Penurunan luas RTH di Kota Palangka Raya akibat perubahan penggunaan lahan menjadi
lahan budidaya atau pembangunan fisik menunjukkan adanya ancaman serius terhadap
keberlanjutan lingkungan. Ketertarikan ini didorong oleh kebutuhan untuk memahami
dampak negatif dari fenomena tersebut serta mencari solusi untuk mengatasinya.

vii

2. Relevansi dengan Isu Urbanisasi dan Pembangunan Kota
Kota Palangka Raya, seperti kota-kota lain di Indonesia, mengalami tekanan akibat
urbanisasi dan pembangunan infrastruktur. Penulis tertarik untuk menganalisis bagaimana
aktivitas sosial-ekonomi masyarakat, seperti urbanisasi dan industrialisasi, memengaruhi
pola perubahan penggunaan lahan, terutama di area RTH. Hal ini relevan dengan tantangan
global tentang bagaimana mengelola pertumbuhan kota tanpa merusak fungsi ekologisnya.
3. Penerapan Teknologi Penginderaan Jauh dan Analisis Spasial
Penulis memiliki ketertarikan yang besar terhadap pemanfaatan teknologi modern dalam
penelitian geospasial, seperti penggunaan citra satelit resolusi tinggi, NDVI (Normalized
Difference Vegetation Index), dan analisis spasial. Teknik-teknik ini memungkinkan
penulis untuk menghasilkan data yang lebih akurat dan visualisasi spasial yang mendalam
tentang perubahan penggunaan lahan. Ketertarikan ini juga mencerminkan minat penulis
pada integrasi antara ilmu lingkungan dan teknologi.
4. Dampak Sosial-Ekonomi dan Tata Ruang Wilayah
Penulis tertarik pada hubungan antara perubahan penggunaan lahan dan implikasinya
terhadap aspek sosial-ekonomi serta tata ruang wilayah. Misalnya, bagaimana penurunan
RTH dapat memengaruhi kualitas hidup masyarakat, seperti suhu udara yang meningkat,
polusi udara, dan hilangnya habitat alami. Selain itu, penulis juga ingin memberikan
rekomendasi praktis kepada pengambil kebijakan untuk merancang penggunaan lahan yang
lebih berkelanjutan.

viii

5. Komitmen terhadap Kebijakan Publik dan Tata Kelola Lingkungan
Penulis memiliki ketertarikan yang kuat terhadap peran kebijakan publik dalam mengelola
sumber daya alam, termasuk RTH. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan masukan
kepada pemerintah daerah agar dapat memperkuat regulasi dan pengawasan terhadap
pelaksanaan rencana tata ruang wilayah. Ketertarikan ini mencerminkan komitmen penulis
terhadap tata kelola lingkungan yang baik.
6. Fokus pada Kota Palangka Raya sebagai Lokasi Penelitian
Penulis memiliki ketertarikan khusus terhadap Kota Palangka Raya, baik karena latar
belakang pribadi, profesional, atau akademis. Kota ini memiliki karakteristik unik sebagai
ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah, yang menghadapi tantangan lingkungan akibat
pembangunan kota dan urbanisasi. Penulis tertarik untuk menyelidiki kesesuian perubahan
lahan di kota ini sebagai studi kasus yang relevan.
7. Kontribusi Akademis dan Praktis
Penulis tertarik untuk memberikan kontribusi nyata, baik secara akademis maupun praktis.
Secara akademis, penelitian ini memberikan wawasan baru tentang metode analisis spasial
dan penggunaan teknologi penginderaan jauh. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai referensi bagi pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan terkait
pengelolaan RTH.
Catatan Penting : Penulis juga menunjukkan minat yang besar terhadap pendekatan
kuantitatif dan analisis data spasial sebagai alat untuk menghasilkan temuan yang objektif
dan dapat dipertanggung jawabkan.
Dalam proses penulisan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

ix

1. Prof. Dr. Ir. Salampak, M.S., selaku Rektor Universitas Palangka Raya, yang telah
yang telah memberikan fasilitas dan dukungan selama masa studi;
2. Prof. Dr. I Nyoman Sudyana, M.Sc., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Palangka Raya, yang telah memberikan arahan dan dukungan selama
perkuliahan dan penulisan tesis ini;
3. Dr. Herwin Sutrisno, S.T., M.T., selaku Wakil Direktur Program Pascasarjana
Universitas Palangka Raya, yang telah memberikan arahan dan dukungan selama
perkuliahan dan penulisan tesis ini;
4. Dr. Theresia Susi, S.T., M.T., selaku Koordinator Program Studi Magister
Perencanaan Wilayah dan Kota sekaligus Dosen Pembimbing, yang telah mengajar,
mengatur dan membimbing dan memberikan dukungan akademik selama masa
studi;
5. Dr. Eng. Indrawan Permana, S.T., M.A. selaku Dosen Pembimbing, yang telah
mengajar, mengatur dan membimbing selama masa perkuliahan dan penyusunan
tesis ini;
6. Dr. Herwin Sutrisno, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah
mengajar, membimbing dan memberikan dorongan secara akademik selama masa
studi;
7. Bapak/Ibu Dosen Penguji yang telah memberikan masukan konstruktif, menguji dan
telah menyediakan waktu dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan tesis ini dengan baik;
8. Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, yang telah memberikan dukungan serta
izin belajar dan izin penelitian serta data dan informasi yang sangat dibutuhkan
dalam penyusunan tesis ini;

x

9. Pemerintah Kota Palangka Raya, yang telah memberikan dukungan serta izin belajar
dan izin penelitian serta data dan informasi yang sangat dibutuhkan dalam
penyusunan tesis ini;
10. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi pada Program Pascasarjana Universitas
Palangka Raya, yang telah memberikan berbagai ilmu dan wawasan selama masa
studi;
11. Rekan-rekan mahasiswa di Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota
Program Pascasarjana Universitas Palangka Raya yang telah memberikan dukungan
moral dan intelektual selama masa studi dan penyusunan tesis ini;
12. Keluarga tercinta, istri, anak-anak, orang tua, om dan tante yang selalu memberikan
doa, dukungan, dan motivasi tanpa henti kepada penulis; dan
13. Semua pihak yang telah membantu selama masa studi hingga penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan dan
keterbatasan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca guna penyempurnaan penelitian di masa mendatang.
Akhir kata, penulis berharap tesis ini dapat memberikan kontribusi positif bagi
pengembangan ilmu pengetahuan serta menjadi referensi yang bermanfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan dalam pengembangan perkotaan berkelanjutan pada lahan gambut,
khususnya di Kota Palangka Raya.
Palangka Raya, April 2025
Penulis,
HANDRI MANTANA
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

xi

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS ................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN TESIS .................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN TESIS ....................................................................... iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
ABSTRACT ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTRA GAMBAR ......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4
1.5 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 5
1.6 Kerangka Pikir ............................................................................................ 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rencana Tata Ruang ................................................................................... 15
2.2 Pengertian Ruang Terbuka Hijau ............................................................... 16
2.2.1 Fungsi Ruang Terbuka Hijau .......................................................... 16
2.2.2 Manfaat Ruang terbuka Hijau ......................................................... 17
2.2.3 Ruang Terbuka Hijau Dalam Pengendalian Kualitas Udara .......... 17
2.3 Indeks Vegetasi .......................................................................................... 20
2.4 Penggunaan Lahan ..................................................................................... 22
2.4.1 Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-Faktor Penyebab
Terjadinya Perubahan ..................................................................... 24
2.5 Perubahan Lahan ........................................................................................ 25
2.5.1 Jenis Perubahan Lahan ................................................................... 26
2.5.2 Manfaat Perubahan Lahan .............................................................. 28
2.5.3 Faktor Perubahan Lahan ................................................................. 29

xii

2.6 Sistem Informasi Geografis ........................................................................ 31
2.6.1 Data Spasial .................................................................................... 32
2.6.2 Konsep Basis Data Di Dalam SIG .................................................. 36
2.6.3 Data Atribur ..................................................................................... 36
2.6.4 Analisa Spasial ................................................................................ 36
2.6.5 Overlay Spasial ............................................................................... 37
2.6.6 Overlay Peta .................................................................................... 37
2.6.7 Konsep Overlay Peta ...................................................................... 37
2.6.8 Metode Interseksi ............................................................................ 37
2.7 Definisi Penginderaan Jauh ........................................................................ 39
2.8 Interpretasi Citra ........................................................................................ 40
2.9 Landsat – 8 ................................................................................................. 42
2.10 Klasifikasi Citra ......................................................................................... 45
2. 11 Software SAS Planet ................................................................................ 46
2. 12 Software ArcGIS ...................................................................................... 47
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 49
3.2 Tempat Penelitian .................................................................................... 50
3.3 Waktu Penelitian .................................................................................... 50
3.4 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 51
3.4.1 Data Primer ......................................................................................... 51
3.4.2 Data Sekunder .................................................................................... 53
3.5 Jenis RTH Di Kota Palangka Raya ......................................................... 53
3.6 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 55
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data Primer ..................................................... 55
3.6.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder ................................................. 56
3.7 Pengolahan Data ..................................................................................... 57
3.8 Metode Uji Validasi Menggunakan Pengolahan Data Secara NDVI ....... 60
3.9 Metode dari kegiatan pengolahan data tutupan lahan ............................. 61
3.10 Metode dari kegiatan pengolahan data overlay spasial ......................... 62
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian ..................................................... 63
4.2 Topografi ................................................................................................. 65
4.3 Jenis RTH Di Kota Palangka Raya .......................................................... 65

xiii

4.4 Uji Validasi Menggunakan Normalized Difference Vegetasi
Index (NDVI) .......................................................................................... 67
4.4.1 Persebaran Nilai/Range NDVI Per Kelas ........................................... 68
4.5 Analisis Persebaran Tutupan Lahan terhadap Ruang Terbuka Hijau
di Kota Palangka Raya ............................................................................ 69
4.6 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Ruang Terbuka Hijau
di Kota Palangka Raya ............................................................................ 70
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
5.1 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan di Ruang Terbuka Hijau ........... 72
5.1.1 Uji Validasi Menggunakan Normalized Difference Vegetasi ....... 72
5.1.2 Persebaran Nilai NDVI Per Kelas ................................................ 73
5.1.3 Tabel Hasil Luas Per Kelas NDVI ................................................ 76
5.1.4 Histogram Hasil NDVI ................................................................. 80
5.2 Analisis Persebaran Tutupan Lahan terhadap Ruang Terbuka Hijau
di Kota Palangka Raya ........................................................................... 85
5.2.1 Tabel Kelas Tutupan Lahan .......................................................... 89
5.3 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Ruang Terbuka Hijau
di Kota Palangka Raya ........................................................................... 94
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 112
6.2 Rekomendasi untuk mengatasi tantangan dalam mempertahankan
dan mengembangkan RTH ..................................................................... 113
6.3 Saran ...................................................................................................... 113
6.4 Rekomendasi untuk Penambahan RTH di Kota Palangka Raya ............. 115
6.5 Rekomendasi Untuk Masa Depan .......................................................... 116
6.5 Kesimpulan Secara Umum ..................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 117
LAMPIRAN PETA ..................................................................................... 127

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kisaran Tingkat Kerapatan indeks Vegetasi Dep Kehutanan 2003 ... 22
Tabel 2.2 Definisi Perubahan Lahan .................................................................. 26
Tabel 2.3 Spesifikasi Kanal Landsat 8 (NASA, 2013) ....................................... 43
Tabel 2.4 Landsat 8 OLI dan TIRS .................................................................... 43
Tabel 2.5 Spesifikasi Landsat 8 (Sitanggang 2010) ........................................... 44
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ................................................................................ 51
Tabel 3.2 Data Primer Penelitian ........................................................................ 51
Tabel 3.3 Data Sekunder Penelitian ................................................................... 53
Tabel 3.4 Jenis Ruang Terbuka Hijau ................................................................ 54
Tabel 4.1 Kepadatan Penduduk rata-rata jiwa/km² Tahun 2019 ........................ 63
Tabel 4.2 Kepadatan Penduduk rata-rata jiwa/km² tahun 2019
hingga tahun 2023 .............................................................................. 63
Tabel 4.3 Luas sebaran Ruang Terbuka Hijau Di Kota Palangka Raya ............. 65
Tabel 4.4 Analisis Tutupan Lahan Tahun 2019 ................................................. 69
Tabel 4.5 Analisis Kesesuian Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2019 ........ 71
Tabel 5.1 Hasil Luas Perkelas NDVI Tahun 2019 ............................................. 76
Tabel 5.2 Hasil Luas Perkelas NDVI Tahun 2020 ............................................. 77
Tabel 5.3 Hasil Luas Perkelas NDVI Tahun 2021 ............................................. 77
Tabel 5.4 Hasil Luas Perkelas NDVI Tahun 2022 ............................................. 78
Tabel 5.5 Hasil Luas Perkelas NDVI Tahun 2023 ............................................. 78
Tabel 5.6 Hasil Luas Perkelas NDVI Tahun 2024 ............................................. 79
Tabel 5.7 Standar Deviasi Nilai NDVI Citra Landsat - 8 ................................... 83
Tabel 5.8 Hasil Validasi indeks kerapatan vegetasi di ruang terbuka hijau
Kota Palangka Raya ........................................................................... 83
Tabel 5.9 Kelas Tutupan Lahan Tahun 2019 ..................................................... 89
Tabel 5.10 Kelas Tutupan Lahan Tahun 2020 ................................................... 89
Tabel 5.11 Kelas Tutupan Lahan Tahun 2021 ................................................... 90
Tabel 5.12 Kelas Tutupan Lahan Tahun 2022 ................................................... 90
Tabel 5.13 Kelas Tutupan Lahan Tahun 2023 ................................................... 91
Tabel 5.14 Kelas Tutupan Lahan Tahun 2024 ................................................... 91
Tabel 5.15 Kelas Tutupan Lahan untuk Lahan Terbangun di ruang terbuka hijau
Di Kota Palangka Raya .................................................................... 92

xv

Tabel 5.16 Lokasi Perubahan Penggunaan Lahan ............................................. 97
Tabel 5.17 Rincian Hasil Kesesuian Perubahan Penggunaan Lahan Di Ruang
Terbuka Hijau Tahun 2019 ............................................................... 102
Tabel 5.18 Rincian Hasil Kesesuian Perubahan Penggunaan Lahan Di Ruang
Terbuka Hijau Tahun 2024 ............................................................... 103
Tabel 5.19 Hasil Analisis Kesesuian Perubahan Penggunaan Lahan Di Ruang
Terbuka Hijau Tahun 2019 ............................................................... 105
Tabel 5.20 Hasil Analisis Kesesuian Perubahan Penggunaan Lahan Di Ruang
Terbuka Hijau Tahun 2024 ............................................................... 107
Tabel 5.21 Hasil Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di Ruang Terbuka
Hijau dari Tahun 2019 hingga Tahun 2024 ...................................... 109

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian .............................................................. 14
Gambar 2.1 Tampilan Penggunaan Lahan ........................................................ 22
Gambar 2.2 Komponen SIG .............................................................................. 32
Gambar 2.3 Sumber Data Dalam SIG ............................................................... 33
Gambar 2.4 Tampilan Data Titik, Garis dan Polygon ....................................... 34
Gambar 2.5 Contoh data vektor ......................................................................... 35
Gambar 2.6 Contoh data raster .......................................................................... 35
Gambar 2.7 Contoh data atribut ........................................................................ 36
Gambar 2.8 Interseksi ........................................................................................ 27
Gambar 2.9 Keluaran interseksi/irisan .............................................................. 38
Gambar 2.10 Sistem Pengindraan Jauh ............................................................. 39
Gambar 2.11 Tampilan SAS Planet ................................................................... 46
Gambar 2.12 Tampilan Arcgis ArcMap 10.8 .................................................... 47
Gambar 3.1 Peta Lokasi Kegiatan Penelitian Di Kota Palangka Raya ............. 50
Gambar 3.2 Peta Sebaran Ruang Terbuka Hijau Di Kota Palangka Raya ......... 54
Gambar 3.3 Peta Titik Lokasi Ruang Terbuka Hijau Di Kota Palangka Raya .. 55
Gambar 3.4 Alur Pengolahan Data NDVI .......................................................... 60
Gambar 3.5 Alur Pengolahan Data Tutupan Lahan ........................................... 61
Gambar 3.6 Alur Pengolahan Data Overlay Perubahan Penggunaan Lahan ..... 62
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Palangka Raya Perkecamatan ................... 64
Gambar 4.2 Peta Administrasi Kota Palangka Raya Menggunakan CSRT ....... 64
Gambar 4.3 Peta Sebaran Ruang Terbuka Hijau Di Kota Palangka Raya ......... 66
Gambar 4.4 Peta Titik Sebaran RTH DI Kota Palangka Raya ........................... 66
Gambar 4.5 Peta Analisis Jenis Vegetasi Di Ruang Terbuka Hijau
di Kota Palangka Raya .................................................................... 67
Gambar 4.6 Peta Analisis NDVI Tahun 2019 .................................................... 68
Gambar 4.7 Histrogram Range Kelas Vegetasi .................................................. 68
Gambar 4.8 Peta Analisis Tutupan Lahan Tahun 2019 ...................................... 69
Gambar 4.9 Peta Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2019 .............. 70
Gambar 5.1 Peta Klasifikasi Jenis Vegetasi Di Ruang Terbuka Hijau
Di Kota Palangka Raya .................................................................. 72
Gambar 5.2 Peta Hasil Analisis NDVI Tahun 2019 ........................................... 73

xvii

Gambar 5.3 Peta Hasil Analisis NDVI Tahun 2020 ........................................... 73
Gambar 5.4 Peta Hasil Analisis NDVI Tahun 2021 ........................................... 74
Gambar 5.5 Peta Hasil Analisis NDVI Tahun 2022 ........................................... 74
Gambar 5.6 Peta Hasil Analisis NDVI Tahun 2023 ........................................... 75
Gambar 5.7 Peta Hasil Analisis NDVI Tahun 2024 ........................................... 75
Gambar 5.8 Histogram Hasil NDVI Tahun 2019 ............................................... 80
Gambar 5.9 Histogram Hasil NDVI Tahun 2020 ............................................... 80
Gambar 5.10 Histogram Hasil NDVI Tahun 2021 ............................................. 81
Gambar 5.11 Histogram Hasil NDVI Tahun 2022 ............................................. 81
Gambar 5.12 Histogram Hasil NDVI Tahun 2023 ............................................. 82
Gambar 5.13 Histogram Hasil NDVI Tahun 2024 ............................................. 82
Gambar 5.14 Grafik Indeks Kerapatan Vegetasi Di Ruang Terbuka Hijau
Kota Palangka Raya ..................................................................... 84
Gambar 5.16 Peta Analisis Tutupan Lahan Tahun 2019 .................................... 85
Gambar 5.17 Peta Analisis Tutupan Lahan Tahun 2020 .................................... 86
Gambar 5.18 Peta Analisis Tutupan Lahan Tahun 2021 .................................... 86
Gambar 5.19 Peta Analisis Tutupan Lahan Tahun 2022 .................................... 87
Gambar 5.20 Peta Analisis Tutupan Lahan Tahun 2023 .................................... 87
Gambar 5.21 Peta Analisis Tutupan Lahan Tahun 2024 .................................... 88
Gambar 5.22 Grafik Luas Lahan Terbangun Di Ruang Terbuka Hijau ............. 93
Gambar 5.23 Peta Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2019
Menggunakan CSRT .................................................................... 95
Gambar 5.24 Peta Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2019 ............ 95
Gambar 5.25 Peta Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2024
Menggunakan CSRT .................................................................... 96
Gambar 5.26 Peta Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2024 ............ 96
Gambar 5.27 Peta Analisis Titik Lokasi Perubahan Penggunaan Lahan
Tahun 2024 ................................................................................... 97

xviii

LAMPIRAN PETA

Peta Lokasi Kegiatan Penelitian Di Kota Palangka Raya
Peta Sebaran Ruang Terbuka Hijau Di Kota Palangka Raya
Peta Titik Lokasi Ruang Terbuka Hijau Di Kota Palangka Raya
Peta Administrasi Kota Palangka Raya Perkecamatan
Peta Administrasi Kota Palangka Raya Menggunakan CSRT
Peta Analisis Jenis Vegetasi Di Ruang Terbuka Hijau
Peta Analisis NDVI Tahun 2019
Peta Analisis Tutupan Lahan Tahun 2019
Peta Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2019
Peta Kelasifikasi Jenis Vegetasi Di Ruang Terbuka Hijau
Peta Hasil Analisis NDVI Tahun 2019
Peta Hasil Analisis NDVI Tahun 2020
Peta Hasil Analisis NDVI Tahun 2021
Peta Hasil Analisis NDVI Tahun 2022
Peta Hasil Analisis NDVI Tahun 2023
Peta Hasil Analisis NDVI Tahun 2024
Peta Kelasifikasi Tutupan Lahan
Peta Analisis Tutupan Lahan Tahun 2019
Peta Analisis Tutupan Lahan Tahun 2020
Peta Analisis Tutupan Lahan Tahun 2021
Peta Analisis Tutupan Lahan Tahun 2022
Peta Analisis Tutupan Lahan Tahun 2023
Peta Analisis Tutupan Lahan Tahun 2024
Peta Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2019 Menggunakan CSRT
Peta Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2019
Peta Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2024 Menggunakan CSRT
Peta Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2024
Peta Analisis Titik Lokasi Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2024

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kota Palangka Raya merupakan Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah yang
merupakan kota terluas di Indonesia yang menjadi pusat kegiatan nasional di Wilayah
Kalimantan Tengah (Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional), kebijakan tersebut berpengaruh pada Pembangunan Sarana dan
Prasarana nasional hingga internasional
Seiring bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, Kota Palangka Raya
juga mengalami pesatnya pembangunan fasilitas fisik dan sosial, sehingga daya dukung
wilayah khususnya daya dukung lingkungan mengalami degradasi. pembangunan berbagai
fasilitas seperti perumahan, hotel, pusat perbelanjaan, dan beragam fasilitas lainnya
merupakan tekanan yang cukup tinggi terhadap pemanfaatan ruang di kota ini. Ruang
Terbuka Hijau di Kota Palangkaraya menjadi perhatian dari beberapa penelitian dan analisis,
sehingga aspek-aspek fisik keberadaan ruang terbuka hijau di kota ini masih sangat kurang,
di karenakan kawasan permukiman padat mulai berkembang di sekitar Kota Palangka Raya,
yang seharusnya merupakan jalur hijau atau ruang terbuka hijau. Hal ini berdampak pada
berkurangnya ruang-ruang terbuka atau open space yang berupa ruang terbuka hijau.
Pemanfaatan lahan untuk penggunaan lahan tertentu di suatu wilayah harus
mempertimbangkan aspek sosial maupun aspek fisik. Hal tersebut dilakukan agar
pemanfaatan lahan lebih tepat sehingga menguntungkan bagi semua pihak baik secara
ekonomis maupun ekologis, seperti yang dikemukakan oleh Sitorus (2004, hlm.34)
“meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan baik untuk keperluan
lainnya memerlukan pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan pemanfaatan
yang paling menguntungkan dari sumberdaya lahan yang terbatas”.
Meningkatnya taraf hidup dan terbukanya kesempatan untuk menciptakan peluang
kerja, yang ditandai oleh banyaknya investor ataupun masyarakat dan pemerintah dalam
melakukan pembangunan, maka kebutuhan lahan untuk berbagai kegiatan pembangunan pun
akan meningkat, sehingga mendorong perubahan penggunaan lahan, seperti penggunaan
kawasan hutan untuk pertanian dan penggunaan lahan pertanian berubah fungsi menjadi area
kegiatan industri atau permukiman tidak terelakan

2

Menurut Suma’atmadja (1997, hlm.56) “pergeseran fungsi tata guna lahan tanpa
memperhatikan kondisi geografis yang meliputi segala faktor fisik dengan daya dukungnya
dalam jangka panjang akan membawa negatif terhadap lahan dan lingkungan bersangkutan
yang akhirnya pada kegiatan manusia itu sendiri”. Terjadi pergeseran fungsi tata guna lahan
tanpa memperhatikan kondisi geografis, dapat mengakibatkan dampak yang negatif, karena
alih fungsi lahan yang tidak terkendali akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas unsur
lingkungan sehingga menjadi tercemar, berkurangnya air tanah, besarnya air limpasan
permukaan yang menyebabkan banjir dan kekeringan pada musim kemarau, berubahnya
suhu dan lain sebagainya.
Alih fungsi lahan yang paling sering terjadi yaitu pada lahan pertanian. Hal ini
disebabkan daya tarik untuk bertani dikalangan masyarakat semakin rendah dan sektor
pertanian pun mulai ditinggalkan. Di lain sisi, alih fungsi lahan pertanian yang tak terkendali
karena belum optimalnya pelaksanaan peraturan mengenai tata guna lahan, sehingga yang
terjadi di lapangan berbeda dengan yang terdapat dalam peraturan. Dengan demikian, alih
fungsi lahan pertanian adalah ancaman serius yang tidak dapat disepelekan karena dampak
yang ditimbulkan berkaitan langsung dengan lingkungan dan ketahanan pangan
Tata ruang yang telah ditetapkan menjadi peraturan daerah dalam kurun waktu
tertentu seringkali mengalami ketidaksesuaian yang diakibatkan oleh pertumbuhan
penduduk maupun perkembangan jaman, sehingga akan timbul yang namanya konversi
lahan yang nantinya akan meningkatkan pertumbuhan kawasan seperti industri, kompleks
perdagangan, perkantoran, dan fungsi strategis lainnya, ketidakselarasan ini perlu dipantau
dengan membandingkan pemanfaatan lahan yang ada saat ini atau eksisting dengan rencana
pemanfaatan lahan yang merupakan salah satu materi dalam rencana tata ruang wilayah
tersebut (Setiadi, 2006).
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan
perencanaan tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan
ruang terbuka hijau yang luas minimal sebesar 30 % dari luas wilayah kota, dalam undang-
undang tersebut dijelaskan bahwa luas RTH dialokasikan 10 % untuk RTH Privat dan 20 %
lainnya untuk RTH Publik. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2021 tentang penyelenggaraan penataan ruang, peraturan ini mengatur tentang suatu sistem
proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang,
dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi pengaturan pembinaan pelaksanaan dan
pengawasan penataan ruang sehingga dapat membentuk landasan hukum bagi pemerintah

3

pusat, pemerintah daerah dan masyarakat sehingga dapat mewujudkan tertib tata ruang yang
sesuai dengan peraturan perundang undangan.
Peraturan terbaru mengenai ruang terbuka hijau adalah Peraturan Menteri Agraria
dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 14 Tahun 2022 tentang
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH), peraturan ini ditetapkan oleh
Menteri ATR/KBPN Hadi Tjahjanto di Jakarta pada tanggal 19 Juli 2022, peraturan ini
mengatur penyediaan dan pemanfaatan RTH dengan mempertimbangkan aspek fungsi
ekologis, resapan air, ekonomi, sosial budaya, estetika, dan penanggulangan bencana, selain
itu, peraturan yang berkaitan dengan RTH juga diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, yang mencakup aspek umum, jalur hijau, permukiman, dan taman,
agroforestri, yang merupakan optimalisasi pemanfaatan lahan dengan sistem kombinasi
tanaman berkayu, buah-buahan, atau tanaman semusim sehingga terbentuk interaksi ekologis
dan ekonomis di antara komponen penyusunnya, juga termasuk dalam peraturan ini.
Teknologi penginderaan jauh dapat digunakan untuk inventarisasi ekosistem vegetasi
dan monitoring perubahan penggunaan lahan dengan biaya yang sangat murah dan minim
resiko, dengan menggunakan metode NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) pada
citra Landsat 8 untuk mengetahui kerapatan vegetasi di ruang terbuka hijau.dan melakukan
Klasifikasi citra merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menghilangkan informasi
rinci dari data input untuk menampilkan pola-pola penting atau distribusi spasial untuk
mempermudah interpretasi dan analisis citra sehingga dari citra tersebut diperoleh informasi
yang bermanfaat. Proses klasifikasi citra dilakukan dengan menetapkan metode klasifikasi
visual digitation on screen berdasarkan citra komposit warna. Klasifikasi citra pada dasarnya
bertujuan untuk melakukan pengelompokan data dari nilai-nilai piksel yang bervariasi
sehingga dapat dijelaskan ke dalam beberapa klas yang memiliki karakteristik nilai spektral
yang serupa.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan terhadap
RTH di Kota Palangka Raya. Dengan menggunakan data spasial dan metode NDVI,
diharapkan dapat diperoleh gambaran yang jelas mengenai kondisi RTH saat ini dan
tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan dan mengembangkan ruang terbuka hijau,
penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan secara analisis
melalui teknik digitasi on screen secara spasial dengan melihat gambar citra resolusi tinggi
terhadap transisi perubahan penggunaan lahan tahun 2019 semenjak peraturan tata ruang
wilayah tersebut diperdakan dan tahun 2023 sehingga yang terjadi ketidaksesuaian di ruang

4

terbuka hijau, diakibatkan meningkatnya pembangunan fisik kota, pertumbuhan penduduk,
laju pertumbuhan penduduk serta berbagai aktivitas kota menyebabkan berkurangnya ruang
terbuka hijau kota dan menurunnya kualitas lingkungan hidup yang mengakibatkan
terjadinya perubahan ekosistem alami, keberadaan vegetasi dari vegetasi yang berada di
ruang terbuka hijau dapat mempengaruhi kondisi atmosfer setempat, berubah suhu,
mengurasi polusi kota, kelembaban dan mengurangi kecepatan angin dan banyak dialih
fungsikan menjadi lahan budidaya, sehingga diperlukan pemantauan dan pengawasan untuk
menunjang arahan rencana tata ruang wilayah Kota Palangka Raya dan dapat memberikan
rekomendasi bagi pengambil kebijakan dalam merencanakan penggunaan lahan yang lebih
berkelanjutan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1 Bagaimana menganalisis perubahan penggunaan lahan di ruang terbuka hijau.
2 Bagaimana mengetahui gambaran perubahan penggunaan lahan di ruang terbuka hijau.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mendapatkan peta perubahan penggunaan lahan di ruang terbuka hijau.
2. Untuk mendapatkan gambaran peta perubahan penggunaan lahan di ruang terbuka hijau.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat Penelitian ini adalah :
1. Manfaat bagi Akademik
Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi teman-teman
mahasiswa S2 MPWK agar dapat memahami tren perubahan penggunaan lahan di ruang
terbuka hijau terhadap RTRW. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu Perencanaan Wilayah dan
Kota, terkait faktor-faktor yang berpengaruh terhadap analisis perubahan penggunaan
lahan di Kota Palangka Raya, Serta bisa dijadikan sebagai bahan masukan atau referensi
bagi peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai perubahan
penggunaan lahan terhadap rencana tata ruang wilayah di ruang terbuka hijau.
2. Instansi Pemerintah
Bagi pemerintah atau instansi yang membidangi tata ruang wilayah, hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai informasi dalam melakukan perencanaan tata ruang. Informasi

5

yang diperoleh dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dasar untuk
melakukan diagnosis analisis perubahan penggunaan lahan di ruang terbuka hijau secara
cepat, objektif, tepat dan rasional.
3. Manfaat bagi masyarakat
Hasil penelitian ini dapat membantu pihak-pihak terkait yang menangani
ketidaksesuaian perubahan penggunaan lahan di Kota Palangka Raya dan sebagai
informasi bagi masyarakat agar mengetahui perubahan penggunaan lahan di ruang
terbuka hijau.
1.5 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian penelitian yang dianggap relevan dalam studi ini adalah :
Jihan putri saesarin (2020) dalam penelitian analisis pola ekspansi perkotaan di
surabaya barat menggunakan metode spatial autocorrelation, dalam mencapai tujuan
penelitian tersebut, maka hal yang perlu dilakukan untuk pengerjaan penelitian ini terdiri
dari 3 tahapan, sebagai berikut : (1) Identifikasi ekspansi perkotaan di Surabaya Barat pada
tahun 2001-2016, (2) Menentukan faktor yang mempengaruhi ekspansi perkotaan di
Surabaya Barat dengan menggunakan teknik analisis regresi logistrik, (3) Mengidentifikasi
pola spasial ekspansi perkotaan Surabaya Barat dengan menggunakan metode analisis
Spatial Autocorrelation, adapun hasil dari penelitian ini dapat diketahui besaran luas
ekspansi yang terjadi di Surabaya Barat mencapai 2624,260 Ha. Ekspansi ini terjadi hampir
diseluruh kelurahan di Surabaya Barat, kecuali Kelurhan Simo Mulyo. Kelurahan yang
mengalami ekspansi terbesar adalah Kelurahan Lontar dengan luas ekspansi sebesar
276,496 Ha, sedangkan kelurahan yang mengalami ekspansi terkecil adalah Kelurahan Putat
Gede dengan luas ekspansi sebesar 0,001 Ha. Ekspansi lahan di Surabaya Barat dipengaruhi
oleh beberapa variabel yaitu kepadatan penduduk, jaringan jalan utama, jaringan jalan
lingkungan, perdagangan dan jasa, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, kawasan
industri, dan lahan pertanian. Berdasarkan hasil pengerjaan penelitian dengan metode
Spatial Autocorrelation diketahui ekspansi lahan fasilitas umum memiliki nilai indeks
moran sebesar 0,120351, nilai Z-Score sebesar 1,882014 dan membentuk pola clustered;
ekspansi lahan industri memiliki nilai indeks moran sebesar 0,163019, nilai Z-Score sebesar
1,764974, dan membentuk pola clustered; ekspansi lahan terbangun berupa jalan memiliki
nilai indeks moran sebesar 0,052742, nilai Z-Score sebesar 0,730533, dan membentuk pola
random; ekspansi lahan perdagangan dan jasa memiliki nilai indeks moran sebesar
0,033118, nilai Z-Score sebesar 1,102075, dan membentuk pola random; ekspansi lahan

6

permukiman memiliki nilai indeks moran sebesar 0,342705, nilai Z-Score sebesar
3,138081, dan membentuk pola clustered, dan berdasarkan luas ekspansi perkotaan tiap
kelurahan memiliki nilai indeks moran sebesar 0,191221, nilai Z-Score sebesar 1,889728,
dan membentuk pola clustered.
Yurike nisa arindi (2018) dalam penelitian berjudul analisis perubahan kerapatan
ekosistem mangrove menggunakan algoritma indeks vegetasi NDVI dan SAVI citra satelit
multitemporal (studi kasus pesisir utara Surabaya) Adapun hasil penelitian Berdasarkan
hasil pengolahan indeks vegetasi, persebaran serta luas hasil klasifikasi tiap transformasi
indeks vegetasi menunjukkan hasil yang bervariasi. Luas ekosistem mangrove selama tahun
2015-2018 terus mengalami penurunan. Luas mangrove berdasarkan NDVI tahun 2015-
2018 sebesar sebesar184,77, 184,59, 184,14 dan 183,60 hektar dan SAVI sebesar
184,41, 184,14, 183,51 dan 182,97 hektar. Total perubahan luas mangrove selama tahun
2015-2018 berdasarkan algoritma NDVI sebesar 1,17 hektar dan SAVI sebesar 1,44 hektar.
Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi (R) antara NDVI dengan kerapatan
jenis menghasilkan nilai korelasi yang lebih baik yakni 0,80 dibandingkan SAVI yang
berkorelasi sebesar 0,78. Selain itu, hasil perhitungan korelasi indeks vegetasi dengan
sampel parameter air di lapangan menunjukkan bahwa sampel salinitas memiliki korelasi
(R) sangat baik terhadap nilai NDVI sebesar 0,90 (stasiun Tambak Wedi) dan terhadap
SAVI sebesar 0,97 (stasiun Tambak Wedi). Sedangkan untuk korelasi antara NDVI degan
pH berkorelasi (R) negatif yakni sebesar -0,48 (stasiun Tambak Wedi) dan korelasi dengan
SAVI sebesar -0,47 (stasiun Romokalisari). Sehingga indeks vegetasi NDVI merupakan
salah satu indeks vegetasi yang memiliki hubungan paling besar dengan sampel parameter
lapangan.
Fendra dwi ramadhan (2021) dalam penelitian berjudul analisis pola perubahan
lahan terbangun berdasarkan kombinasi metode klasifikasi menggunakan citra
penginderaan jauh multitemporal di kota Surabaya Adapun hasil penelitian Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kombinasi A dan kombinasi B memiliki tren yang sama yaitu pada
tahun 2015 ke 2017 mengalami penurunan luasan lahan terbangun sedangkan pada tahun
2017 ke 2019 mengalami peningkatan. Uji akurasi menggunakan matriks konfusi
menunjukkan bahwa semua metode yang diterapkan memiliki nilai OA (overall accuracy)
diatas 80% serta nilai koefisien Kappa yang termasuk dalam kategori sedang hingga tinggi.
Kota Surabaya memiliki tipe persebaran piksel lahan terbangun bersifat mengelompok,
serta pola arah lahan terbangun menunjukkan kecondongan perubahan kearah sisi barat dan

7

timur dengan konsentrasi lahan terbangun paling dominan di tengah pusat kota dan meluas
di pinggiran perbatasan kota, sehingga diidentifikasi memiliki pola perkembangan kota
sentrifugal konsentris dan kota berbentuk kipas. Faktor-faktor pendorong yaitu populasi
(x1), jalan utama (x2), jalan non utama (x3), sungai (x4) dan CBD (x5) cukup dapat
memberikan dampak terhadap penentuan wilayah lahan terbangun (y). Nilai R keseluruhan
didapatkan sebesar 0,601248 yang berarti terjadi hubungan yang sedang antara seluruh
faktor pendorong terhadap lahan terbangun, sedangkan nilai R
2
menunjukkan presentase
sumbangan pengaruh seluruh faktor pendorong terhadap lahan terbangun didapatkan
sebesar 36,1499%.
Mohammad akhid yunanto (2018) dalam penelitian berjudul prediksi perubahan
penggunaan lahan akibat pembangunan gerbang tol krian dan driyorejo di kecamatan
driyorejo kabupaten Gresik Adapun hasil penelitian Penentuan potensi perubahan
penggunaan lahan dilakukan pada model spasial perubahan penggunaan lahan yang
keseluruhan meluputi dua teknik analisis. (1) Teknik analisis regresi logistik bertujuan
untuk mengidentifikasi variabel penentu dan menghasilkan model matematis perubahan
penggunaan lahan dan (2) teknik analisis spasial kogistik biner digunakan untuk melakukan
pemodelan spasial perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Driyorejo, Kabupayen
Gresik.Tiap tahapan penelitian menghasilkan luaran yang saling berkaitan. Terdapat 8
variabel penentu perubahan penggunaan lahan yang dihasilkan dari teknik analisis regresi
logistik. Tinggi rendahnya kemungkinan perubahan penggunaan lahan ditentukan oleh jarak
dari variabel-variabel tersebut. Adapun model spasial harga lahan dihasilkan dari model
matematis memiliki konstanta 0,319. Variabel yang berpengaruh positif dalam model
tersebut adalah gerbang tol, wilayah permukiman, rencana jalan, sarana peribadatan dan
jaringan listrik. Variabel yang berpengaruh negatif adalah sarana pendidikan, jaringan air
bersih, dan jaringan gas. Hasil perumusan model spasial perubahan penggunaan lahan
menunjukan bahwa probabilitas perubahan lahan di Kecamatan Driyorejo sebesar
0,000000583805 hingga 0,988594. Sedangkan untuk lahan tidak terbangun, lahan pertanian
yang berpotensi untuk berubah adalah sebesar 307,29 hektar dan lahan RTH yang
berpotensi untuk berubah adalah sebesar 34,9 hektar.
Ahmad mauliyadi a. salim (2018) dalam penelitian berjudul nilai dan manfaat
ekonomi keberadaan taman paku sayang sebagai salah satu bentuk pemanfaatan ruang
terbuka hijau, adapun hasil penelitian. Berdasarkan persepsi multistakeholder fungsi
terpenting keberadaan taman pakui sayang adalah sebagai fungsi sosial budaya, dimana

8

indikator sarana rekreasi keluarga (52.9%) merupakan nilai tertinggi dalam fungsi ini.
Fungsi ekologis didapatkan pada indikator 35.8% sebagai pelestarian taman lingkungan, dan
fungsi ekologis sebesar 40.1% menunjukkan taman pakui sayang dapat menjadi salah satu
wadah dalam perbaikan kualitas udara di kota makassar. Hasil persepsi multistakeholder
terhadap ketiga fungsi tersebut memperlihatkan bahwa ada kesesuaian antara tujuan
pemerintah dalam membangun taman kota dengan yang responden rasakan. Selain itu,
keberadaan taman pakui sayang memberikan fungsi tambahan yaitu fungsi ekonomi (72.6%)
dirasakan oleh pedagang kaki lima karena dapat meningkatkan pendapatan. Nilai ekonomi
taman pakui sayang berdasarkan konsep wtp mendapatkan nilai ekonomi dari keberadaan
taman pakui sayang dan didapatkan yaitu sebesar rp.134.000.000. Hasil tersebut
mencerminkan besarnya nilai yang diberikan pengguna taman dalam menghargai
keberadaan taman pakui sayang. Oleh karena itu, para pengguna berharap bahwa keberadaan
taman paku sayang tetap terjaga kelestariannya secara berkelanjutan agar mereka bisa terus
memanfaatkan hingga anak cucu mereka. Keberadaan taman pakui sayang memberikan
pengaruh yang positif terhadap perubahan pendapatan Sebagian Masyarakat dan menurut
pengunjung kebaradaan taman pakui sayang mampu menjadi salah satu pilihan sebagai
tempat bersantai setelah bekerja.
Muhammad Iqbal (2022) dalam penelitian berjudul Optimalisasi Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau Kota Pangkajene (Studi Kasus Taman Musafir Kota Pangkajene),
adapun hasil dapat disimpulkan sebagai berikut. Optimalisasi pemanfaatan Taman Musafir
Kota Pangkajene cenderung berada pada kategori cukup akan tetapi masih ada beberapa hal
yang perlu diperbaiki dan di tata lebih baik lagi seperti sarana dan prasarana penunjang
aktivitas di taman, pemeliharaan. Ruang terbuka hijau Kota Pangkajene (Studi Kasus
Taman Musafir Kota Pangkajene) cenderung berada pada kategori cukup akan tetapi masih
ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dan di tata lebih baik lagi seperti pengelolaan
lingkungan hidup kurang nyamannya taman dan juga kebersihan taman yang masih sering
tidak terjaga. Terdapat optimalisasi pemanfaatan dalam ruang terbuka hijau Kota
Pangkajene (Studi Kasus Taman Musafir Kota Pangkajene).
Andi Mirza Azilla.W (2023) dalam penelitian berjudul Keberlanjutan Pembangunan
Kawasan Perkotaan Berbasis Penyiapan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Pare pare, adapun
hasil dapat disimpulkan sebagai berikut Ruang terbuka hijau merupakan unsur esensial dari
sebuah wilayah perkotaan, dalam menciptakan pembangunan kota diharuskan berwawasan
lingkungan. Hal tersebut telah disampaikan dalam Deklarasi Rio 1992. Pembangunan

9

berwawasan lingkungan merupakan hal wajib, sebagai pemenuhan prinsip berkelanjutan.
Sumber daya alam yang dimiliki saat ini harus dirasakan juga oleh generasi yang akan
datang. Berada di iklim tropis membuat Negara Indonesia memiliki kekayaan alam yang
berlimpah. Hal tersebut merupakan hal yang baik bagi Negara Indonesia. Banyak negara-
negara yang mengalami krisis sumber daya alam (SDA), Indonesia dapat menambah devisa
dengan cara berdagang hasil SDA ke negara lain. Memiliki iklim yang baik membuat
Indonesia mudah menciptakan kawasan hijau, pembangunan kawasan hijau telah di atur
dalam UU Nomor 26/2007 Penataan Ruang, berlandaskan Deklarasi Rio 1992 UU Tata
Ruang Tercipta. Kawasan hijau identik dengan taman kota, akan tetapi berdasarkan
Permendagri Nomor 1 tahun 2007, bukan hanya taman kota saja yang digolongkan sebagai
RTH. Kawasan Perkotaan Bacukiki di Kota Parepare dikenal dengan tematik yang beragam,
namun hal tersebut tidak menambah besaran RTH di Kawasan Perkotaan Bacukiki
dikarenakan hanya memperbaiki dari kualitas yang sebelumnya pemenuhan besaran RTH
yang diatur dalam UU Penataan Ruang haruslah dipenuhi, pasalnya hal tersebut merupakan
pembangunan jangka panjang. Pembangunan yang berkaitan dengan lingkungan
berlandasan prinsip berkelanjutan. Secara teknis setiap Kawasan perkotaan di wilayah
kecamatan Bacukiki telah melakukan perencanaan penambahan RTH eksisting dari RTH
rencana dalam penyusunan RDTR wilayah perkotaan atas Kota Pare Pare. Walaupun dalam
analisis dari RTH eksisting ditamba RTH rencana (potensial) masih belum memenuhi aspek
lahan terbangun, luas wilayah perkotaan dan jumlah penduduk di beberapa perkotaan
kecamatan Bacukiki, namun secara perhatian dari perhatian dari pemerintah setiap Kawasan
di wilayah Kecamatan Bacukiki telah serius menanggapi hal yang terkait dengan
lingkungan dalam pemenuhan RTH wilayah perkotaan.
Muhamad Annis Wichi Luthfina dkk (2019) dalam penelitian berjudul Analisa
kesesuaian penggunaan lahan terhadap rencana tata ruang wilayah tahun 2010-2030
menggunakan sistem informasi geografis dikecamatan pati, Adapun hasil penelitian yaitu
berupa peningkatan atau penurunan luas penggunaan lahan Kecamatan Pati dari tahun 2009
hingga tahun 2017. Untuk peningkatan luas penggunaan lahan di Kecamatan Pati dalam
kurun waktu 8 tahun, dari tahun 2009 hingga 2017 yaitu pada penggunaan lahan
Permukiman Perkotaan terjadi peningkatan luas sebesar 60,09 ha atau 1,33%. Penggunaan
lahan Permukiman Perdesaan terjadi peningkatan luas sebesar 0,82 ha atau 0,02%.
Penggunaan lahan Industri mengalami peningkatan luas penggunaan lahan sebesar 19,73 ha
atau 0,44%. Penurunan luas penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Pati terjadi pada

10

penggunaan lahan Pertanian Lahan Basah dan Pertanian Hortikultura. Untuk penurunan luas
penggunaan lahan Pertanian Lahan Basah sebesar 78,68 ha atau 1,74%, sedangkan
penurunan luas penggunaan lahan Pertanian Hortikultura sebesar 1,96 ha atau 0,04%.
Kesesuaian penggunaan lahan pada Kecamatan Pati tahun 2017 terhadap Rencana Tata
Ruang/Wilayah (RTRW) Kabupaten Pati tahun 2010-2030 adalah sebesar 55,96% atau
dengan luas 2.536,73 ha dari total luas Kecamatan Pati. Sedangkan untuk ketidaksesuaian
penggunaan lahan pada Kecamatan Pati tahun 2017 terhadap Rencana Tata Ruang/Wilayah
(RTRW) Kabupaten Pati tahun 2017 adalah sebesar 44,04% atau dengan luas 1.996,73 ha.
Restu Fadilla dkk (2018) dalam penelitian berjudul analisis kesesuaian perubahan
penggunaan lahan Terhadap rencana tata ruang/wilayah di kecamatan Penjaringan kota
administratif jakarta utara Menggunakan sistem informasi geografis, adapun hasil penelitian
Penggunaan lahan pada Kecamatan Penjaringan dengan total luas 3.658,648 ha. Penggunaan
lahan pada tahun 2013 terdiri atas Kawasan Perumahan dengan luas sebesar 1.333,123 ha
atau 36,44%, Kawasan Hijau Budidaya dengan luas sebesar 924,558 ha atau 25,27%,
Kawasan Industri dan Perdagangan dengan luas sebesar 490,366 ha atau 13,40%, Kawasan
Perkantoran,Perdagangan dan Jasa dengan luas sebesar 414,385 ha atau 11,33%, Kawasan
Ruang Terbuka Biru dengan luas sebesar 249,538 ha atau 6,82%, Kawasan Hijau Lindung
dengan luas sebesar 212,423 ha atau 5,80% dan Kawasan Perkantoran, Perdagangan dan
Jasa Taman dengan luas sebesar 34,255 ha atau 0,94%. Sementara Penggunaan lahan pada
tahun 2017 terdiri atas Kawasan Perumahan dengan luas sebesar 1.319,097 ha atau 36,05%,
Kawasan Hijau Budidaya dengan luas sebesar 865,844 ha atau 23,67%, Kawasan Industri
dan Perdagangan dengan luas sebesar 509,040 ha atau 13,91%, Kawasan Perkantoran,
Perdagangan dan Jasa dengan luas sebesar 455,288 ha atau 12,44%, Kawasan Ruang
Terbuka Biru dengan luas sebesar 264,780 ha atau 7,24%, Kawasan Hijau Lindung dengan
luas sebesar 210,344 ha atau 5,75% dan Kawasan Perkantoran, Perdagangan dan Jasa Taman
dengan luas sebesar 34,255 ha atau 0,94%. Kesesuaian penggunaan lahan tahun 2013
terhadap Rencana Tata Ruang/Wilayah (RTRW) Jakarta tahun 2030 adalah sebesar
2.848,019 ha atau 77,84% dari total luas Kecamatan Penjaringan, sedangkan kesesuaian
lahan tahun 2017 terhadap RTRW Jakarta Tahun 2011-2030 adalah sebesar 2.890,246 ha
atau 79,00% dari total luas Kecamatan Penjaringan.
Merpati Dewo Kusumaningrat, dkk (2017) dalam penelitian berjudul analisis
perubahan penggunaan dan pemanfaatan lahan Terhadap rencana tata ruang wilayah Tahun
2009 dan 2017 (studi kasus : kabupaten boyolali) adapun hasil penelitian Pertumbuhan

11

Kabupaten Boyolali atau perubahan penggunaan lahan Kabupaten Boyolali selama 8 tahun
terjadi paling tinggi di Kecamatan Sawit dengan presentase kenaiakan penggunaan
permukiman sebesar 5,57%, sedangkan untuk perubahan penggunaan lahan paling rendah
terdapat di Kecamatan Selo dengan presentase kenaiakan penggunaan permukiman sebesar
0,30%. Perubahan penggunaan lahan paling luas terdapat di Kecamatan Simo dengan
kenaikan penggunaan lahan permukiman sebesar 248,24 hektar, sementara perubahan
penggunaan lahan paling kecil berada di Kecamatan Selo dengan kenaikan penggunaan
lahan permukiman sebesar 12,10 hektar. Perubahan ini menandakan bahwa pembangunan
di Kabupaten Boyolali tidak hanya berpusat di ibukota kabupaten saja tetapi merata ke setiap
kecamatan Perubahan pemanfaatan lahan yang ada di Kabupaten Boyolali selama 8 tahun
terjadi peningkatan pada klasifikasi kegiatan sosial dengan sosial mengalami peningkatan
sebesar 91,41 hektar dan pemanfaatan tempat tinggal naik 1363,16 hektar, sementara kelas
tidak ada pemanfaatan mengalamai penurunan sebesar 210,61 hektar, kegiatan ekonomi juga
mengalami penurunan sebesar 1275,9 hektar, hal ini disebabkan karena kebutuhan akan
tempat tinggal dan sarana dan prasarana umum di Kabupaten Boyolali mulai meningkat.
Hasil dari kesesuaian penggunaan lahan di Kabupaten Boyolali tahun 2009 sebesar 92,25%,
tahun 2012 sebesar 92,83% dan tahun 2017 sebesar 93,43% dari luas kabupaten penggunaan
lahannya. Data tersebut menunjukan progres kesesuaian penggunaan lahan Kabupaten
Boyolali selalu naik dan mendekati rencana pola ruangnya.
Adri Panjaitan dkk (2019) dalam penelitian berjudul analisis kesesuaian penggunaan
lahan terhadap rencana tata ruang wilayah (rtrw) di kabupaten cianjur menggunakan sistem
informasi geografis, adapun hasil penelitian Penggunaan lahan pada wilayah penelitian
dengan total luas 40.123,4 ha. Perubahan penggunaan lahan tahun 2011 hingga 2017
didapatkan hasil berupa peningkatan dan penurunan luas penggunaan lahan. Luas lahan yang
bertambah yaitu hutan konservasi sebesar 14,332 ha (0,04%), hutan produksi sebesar
840,813 ha (2,1%), permukiman pedesaan sebesar 605,858 ha (1,51%), permukiman
perkotaan sebesar 172,969 ha (0,43%) dan industri sebesar 7,592 ha (0,02%), sedangkan
luas lahan yang berkurang yaitu perairan sebesar 4,376 ha (0,01%), perkebunan/tanaman
tahunan sebesar 14,582 ha (0,04%), pertanian lahan kering sebesar 1.394,808 ha (3,38%),
pertanian lahan basah sebesar 200,4 ha (0,50%) dan sempadan sungai dan danau sebesar
27,399 ha (0,07%). Kesesuaian penggunaan lahan terhadap Rencana Tata Ruang/Wilayah
(RTRW) Kabupaten Cianjur Tahun 2011-2031 pada tahun 2011 sebesar 18.886,975 ha atau
47,072 % sedangkan pada tahun 2017 sebesar 19.183,538 ha atau 47,81 % dari total luas

12

wilayah penelitian, sehingga kesesuaian Penggunaan lahan wilayah penelitian mengalami
peningkatan dalam rentang waktu 6 tahun sebesar 296,563 ha atau 0,739 %.
Fauzi Iskandar, dkk (2016) dalam penelitian berjudul Analisis kesesuaian
penggunaan lahan terhadap rencana tata ruang/wilayah di kecamatan kutoarjo menggunakan
sistem informasi geografis adapun hasil penelitian Penggunaan lahan di Kecamatan Kutoarjo
Lahan dengan luas total 3920,73 hektar didominasi oleh sawah sebesar 46,167% atau seluas
1810,10 hektar, dan kampung jarang kampung jarang sebesar 28,289% atau seluas 1109,14
hektar, Pemanfaatan lahan di Kecamatan Kutoarjo didominasi oleh pemanfaatan lahan untuk
kegiatan ekonomi sebesar 55,047% atau seluas 2.158,24 hektar, pemanfaatan untuk tempat
tinggal sebesar 35,048% atau seluas 1.374,14 hektar, pemanfaatan lahan untuk kegiatan
sosial sebesar 4,689% atau 184,20 hektar dan tidak ada pemanfaatan sebesar 5,207% atau
204,15 hektar, Hasil dari kesesuaian lahan didapatkan luasan sebesar 3.620,782 hektar atau
92,35% dari luasan kecamatan penggunaan lahannya sesuai dengan apa yang direncanakan,
sementara seluas 299,995 hektar atau 7,65% dari luasan kecamatan penggunaan lahannya
tidak sesuai dengan perencanaannya.
Alwan (2020) dalam penelitian berjudul perubahan penggunaan lahan dan arahan
penyempurnaan rencana tata ruang di kota kendari provinsi sulawesi tenggara adapun hasil
penelitian Perubahan penggunaan lahan di Kota Kendari pada periode 2008-2019
didominasi oleh bertambahnya lahan terbangun,tambak dan sawah. Pertambahan ini diikuti
dengan berkurangnya luasan hutan, kebun campuran, mangrove dan semak belukar. Prediksi
penggunaan lahan ke tahun 2030 menunjukkan lahan terbangun sebesar 33,70%,
semak/belukar 14.49%. Sementara itu, penggunaan lahan yang diprediksi mengalami
penurunan terbesar pada tahun 2030 adalah kebun campuran sebesar 36,30%, hutan 13.18%,
dan tambak 0.95%. Kenaikan luas lahan terbangun akan selalu diikuti oleh penurunan kebun
campuran, sedangkan kenaikan luas semak/belukar akan selalu diikuti oleh penurunan lahan
hutan. Ketidakselarasan penggunaan lahan pada tahun 2019 adalah 783.89 ha (2.89%) dari
total luas wilayah dan pada akhir periode peruntukan RTRW tahun 2030 meningkat menjadi
1017.91 ha (3.76%) dengan ketidakselarasan penggunaan lahan terbesar terjadi di kawasan
hutan dan Memperketat ijin mendirikan bangunan dengan tujuan untuk mengurangi
pelanggaran pada setiap lokasi ruang terutama pada Kawasan lindung.
1.6 Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran yang melandasi penelitian ini adalah permasalahan perubahan
penggunaan lahan yang disebabkan aktivitas-aktivitas sosial ekonomi masyarakat dan lajut

13

pertumbuhan penduduk yang meningkat sehingga menyebabkan perubahan penggunaan
lahan sampai ke ruang terbuka hijau semakin tinggi. Kota Palangka Raya akhir-akhir ini
menunjukan pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat, hal ini ditandai dengan
munculnya berbagai fasilitas perkotaan dikawasan tersebut diantaranya fasilitas
perkantoran, pariwisata, hotel, pasar, perumahan, fasilitas kesehatan dan banyak nya bisnis
penjualan kavlingan tanah.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Peraturan-peraturan Daerah yang telah
disusun merupakan upaya pemerintah kota untuk memajukan daerahnya. RTRW-
Kabupaten/Kota pada dasarnya telah mengatur arahan pemanfaatan ruang secara umum dan
agar penggunaan lahan dapat memberikan manfaat yang optimal dan berkesinambungan,
setiap ruang dalam suatu wilayah dengan batasan administrasi pemerintahan kota yang
dialokasikan penggunaannya dalam kawasan-kawasan tertentu.
Oleh karena itu, dilakukan penelitian “Analisis Spasial Perubahan Penggunaan
Lahan Terhadap Ruang Terbuka Hijau Di Kota Palangka Raya”

14

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian
Sumber : Diadopsi dari Alwan 2020 dengan dimodifikasi
Dari uraian kerangka pikir di atas, dapat disajikan dalam bentuk skema sebagai berikut :



























1. Ruang Terbuka Hijau ( Shafefile/SHP
RTRW Kota Palangka Raya Tahun
2019).

1. Analisis Perubahan Penggunaan
Lahan di Ruang Terbuka Hijau Kota
Palangka Raya Tahun 2019.
2. Analisis Perubahan Penggunaan
Lahan di Ruang Terbuka Hijau Kota
Palangka Raya Tahun 2023.
Analisis NDVI, Analisis Tutupan Lahan dan Overlay Perubahan Penggunaan Lahan dari
Tahun 2019 hingga Tahun 2024.
Hasil dan kelas perubahan penggunaan lahan terhadap
Ruang Terbuka Hijau di Kota Palangka Raya dari tahun 2019
hingga 2024

Klasifikasi dan mengetahui perubahan penggunaan lahan di ruang terbuka
hijau kota palangka raya

Laju Pertumbuhan Penduduk
Kota Palangka Raya
Kebutuhan Lahan / Ruang
Yang Meningkat
Menganalisis Perubahan Penggunaan Lahan
di ruang terbuka hijau kota palangka raya
Analisis Spasial

15

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rencana Tata Ruang
Secara filosofis, penataan ruang merupakan upaya intervensi manusia khususnya
untuk ruang publik karena akan dipakai bersama sehingga dapat 17 berkelanjutan. Intervensi
ini dapat dilakukan karena mekanisme pasar tidak bekerja sempurna dan juga karena adanya
kegagalan mekanisme secara alami (Barus et al. 2012). Dalam artian, penataan ruang adalah
upaya aktif manusia untuk mengubah pola dan struktur pemanfaatan ruang dari satu
keseimbangan menuju kepada keseimbangan baru yang lebih baik (Rustiadi et al. 2011).
Dalam UU No. 26 Tahun 2007, penataan ruang didefinisikan sebagai suatu sistem
proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Oleh karena penataan ruang sebagai suatu proses, maka harus dilihat sebagai suatu sistem
yang saling terkait mencakup proses kegiatan dari beberapa subsistem perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Sistem penataan ruang
merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan antara subsistem yang satu dan yang
semak belukar, dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang (Djakapermana
2010).
Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan
pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Struktur ruang yang
dimaksud adalah susunan pusat-pusat pemukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana
yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan
ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi
budidaya (UU No. 26/2007). Dari struktur ruang dan pola ruang tersebut kemudian
diwujudkan dalam bentuk pemanfaatan ruang.
Menurut Rustiadi et al. (2011), perencanaan tata ruang merupakan suatu visi bentuk
konfigurasi ruang masa depan yang menggambarkan wujud sistematis dari aspek fisik,
sosial, dan ekonomi untuk mendukung dan mengarahkan ruang untuk meningkatkan
produktivitas agar dapat memenuhi kebutuhan manusia secara berkelanjutan. Namun
seringkali penataan ruang yang terjadi di lapangan menyimpang atau bahkan jauh dari
koridor perencanaan tata ruang yang telah dibuat.
Rencana tata ruang wilayah Kota Palangka Raya berperan sebagai alat untuk
mewujudkan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan kesinambungan pemanfaatan

16

ruang di Kota Palangka Raya. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palangka Raya berfungsi
sebagai pedoman untuk:
a. penyusunan rencana pembangunan daerah;
b. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah Kota Palangka
Raya;
c. perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah serta keserasian antarsektor di Kota Palangka Raya;
d. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Kota Palangka Raya;
e. perwujudan keterpaduan rencana pengembangan Kota Palangka Raya dengan
kawasan sekitarnya.
Rencana pola ruang Kota Palangkaraya ditetapkan dengan tujuan mengoptimalkan
pemanfaatan ruang sesuai dengan peruntukannya sebagai kawasan lindung dan kawasan
budidaya berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Kawasan lindung dan
kawasan budidaya menjadi dua kata kunci utama dalam perencanaan ruang. Pembagian
kawasan didalam tata ruang dibatasi dua hal ini. Dalam banyak praktek kehidupan
masyarakat sebenarnya praktek pengelolaan ruang tidak bisa dipisahkan dalam dua kategori
besar. Sebagian besar masyarakat tidak memisahkan antara kawasan lindung dan kawasan
budidaya.
2.2 Pengertian Ruang Terbuka Hijau
Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang
terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah
bagian dari ruang-ruang terbuka suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tamanan
dan vegetasi guna mendukung manfaat ekologis, sosial budaya, dan arsitektural yang dapat
memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya. Ruang terbuka non-
hijau dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru yang
berupa permukaan sungai, danau, maupun areal-areal yang diperuntukkan sebagai genangan
retensi. (Dwiyanto, 2009).
2.2.1 Fungsi Ruang Terbuka Hijau
RTH memiliki fungsi sebagai berikut :
Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis :
❖ Memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara
(paru-paru kota);
❖ Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat
berlangsung lancar;

17

❖ Sebagai peneduh;
❖ Produsen oksigen;
❖ Penyerapan air hujan;
❖ Penyedia habitat satwa;
❖ Penyerap polutan media udara, air, dan tanah, serta;
❖ Penahan angin.
Fungsi Tambahan (ekstrinsik) yaitu :
❖ Fungsi sosial dan budaya;
❖ Fungsi ekonomi, dan;
❖ Fungsi estetika
2.2.2 Manfaat Ruang Terbuka Hijau
Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas :
❖ Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu
membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan
bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah);
❖ Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu
pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan keberlangsungan
persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta isi flora dan fauna
yang ada (konservasi hayati atau keanekaragaman hayati).
Secara struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok,
memanjang, tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan
struktur ruang perkotaan.
Baik RTH publik maupun privat memiliki beberapa fungsi utama seperti fungsi
ekologis serta fungsi tambahan, yaitu sosial budaya, ekonomi,
estetika/arsitektual. Khusus untuk RTH dengan fungsi sosial seperti tempat
istirahat, sarana olahraga dan tau area bermain, maka RTH ini harus memiliki
aksesibilitas yang baik untuk semua orang, termasuk aksesibilitas bagi
penyandang cacat
2.2.3 Ruang Terbuka Hijau dalam Pengendalian Kualitas Udara
❖ Iklim Mikro
Iklim (climate) berasal dari bahasa Yunani “klima” yang berarti kemiringan
bumi yang respek terhadap matahari. Orang Yunani yakin bahwa iklim merupakan
fungsi garis lintang matahari sehingga mereka membagi dunia dalam zona tropis,
sejuk, dan dingin. Atmosfer adalah mesin pemanas raksasa berbahan bakar matahari.

18

Karena atmosfir transparan terhadap energi surya, pemanasan udara terutama terjadi
di permukaan bumi. Begitu udara menjadi panas, ia akan naik dan menyebabkan
tekanan rendah di daratan. Sebaliknya, begitu permukaan bumi tidak sama menerima
panas, akan terjadi tekanan relatif rendah atau tinggi bersamaan dengan hembusan
angin dan konsekuensinya (Ainy, 2012).
Iklim selalu berubah menurut ruang dan waktu. Berdasarkan skala waktu
tertentu perubahan iklim akan membentuk pola atau siklus tertentu, baik harian,
musiman, tahunan maupun siklus beberapa tahunan. Selain perubahan yang berpola
siklus, aktivitas manusia menyebabkan pola iklim berubah secara berkelanjutan, baik
dalam skala global maupun skala lokal. Perubahan iklim didefinisikan sebagai
perubahan pada iklim yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang merubah
komposisi atmosfer, yang akan memperbesar keragaman iklim teramati pada periode
yang cukup panjang. (Trenberth, 1995 dalam Sanger, 2016).
Menurut Handoko (1993 dalam Handoko, 2016) menyatakan bahwa iklim mikro
merupakan iklim yang membahas atmosfer sebatas ruang antara perakaran hingga
sekitar puncak tajuk tanaman atau sifat atmosfer di sekitar tanah. Menurut Geiger
(1959 dalam Rusmayadi, 2014) iklim mikro adalah iklim di dekat permukaan tanah
yaitu iklim tempat sebagian makhluk hidup berada. Geiger memperkirakan skala
mikro kajian iklim mikro secara vertical sampai dengan ketinggian 1,5-2 meter.
Jika atmosfer dianggap berlapis-lapis, maka iklim mikro adalah iklim di lapisan
terbawah troposfer. Menurut Oke (1978 dalam Rusmayadi, 2014) kajian iklim mikro
meliputi jarak horizontal sampai dengan 1 km. permasalahan jarak horizontal ini
terletak pada luasan suatu pertanaman tempat iklim mikronya hanya dipengaruhi oleh
keadaan fisik pertanaman tersebur dan tidak dipengaruhi oleh keadaan fisik
lingkungan sekitarnya.
❖ Suhu Udara
Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu
dengan menggunakan termometer. Satuan suhu yang biasa digunakan adalah derajat
celcius (℃), sedangkan di Inggris dan beberapa negara lainnya dinyatakan dalam
derajat fahrenheit (℉).
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu di permukaan bumi antara lain :
1. Jumlah radiasi yang diterima per tahun, per hari, dan per musim.
2. Pengaruh daratan atau lautan.

19

3. Pengaruh ketinggian tempat, semakin tinggi suatu tempat dari permukaan
laut, maka suhu akan semakin rendah.
4. Pengaruh angin secara tidak langsung, misalnya angin yang membawa
panas dari sumber secara horizontal.
5. Pengaruh panas laten, yaitu panas yang disimpan dalam atmosfer.
6. Penutup tanah, yaitu tanah yang ditutupi vegetasi yang mempunyai
temperatur yang lebih rendah dari pada tanah tanpa vegetasi.
7. Tipe tanah, tanah gelap indeks suhunya lebih tinggi.
Pengaruh sudut datang sinar matahari. Sinar yang tegak lurus akan membuat
suhu lebih panas dari pada yang datangnya miring. (Kartasapoetra, 2004 dalam Ainy,
2012)
❖ Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah banyaknya kadar uap air yang terdapat di udara.
Terdapat beberapa istilah dalam kelembaban udara, yaitu :
1. Kelembaban udara mutlak, merupakan massa uap air yang berada dalam
satu satuan udara yang dinyatakan dalam gram per meter kubik.
2. Kelembaban udara spesifik, merupakan perbandingan massa uap air di
udara dengan satuan massa udara yang dinyatakan dalam satuan gram per
kilogram.
3. Kelembaban udara relatif, merupakan perbandingan jumlah uap air di
udara dengan jumlah maksimum uap air yang terkandung pada panas dan
temperatur tertentu dinyatakan dalam persen.
Kelembaban dipengaruhi oleh adanya pohon-pohon pelindung terutama
apabila pohon-pohonnya rapat. Daerah yang tertutup tegakan akan mempunyai suhu
udara yang relatif rendah dengan kelembaban yang relatif tinggi. Daerah yang
tertutup pohon-pohon dan semak-semak akan mempunyai kecepatan dengan
turbulensi angin yang lebih kecil dari lahan yang bervegetasi sedikit. Keadaan ini
menyebabkan massa udara yang mengandung uap air tidak dapat bergerak secara
cepat. Hal ini menimbulkan konsekuensi daerah yang bervegetasi rapat akan
mempunyai kelembaban yang tinggi. (Fandeli, 2003 dalam Umariyatna, 2010).
❖ Kerapatan Pohon
Penanggulangan masalah pemanasan suhu dapat dilakukan melalui penanaman
pohon atau pembangunan hutan kota yang berperan dalam ameliorasi iklim mikro
kawasan perkotaan. Penutupan kanopi pohon dapat mereduksi radiasi matahari

20

sekitar 80% dan mengatur pergerakan angin sehingga memberikan efek penurunan
suhu dan efek sejuk di bawah teduhan. Penanaman pohon dapat menciptakan
kenyamanan udara dalam ruangan dan akan memberikan efisiensi yang dapat
mengurangi pengeluaran, yakni biaya penggunaan AC dan mengurangi pemicu
pemanasan global (Dahlan, 2011 dalam Annisa, 2015).
Taman kota yang memiliki tingkat kerapatan pohon yang tinggi cenderung
memiliki kelembaban udara yang tinggi karena aktivitas evapotranspirasi tanaman.
Semakin tinggi nilai kerapatan pohon maka dapat mengurangi energi radiasi matahari
sehingga dapat mereduksi suhu udara di sekitarnya dan iklim fisis atau keadaan udara
pada suatu daerah akan berbeda karena dipengaruhi oleh tutupan lahan (vegetasi) dan
pengaruh angin. Menurut Maimun (2007) setiap pohon yang ditanam mempunyai
kapasitas mendinginkan udara sama dengan rata-rata 5 pendingin udara yang
dioperasikan selama 20 jam terus menerus setiap harinya. Setiap 1 Ha pepohonan
mampu menetralkan CO2 yang dikeluarkan 20 kendaraan.
Densitas atau kerapatan merupakan jumlah individu per unit area (luas) atau
per unit volume. Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan
banyaknya suatu jenis tiap satuan luas. Semakin besar kerapatan jenis, semakin
banyak individu jenis tersebut persatuan luas (Septiawan, 2016).
Pada umumnya, hutan-hutan berbeda dalam hal jumlah dan volume pohon
per hektar serta luas bidang dasar. Perbedaan antara sebuah tegakan yang rapat dan
jarang, mudah dilihat dengan kriteria pembukaan tajuknya. Sedangkan kerapatan
berdasarkan volume, luas bidang dasar dan jumlah batang per hektar, dapat diketahui
melalui pengukuran. Untuk keperluan praktis, tegakan hutan dibedakan ke dalam tiga
kelas kerapatan tajuk seperti berikut (Indriyanto, 2008 dalam Septiawan, 2016).
1. Tegakan rapat, bila terdapat lebih dari 70% penutupan tajuk.
2. Tegakan cukup, bila terdapat 40-70% penutupan tajuk.
3. Tegakan jarang, bila terdapat kurang dari 40% penutupan tajuk.
2.3. Indeks Vegetasi
Indeks vegetasi adalah suatu algoritma yang diterapkan terhadap citra satelit, yang
akan menonjolkan aspek kerapatan vegetasi ataupun aspek lainnya yang berkaitan dengan
kerapatan, misalnya biomassa, Leaf Area Index (LAI) serta konsentrasi dari nilai klorofil.
Menurut Campbell (2011), indeks vegetasi dianalisis berdasarkan nilai-nilai kecerahan
digital, yang bertujuan untuk percobaan mengukur biomassa atau vegetasi. Dengan kata lain,
indeks vegetasi merupakan suatu transformasi matematis yang melibatkan beberapa saluran

21


sekaligus yang bertujuan menghasilkan citra baru yang lebih representatif dalam menyajikan
aspek- aspek yang berkaitan dengan vegetasi (Danoedoro 1996). Indeks vegetasi
menunjukkan presentase pemantulan radiasi sinar matahari oleh permukaan daun yang
berkorelasi dengan konsentrasi klorofil. Banyak konsentrasi klorofil yang terkandung oleh
permukaan dari vegetasi, khususnya daun dapat menunjukkan tingkat kehijauan dari suatu
vegetasi sehingga akan berpengaruh terhadapat nilai indeks vegetasi.
Untuk pemantauan vegetasi, dilakukan proses pembandingan antara tingkat
kecerahan kanal cahaya merah (red) dan kanal Cahaya inframerah dekat (near infrared).
Fenomena penyerapan cahaya merah oleh klorofil dan pemantulan cahaya inframerah dekat
oleh jaringan mesofil yang terdapat pada daun akan membuat nilai kecerahan yang diterima
sensor satelit pada kanal tersebut akan jauh berbeda. Pada daratan non-vegetasi, termasuk
diantaranya wilayah perairan, pemukiman penduduk, tanah kosong terbuka, dan wilayah
dengan kondisi vegetasi yang rusak, tidak akan menunjukkan nilai rasio yang tinggi
(minimum). Sebaliknya pada wilayah bervegetasi sangat rapat, dengan kondisi sehat,
perbandingan kedua kanal tersebut akan sangat tinggi (maximum) (Sudiana 2008).
NDVI merupakan indeks vegetasi yang paling sering digunakan. NDVI (Chen dan
Brutsaert, 1998) dapat digunakan untuk mengukur kesehatan dan kerapatan vegetasi.
NDVI dapat digunakan sebagai indicator tingkatkehijauan daun. Prinsip NDVI menganggap
bahwa radiasi dari visible red diserap oleh klorofil hijau daun, sehingga dipantulkan rendah,
sebaliknya radiasi dari sinar Near-Infrared (NIR) akan kuat dipantulkan oleh struktur daun
spongy mesophyll. Nilai NDVI yang rendah berarti tingkat kehijauan tanamannya (aktivitas
klorofil) juga rendah, sedangkan nilai yang semakin tinggi menunjukkan bahwa tanaman
tersebut semakin lebat/hijau (aktivitas klorofil) juga tinggi. Semakin tinggi aktivitas klorofil
semakin sehat suatu tanaman.
Formula dari algoritma NDVI (Landgrebe, 2003) adalah sebagai berikut ini :

????????????????????????=
ρ NIR−ρ RED
ρ NIR + ρ RED


Dimana, ρ NIR merupakan nilai refletan BOA dari kanal Near-Infrared (NIR),
sedangkan ρ Red merupakan nilai reflekatan BOA dari kanal merah yang dimiliki citra.
Penggunaan kedua band ini banyak dipilih sebagai parameter indeks vegetasi karena hasil
ukuran dari band ini dipengaruhi oleh penyerapan klorofil, peka terhadap biomassa vegetasi,

22

Gambar 2.1 Tampilan Penggunaan Lahan
Sumber : Widiatmaka 2007
serta memudahkan dalam pembedaan antara lahan bervegetasi, lahan terbuka, dan air. Pada
daratan non-vegetasi, tidak akan menunjukkan perbandingan nilai rasio yang tinggi.
Sebaliknya pada wilayah bervegetasi sangat rapat, dengan kondisi sehat, perbandingan
kedua kanal tersebut nilai perbandingan rasionya akan sangat tinggi (Sudiana 2008). Pada
Tabel 1 telah dijelaskan tingkat kerapatan dari nilai NDVI. Nilai dari algoritma ini berkisar
antara -1,0 hingga +1,0 (Danoedoro 1996). Nilai NDVI yang bernilai negatif menunjukkan
obyek yang vegetasinya rendah yang mengidentifikasikan wilayah badan air, bebatuan dan
berpasir.
Tabel 2.1 Kisaran Tingkat Kerapatan Indeks Vegetasi Dep Kehutanan 2003
Kelas Kisaran NDVI Tingkat Kerapatan
1 0 s.d 0,32 Jarang
2 0,32 s.d 0,42 Sedang
3 0,42 s.d 1 Tinggi

2.4 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan dari waktu ke waktu selalu berubah-ubah, perubahan yang
terjadi dikarenakan oleh berbagai hal baik dari pertumbuhan penduduk, didirikannya
pemukiman oleh masyarakat maupun pembangunann yang dilakukan oleh pemerintah.
Menurut Ritohardoyo (2013:20), penggunaan lahan merupakan suatu bentuk pemanfaatan
atau fungsi dari perwujudan suatu bentuk penutup lahan. Dengan demikian penggunaan
lahan dapat diartikan sebagai segala bentuk kegiatan manusia pada bidang lahan yang
dilakukan untuk mendapatkan manfaat guna memenuhi kebutuhan hidup. Penggunaan lahan
secara umum (Major Kinds of Land Use) adalah penggolongan penggunaan lahan secara
umum seperti pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput, kehutanan, atau
rekreasi. Penggunaan lahan secara umum biasanya digunakan untuk evaluasi lahan secara
kualitatif atau dalam survey tinjau (Reconnaissance). (Widiatmaka2007:20).

23

Pengguna lahan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
perkembangan struktur kota. Menurut Chapin dalam Fonataba (2010), ada 3 sistem yang
berhubungan dengan penggunaan lahan kota, yaitu :
a. Sistem kegiatan, berkaitan dengan cara manusia dan kelembagaannya mengatur
urusannya sehari-hari untuk memenuhi kebutuhannya dan berinteraksi dalam waktu dan
ruang.
b. Sistem pengembangan lahan, dengan fokus pada proses perubahan ruang dan
penyesuaian kebutuhan manusia dalam mengakomodir aktivitas yang ada dalam
pengaturan sistem kegiatan.
c. Sistem lingkungan, berhubungan dengan unsur-unsur biotik dan abiotik yang dihasilkan
dari proses alamiah. Sistem ini berfungsi untuk menyediakan tempat bagi kehidupan
dan keberadaan manusia dan habitat serta sumber daya untuk mendukung kelangsungan
hidup manusia.
Ketiga sistem di atas akan saling mempengaruhi dalam membentuk struktur dan pola
penggunaan lahan kota. Pada dasarnya apabila ketiga sistem tersebut saling berinteraksi dan
saling berhubungan satu dengan yang lain akan membentuk suatu pola penggunaan lahan
kota.
Penggunaan lahan (landuse) adalah merupakan setiap bentuk campur tangan
manusia terhadap sumberdaya lahan, baik yang sifatnya menetap (permanen)atau
merupakan daur (cyclic), yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebendaan
maupun kejiwaan (spiritual) atau kedua-duanya (Vink 1975). Penggunaan lahan (landuse)
adalah penggunaan utama dan kedua (apabila merupakan penggunaan berganda) dari
sebidang lahan seperti lahan pertanian, lahan hutan, padang rumput, dan sebagainya. Jadi,
lebih merupakan tingkat pemanfaatan oleh masyarakat. Dari pengertian ini dapat segera
dilihat bahwa penggunaan lahan berhubungan erat dengan aktivitas manusia dan
sumberdaya lahan.( Santun R.P. Sitorus : 13).
Arsyad (2010) mendefinisikan penggunaan lahan sebagai setiap bentuk intervensi
manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun
spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan kedalam dua golongan besar yaitu :
1. penggunaan lahan pertanian yang dibedakan berdasarkan atas penyediaan air dan
komoditas yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat di atas lahan tersebut;
2. penggunaan lahan non pertanian seperti penggunaan lahan pemukiman kota atau desa,
industri, rekreasi, dan sebagainya.

24

2.4.1 Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya
Perubahan.
Barlowe (1986) dalam Santun R.P. Sitorus (2016) menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah faktor fisik dan biologis, faktor pertimbangan
ekonomi dan faktor institusi (kelembagaan). Faktor fisik dan biologis mencakup kesesuaian
dari sifat fisik seperti keadaan biologi, tanah, air, iklim, tumbuh tumbuhan, hewan dan
kependudukan. Faktor pertimbangan ekonomi dicirikan oleh keuntungan, keadaan pasar dan
transportasi. Faktor institusi (kelembagaan) dicirikan oleh hukum pertanahan, keadaan
politik dan keadaan sosial ekonomi.
Selain itu, menurut Barlowe (1986) dalam Santun R.P. Sitorus (2016) pertambahan
jumlah penduduk menuntut pertambahan terhadap makanan dan kebutuhan lain yang dapat
dihasilkan oleh sumberdaya lahan. Permintaan terhadap hasil-hasil pertanian meningkat
dengan adanya pertambahan penduduk, demikian juga permintaan terhadap hasil non-
pertanian. Pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan material, cenderung
menyebabkan persaingan dan konflik diantara pengguna lahan. Adanya persaingan tidak
jarang menimbulkan pelanggaran batas-batas penggunaan lahan, khususnya lahan pertanian
yang digunakan untuk usaha non-pertanian. Santun R.P. Sitorus (2016)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan, menurut
Yuniarto dan Woro (1991:35) terdapat beberapa faktor yaitu :
1. Faktor Alamiah
Penggunaan lahan di suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor alamiah di wilayah tersebut.
Manusia mengolah lahan dengan komposisi penggunaan lahan sesuai dengan kebutuhan
untuk kelangsungan hidupnya, baik yang menyangkut kondisi iklim, tanah, topografi
maupun morfologi suatu wilayah.
2. Faktor Iklim
Pola dan persebaran tanaman akan dipengaruhi oleh beberapa unsur iklim seperti suhu,
curah hujan, dan kelembaban udara. Manusia dalam membudidayakan tanaman
produksinya, cenderung memilih daerah yang cocok untuk tanaman agar tumbuh
optimal.
3. Faktor Geologi dan Tanah
Kondisi batuan suatu daerah akan mempengaruhi keadaan tanah di daerah tersebut.
Faktor tanah erat kaitannya dengan aktivitas pertanian. Kondisi tanah yang subur
cenderung banyak dimanfaatkan untuk produksi pertanian. Pada daerah yang
mempunyai bahan induk aluvial akan membentuk tanah aluvial. Tanah aluvial yang

25

berada di sepanjang aliran sungai besar merupakan campuran yang mengandung banyak
unsur hara, sehingga merupakan campuran tanah yang subur, penggunaannya cocok
untuk pertanian sawah, pertanian palawija, dan peternakan.
4. Faktor Topografi
Topografi berpengaruh pada corak yang beragam pada penggunaan lahan. Topografi
yang relatif landai atau datar cenderung berkembang permukiman dan pertanian serta
jaringan transportasi, karena morfologi yang landau memudahkan untuk beraktivitas.
5. Faktor Sosial
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia tidak bisa melepaskan diri dari
pemanfaatan sumber daya alam yang tergantung pada tingkat pendidikan, keterampilan
atau keahlian, mata pencaharian dan penggunaan teknologi serta adat istiadat yang
berlaku di wilayah yang bersangkutan.
2.5 Perubahan Lahan
Perubahan Lahan Pada tahun 2002, ahli perubahan lahan Patrick Lambin
menyajikan teori perubahan lahan yang menekankan interaksi antara agen-agen perubahan
(seperti individu, perusahaan, dan pemerintah) dengan faktor bioklimatik, sosial, dan
ekonomi dalam proses perubahan lahan. Teorinya menyoroti kompleksitas faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan terkait penggunaan lahan dan dampaknya terhadap
lingkungan. Lambin mengajukan konsep "tatanan dalam perubahan" yang mengacu pada
dinamika yang ada dalam sistem perubahan lahan, termasuk faktor-faktor kelembagaan dan
interaksi antaraktor yang membentuk pola perubahan lahan. Teori ini menunjukkan betapa
pentingnya memahami faktor-faktor sosial, ekonomi, dan ekologis yang saling terkait dalam
menganalisis perubahan lahan. Ahli perubahan lahan William C. Turner mengembangkan
teori perubahan lahan pada tahun 1990 yang dikenal sebagai "Model Turner." Menurut teori
ini, perubahan lahan dianggap sebagai hasil dari interaksi kompleks antara faktor sosial,
ekonomi, dan lingkungan. Turner memandang perubahan lahan sebagai respons terhadap
tekanan dan pendorong dari masyarakat, seperti pertumbuhan populasi, urbanisasi,
perubahan teknologi, dan kebijakan pembangunan. Model Turner menekankan pentingnya
faktor sosial dalam mengarahkan perubahan lahan, dan menyajikan proses perubahan
sebagai suatu siklus yang melibatkan tahap konversi lahan, peningkatan produktivitas,
stagnasi, dan kemungkinan adanya perubahan kembali (reconversion) dalam skala waktu
yang lebih lama. Perubahan lahan kawasan cepat tumbuh merujuk pada transformasi atau
pergeseran dalam penggunaan lahan di daerah yang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi serta populasi yang cepat. Kawasan cepat tumbuh umumnya

26

Sumber : Penulis 2024
mengalami perubahan signifikan dalam tata guna lahan karena adanya tekanan antara
kebutuhan untuk pembangunan infrastruktur, perumahan, dan fasilitas komersial dengan
pelestarian sumber daya alam dan lingkungan.
Tabel 2.2 Definisi Perubahan Lahan
No Nama Ahli Definisi Perubahan Lahan
1 Danoedoro (2004)
Proses di mana suatu kawasan mengalami perubahan
dalam penggunaan lahan dan tata guna lahan yang
awalnya digunakan untuk suatu keperluan tertentu
berubah menjadi penggunaan lahan yang berbeda sesuai
dengan kebutuhan baru
2 Setiawan et al. (2014)
Perubahan lahan adalah transformasi penggunaan lahan
yang dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti
konversi lahan pertanian menjadi lahan perumahan atau
lahan industri, serta perubahan lahan lainnya yang dapat
mempengaruhi tata guna lahan dan lingkungan
3 Kusmana (2016)
Perubahan lahan sebagai perubahan kondisi fisik dan tata
guna suatu kawasan yang disebabkan oleh interaksi
antara berbagai faktor seperti perubahan sosial, ekonomi,
dan teknologi. Perubahan lahan ini dapat terjadi dalam
berbagai skala, mulai dari tingkat lokal hingga regional
4
Murdiyarso et al.
(2020)
Perubahan lahan sebagai transformasi area daratan dari
satu jenis tutupan lahan ke jenis tutupan lahan lainnya,
termasuk perubahan dari hutan menjadi pertanian,
perubahan lahan basah menjadi lahan kering, dan
sejenisnya. Definisi ini menekankan perubahan jenis
tutupan lahan yang mencakup beragam kondisi
ekosistem

2.5.1 Jenis Perubahan Lahan
Ada beberapa jenis pemanfaatan lahan. Secara garis besar, lahan kota terbagi
menjadi lahan terbangun dan lahan tak terbangun. Lahan Terbangun terdiri dari dari
perumahan, industri, perdagangan, jasa dan perkantoran. Sedangkan lahan tak terbangun
terbagi menjadi lahan tak terbangun yang digunakan untuk aktivitas kota (kuburan, rekreasi,

27

transportasi, ruang terbuka) dan lahan tak terbangun non aktivitas kota (pertanian,
perkebunan, area perairan, produksi dan penambangan sumber daya alam). Untuk
mengetahui penggunaan lahan di suatu, wilayah, maka perlu diketahui komponen -
komponen penggunaan lahannya. Berdasarkan jenis pengguna lahan dan aktivitas yang
dilakukan di atas lahan tersebut, maka dapat diketahui komponen-komponen pembentuk
guna lahan (Chapin dan Kaiser, 1979).
Diantaranya :
1. Konversi Lahan Pertanian menjadi Pemukiman Lahan pertanian yang subur sering
kali dikonversi menjadi pemukiman atau perkotaan untuk mengakomodasi
pertumbuhan penduduk dan infrastruktur.
2. Konversi Lahan Terbuka menjadi Pemukiman dan Komersial Lahan yang
sebelumnya terbuka seperti hutan, padang rumput, atau lahan kosong sering kali
dikembangkan menjadi pemukiman atau kawasan komersial seperti pusat
perbelanjaan dan industri.
3. Perubahan Penggunaan Lahan Lahan yang sebelumnya digunakan untuk tujuan
tertentu seperti industri ringan atau pertanian bisa berubah penggunaannya menjadi
industri berat atau perkantoran.
4. Pengurangan Lahan Hijau Pembangunan kawasan strategis cepat tumbuh seringkali
mengakibatkan berkurangnya lahan hijau, taman, atau kawasan rekreasi.
5. Perubahan Drainase dan Pengaruh pada Ekosistem Pembangunan yang cepat dapat
mempengaruhi aliran air dan sistem drainase alami, menyebabkan banjir, dan
mengganggu ekosistem lokal.
6. Perubahan Tata Ruang Pemilihan lokasi pembangunan kawasan strategis cepat
tumbuh dapat mengubah tata ruang kota atau wilayah, yang mungkin
mengakibatkan perubahan pola lalu lintas, kepadatan penduduk, dan infrastruktur
transportasi.
7. Perubahan Iklim Mikro Pembangunan kawasan strategis cepat tumbuh dapat
memengaruhi iklim mikro setempat, seperti peningkatan suhu di kawasan perkotaan
akibat "effek pulau panas".
8. Pengaruh pada Kehidupan Satwa Liar Perubahan lahan juga dapat memengaruhi
habitat alami satwa liar, mungkin mengakibatkan penurunan populasi dan
bervariasinya ekosistem.

28

9. Peningkatan Kepadatan Penduduk Pembangunan kawasan strategis cepat tumbuh
dapat menyebabkan peningkatan kepadatan penduduk di daerah yang terkena
dampak, mengakibatkan perubahan gaya hidup dan permintaan layanan.
10. Peningkatan Kebutuhan Energi dan Air Pembangunan cepat seringkali
menyebabkan peningkatan permintaan akan energi dan air, yang dapat berdampak
pada pasokan dan lingkungan.
11. Perubahan Sosial dan Budaya Pertumbuhan cepat kawasan juga dapat memengaruhi
struktur sosial dan budaya masyarakat lokal karena adanya migrasi penduduk baru
dan interaksi yang berbeda antara kelompok.
12. Peningkatan Polusi Pembangunan cepat dapat menyebabkan peningkatan polusi
udara, tanah, dan air akibat aktivitas industri dan transportasi yang lebih intensif.
2.5.2 Manfaaat Perubahan Lahan
Menurut Wahyunto (2001) perubahan pemanfaatan lahan adalah adanya
penambahan suatu pemanfaatan lahan dari satu pemanfaatan ke pemanfaatan yang lainnya,
ditambah dengan berkurangnya tipe pemanfaatan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu
berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda. Perubahan
pemanfaatan lahan dalam pelaksanaan pembangunan memang tidak dapat dihindari.
Perubahan tersebut diakibatkan karena adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan
penduduk yang semakin meningkat dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan
masyarakat yang lebih baik. Perubahan lahan dalam konteks ini mengacu pada transformasi
penggunaan lahan dari satu bentuk atau fungsi ke bentuk atau fungsi lainnya, seperti dari
lahan pertanian menjadi perumahan, komersial, atau industri (NGL Budihari, 2014). Fungsi
perubahan lahan dalam pembangunan kawasan strategis yang cepat tumbuh memiliki
dampak yang signifikan dan kompleks terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk
ekonomi, lingkungan, sosial, dan infrastruktur. Berikut ini adalah beberapa pemaparan
mengenai fungsi perubahan lahan dalam konteks ini:
1. Pengembangan Infrastruktur Pertumbuhan cepat dalam kawasan strategis
memerlukan infrastruktur yang memadai, seperti jalan, jembatan, dan fasilitas
utilitas. Perubahan lahan diperlukan untuk membangun infrastruktur ini dan
mengakomodasi pertumbuhan populasi serta aktivitas ekonomi.
2. Peningkatan Ekonomi Perubahan lahan dari lahan pertanian atau ruang terbuka
menjadi kawasan komersial atau industri dapat merangsang pertumbuhan ekonomi.
Dengan hadirnya bisnis baru dan lapangan pekerjaan, wilayah tersebut bisa menjadi
pusat ekonomi yang menarik investasi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih lanjut.

29

3. Perumahan dan Kebutuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk dalam kawasan
strategis memerlukan perluasan perumahan. Perubahan lahan dari lahan kosong atau
lahan pertanian menjadi perumahan dapat memenuhi kebutuhan tempat tinggal bagi
populasi yang bertambah.
4. Dampak Lingkungan Perubahan lahan dapat memiliki dampak lingkungan yang
signifikan, seperti hilangnya habitat alami, kerusakan ekosistem, dan perubahan
pola aliran air. Oleh karena itu, perencanaan perubahan lahan harus
mempertimbangkan praktik berkelanjutan untuk meminimalkan dampak negatif ini.
5. Peningkatan Aksesibilitas Perubahan lahan juga dapat meningkatkan aksesibilitas
ke berbagai layanan dan fasilitas. Pembangunan jalan, transportasi umum, dan area
komersial baru dapat memberikan akses yang lebih baik bagi penduduk di kawasan
tersebut.
6. Pengembangan Wilayah Perkotaan Pertumbuhan cepat dalam kawasan strategis
seringkali mengarah pada pengembangan wilayah perkotaan. Ini melibatkan
perubahan lahan dari pedesaan menjadi perkotaan, dengan dampak pada citra visual,
struktur kota, dan karakteristik budaya.
7. Peningkatan Nilai Properti Perubahan lahan yang bijaksana dapat meningkatkan
nilai properti di kawasan tersebut. Misalnya, perubahan dari lahan kosong menjadi
area perumahan atau komersial dapat meningkatkan nilai tanah dan properti yang
ada di sekitarnya.
8. Tantangan Sosial Pertumbuhan cepat juga dapat menyebabkan tantangan sosial,
seperti konflik antara penggunaan lahan yang berbeda atau gentrifikasi. Gentrifikasi
terjadi ketika kawasan yang semula terpinggirkan mengalami perubahan lahan
menjadi lebih menarik, yang dapat mengakibatkan kenaikan harga properti dan
penggusuran masyarakat asli.
2.5.3 Faktor Perubahan Lahan
Menurut Sujarto (1992) berpendapat sebagaimana yang diuraikan oleh Oktora (2011)
bahwa terjadinya perubahan guna lahan lebih disebabkan karena berbagai faktor, antara
lain:
1. Topografi Topografi merupakan faktor pembatas bagi perkembangan suatu kawasan
karena sifatnya yang tidak mudah dirubah, meskipun demikian terdapat usaha-usaha
yang dilakukan manusia untuk merubah topografi seperti galian bukit atau mengurug
tanah untuk mengatasi masalah ketinggian topografi.

30

2. Penduduk Perkembangan penduduk menyebabkan kebutuhan lahan permukiman
meningkat sebagai akibat pemenuhan kebutuhan tempat tinggal yang pada akhirnya
akan meningkatkan permintaan akan lahan baik untuk permukiman maupun lahan
untukkeperluan sarana dan prasarana pendukung.
3. Harga Lahan Secara ekonomi lahan merupakan komoditi ekonomi yang dapat diperjual
belikan sehingga penggunaannya ditentukan oleh tingkat suplly dan demand. Harga
lahan yang tinggi secara rasional akan mendorong penggunaannya untuk menghasilkan
produktivitas terbaik sehingga akan memberikan pendapatan tertinggi (highest and best
use).
4. Aksesibilitas Aksesibilitas suatu lahan akan menentukan nilai ekonomi lahan tersebut.
Lahan dengan jangkauan transportasi yang baik akan mempunyai nilai ekonomi yang
relatif lebih baik karena akan mengurangi biaya perjalanan dan waktu tempuh.
5. Prasarana dan Sarana Kelengkapan prasarana dan sarana sangat berpengaruh dalam
menarik penduduk untuk bermukim di sekitarnya sehingga dapat menarik pergerakan
penduduk.
Fungsi Perubahan Lahan Menurut Em Mifah pada penelitiannya tahun 2017 mengatakan,
perubahan lahan di kawasan strategi cepat tumbuh memiliki berbagai fungsi yang dapat
mempengaruhi berbagai aspek, seperti ekonomi, sosial, lingkungan, dan infrastruktur.
Beberapa fungsi utama dari perubahan lahan di kawasan strategi cepat tumbuh adalah
sebagai berikut :
• Pembangunan Ekonomi Perubahan lahan dapat membuka peluang baru untuk
investasi dan pertumbuhan ekonomi. Pengembangan lahan komersial, industri, dan
infrastruktur baru dapat mendorong aktivitas ekonomi, menciptakan lapangan
pekerjaan, dan meningkatkan pendapatan daerah. Urbanisasi dan Pemukiman
Perubahan lahan dari pedesaan menjadi perkotaan atau pemukiman perkotaan yang
lebih padat dapat mendukung urbanisasi. Ini membawa penduduk ke kota untuk
mencari pekerjaan dan akses ke fasilitas dan layanan yang lebih baik.
• Peningkatan Infrastruktur Perubahan lahan seringkali berhubungan dengan
pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, bandara, dan layanan umum
lainnya. Infrastruktur yang memadai dapat membantu meningkatkan konektivitas
dan mobilitas di kawasan tersebut.
• Pengembangan Properti Perubahan lahan dapat digunakan untuk pengembangan
properti, seperti pembangunan perumahan, komersial, atau properti rekreasi. Ini bisa
membantu memenuhi kebutuhan perumahan dan bisnis yang semakin meningkat.

31

• Pertanian dan Produksi Pangan Meskipun banyak perubahan lahan berkaitan dengan
urbanisasi, sebagian wilayah kawasan strategi cepat tumbuh tetap digunakan untuk
pertanian dan produksi pangan. Perubahan lahan dapat mengarah pada modernisasi
pertanian dan diversifikasi usahatani.
Konservasi dan Lingkungan Perubahan lahan yang bijaksana dapat mendukung upaya
konservasi dan perlindungan lingkungan. Mengalokasikan lahan untuk area hijau, taman,
atau kawasan lindung dapat membantu menjaga ekosistem dan keragaman hayati.
• Pemberdayaan Masyarakat Perubahan lahan juga dapat memberikan peluang
pemberdayaan masyarakat, seperti melalui program pembangunan pedesaan
berkelanjutan, pengembangan agrowisata, atau pengembangan usaha mikro dan
kecil.
• Peningkatan Akses dan Pelayanan Dengan perubahan lahan yang didukung oleh
perencanaan yang baik, akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan,
dan fasilitas umum dapat ditingkatkan.
• Penataan Ruang Perubahan lahan dapat membantu penataan ruang yang lebih teratur
dan terencana, mencegah masalah perkotaan seperti kemacetan, keterbatasan ruang,
dan konflik penggunaan lahan yang tidak terkoordinasi.
Peningkatan Kualitas Hidup Secara keseluruhan, perubahan lahan yang dikelola dengan
baik dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup penduduk, dengan menyediakan
fasilitas, layanan, pekerjaan, dan lingkungan yang lebih baik.
2.6 Sistem Informasi Geografis
Pada dasarnya Sistem Informasi Geografis adalah gabungan dari tiga unsur pokok
yaitu sistem, informasi dan geografis. Dengan memperhatikan pengertian sistem informasi,
maka sistem informasi geografis merupakan suatu kesatuan formal yang terdiri dari berbagai
sumber daya fisik dan logika yang berkenaan dengan objek-objek yang terdapat di
permukaan bumi. Sistem Informasi Geografi juga merupakan sejenis perangkat lunak yang
dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan dan keluaran
informasi geografis berikut atribut-atributnya (Prahasta, 2005).
Sistem informasi Geografi mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai
data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya
memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah
data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat
tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi Sistem Informasi Geografi dapat

32

Gambar 2.2 Komponen Sistem Informasi Geografis
Sumber : Prahasta, 2005 dan Ekadinata, dkk., 2008
Orang dan
S I G Data
Hardware
Software
menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan.
Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya.
Dalam sisten informasi geografis (SIG) terdapat 4 komponen yang saling terkait
dalam menjalankan Sistem informasi geografis, ke-4 komponen tersebut adalah :
1. Orang dan metode, orang yang bekerja menjalankan metode dalam Sistem.
2. Software, merupakan perangkat lunak yang digunakan dalam menjalankan SIG.
3. Hardware, merupakan perangkat keras yang dibutuhkan dalam menjalankan Sistem
SIG.
4. Data, merupakan informasi yang dibutuhkan dan diolah dalam suatu Sistem aplikasi.
Secara grafis hubungan ke-4 komponen tersebut ditampilkan pada Gambar di bawah ini :











2.6.1 Data Spasial
Data Spasial merupakan data yang menunjuk posisi geografi dimana setiap
karakteristik memiliki satu lokasi yang harus ditentukan dengan cara yang unik. Untuk
menentukan posisi secara absolut berdasar sistem koordinat. Untuk area kecil, sistem
koordinat yang paling sederhana adalah grid segiempat teratur. Untuk area yang lebih besar,
berdasarkan proyeksi kartografi yang umum digunakan (Tuman, 2001).
Data spasial adalah data yang bereferensi geografis atas representasi objek di
bumi.Data spasial pada umumnya berdasarkan peta yang berisikan interpretasi dan proyeksi
seluruh fenomena yang berada di bumi. Sesuai dengan perkembangan, peta tidak hanya
merepresentasikan objek-objek yang ada di muka bumi, tetapi berkembang menjadi
representasi objek di atas muka bumi (di udara) dan di bawah permukaan bumi.Data spasial
dapat diperoleh dari berbagai sumber dalam berbagai format. Sumber data spasial antara lain

33

Gambar 2.3 Sumber Data Dalam SIG
Sumber : Ekadinata, dkk., 2008
mencakup: data grafis peta analog, foto udara, citra satelit, survei lapangan, pengukuran
theodolit, pengukuran dengan menggunakan global positioning systems (GPS) dan lain-lain.



















Ada dari penjelasan dan gambar diatas, untuk menampilkan, menempatkan, dan
menyimpan data spasial, data spasial memiliki dua macam penyajian, yaitu :
Model vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan
menggunakan titik-titik, garis-garis, dan kurva atau poligon beserta atribut-atributnya.
Bentuk dasar model vektor didefinisikan oleh sistem koordinat Kartesius dua dimensi (x,y).
Dengan menggunakan model vektor, objek-objek dan informasi di permukaan bumi
dilambangkan sebagai titik, garis, atau poligon. Masing-masing mewakili tipe objek tertentu
sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :
❖ Titik (point) : merepresentasikan objek spasial yang tidak memiliki dimensi
panjang dan/atau luas. Fitur spasial direpresentasikan dalam satu pasangan
koordinat x,y. Contohnya stasiun curah hujan, titik ketinggian, observasi lapangan,
titik-titik sampel.

34

Gambar 2.4 Tampilan Data Titik, Garis dan Polygon (Model Data Raster)
Sumber : Ekadinata, dkk., 2008
❖ Garis (line/segment) merepresentasikan objek yang memiliki dimensi panjang
namun tidak mempunyai dimensi area, misalnya jaringan jalan, pola aliran, garis
kontur.
❖ Poligon merepresentasikan fitur spasial yang memiliki area, contohnya adalah unit
administrasi, unit tanah, zona penggunaan lahan.









Model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan
menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid (bidang referensi
horizontal dan vertikal yang terbagi menjadi kotak- kotak). Piksel adalah unit dasar yang
digunakan untuk menyimpan informasi secara eksplisit. Setiap piksel memiliki atribut
tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik. Akurasi model ini sangat tergantung pada
resolusi atau ukuran piksel suatu gambar.
Model raster memberikan informasi spasial apa saja yang terjadi di mana saja dalam
bentuk gambaran yang digeneralisasi. Dengan model raster, data geografi ditandai oleh
nilai-nilai elemen matriks dari suatu objek yang berbentuk titik, garis, maupun bidang.
Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu
sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar
referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain,
yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif ( attribute ) yang dijelaskan berikut
ini (Modul ArcGis, 2007) :
❖ Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi
(lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi datum dan
proyeksi.
Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode penyimpanan
data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam SIG, data spasial dapat
direpresentasikan dalam dua format, yaitu :

35

Gambar 2.5 Contoh data vektor
Gambar 2.6 Contoh Data Raster
Sumber: Modul Arcgis, 2007 (Ekadinata, dkk., 2008)
Sumber: Modul Arcgis, 2007 (Ekadinata, dkk., 2008)
❖ Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan
garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang
sama), titik
❖ dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis).










Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam merepresentasikan fitur
titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan
ketepatan posisi, misalnya pada basis data batas-batas kadaster. Data raster (atau disebut
juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari sistem Penginderaan Jauh. Pada data
raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel
(picture element).










Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang memiliki
beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya : jenis vegetasi, populasi, luasan,
kode pos, dan sebagainya.

36

Gambar 2.7 Contoh Data Atribut
Sumber: Modul Arcgis, 2007 (Ekadinata, dkk., 2008)
2.6.2 Konsep Basis Data Di Dalam SIG
Sistem informasis Geografis (SIG) tidak dapat dilepaskan dengan basis data, sebab
SIG sendiri memerlukan data (spasial dan atribut) yang disimpan di dalam basis data spasial
(dimana data atribut terdapat didalamnya). Selain itu, semua perangkat SIG-pun secara
intenet telah dilengkapi dengan kemampuan dalam mengelola basis data.
2.6.3 Data Atribut
Data atribut adalah data yang mendeskripsikan karakteristik atau fenomena yang
dikandung pada suatu objek data dalam peta dan tidak mempunyai hubungan dengan posisi
geografi. Data atribut dapat berupa informasi numerik, foto, narasi, dan lain sebagainya,
yang diperoleh dari data statistik, pengukuran lapangan dan sensus, dan lain-lain.










Atribut dapat dideskripsikan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada pendeskripsian secara
kualitatif, kita mendeskripsikan tipe, klasifikasi, label suatu objek agar dapat dikenal dan
dibedakan dengan objek lain, msalnya: sekolah, rumah sakit, hotel, dan sebagainya. Bila
dilakukan secara kuantitatif, data objek dapat diukur atau dinilai berdasarkan skalaordinat
atau tingkatan, interval atau selang, dan rasio atau perbandingan dari suatu titik tertentu.
Contohnya, populasi atau jumlah siswa di suatu sekolah 500-600 siswa, berprestasi, jurusan,
dan sebagainya.
2.6.4 Analisa Spasial
Karakteristik utama Sistem Informasi Geografi adalah kemampuan menganalisis
sistem seperti analisa statistik dan overlay yang disebut analisa spasial. Analisa dengan
menggunakan Sistem Informasi Geografi yang sering digunakan dengan istilah analisa
spasial, tidak seperti sistem informasi yang lain yaitu dengan menambahkan dimensi ‘ruang
(space)’ atau geografi. Kombinasi ini menggambarkan attribut-attribut pada bermacam

37

Gambar 2.8 Interseksi
Sumber : Modul Arcgis, 2007
fenomena seperti umur seseorang, tipe jalan, dan sebagainya, yang secara bersama dengan
informasi seperti dimana seseorang tinggal atau lokasi suatu jalan (Keele,1997).
Analisa Spasial dilakukan dengan mengoverlay dua peta yang kemudian
menghasilkan peta baru hasil analisis (Tuman,2001).
2.6.5 Overlay Spasial
Salah satu cara dasar untuk membuat atau mengenali hubungan spasial melalui
proses overlay spasial. Overlay Spasial dikerjakan dengan melakukan operasijoin dan
menampilkan secara bersama sekumpulan data yang dipakai secara bersama atau berada
dibagian area yang sama. Hasil kombinasi merupakan sekumpulan data yang baru yang
mengidentifikasikan hubungan spasial baru.
2.6.6 Overlay Peta
Merupakan proses dua peta tematik dengan area yang sama dan menghamparkan satu
dengan yang lain untuk membentuk satu layer peta baru. Kemampuan untuk
mengintegrasikan data dari dua sumber menggunakan peta merupakan kunci dari fungsi-
fungsi analisis Sistem Informasi Geografi.
2.6.7 Konsep Overlay Peta
• Alamat Overlay Peta merupakan hubungan interseksi dan saling melengkapi antara
fitur-fitur spasial.
• Overlay Peta mengkombinasikan data spasial dan data attribut dari dua theme
masukan.
2.6.8 Metode Interseksi
Interseksi/ Irisan
- Operasi Interseksi atau operator Boolean “AND”
- Membuat coverage baru dengan cara melakukan overlay dua himpunan fitur-
fitur coverage







Keluaran Coverage, hanya berisi bagian fitur-fitur dalam area yang terisi oleh kedua
masukan dan merupakan irisan dari coverage.

38

Gambar 2.9 Keluaran Interseksi/irisan
Sumber : Modul Arcgis, 2007






Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem informasi berbasis data spasial (data
yang memiliki referensi geografis) (Barus dan Wiradisastra 2000). Sistem ini secara
komputerisasi memiliki empat kemampuan dalam menangani data yaitu pemasukan (input),
pengelolaan atau manajemen data (menyimpan atau pengaktifan kembali), manipulasi dan
analisis serta keluaran (keluaran). Pemasukan data ke dalam Sistem Informasi Geografis
dilakukan dengan banyak cara, diantaranya dengan digitasi dan tabulasi. Manajemen data
meliputi semua operasi penyimpanan, pengaktifan, penyimpanan kembali, dan pencetakan
semua data yang diperoleh dari masukan data. Proses manipulasi dan analisis data dilakukan
dengan interpolasi spasial dari data non-spasial menjadi data spasial, mengkaitkan data
tabular ke data spasial, tumpang tindih peta yang meliputi map overlaying, tumpang tindih
dengan bantuan matriks atau tabel dua dimensi, dan kalkulasi peta. Keluaran utama dari
Sistem Informasi Geografis adalah informasi 14 spasial baru yang dapat disajikan dalam dua
bentuk yaitu tersimpan dalam format raster dan tercetak ke hardcopy, sehingga dapat
dimanfaatkan secara operasional (Prahasta 2002) Struktur data spasial dalam Sistem
Informasi Geografis (SIG) dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur data vektor
dan raster. Struktur data vektor kenampakan keruangan akan dihasilkan dalam bentuk titik
dan garis yang membentuk kenampakan tertentu, sedangkan struktur data raster kenampakan
keruangan akan disajikan dalam bentuk konfigurasi sel-sel yang membentuk Gambar
(Prahasta 2002). memberikan definisi Sistem Informasi Geografi (SIG) dalam konteks alat
(toolbox based), sebagai seperangkat alat yang digunakan untuk mengoreksi, menyimpan,
memanggil kembali, mentransformasi dan menyajikan data spasial dari dunia nyata untuk
tujuan tertentu. Dalam konteks basisdata (database based), Aronoff (1989) menyatakan
bahwa Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan suatu sistem berbasis komputer yang
mempunyai kemampuan untuk menangani data yang bereferensi geografi, yaitu pemasukan
data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis
serta keluaran (keluaran), sedangkan dalam konteks organisasi (organization based), Sistem
Informasi Geografi (SIG) didefinisikan sebagai seperangkat fungsi-fungsi otomatis yang

39

Gambar 2.10 Sistem Pengindraan Jauh
Sumber : Sistem Pengindraan Jauh, Sutanto 1999
professional dengan kemampuan lebih baik dalam hal penyimpanan, pemanggilan kembali,
manipulasi, dan tampilan lokasi data secara geografis.
2.7 Definisi Penginderaan jauh
Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang objek,
daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan
alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala yang akan dikaji (Lillesand
dan Kiefer, 1990).
Sistim penginderaan jauh dilengkapi dengan sensor dan kamera yang merekam
objek dialam. Dari beberapa batasan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
penginderaan jauh merupakan upaya memperoleh informasi tentang objek dengan
menggunakan alat yang disebut “sensor” (alat peraba), tanpa kontak langsung dengan objek.
Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa penginderaan jauh merupakan upaya untuk
memperoleh data dari jarak jauh dengan menggunakan peralatan tertentu. Data yang
diperoleh itu kemudian dianalisis dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Data yang
diperoleh dari penginderaan jauh dapat berbentuk hasil dari variasi daya, gelombang bunyi
atau energi elektromagnetik. Sebagai contoh grafimeter memperoleh data dari variasi daya
tarik bumi (gravitasi), sonar pada sistem navigasi memperoleh data dari gelombang
bunyi dan mata kita memperoleh data dari energi elektromagnetik. Jadi penginderaan
jauh merupakan pemantauan terhadap suatu objek dari jarak jauh dengan tidak
melakukan kontak langsung dengan objek tersebut (Meurah, 2005).
Menurut Prof. Dr. Sutanto, pada dasarnya interpretasi citra terdiri dari dua
kegiatan utama, yaitu perekaman data dari citra dan penggunaan data tersebut untuk tujuan
tertentu.

40

Tenaga elektromagnetik pada penginderaan jauh sistem pasif dan sistem aktif untuk
sampai di alat sensor dipengaruhi oleh atmosfer. Penggunaan foto udara sebagai sumber
informasi sudah meluas dalam berbagai aplikasi. Hanya saja untuk dapat memanfaatkan foto
udara tersebut diperlukan kemampuan mengamati keseluruhan tanda yang berkaitan dengan
objek atau fenomena yang diamati. Tanda-tanda tersebut dinamakan kunci pengenalan
atau biasa disebut dengan unsur-unsur interpretasi. Unsur-unsur tersebut meliputi :
rona/warna, tekstur, bentuk, ukuran, pola, situs, asosisasi, dan konvergensi bukti (Sutanto,
1978).
2.8 Interpretasi Citra
Estes dan Simonett (1975) dalam Sutanto (1992) mengatakan bahwa interpretasi citra
merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk
mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Interpretasi citra
penginderaan jauh dapat dilakukan dua cara yaitu interpretasi secara manual dan interpretasi
secara digital (Purwadhi, 2001).
Macam Cara Interpretasi Citra Pengenalan permukaan bumi menggunakan data
penginderaan jauh dilakukan dengan cara interpretasi citra, yang terdiri dari interpretasi citra
secara manual dan secara digital.
a Interpretasi secara manual
Merupakan interpretasi data penginderaan jauh yang mendasarkan pada pengenalan
cirri (karakteristik) obyek secara keruangan (spasial). Karakteristik obyek yang
tergambar pada citra dapat dikenali berdasarkan unsur-unsur intrepretasi seperti rona
atau warna, bentuk, pola ukuran, letak, dan asosiasi kenampakan obyek. Interpretasi
manual dilakukan terhadap citra fotografi yang sudah dikonversikan ke dalam bentuk
foto (gambar).
b Interpretasi secara digital
Merupakan evaluasi kuantitatf tentang informasi spektral yang disajikan pada citra.
Analisis digital dapat dilakukan melalui pengenalan pola spektral dengan bantuan
komputer. Dasar interpretasi citra digital berupa klasifikasi pixel berdasarkan nilai
spektralnya dan dapat dilakukan dengan cara statistic. Setiap kelas kelompok pixel
dicari kaitannya terhadap obyek atau gejala dipermukaan bumi.
Unsur-unsur yang diperlukan dalam interpretasi citra adalah :
❖ Rona/Warna
Fungsi utama adalah untuk identifikasi batas obyek pada citra. Rona biasanya
dinyatakan dalam derajat keabuan (grey scale), misalnya hitam/sangat gelap, agak

41

gelap, cerah, sangat cerah/putih. Sedangkan warna (color) merupakan apabila citra yang
unsur interpretasi yang digunakan digunakan itu berwarna. Dibandingkan dengan
rona,perbedaaan warna lebih mudah dikenali oleh penafsir dalam mengenali obyek
secara visual. Hal inilah yang dijadikan dasar untuk menciptakan citra multispectral.
❖ Bentuk
Bentuk menunjukkan konfigurasi umum suatu obyek sebagaimana terekam pada citra
penginderaan jauh . Bentuk mempunyai dua makna yaitu bentuk luar / umum dan bentuk
rinci atau susunan bentuk yang lebih rinci dan spesifik. Bentuk beberapa objek kadang-
kadang begitu berbeda dari yang lain, sehingga objek tersebut dapat dikenali semata-
mata dari unsur bentuknya saja.
❖ Ukuran
Ukuran merupakan atribut obyek yang berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume
(Sutanto, 1986). Ukuran merupakan cerminan penyajian luas daerah yang ditempati
oleh kelompok individu. Ukuran objek pada foto harus dipertimbangkan dalam konteks
skala yang ada. Penyebutan ukuran juga tidak selalu dapat dilakukan untuk semua jenis
objek.
❖ Bayangan (Shadows)
Bayangan merupakan unsur sekunder yang sering membantu untuk identifikasi obyek
secara visual, misalnya untuk mengidentifikasi hutan jarang, gugur daun, tajuk.
Bayangan sangat penting bagi penafsir, karena dapat memberikan dua macam efek
yangberlawanan. Pertama, bayangan mampu menegaskan bentuk objek pada citra,
karena outline objek menjadi lebih tajam/jelas; begitu pula kesan ketinggiannya.
Kedua,sebaliknya, bayangan justru kurang memberikan pantulan objek ke sensor,
sehingga objek yang diamati menjadi tidak jelas.
❖ Tekstur
Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona dalam citra ( Kiefer, 1979). Tekstur
dihasilkan oleh kelompok unit kenampakan yang kecil, tekstur sering dinyatakan
kasar,halus, ataupun belang-belang (Sutanto, 1986). Contoh hutan primer bertekstur
kasar, hutan tanaman bertekstur sedang, tanaman padi bertekstur halus. Kesan tekstur
juga bersifat relatif, tergantung pada skala dan resolusi citra yang digunakan.
❖ Pola
Pola merupakan karakteristik makro yang digunakan untuk mendiskripsikan tataruang
pada kenampakan di citra. Istilah yang digunakan untuk menyatakan pola misalnya
teratur, kurang teratur, hingga melingkar, memanjang, terputus-putus,konsentris, dan

42

sebagainya. Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak
obyek bentukan manusia dan beberapa obyek alamiah. Hal inimembuat pola unsur
penting untuk membedakan pola alami dan hasil budidaya manusia. Sebagai contoh
perkebunan karet , kelapa sawit sangat mudah dibedakan dengan hutan berdasarkan pola
dan jarak tanam yang seragam.
❖ Situs
Situs merupakan konotasi suatu obyek terhadap faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan atau keberadaan obyek tersebut. Situs bukan ciri suatu
obyek secara langsung, tetapi kaitanya dengan faktor lingkungan. Contoh hutan
mangrove selalu bersitus pada pantai tropic, ataupun muara sungai yang berhubungan
langsung dengan laut (estuaria). Situs juga dapat diartikan sebagai penjelasan tentang
lokasi objek relatif terhadap objek atau kenampakan lain yang lebih mudah
untukdikenali dan dipandang dapat dijadikan dasar untuk identifikasi objek yang yang
dikaji. Objek dengan rona cerah, berbentuk silinder, ada bayangannya dan tersusun
dalam polatertatur dikenali sebagai kilang minyak apabila terletak di perairan pantai.
❖ Asosiasi
Merupakan unsur yang memperhatikan keterkaitan antara suatu objek atau fenomena
dengan objek atau fenomena lain, yang digunakan sebagai dasar untukmengenali objek
yang dikaji, misalnya adanya perkantoran dapat diketahui berdasarkan asosiasi tiang
bendera, letak yang dipinggir jalan, dan bangunan yang besar dari permukiman.
2.9 Landsat - 8
Landsat-8 merupakan kelanjutan dari misi satelit Landsat-7 milik Amerika Serikat.
Landsat-8 pertama diluncurkan pada 11 Februari 2013. Landsat-8 merupakan hasil dari misi
kerjasama antara NASA dan USGS. Dimana NASA bertanggung jawab dalam penyediaan
satelit LDCM (Landsat 8), instrumen, pesawat peluncur dan elemen operasi misi sistem
stasiun bumi dan mengelola fase awal peluncuran sampai dengan kondisi satelit beropersi
di orbitnya pada ruas antariksa (dari peluncuran sampai penerimaan). Selain itu, USGS
bertanggung jawab akan penyediaan pusat operasi-operasi misi dan sistem pengolahan pada
stasiun bumi (termasuk pengaripan dan jaringan-jaringan data), demikian juga tim operasi-
operasi penerbangan.
Pada dasarnya, Landsat 8 memiliki kemampuan untuk merekam citra dengan
resolusi spasial bervariasi yakni antara 15–100 meter. Landsat 8 merupakan citra satelit
yang memiliki resolusi spasial 30 meter. Terkait dengan resolusi spasialnya, kanal dari
landsat 8 memiliki resolusi tingkat menengah. Satu scene data citra satelit Landsat 8

43

mencakup area seluas 175 x 185 km. Landsat 8 memiliki DN (derajat keabuan) sebesar 0-
4096. Landsat 8 dilengkapi oleh dua instrumen sensor yakni OLI dan TIRS. Sensor OLI
berfungsi mengumpulkan data di permukaan bumi dengan spesifikasi resolusi spasial dan
resolusi spektral yang berkesinambungan dengan data Landsat sebelumnya. Sedangkan
TIRS merupakan sensor kedua dalam landsat 8 yang berfungsi untuk mengindera suhu dan
aplikasi lainnya. TIRS merekam citra dalam dua saluran inframerah thermal dan didesain
untuk beroperasi selama 3 tahun. Satelit landsat 8 memiliki 11 kanal yakni kanal 1-9 berada
pada OLI dan kanal 10-11 berada pada TIRS. Pada umumnya kanal pada OLI memiliki
resolusi 30 m, kecuali untuk pankromatik 15 m. Dalam satu hari perekaman, Landsat 8 dapat
mengumpulkan 400 scenes (150 kali lebih banyak dari landsat 7).
Berikut adalah spesifikasi dari 11 kanal (band) yang terdapat pada landsat 8 seperti pada
Tabel 2 yakni :
Tabel 2.3 Spesifikasi Kanal Landsat 8 (NASA, 2013)
Band Spektral Panjang Gelombang Resolusi Spasial
Band 1 Coastal/Aerosol 0,435 – 0,451 μm 30 m
Band 2 Blue 0,452 – 0,512 μm 30 m
Band 3 Green 0,533 – 0,590 μm 30 m
Band 4 Red 0,636 – 0,673 μm 30 m
Band 5 Near-infrared 0,851 – 0,879 μm 30 m
Band 6 SWIR 1 1,566 – 1,651 μm 30 m
Band 7 SWIR 2 2,107 – 2,294 μm 30 m
Band 8 Pan 0,503 – 0,676 μm 15 m
Band 9 Cirrus 1,363 – 1,384 μm 30 m
Band 10 LWIR 1 10,60 – 11,19 μm 100 m
Band 11 LWIR 2 11,50 – 12,51 μm 100 m

Kanal yang digunakan pada perhitungan algoritma indeks vegetasi adalah band Red dan
NIR yang memiliki kegunaan seperti yang tertera pada Tabel 3 Berikut ini adalah manfaat
dari tiap-tiap kanal dari citra satelit Landsat 8 antara lain sebagai berikut :
Tabel 2.4 Landsat 8 OLI dan TIRS
Band Panjang gelombang Kegunaan Dalam Pemetaan
Band 1- Coastal
Aerosol
0,435 – 0,451 Studi pesisir dan aerosol

44

Band Panjang gelombang Kegunaan Dalam Pemetaan
Band 2 – Blue 0,452 – 0,512 Pemetaan batimetri, membedakan tanah
Band 3 – Green 0,533 – 0,590
Menekankan vegetasi puncak, yang
berguna untuk menilai kekuatan tanaman
Band 4 – Red 0,636 – 0,673 Mendiskriminasikan lereng vegetasi
Band 5 – Near
Infrared (NIR)
0,851 – 0,879
Menekankan konten biomassa dan garis
pantai
Band 6 - SWIR 1 1,566 – 1,651
Mendiskriminasikan kadar air tanah dan
vegetasi; menembus awan tipis
Band 7 - SWIR 2 2,107 – 2,294
Peningkatan kadar air tanah dan
vegetasi,penetrasi awan tipis
Band 8 -
Panchromatic
0,503 – 0,676
Resolusi 15 meter, definisi gambar yang
lebih tajam
Band 9 – Cirrus 1,363 – 1,384
Peningkatan deteksi kontaminasi awan
cirrus
Band 10 – TIRS 1 10,60 – 11,19
Resolusi 100 meter, pemetaan termal dan
perkiraan kelembaban tanah
Band 11 – TIRS 2 11,50 – 12,51
Resolusi 100 meter, Peningkatan pemetaan
termal dan perkiraan kelembaban tanah

Parameter orbit dari satelit Landsat 8 seperti yang tertera pada Tabel 2 antara lain sebagai
berikut :
Tabel 2.5 Spesifikasi Landsat 8 (Sitanggang, 2010)
Parameter Spesifikasi
Orbit Mendekati lingkaran sinkron-matahari
Ketinggian 705 km
Inklinasi 98,2o
Periode 99 menit
Resolusi Temporal 16 hari
Resolusi Spektral 11 band
Jenis Satelit Pasif
Waktu Melintasi Katulistiwa Jam 10:00 s.d 10:15 pagi

45

2.10 Klasifikasi Citra
Klasifikasi citra merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menghilangkan informasi
rinci dari data input untuk menampilkan pola-pola penting atau distribusi spasial untuk
mempermudah interpretasi dan analisis citra sehingga dari citra tersebut diperoleh informasi
yang bermanfaat. Proses klasifikasi citra dilakukan dengan menetapkan metode klasifikasi
visual digitation on screen berdasarkan citra komposit warna. Klasifikasi citra pada
dasarnya bertujuan untuk melakukan pengelompokan data dari nilai-nilai piksel yang
bervariasi sehingga dapat dijelaskan ke dalam beberapa klas yang memiliki karakteristik
nilai spektral yang serupa.
Klasifikasi citra secara digital dapat dilakukan dengan dua cara antara lai (Purwadhi, 2001):
❖ Klasifikasi Tak Terbimbing (Unsupervised)
Klasifikasi tak terbimbing merupakan suatu metode untuk interpretasi citra. Pada
klasifikasi ini kita membentuk suatu cluster atau natural grouping. Cluster
mengklasifikasikan piksel berdasarkan jarak spektral antar piksel. Apabila jarak
tersebut kurang dari suatu konstanta yang diberikan, maka piksel tersebut
digabungkan menjadi suatu cluster, tetapi sebaliknya apabila jarak spektral tersebut
lebih besar maka piksel yang pertama akan menjadi acuan untuk mengukur jarak
spektral terhadap piksel berikutnya.
❖ Klasifikasi Terbimbing (Supervised)
Klasifikasi terbimbing ialah suatu metode untuk interpretasi citra. Pada metode
supervised, analisis terlebih dulu menetapkan beberapa training area (daerah
sampel) pada citra sebagai kelas lahan tertentu. Penetapan ini berdasarkan
pengetahuan analis terhadap wilayah dalam citra mengenai daerah-daerah tutupan
lahan. Nilai-nilai piksel dalam daerah contoh kemudian digunakan oleh komputer
sebagai kunci untuk mengenali piksel lain. Daerah yang memiliki nilai-nilai piksel
sejenis akan dimasukkan ke dalam kelas lahan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam metode ini, untuk mengidentifikasi dan mengetahui lokasi dari setiap tipe
penutupan lahan bisa dari interpretasi yang didukung pengecekan lapangan, analisa
foto udara atau citra resolusi spasial yang tinggi (seperti SPOT atau Quickbird).
Untuk mengidentifikasi secara spesifik dari lokasi yang telah diketahui tipe
penutupan lahannya dan akan ditetapkan sebagai training area. Parameter analisa
statistik multivarian seperti rata-rata standar deviasi, dan matriks korelasi dihitung
untuk setiap traning area.

46

Sumber : Sofware SAS Planet
Gambar 2.11 Tampilan SAS Planet
2.11 Software SAS Planet
SAS Planet adalah sebuah software open source untuk menampilkan dan
mendownload citra satelit resolusi tinggi dari peta yang dikirimkan oleh layanan pemetaan
seperti Google Maps, Bing Maps, Yandex Maps, Open Street Map, ESRI, eAtlas, Genshtab
maps, iPhone maps, Navitel Maps, dan masih banyak lagi. Software ini sangat membantu
untuk pembuatan peta dan cara penggunaannya cukup mudah dan ukurannya kecil.
Berbagai format output citra tersedia dalam SAS Planet, antara lain. jpeg, .png, .bmp,
.ecw, jpeg 200, kmz for garmi, dan GeoTIFF. Dengan pilihan citra yang memiliki perbesaran
hingga 24 kali, SAS Planet dapat men-download sesuai resolusi yang dibutuhkan. Untuk
men-download citra satelit ukuran sebuah kota dapat mencapai 1 GB bahkan lebih karena
resolusinya memang tinggi.
Menurut (Howard,1996), pemanfaatan teknologi penginderaan jauh berupa data citra
satelit resolusi tinggi yang diperoleh dari SAS.Planet, dapat diinterpretasi secara visual untuk
memperoleh informasi yang akurat dalam menganalisis tutupan lahan, informasi bentuk
lahan, potensi dan penggunaan lahan.











Software SAS Planet merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk menampilkan citra
atau meng-upload citra resolusi tinggi dan telah dirancang khusus untuk melakukan
pengamatan terhadap citra yang memiliki rosolusi tinggi tersebut. Software SAS Planet ini
juga memiliki keunggulan yang mungkin tidak ada di software lainnya dalam mengolah
citra, diantaranya :
a Dapat terhubung dengan GPS – Receiver.
b Mendapatkan arah.
c Mengukur jarak.

47

Gambar 2.12 Tampilan ArcGIS ArcMAP 10.8
Sumber : Sofware Arcgis Arcmap
d Menampilkan file KML .
e Menampilkan objek Wikimapia, dll
2.12 Software ArcGIS
Perangkat lunak ArcGIS 10.8 merupakan perangkat lunak SIG yang baru dari ESRI
(Environmental Systems Research Institute), yang memungkinkan pengguna untuk
memanfaatkan data dari berbagai format data. Dengan ArcGIS pengguna dapat
memanfaatkan fungsi desktop maupun jaringan, selain itu juga pengguna bisa memakai
fungsi pada level ArcView, ArcEditor, ArcInfo dengan fasilitas ArcMap, ArcCatalog dan
Toolbox. Materi yang disajikan adalah konsep SIG, pengetahuan peta, pengenalan dan
pengoperasian ArcGIS, input data dan manajemen data spasial, pengoperasian ArcCatalog,
komposisi atau tata letak peta dengan ArcMap, memanfaatkan perangkat lunak SIG ArcGIS
10.8 untuk pengelolaan data spasial dan tabular serta untuk penyajian informasi peta.
ArcMap merupakan program aplikasi sentral di dalam ArcGIS Desktop untuk
menampilkan, manipulasi data geografis, penggambaran peta, query, seleksi, dan editing
peta. ArcMap memberikan pengguna sebuah kesempatan untuk membuat dan bekerja
dengan dokumen peta. Sebuah dokumen peta terdiri dari frame data, layer, label, dan objek
grafis. ArcMap memiliki dua jendela utama yang digunakan untuk bekerja dengan dokumen
peta yaitu : jendela daftar isi dan jendela tampilan. Jendela daftar isi berisikan tentang data
geografis yang akan digambarkan di dalam jendela tampilan, dan bagaimana data tersebut
akan digambarkan. Jendela tampilan akan menampilkan data geografis dan tampilan layout.











ArcCatalog merupakan sebuah aplikasi yang membantu anda untuk mengatur dan mengelola
informasi SIG yang meliputi data SIG, dokumen peta, file layer, dan lainnya. Data SIG
terdiri dari berbagai macam format data dan tipe. Di dalam ArcCatalog pengguna dapat men-

48

delete, memberi nama baru, membuat file peta baru, preview peta, melihat metadata,
membuat database dan sebagainya. Pada intinya, ArcCatalog adalah program explorer peta
di ArcGIS.
Banyak dari pekerjaan SIG menggunakan ArcMap dan ArcCatalog untuk mengelola,
menampilkan, dan query data SIG. Di dalam ArcToolbox banyak terdapat alat untuk
geoprosessing. Geoprosesing digunakan untuk otomasi data, kompilasi data, mengelola data,
analisis data, modeling data, dan untuk kartografi tingkat lanjut. Berbagai macam tool antara
lain 3D analisis tool, kartografi tool, konversi tool, data manajemen tool, dan lainnya.

49

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tujuan untuk
menggambarkan data yang terkumpul secara sistematis, cermat dan akurat mengenai
fenomena tertentu berupa fakta-fakta, keadaan, sifat-sifat suatu individu atau kelompok,
serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Singarimbun dan Effendi, 1989).
Menurut Sugiyono (2019) Penelitian kuantitatif merupakan jenis penelitian yang
memanfaatkan populasi atau sampel tertentu. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan instrumen penelitian, sementara analisis data bersifat kuantitatif atau statistik,
bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Metode atau pendekatan deskriptif
digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis hasil penelitian tanpa membuat
kesimpulan yang lebih luas. Sedangkan Menurut Carmines dan Zeller (2006) dalam
Sudirman A. (2020), mengemukakan bahwa penelitian kuantitatif merupakan jenis
penelitian eksperimental yang menggunakan data dalam bentuk angka, kemudian dianalisis
dengan metode statistik dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang dapat diukur secara
kuantitatif serta menyimpulkan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.
Menurut Sugiyono (2019), metode deskriptif adalah suatu pendekatan yang
digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis hasil penelitian tanpa membuat
kesimpulan yang lebih luas. Dalam konteks ini, metode deskriptif fokus pada pemaparan
atau analisis yang mendalam terhadap temuan penelitian tanpa melakukan generalisasi yang
ekstensif. Moh. Nazir (2011) mengemukakan metode deskriptif analisis merupakan jenis
penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan
manusia. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi yang
berguna untuk keperluan masa yang akan datang. Sehingga dapat dipahami bahwa
pendekatan deskriptif kuantitatif memadukan eksplorasi dan pemotretan situasi sosial secara
menyeluruh, luas, dan pemahaman mendalam dan memberikan kontribusi praktis berupa
rekomendasi untuk kepentingan masa depan.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam tentang cara
menganalisis perubahan penggunaan lahan di ruang terbuka hijau dan mengeetahui
gambaran perubahan penggunaan lahan di ruang terbuka hijau di kota palangka raya dengan
fokus pada aspek data spasial dan sumber lainnya seperti citra sebagai data awal dalam

50

Sumber : Peta Batas Wilayah Administrasi Badan Informasi Geospasial
Gambar 3.1 Peta Lokasi Kegiatan Penelitian di Kota Palangka Raya
pengolahan data penelitian ini, dengan fokus pada aspek-aspek keberlanjutan lingkungan,
sosial, dan ekonomi sehingga pendekatan metode kuantitatif, memungkinkan pengumpulan
data yang terstruktur, sistematik, secara lebih objektif serta memungkinkan untuk mengukur
dan menganalisis variabel secara numerik, sehingga dapat membantu memahami perubahan
penggunaan lahan di ruang terbuka hijau di kota palangka raya
3.2 Tempat Penelitian
Kota Palangka Raya, kota ini memiliki luas wilayah sebesar 2.853,12 km² atau
285.312,80 Ha Kota Palangka Raya terbagi dalam lima kecamatan. ( untuk lebih jelas dapat
dilihat di gambar 14 ).















3.3 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 6 (enam) bulan yakni pada bulan September
tahun 2024 sampai dengan bulan Februari tahun 2025, dengan harapan data yang diperoleh
selama waktu penelitian tersebut sudah lengkap dan dapat di analisis untuk memberi jawaban
atas rumusan masalah dari penelitian ini, (untuk lebih jelas dapat dilihat di gambar tabel 15).

51

Sumber : Penulis Tahun 2025
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian














3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan atau diperoleh langsung dari sumbernya
untuk tujuan penelitian, data primer yang dibutuhkan dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Data Primer Penelitian
No Jenis Data Detail Data Tahun Sumber Data
1
Data Spasial Rencana
Tata Ruang Wilayah
Kota Palangka Raya
Shapefile 2019
Pemerintah Daerah Kota
Palangka Raya
Perda Nomor 1 Tahun 2019
2
Data Spasial Kantor
Staf Presiden
Shapefile 2020
Kantor Staf Presiden One
Map
3
Peta Rupa Bumi Kota
Palangka Raya
Shapefile 2020
Badan Informasi
Geospasial
4
Citra Satelit Resolusi
Tinggi
Multispektral
Imagery
tif/jpg
-2019
-2023
SAS Planet Software

52

Sumber : Penulis Tahun 2025
No Jenis Data Detail Data Tahun Sumber Data
5 Citra Landsat 8
Multispektral
Imagery
tif/jpg
-2019
-2020
-2021
-2022
-2023
-2024
United States Geological
Survey (USGS),The
United States Geological
Survey,founded as the
Geological Survey, is an
agency of the U.S.
Department of the Interior
whose work spans the
disciplines of biology,
geography, geology, and
hydrology.
6 Software Arcgis
Perangkat
Lunak
-
ArcGIS is a comprehensive
geospatial platform and a
leading Geographic
Information System (GIS)
software suite developed by
Esri. It provides tools for
creating, managing,
analyzing, and sharing
geospatial data. ArcGIS is
used in various industries
like mining, oil and gas,
defense, security, and
government for managing
and analyzing geospacial
data


Menurut Sugiyono (2018), data primer merupakan sumber data yang memberikan
informasi langsung kepada pengumpul data. Dalam konteks ini, data dikumpulkan secara
langsung oleh peneliti dari sumber pertama atau lokasi di mana objek penelitian tersebut
dilaksanakan.

53

Sumber : Penulis Tahun 2025
3.4.1 Data Sekunder
Data sekunder merujuk pada informasi atau data yang telah dikumpulkan oleh pihak
lain atau telah ada sebelumnya untuk tujuan selain penelitian yang sedang dilakukan.
Karakteristik utama dari data sekunder melibatkan penggunaan informasi yang telah ada.
Beberapa karakterlistik data sekunder yaitu data sudah ada atau telah dikumpulkan oleh
pihak lain sebelum penelitian ini, data dikumpulkan untuk tujuan yang berbeda atau untuk
memenuhi kebutuhan organisasi atau penelitian sebelumnya, data sekunder dapat berupa
teks, angka, grafik, atau informasi lainnya yang dapat diambil dan digunakan untuk
menjawab pertanyaan penelitian, dapat ditemukan di berbagai tempat, seperti basis data,
laporan tahunan, buku, artikel jurnal, dan sumber-sumber lainnya, kualitas dan relevansinya
tergantung pada sumber dan metode pengumpulannya.
Data Sekunder adalah data yang dikumpulkan atau diperoleh langsung dari
sumbernya untuk tujuan penelitian. Beberapa karakterlistik data sekunder yaitu diperoleh
secara langsung melalui metode pengumpulan data secara observasi atau pengamatan
langsung di lapangan.
Tabel 3.3 Data Sekunder Penelitian
No Jenis Data Sumber Data
1 Kondisi Lokasi Perubahan
Penggunaan Lahan
Observasi Lapangan dan pengamatan Lapangan


3.5 Jenis RTH Di Kota Palangka Raya
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palangka Raya Nomor 1
Tahun 20019 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palangka Raya Tahun 2019 –
2039 Tanggal 22 Maret 2019, Luas Ruang Terbuka Hijau di Kota Palangka Raya terbagi
menjadi (dapat lihat di gambar 15 dan gambar 16 peta sebaran RTH ) :
• Ruang Terbuka Hijau (RTH) Hutan Kota Seluas 5.299,57 Ha.
• Ruang Terbuka Hijau (RTH) Jalur Seluas 376,25 Ha.
• Ruang Terbuka Hijau (RTH) Lapangan Olah Raga Seluas 132,52 Ha.
• Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pemakaman Umum Seluas 65,25 Ha.
• Ruang Terbuka Hijau (RTH) Sabuk Hijau Seluas 69,63 Ha.
• Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Kota Seluas 1,88 Ha.

54

Sumber : Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palangka Raya Tahun 2019
Sumber : Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palangka Raya Tahun 2019
Gambar 3.2 Peta Sebaran Ruang Terbuka Hijau Di Kota Palangka Raya
Tabel 3.4 Jenis Ruang Terbuka Hijau
No Status Kawasan
Kesesuaian RTH di dalam RTRW Kota
Palangka Raya (Perda Nomor 1 Tahun 2019)
(Ha)
1 RTH Hutan Kota 5.299,57
2 RTH Jalur 376,25
3 RTH Lapangan Olah Raga 132,52
4 RTH Pemakaman Umum 65,25
5 RTH Sabuk Hijau 69,63
6 RTH Taman Kota 1,88
Total 5.945,10

55

Sumber : Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palangka Raya Tahun 2019
Gambar 3.3 Peta Titik Lokasi Ruang Terbuka Hijau Di Kota Palangka Raya



















3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 (dua
Bagian adalah :
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data Primer
Studi Literatur tahap pertama dilakukan untuk mengumpulkan data terdiri atas data
pustaka, dan dokumen-dokumen yang ada sehingga dapat terbuatnya penelitian ini. Data
pustaka berupa buku, artikel, laporan hasil penelitian tentang penginderaan jauh, prediksi
perubahan RTH dan konsep perubahan penggunaan lahan yang pernah dilakukan di Kota
Palangka Raya dan keseluruhan bentuk tulisan yang berhubungan dengan Ruang Terbuka
Hijau. Data Pustaka lainnya berupa data arsip yang berhubungan dengan analisis perubahan
penggunaan lahan di ruang terbuka hijau.

56

1. Penyiapan shapefile Peta Dasar (shapefile RTH yang di olah dari data shapefile
RTRW Kota Palangka Raya).
2. Penyiapan Data Citra Satelite Resolusi Tinggi tahun 2019 dan tahun 2023.
3. Penyiapan Data Citra Landsat 8 tahun 2019,2020,2021,2022,2023 dan tahun 2024.
4. Shapefile Peta Administrasi Kota Palangkaraya.
5. Shapefile Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 1 Tahun 2019 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palangkaraya Tahun 2019-2039.
6. Software Arcgis 10.8 untuk proses pengolahan data SIG

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Dalam Pengumpulan data sekunder peneliti melakukan beberapa tahapan
1. Donwload Citra Satelit Resolusi Tinggi dan Citra Landsat 8
2. Interpretasi Citra
3. Obvservasi lapangan dan pengamatan lapangan
Berdasarkan interpretasi citra dapat diketahui perubahan penggunaan lahan di ruang
terbuka hijau kota palangka raya pada tahun 2019 dan tahun 2023. Hasil interpretasi berupa
peta tentative belum lengkap. Peta tentative ini agar menjadi peta yang lengkap dan memiliki
tingkat kepercayaan yang tinggi, perlu dilakukan cek lapangan.
1. Cek lapangan
Dari cek lapangan dapat diperoleh data yang mungkin tidak dapat diperoleh dari
Citra sehingga peta tentative hasil interpretasi dapat diperbaiki sesuai dengan data
terbaru dan dapat menjadi peta aktual atau peta lengkap.
2. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi diperlukan untuk melengkapi data hasil interpretasi citra.
Dokumen tersebut berupa peta-peta (administrasi, RTRW dan lain-lain), catatan
bentuk dan luas penggunaan lahan dan sebagainya. Data yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah data-data yang berkaitan dengan perubahan penggunaan lahan
di ruang terbuka hijau kota palangkaraya yang diperoleh di lapangan. Pengumpulan
data dalam konteks ini disamping melakukan identifikasi juga melakukan pencatatan
mengenai kondisi lingkungan kota palangka raya dan potensi sebagai data
penunjang. Pemotretan dilakukan untuk mengabadikan data lapangan sekaligus
dapat membantu dalam pengolahan data.

57

3.7 Pengolahan Data
Pengolahan data berawal dari menggunakan sumber data primer yaitu Peraturan
Daerah Kota Palangka Raya Nomor 1 tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Palangka Raya Tahun 2019-2039 dengan file atribut orde-II yang mana dari atribut
tersebut diklasifikasikan menjadi data vektor ruang terbuka hijau untuk dapat diolah menjadi
dasar dalam penelitian ini, data vector tersebut kemudian di olah kembali dengan beberapa
data tambahan seperti data citra ,data citra landsat 8 dari tahun 2019,tahun 2020,tahun
2021,tahun 2022, tahun 2023 dan tahun 2024
Pengolahan data dilakukan dengan cara memvalidasi data, mengidentifikasi,
mengklaisifikasi dan mendeskripsikan data serta menganalisis data untuk memahami
bentuk, penggunaan, pemanfaatan lahan dan perubahan penggunaan lahan tersebut.
Sehingga diperoleh gambaran kualitas data yang telah diidentifikasi dan dianalisis.
Selanjutnya hasil analisis data tersebut menjadi bahan uraian penjelasan dalam merumuskan
konsep tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini.
Bagian ini dibedakan dengan beberapa cara kerja pengolahan data :
1. Melakukan Uji Validasi menggunakan NDVI yang menghasilkan peta kerapatan
vegetasi.
2. Melakukan analisis interprestasi citra menggunakan metode klasifikasi tidak
terbimbing yang menghasilkan peta tutupan lahan
3. Melakukan overlay (tumpang-susun) peta penggunaan lahan yang menghasilkan peta
perubahan penggunaan lahan.
4. Melakukan analisis data menggunakan perspektif kesesuaian penggunaan lahan
ruang terbuka hijau dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, menggunakan data citra
satelite resolusi tinggi.
Proses analisis uji validasi menggunakan metode NDVI, analisis NDVI kerapatan
vegetasi dalam proses perubahan penggunaan lahan untuk mendapatkan klasifikasi indeks
vegetasi dan uji korelasi indeks vegetasi, kemudian disajikan dalam bentuk peta kelasifikasi
kerapatan vegetasi, peta kerapatan vegetasi dan tabulasi klasifikasi.
Proses overlay (tumpang susun) peta penggunaan lahan menggunakan sumber data
Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 1 tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Palangka Raya Tahun 2019-2039 dengan file atribut orde-II yang mana dari
atribut tersebut diklasifikasikan menjadi data vektor ruang terbuka hijau untuk dapat diolah
menjadi dasar dalam perubahan penggunaan lahan, data vector tersebut kemudian di olah

58

kembali dengan beberapa data tambahan seperti data citra ,data citra landsat 8 dari tahun
2019,tahun 2020,tahun 2021,tahun 2022, tahun 2023 dan tahun 2024
Proses analisis interprestasi citra menggunakan metode klasisifikasi tidak terbimbing
, klasifikasi tak terbimbing merupakan suatu metode untuk interpretasi citra. Pada klasifikasi
ini kita membentuk suatu cluster atau natural grouping. Cluster mengklasifikasikan piksel
berdasarkan jarak spektral antar piksel. Apabila jarak tersebut kurang dari suatu konstanta
yang diberikan, maka piksel tersebut digabungkan menjadi suatu cluster, tetapi sebaliknya
apabila jarak spektral tersebut lebih besar maka piksel yang pertama akan menjadi acuan
untuk mengukur jarak spektral terhadap piksel berikutny,kemudian di sajikan dalam bentuk
peta hasil interprestasi yang mana hasil peta tersebut dikatakan peta tutupan lahan yang
kemudian dilakukan proses selanjutnya.
Proses Validasi di lapangan (ground truth) dilakukan untuk mengecek kebenaran
hasil analisis, dan pengamatan jenis-jenis penggunaan lahan di sekitarnya dan
penyebarannya, secara khusus terutama di ruang terbuka hijau kota palangkaraya. Lokasi
plot-plot sampel pengamatan lapangan ini sedapat mungkin dilakukan di daerah yang
aksesibilitasnya tinggi, sehingga informasi mengenai kondisi lahan dan penutupan lahan
lainnya dapat diketahui karakteristiknya secara akurat. Posisi geografis lokasi pengamatan
ditentukan dengan mengukur koordinat lokasi pengamatan di lapangan. Untuk keperluan ini
dipergunakan alat Smartphone/handphone.
Data/informasi koordinat ini sangat berguna untuk melacak kembali posisi
pengamatan lapangan pada citra atau peta, yang kemudian digunakan untuk memperbaikan
dan menyempurnakan hasil analisis citra satelit. Semua data lapangan terutama di daerah
plot-plot sample merupakan “ground truth” yang akan diolah dan di “match” dengan data
citra satelit untuk sumber informasi utama dalam menyempurnakan hasil analisis dan
klasifikasi obyek, menyusun dan penyempurnakan peta penggunaan lahan. Estimasi tingkat
ketelitian dan kebenaran hasil analisis dilakukan secara acak/ random dengan menggunakan
metode pendekatan ’point sampling accuracy’.
Pada penelitian ini, dilakukan pendeteksian perubahan dengan matriks transformasi
melalui proses tumpang susun (overlay) peta penggunaan lahan Kota Palangka Raya tahun
2019 dan tahun 2024, sehingga dapat diketahui perubahan penggunaan lahan ke perubahan
penggunaan lainnya termasuk luas dan sebarannya.
Analisis terhadap perubahan penggunaan lahan dari luas masing-masing point
sampling accuracy dilakukan dengan analisis system informasi geografis. Masing-masing

59

point merupakan polygon-polygon dari peta penggunaan lahan yang berbeda waktunya
ditumpang susunkan, sehingga dapat diketahui perubahan jenis, luas, intensitas, dan luas
perubahan lahannya.
Analisis kebijakan untuk penyusunan kriteria analisis spasial perubahan penggunaan
lahan dan dampaknya terhadap ruang terbuka hijau di kota palangka raya terdiri dari :
1. Sesuai (S) artinya penggunaan lahan di ruang terbuka hijau yang telah ada atau yang
akan dilaksanakan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah ditetapkan dalam
dokumen dan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah.
2. Tidak Sesuai (TS) artinya penggunaan lahan di ruang terbuka hijau kota
palangkaraya tidak sesuai dengan peruntukannya/fungsi kawasan yang ditetapkan
dalam dokumen dan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah.
Untuk mengetahui gambaran bagaimana perubahan penggunaan lahan dari tahun 2019
hingga tahun 2024, dibangun berdasarkan matriks transisi penggunaan lahan tahun 2019
dan tahun 2024. Perubahan penggunaan lahan di ruang terbuka hijau berperan sangat
penting dalam perencanaan dan pengembangan suatu wilayah agar kedepan nya rencana
tata ruang wilayah yang sudah di buat selaras dan sesuai dengan arahan tata ruang suatu
wilayah.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui “Analisis Spasial Perubahan
Penggunaan Terhadap Ruang Terbuka Hijau di Kota Palangka Raya.

60

Gambar 3.4 Alur Pengolahan Data NDVI
Sumber : Penulis Tahun 2025
Metode Uji Validasi menggunakan pengolahan data secara NDVI :





`


























Persiapan
Pengumpulan data citra landsat 8 dari
USGC band 5 dan band 4
Landsat 8 tahun 2019,tahun 2020,
tahun 2021, tahun 2022, tahun 2023,
tahun 2024
Indeks Klasifikasi Vegetasi di ruang
terbuka hijau
Selesai
Uji Validasi Klasifikasi Vegetasi
Menggunakan NDVI
Peta Indeks Klasifikasi Vegetasi di
ruang terbuka hijau

61

Gambar 3.5 Alur Pengolahan Data Tutupan Lahan
Sumber : Penulis Tahun 2025
Metode dari kegiatan pengolahan data tutupan lahan :





`


























Persiapan
Pengumpulan data citra landsat 8 dari
USGC
Landsat 8 tahun 2019,tahun 2020,
tahun 2021, tahun 2022, tahun 2023,
tahun 2024
Indeks Klasifikasi Tutupan Lahan di
ruang terbuka hijau
Selesai
Klasifikasi Tutupan Lahan di ruang
terbuka hijau
Peta Indeks Klasifikasi Tutupan di
ruang terbuka hijau

62

Gambar 3.6 Alur Pengolahan Data Peta Perubahan Penggunaan Lahan
Sumber : Penulis Tahun 2025
Metode Analisis dari kegiatan pengolahan data overlay spasial :





`
























Mulai
Persiapan
Pengumpulan Data
Spasial/Shapefile
Citra Satelite
Resolusi Tinggi
Tahun 2019

Data Spasial RTRW Kota
Palangkaraya Tahun 2019
Citra Satelite
Resolusi Tinggi
Tahun 2023
Interpretasi
Citra
Interprestasi
Citra
Peta Penggunaan
Lahan Tahun 2019
Peta Penggunaan
Lahan Tahun 2024
Overlay
Selesai
Peta Analisis Perubahan Penggunaan Lahan di Ruang Terbuka Hijau
di Kota Palangkaraya Tahun 2019 – Tahun 2024

Kesesuian Perubahan Penggunaan Lahan di Ruang Terbuka Hijau
di Kota Palangkaraya Tahun 2019 – Tahun 2024

63

Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2019
Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2024
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Secara Administrasi, Wilayah Kota Palangka Raya, kota ini memiliki luas wilayah
sebesar 2.853,12 km² atau 285.312,80 Ha. Kota Palangka Raya terdiri dari lima kecamatan
yaitu :
• Kecamatan Bukit Batu seluas 0,622728 km² atau 62.272,80 Ha.
• Kecamatan Jekan Raya seluas 0,381391 km² atau 38.139,10 Ha.
• Kecamatan Pahandut seluas 0,111345 km² atau 11.134,50 Ha.
• Kecamatan Rakumpit seluas 1,10586 km² atau 110.586 Ha.
• Kecamatan Sebangau seluas 0,631804 km² atau 63.180,40 Ha.
Kota Palangka Raya Berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :
• Sebelah Utara : Kabupaten Gunung Mas,
• Sebelah Timur : Kabupaten Gunung Mas dan Kabupaten Pulang Pisau,
• Sebelah Selatan : Kabupaten Pulang Pisau ,
• Sebelah Barat : Kabupaten Katingan.
Tabel 4.1 Kepadatan Penduduk rata-rata jiwa/km² tahun 2019
No Kecamatan Luas km² Luas Ha
Kepadatan Penduduk
rata-rata jiwa/km²
1 Kecamatan Bukit Batu 0,622728 62.272,80 21 jiwa/km²
2 Kecamatan Jekan raya 0,381391 38.139,10 362 jiwa/km²
3 Kecamatan Pahandut 0,111345 11.134,50 743 jiwa/km²
4 Kecamatan Rakumpit 1,10586 110.586 3 jiwa/km²
5 Kecamatan Sebangau 0,631804 63.180,40 33 jiwa/km²
2.853,12 285.312,80 1.162 jiwa/km²
Total jiwa/km² 1.162 jiwa/km²


Tabel 4.2 Kepadatan Penduduk rata-rata jiwa/km² tahun 2019 hingga tahun 2023
No Kota Luas km² Luas Ha
Kepadatan Penduduk
rata-rata jiwa/km²
1 Kota Palangka Raya 2.853,12 285.312,80 1.162 jiwa/km²
2 Kota Palangka Raya 2.853,12 285.312,80 1.324 jiwa/km²
Total jiwa/km² Kenaikan dalam 5 Tahun 0.162 jiwa/km²

64

Sumber : Penulis 2025
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Palangka Raya Perkecamatan
Sumber : Penulis 2025
Gambar 4.2 Peta Administrasi Kota Palangka Raya Menggunakan CSRT
Dari Tahun 2019 hingga tahun 2023 Jumlah penduduk kota palangka raya dengan
kepadatan penduduk rata-rata 1.162 jiwa/km² dan di tahun 2023, kepadatan penduduk rata-
rata 1.324 jiwa/km² ada kepadatan penduduk rata-rata kenaikan 14 % atau 162 jiwa/km².

65

Sumber : Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palangka Raya Tahun 2019
4.2 Topografi
Kota Palangka Raya secara geografis terletak pada 113˚30`- 114˚07` Bujur Timur dan
1˚35`- 2˚24` LintangSelatan, dengan luas wilayah 2.853,52 Km2 (267.851 Ha) dengan
topografi terdiri dari tanah datar dan berbukit dengan kemiringan kurang dari 40%. Kota
Palangka Raya merupakan daerah tingkat II yang berstatus kotamadya dengan ibukota
Palangka Rata. Kota Palangka Raya terletak pada ketinggian sekitar 13 – 97 m dpl. Kondisi
topografi Kota Palangka Raya dapat dibagi 2 (dua) tipe, yaitu daerah dataran dan daerah
berbukit. Daerah dataran terletak di bagian utara wilayah Kota Palangka Raya yang terdiri
dari dataran rendah dan rawa. Dengan ketinggian kurang dari 40 m dari permukaan laut
(dpl) dan memiliki kemiringan < 3%. Sedangkan di bagian selatan wilayah Kota Palangka
Raya umumya merupakan daerah berbukit. Elevasi tertinggi terletak di perbukitan
Banturung dan Tangkiling dengan ketinggian mencapai 135 -197 m dpl. Bukit-bukit yag
terdapat di wilayah Kota Palangka Raya mempunyai ketinggian yang bervariasi antara 118
– 197 m dengan kemiringan kurang dari 40%.
4.3 Jenis RTH Di Kota Palangka Raya
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palangka Raya Nomor 1
Tahun 20019 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palangka Raya Tahun 2019 –
2039 Tanggal 22 Maret 2019, Luas Ruang Terbuka Hijau di Kota Palangka Raya terbagi
menjadi (dapat lihat pada tabel dan gambar 16 peta sebaran RTH ) :
• Ruang Terbuka Hijau (RTH) Hutan Kota Seluas 5.299,57 Ha
• Ruang Terbuka Hijau (RTH) Jalur Seluas 376,25 Ha
• Ruang Terbuka Hijau (RTH) Lapangan Olah Raga Seluas 132,52 Ha
• Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pemakaman Umum Seluas 65,25 Ha
• Ruang Terbuka Hijau (RTH) Sabuk Hijau Seluas 69,63 Ha
• Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Kota Seluas 1,88 Ha,
Tabel 4.3 Luas Sebaram Ruang Terbuka Hijau Di Kota Palangka Raya
No Status Kawasan
Kesesuaian RTH di dalam RTRW Kota
Palangka Raya (Perda Nomor 1 Tahun
2019) (Ha)
1 RTH Hutan Kota 5.299,57
2 RTH Jalur 376,25
3 RTH Lapangan Olah Raga 132,52
4 RTH Pemakaman Umum 65,25
5 RTH Sabuk Hijau 69,63
6 RTH Taman Kota 1,88
Total 5.945,10

66

Sumber : Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palangka Raya Tahun 2019
Gambar 4.3 Peta Sebaran Ruang Terbuka Hijau Di Kota Palangka Raya
Gambar 4.4 Peta Titik Sebaran Ruang Terbuka Hijau Di Kota Palangka Raya
Sumber : Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palangka Raya Tahun 2019

67

Gambar 4.5 Peta Analisis Jenis kelas Vegetasi Di Ruang Terbuka Hijau di Kota Palangka Raya
Sumber : Penulis Tahun 2025
4.4 Uji Validasi menggunakan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI)
Normalized Difference Vegetation Index (NDVI)
Algoritma NDVI diproses menggunakan saluran spektral merah dan Near Infrared (NIR).
Pengolahan menggunakan algoritma ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan vegetasi di
wilayah Ruang Terbuka Hijau di Kota Palangka Raya. Klasifikasi Vegetasi dari NDVI di
ruang terbuka hijau di kota palangka raya terbagi menjadi 5 (lima) kelas Vegetasi, Kelas
awan dan air, kelas non vegetasi, kelas vegetasi tidak rapat, kelas vegetasi cukup rapat dan
kelas vegetasi rapat, dapat dilihat pada Gambar 4.5 Peta Analisis Jenis kelas Vegetasi Di
Ruang Terbuka Hijau di Kota Palangka Raya.

68

Gambar 4.6 Peta hasil analisis NDVI Tahun 2019
Sumber : Penulis Tahun 2025
Sumber : Penulis Tahun 2025
Gambar Hitogram 4.7 Range Kelas Vegetasi
4.4.1 Persebaran Nilai/Range NDVI Per Kelas
Persebaran Nilai NDVI Per Kelas dapat dilihat di gambar bawah ini :





























Gambar 4.7 menampilkan hasil peta algoritma NDVI pada citra landsat 8 secara
multitemporal, untuk range nilai dan kelas NDVI RTH di kota palangka raya.

69

Gambar 4.8 Peta Analisis Tutupan Lahan Tahun 2019
Sumber : Penulis Tahun 2025
Tabel 4.4 Analisis Tutupan Lahan Tahun 2019
Sumber : Penulis Tahun 2025
4.5 Analisis Persebaran Tutupan Lahan terhadap Ruang Terbuka Hijau di Kota
Palangka Raya.
Persebaran tutupan lahan terhadap ruang terbuka hijau di Kota Palangka Raya
merupakan langkah awal dalam analisis perubahan penggunaan lahan. Data awal yang
digunakan pada analisis perubahan penggunaan lahan adalah Citra Satelite landsat 8, yang
kemudian di olah menggunakan software ArcMap 10.8.
Berdasarkan analisis tutupan lahan terhadap ruang terbuka hijau dengan
menggunakan sistem informasi geografis, persebaran tutupan lahan terhadap ruang terbuka
hijau di Kota Palangka Raya dapat dilihat pada gambar dan tabel di bawah ini :



No Status Kawasan
Kelas Tutupan Lahan Tahun 2019
Luas
Tuplah
Tahun
2019 (Ha)
Luas Tuplah
Tahun 2019
(KM²)
Awan
dan Air
Persentase
Hutan atau
Vegetasi Padat
Persentase
Vegetasi Kurang
Padat
Persentase
Lahan
Terbangun
Persentase
1 RTH Hutan Kota 350,87 6,67 1.571,47 29,87 1.229,29 23,37 2.109,41 40,10 5.261,04 52,61
2 RTH Jalur 119,64 38,75 92,42 29,94 58,51 18,95 38,16 12,36 308,72 3,09
3
RTH Lapangan Olah
Raga
30,33 23,27 11,92 9,15 41,44 31,79 46,65 35,79 130,35 1,30
4 RTH Pemakaman Umum 27,49 43,97 28,25 45,19 6,55 10,47 0,23 0,37 62,53 0,63
5 RTH Sabuk Hijau 18,33 27,19 23,49 34,85 9,21 13,67 16,37 24,29 67,40 0,67
6 RTH Taman Kota 1,70 99,58 0,00 0,00 0,01 0,42 0,00 0,00 1,71 0,02
Total 548,36 9,40 1.727,56 29,62 1.345,00 23,06 2.210,82 37,91 5.831,75 58,32

70

Gambar 4.9 Peta Analisa Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2019
Sumber : Penulis Tahun 2025
4.6 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Ruang Terbuka Hijau di Kota
Palangka Raya.
Perubahan penggunaan lahan terhadap ruang terbuka hijau di Kota Palangka Raya
dilakukan menggunakan metode overlay dan digitasi dari data Citra Satelite Resolusi Tinggi
(CSRT) yang di download dari software SAS Planet pada kurun waktu tahun 2019, yang
kemudian di olah menggunakan software ArcMap 10.8. Untuk data vector diambil dari Peta
Ruang Terbuka Hijau (Peta Rencana Tata Ruang Kota Palangka Raya tahun 2019) dengan
peta yang terkoresi geometric. Untuk hasil overlay atau digitasi perubahan penggunaan
lahan dapat dilihat pada gambar 4.9 dan Tabel 4.5.

71

Tabel 4.5 Analisa Kesesuaian Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2019
Sumber : Penulis Tahun 2025


Berdasarkan Analisa kesesuian perubahan penggunaan lahan di tahun 2019 terdapat
ketidak sesuian dengan persentase perubahan kesesuian penggunaan lahan 5,87 persen (%)
atau 349,14 hektare (Ha), pada tahun 2019 diketahui sudah terjadi perubahan penggunaan
lahan di areal ruang terbuka hijau.



Analisa Kesesuaian Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2019
No Status Kawasan Sesuai (Ha)
Persentase Sesuai
Perubahan
Penggunaan Lahan
(%)
Tidak Sesuai
(Ha)
Persentase Tidak Sesuai
Perubahan Penggunaan
Lahan (%)
Total Luas (Ha)
1 RTH Hutan Kota 5.258,50 99,23 41,07 0,77 5.299,57
2 RTH Jalur 211,51 56,22 164,74 43,78 376,25
3 RTH Lapangan Olah Raga 58,81 44,38 73,71 55,62 132,52
4 RTH Pemakaman Umum 65,25 0,00 0,00 0,00 65,25
5 RTH Sabuk Hijau 0,00 0,00 69,63 0,00 69,63
6 RTH Taman Kota 1,88 0,00 0,00 0,00 1,88
Total
5.595,95 94,13 349,14 5,87 5.945,10

72

Gambar 5.1 Peta Klasifikasi Jenis kelas Vegetasi Di Ruang Terbuka Hijau di Kota Palangka Raya
Sumber : Penulis Tahun 2025
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

5.1 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan di Ruang Terbuka Hijau
Analisi perubahan penggunaan lahan di ruang terbuka hijau di kota palangka raya
menggunakan Uji Validasi Normalized Difference Vegetasi Index (NVDI), Tutupan Lahan
dan hasil digitasi overlay dari data citra Landsat 8 dan Citra SAS Planet tahun 2019 hingga
tahun 2024, yang kemudian dikonversi menjadi data raster dan shapefile (shp) merupakan
data utama dalam program yang digunakan.
5.1.1 Uji Validasi menggunakan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI)
Normalized Difference Vegetation Index (NDVI)
Salah satu metode dalam penelitian ini adalah menguji menggunakan Algoritma NDVI
diproses menggunakan saluran spektral merah dan Near Infrared (NIR). Pengolahan
menggunakan algoritma ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan vegetasi di wilayah
Ruang Terbuka Hijau di Kota Palangka Raya. Klasifikasi Vegetasi dari NDVI di ruang
terbuka hijau di kota palangka raya terbagi menjadi 5 (lima) kelas Vegetasi, Kelas awan dan
air, kelas non vegetasi, kelas vegetasi tidak rapat, kelas vegetasi cukup rapat dan kelas
vegetasi rapat, dapat dilihat pada Gambar 5.1 Peta Analisis Jenis kelas Vegetasi Di Ruang
Terbuka Hijau di Kota Palangka Raya.

73

Gambar 5.2 Peta hasil analisis NDVI Tahun 2019
Sumber : Penulis Tahun 2025
Sumber : Penulis Tahun 2025
Gambar 5.3 Peta hasil analisis NDVI Tahun 2020
5.1.2 Persebaran Nilai NDVI Per Kelas
Hasil Nilai NDVI kelasifikasi vegetasi pada ruang terbuka hijau di kota palangka raya dari
tahun 2019 hingga tahun 2024 dapat dilihat pada gambar peta 5.2 hingga gambar peta 5.7
dibawah ini.

74

Gambar 5.4 Peta Analisa NDVI Tahun 2021
Sumber : Penulis Tahun 2025
Gambar 5.5 Peta Analisa NDVI Tahun 2022

75

Sumber : Penulis Tahun 2025
Gambar 5.6 Peta Analisa NDVI Tahun 2023
Sumber : Penulis Tahun 2025
Gambar 5.7 Peta Analisa NDVI Tahun 2024
Sumber : Penulis Tahun 2024

76

Sumber : Penulis Tahun 2025
5.1.3 Tabel Hasil Luas Per kelas NDVI
Hasil Luas Per kelas NDVI pada ruang terbuka hijau di kota palangka raya dari tahun 2019 hingga tahun 2024 dapat dilihat pada tabel 5.1 hingga
hingga tabel 5.6 dibawah ini :

Tabel 5.1 Hasil Luas Per Kelas NDVI Tahun 2019
No Status Kawasan
Kelas NDVI Tahun 2019
Luas NDVI
Tahun
2019 (Ha)
Luas NDVI
Tahun 2019
(KM²)
Awan dan Air
Persentase
Non Vegetasi
Persentase
Vegetasi Tidak
Rapat
Persentase
Vegetasi Cukup
Rapat
Persentase
Vegetasi Rapat
Persentase
( 0,06 - 0,22 ) ( 0,22 - 0,28 ) ( 0,28 - 0,33 ) ( 0,33 - 0,38 ) ( 0,38 - 0,51 )
1 RTH Hutan Kota 215,67 4,10 902,78 17,18 1.744,36 33,19 880,34 16,75 1.512,53 28,78 5.255,67 52,56
2 RTH Jalur 42,64 13,94 80,63 26,36 69,42 22,69 57,03 18,64 56,17 18,36 305,89 3,06
3 RTH Lapangan Olah Raga 8,95 6,89 3,31 2,55 20,45 15,74 37,67 28,99 59,54 45,83 129,93 1,30
4 RTH Pemakaman Umum 13,34 21,52 0,81 1,30 17,74 28,64 13,22 21,33 16,86 27,21 61,97 0,62
5 RTH Sabuk Hijau 13,99 20,70 33,24 49,18 11,47 16,97 4,98 7,37 3,90 5,78 67,58 0,68
6 RTH Taman Kota 1,76 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,76 0,02
Total 296,35 5,09 1.020,77 17,53 1.863,44 32,00 993,24 17,06 1.649,00 28,32 5.822,80 58,23


Tabel 5.2 Hasil Luas Per kelas NDVI Tahun 2020
No Status Kawasan
Kelas NDVI Tahun 2020
Luas NDVI
Tahun
2020 (Ha)
Luas NDVI
Tahun
2020
(KM²)
Awan dan Air
Persentase
Non Vegetasi
Persentase
Vegetasi Tidak
Rapat
Persentase
Vegetasi Cukup
Rapat
Persentase
Vegetasi Rapat
Persentase
( 0,05 - 0,22 ) ( 0,22 - 0,28 ) ( 0,28 - 0,33 ) ( 0,33 - 0,38 ) ( 0,38 - 0,51 )
1 RTH Hutan Kota 205,63 3,91 1.828,31 34,78 891,29 16,96 837,99 15,94 1.492,99 28,40 5.256,22 52,56
2 RTH Jalur 41,64 13,61 73,13 23,90 79,55 26,00 55,53 18,15 56,11 18,34 305,96 3,06
3 RTH Lapangan Olah Raga 8,41 6,47 21,82 16,78 3,27 2,52 36,53 28,09 60,02 46,15 130,06 1,30
4 RTH Pemakaman Umum 13,16 21,25 18,87 30,47 0,81 1,30 12,72 20,53 16,39 26,45 61,95 0,62

77

Sumber : Penulis Tahun 2025
Sumber : Penulis Tahun 2025
No Status Kawasan
Kelas NDVI Tahun 2020
Luas NDVI
Tahun
2020 (Ha)
Luas NDVI
Tahun
2020
(KM²)
Awan dan Air
Persentase
Non Vegetasi
Persentase
Vegetasi Tidak
Rapat
Persentase
Vegetasi Cukup
Rapat
Persentase
Vegetasi Rapat
Persentase
( 0,05 - 0,22 ) ( 0,22 - 0,28 ) ( 0,28 - 0,33 ) ( 0,33 - 0,38 ) ( 0,38 - 0,51 )
5 RTH Sabuk Hijau 13,96 20,66 11,70 17,32 33,25 49,21 4,75 7,03 3,90 5,78 67,55 0,68
6 RTH Taman Kota 1,76 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,76 0,02
Total 284,56 4,89 1.953,84 33,55 1.008,17 17,31 947,51 16,27 1.629,42 27,98 5.823,50 58,24



Tabel 5.3 Hasil Luas Per kelas NDVI Tahun 2021
No Status Kawasan
Kelas NDVI Tahun 2021
Luas NDVI
Tahun
2021 (Ha)
Luas NDVI
Tahun 2021
(KM²)
Awan dan Air
Persentase
Non Vegetasi
Persentase
Vegetasi Tidak
Rapat
Persentase
Vegetasi Cukup
Rapat
Persentase
Vegetasi Rapat
Persentase
( - 0,07 - 0,08 ) ( 0,08 - 0,19 ) ( 0,19 - 0,28 ) ( 0,28 - 0,36 ) ( 0,36 - 0,60 )
1 RTH Hutan Kota 618,50 11,76 2.083,87 39,61 649,74 12,35 734,90 13,97 1.173,31 22,31 5.260,32 52,60
2 RTH Jalur 4,13 1,31 121,74 38,69 36,73 11,67 79,29 25,20 72,77 23,13 314,65 3,15
3 RTH Lapangan Olah Raga 0,00 0,00 18,07 13,87 29,11 22,34 30,43 23,36 52,66 40,43 130,27 1,30
4 RTH Pemakaman Umum 0,00 0,00 3,31 5,34 7,66 12,33 34,43 55,44 16,70 26,89 62,10 0,62
5 RTH Sabuk Hijau 0,00 0,00 53,09 78,36 0,25 0,37 2,98 4,40 11,42 16,86 67,75 0,68
6 RTH Taman Kota 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,38 0,00 0,36 20,68 1,73 0,02
Total 622,62 10,67 2.280,09 39,06 723,48 12,40 883,40 15,13 1.327,22 22,74 5.836,82 58,37

78

Sumber : Penulis Tahun 2025
Sumber : Penulis Tahun 2025
Tabel 5.4 Hasil Luas Per kelas NDVI Tahun 2022
No Status Kawasan
Kelas NDVI Tahun 2022
Luas NDVI
Tahun
2022 (Ha)
Luas NDVI
Tahun 2022
(KM²)
Awan dan Air
Persentase
Non Vegetasi
Persentase
Vegetasi Tidak
Rapat
Persentase
Vegetasi
Cukup Rapat
Persentase
Vegetasi Rapat
Persentase
( - 0,15 - 0,04 ) ( 0,04 - 0,19 ) ( 0,19 - 0,31 ) ( 0,31 - 0,40 ) ( 0,40 - 0,58 )
1 RTH Hutan Kota
357,71
6,80
2.338,51
44,47
616,95
11,73
804,37
15,30
1.140,88
21,70
5.258,43
52,58
2 RTH Jalur
0,19
0,06
129,39
41,74
17,68
5,70
53,70
17,32
109,03
35,17
309,99
3,10
3 RTH Lapangan Olah Raga
1,59
1,23
34,04
26,25
26,91
20,75
21,11
16,29
45,99
35,48
129,64
1,30
4 RTH Pemakaman Umum
0,00
0,00
20,90
33,72
6,69
10,80
19,16
30,92
15,22
0,00
61,98
0,62
5 RTH Sabuk Hijau
0,00
0,00
6,76
9,93
0,00
0,00
3,33
4,89
57,96
0,00
68,05
0,68
6 RTH Taman Kota
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,78
0,00
0,97
0,00
1,76
0,02
Total
359,49
6,17
2.529,59
43,39
668,23
11,46
902,46
15,48
1.370,07
23,50
5.829,84
58,30


Tabel 5.5 Hasil Luas Per kelas NDVI Tahun 2023
No Status Kawasan
Kelas NDVI Tahun 2023
Luas NDVI
Tahun 2023
(Ha)
Luas NDVI
Tahun 2023
(KM²)
Awan dan Air
Persentase
Non Vegetasi
Persentase
Vegetasi Tidak
Rapat
Persentase
Vegetasi
Cukup Rapat
Persentase
Vegetasi Rapat
Persentase
( - 0,00 - 0,20 ) ( 0,20 - 0,29 ) ( 0,29 - 0,38 ) ( 0,38 - 0,44 ) ( 0,44 - 0,61 )
1 RTH Hutan Kota 494,99 9,42 2.019,53 38,43 460,29 8,76 640,93 12,20 1.639,19 31,19 5.254,92 52,55
2 RTH Jalur 26,19 8,56 72,01 23,54 38,88 12,71 68,96 22,55 99,82 32,64 305,87 3,06
3 RTH Lapangan Olah Raga 5,60 4,31 10,47 8,05 22,00 16,92 44,75 34,42 47,20 36,30 130,02 1,30
4 RTH Pemakaman Umum 6,45 10,43 5,67 9,16 15,16 24,49 17,12 27,67 17,49 28,26 61,89 0,62
5 RTH Sabuk Hijau 0,94 0,00 13,33 19,69 6,76 9,99 19,56 28,90 27,11 40,04 67,70 0,68
6 RTH Taman Kota 1,76 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,76 0,02
Total 535,93 9,21 2.121,01 36,43 543,09 9,33 791,32 13,59 1.830,81 31,45 5.822,16 58,22

79

Sumber : Penulis Tahun 2025
Tabel 5.6 Hasil Luas Per kelas NDVI Tahun 2024
No Status Kawasan
Kelas NDVI Tahun 2024
Luas NDVI
Tahun 2024
(Ha)
Luas NDVI
Tahun 2024
(KM²)
Awan dan Air
Persentase
Non Vegetasi
Persentase
Vegetasi
Tidak Rapat
Persentase
Vegetasi
Cukup Rapat
Persentase
Vegetasi Rapat
Persentase
( 0,01 - 0,22 ) ( 0,22 - 0,30 ) ( 0,30 - 0,36 ) ( 0,36 - 0,41 ) ( 0,41 - 0,54 )
1 RTH Hutan Kota 494,99 9,42 2.067,90 39,35 569,60 10,84 882,65 16,80 1.524,89 29,02 5.255,40 52,55
2 RTH Jalur 26,19 8,55 108,11 35,30 41,46 13,54 51,31 16,75 83,28 27,19 306,29 3,06
3 RTH Lapangan Olah Raga 5,60 4,32 34,17 26,37 18,28 14,11 31,74 24,50 39,49 30,48 129,59 1,30
4 RTH Pemakaman Umum 6,45 10,38 17,14 27,56 15,95 25,64 9,66 15,54 10,00 16,08 62,20 0,62
5 RTH Sabuk Hijau 0,94 0,00 22,21 32,95 4,14 6,14 8,40 12,46 31,98 47,44 67,40 0,67
6 RTH Taman Kota 1,76 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,76 0,02
Total 535,93 9,20 2.249,53 38,63 649,43 11,15 983,76 16,90 1.689,65 29,02 5.822,65 58,23

80

Gambar 5.8 Histogram Hasil NDVI Tahun 2019
Sumber : Penulis Tahun 2025
Gambar 5.9 Histogram Hasil NDVI Tahun 2020
Sumber : Penulis Tahun 2025
5.1.4 Histogram Hasil NDVI

81

Gambar 5.10 Histogram Hasil NDVI Tahun 2021
Sumber : Penulis Tahun 2025
Gambar 5.11 Histogram Hasil NDVI Tahun 2022
Sumber : Penulis Tahun 2025

82

Gambar 5.12 Histogram Hasil NDVI Tahun 2023
Sumber : Penulis Tahun 2025
Gambar 5.13 Histogram Hasil NDVI Tahun 2024
Sumber : Penulis Tahun 2025




























Pada gambar diatas, gambar 5.8 hingga gambar 5.13 menampilkan gambar histogram
hasil NDVI pertahun.
Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) merupakan indeks vegetasi yang
paling sering digunakan. NDVI dapat mengukur Kesehatan dan kerapatan vegetasi ( Chen
dan Brutsaert 1998 ) berikut adalah nilai min, max, mean dan standar deviasi NDVI pada
setiap citra seperti tabel dibawah ini :

83

Tabel 5.7 Standar Deviasi Nilai NDVI Citra Landsat 8
Sumber : Penulis Tahun 2025
Tabel 5.8 Hasil validasi indeks kerapatan vegetasi di ruang terbuka hijau kota palangka raya
Sumber : Penulis Tahun 2025


Standar Deviasi Nilai NDVI Citra Landsat 8
No Tahun Min Max Mean Standar Deviasi

1 2019 0,060 0,514 0,328 0,061

2 2020 0,055 0,514 0,328 0,061

3 2021 -0,079 0,601 0,289 0,129

4 2022 -0,151 0,586 0,332 0,144

5 2023 -3,686 0,612 0,384 0,101

6 2024 0,016 0,545 0,372 0,070



Berdasarkan klasifikasi citra landsat 8 di klasifikasi nilai rentang indek vegetasi yang
di dapat dari perhitungan nilai algoritma, kalsfikasi citra pada ruang terbuka hijau kota
palangka raya didapat kan pada gambar 5.2 Hingga 5.6 peta analisis NDVI dan tabel 5.1
hingga 5.6 Hasil Luas Perkelas NDVI.
Dari hasil validasi Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) nilai kerapatan
vegetasi di ruang terbuka hijau kota palangka raya dapat dilihat pada tabel 5.8 hasil validasi
indeks kerapatan vegetasi di ruang terbuka hijau di kota palangka raya dan gambar 5.13
Grafik indeks kerapatan vegetasi di ruang terbuka hijau kota palangka raya.


Hasil Validasi Indeks Kerapatan Vegetasi Di Ruang Terbuka Hijau Kota Palangka Raya
No Tahun Kelas NDVI Range Kelas Vegetasi Luas Vegetasi ( Ha ) Luas Keseluruhan Wilayah NDVI ( Ha )

1 2019 Vegetasi Rapat 0,38 - 0,51 1.649,00 5.822,80

2 2020 Vegetasi Rapat 0,38 - 0,51 1.629,42 5.823,50

3 2021 Vegetasi Rapat 0,36 - 0,60 1.327,22 5.836,82

4 2022 Vegetasi Rapat 0,40 - 0,58 1.370,07 5.829,84

5 2023 Vegetasi Rapat 0,44 - 0,61 1.830,81 5.822,16

6 2024 Vegetasi Rapat 0,41 - 0,54 1.689,65 5.822,65

84

Gambar 5.14 Grafik Indeks Kerapatan Vegetasi Di Ruang Terbuka Hijau Kota Palangka Raya
Sumber : Penulis Tahun 2025
1.649,00 1.629,42
1.327,22 1.370,07
1.830,81
1.689,65
0,00
5.822,80 5.823,50 5.836,82 5.829,84 5.822,16 5.822,65
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
2019 2020 2021 2022 2023 2024
Persentase
Kelas Vegetasi Rapat
Grafik Indeks Kerapatan Vegetasi Di RTH Kota Palangka Raya
















Berdasarkan grafik perubahan luasan algoritma indeks vegetasi (NDVI) pada tabel
5.8 hasil validasi indeks kerapatan vegetasi di ruang terbuka hijau di kota palangka raya dan
gambar 5.13 Grafik indeks kerapatan vegetasi di ruang terbuka hijau kota palangka raya.
Kerapatan vegetasi pada ruang terbuka hijau di kota palangka raya setiap tahun mengalami
perubahan, kerapatan vegetasi, kerapatan vegetasi paling tinggi terdapat pada tahun 2023
yakni dengan luas 1.830,81 hektare dengan persentase 31,45 dan kerapatan vegetasi paling
rendah pada tahun 2021 dan tahun 2022 dengan luas 1.327,22 hektare dengan persentase
22,74 dan luas 1.370,07 hektare dengan persentase 23,50, sedangkan kerapatan vegetasi
sedang paling tinggi pada tahun 2024 dengan luas 1.689,65 hektare dengan persentase 29,02,
paling sedang tahun 2019 dengan luas 1.649,00 hektare dengan persentase 28,32 dan paling
rendah pada tahun 2020 dengan luas 1.629,42 hektare dengan persentase 27,98, kerapatan
vegetasi di ruang terbuka hijau di kota palangka terjadi akibat perubahan fungsi ruang
terbuka hijau,
Peta yang di hasilkan merupakan peta kerapatan vegetasi di ruang terbuka hijau di
kota palangka raya berdasrkan algoritma indeks vegetasi pada skala 1 : 350.000 pada kertas
A3.

85

Gambar 5.15 Peta Analisis Tutupan Lahan Tahun 2019
Sumber : Penulis Tahun 2025
5.2 Analisis Persebaran Tutupan Lahan terhadap Ruang Terbuka Hijau di Kota
Palangka Raya.
Persebaran tutupan lahan terhadap ruang terbuka hijau di Kota Palangka Raya
merupakan langkah awal dalam analisis perubahan penggunaan lahan. Data awal yang
digunakan pada analisis perubahan penggunaan lahan adalah Citra Satelite landsat 8 pada
kurun waktu tahun 2019, tahun 2020, tahun 2021, tahun 2022, tahun 2023 dan tahun 2024,
yang kemudian di olah menggunakan software ArcMap 10.8.
Berdasarkan analisis tutupan lahan terhadap ruang terbuka hijau dengan
menggunakan sistem informasi geografis, persebaran tutupan lahan terhadap ruang terbuka
hijau di Kota Palangka Raya setiap tahunnya dapat dilihat pada gambar dan tabel di bawah
ini :

86

Gambar 5.16 Peta Analisa Tutupan Lahan Tahun 2020
Sumber : Penulis Tahun 2025
Gambar 5.17 Peta Analisa Tutupan Lahan Tahun 2021
Sumber : Penulis Tahun 2025
Sumber : Penulis Tahun 2025

87

Gambar 4.20 Peta Analisa Tutupan Lahan Tahun 2022
Sumber : Penulis Tahun 2025
Gambar 5.18 Peta Analisa Tutupan Lahan Tahun 2022
Sumber : Penulis Tahun 2025
Gambar 5.19 Peta Analisa Tutupan Lahan Tahun 2023
Sumber : Penulis Tahun 2025

88

Gambar 5.20 Peta Analisa Tutupan Lahan Tahun 2024
Sumber : Penulis Tahun 2025

89

Sumber : Penulis Tahun 2025
Tabel 5.9 Kelas Tutupan Lahan Tahun 2019
Tabel 5.10 Kelas Tutupan Lahan Tahun 2020
Sumber : Penulis Tahun 2025
5.2.1 Tabel Kelas Tutupan Lahan

No Status Kawasan
Kelas Tutupan Lahan Tahun 2019
Luas Tuplah Tahun
2019 (Ha)
Luas Tuplah
Tahun 2019
(KM²)
Awan dan Air Persentase Hutan atau Vegetasi Padat Persentase Vegetasi Kurang Padat Persentase Lahan Terbangun Persentase
1 RTH Hutan Kota 350,87 6,67 1.571,47 29,87 1.229,29 23,37 2.109,41 40,10 5.261,04 52,61
2 RTH Jalur 119,64 38,75 92,42 29,94 58,51 18,95 38,16 12,36 308,72 3,09
3
RTH Lapangan Olah
Raga
30,33 23,27 11,92 9,15 41,44 31,79 46,65 35,79 130,35 1,30
4 RTH Pemakaman Umum 27,49 43,97 28,25 45,19 6,55 10,47 0,23 0,37 62,53 0,63
5 RTH Sabuk Hijau 18,33 27,19 23,49 34,85 9,21 13,67 16,37 24,29 67,40 0,67
6 RTH Taman Kota 1,70 99,58 0,00 0,00 0,01 0,42 0,00 0,00 1,71 0,02
Total 548,36 9,40 1.727,56 29,62 1.345,00 23,06 2.210,82 37,91 5.831,75 58,32




No Status Kawasan
Kelas Tutupan Lahan Tahun 2020
Luas Tuplah Tahun
2020 (Ha)
Luas Tuplah
Tahun 2020
(KM²)
Awan dan Air Persentase Hutan atau Vegetasi Padat Persentase Vegetasi Kurang Padat Persentase Lahan Terbangun Persentase
1 RTH Hutan Kota 458,69 8,72 1.153,10 21,92 1.035,63 19,69 2.613,27 49,68 5.260,69 52,61
2 RTH Jalur 8,44 2,66 244,40 76,91 13,95 4,39 50,98 16,04 317,77 3,18
3
RTH Lapangan Olah
Raga
6,41 4,91 85,43 65,44 18,22 13,96 20,48 15,69 130,54 1,31
4 RTH Pemakaman Umum 0,00 0,00 59,18 94,73 0,73 1,17 2,56 4,11 62,47 0,62
5 RTH Sabuk Hijau 12,21 18,06 34,01 50,33 14,80 21,89 6,56 9,71 67,58 0,68
6 RTH Taman Kota 0,00 0,00 1,76 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,76 0,02
Total 485,75 8,32 1.577,88 27,01 1.083,33 18,55 2.693,86 46,12 5.840,82 58,41

90

Tabel 5.11 Kelas Tutupan Lahan Tahun 2021
Sumber : Penulis Tahun 2025
Tabel 5.12 Kelas Tutupan Lahan Tahun 2022
Sumber : Penulis Tahun 2025

No Status Kawasan
Kelas Tutupan Lahan Tahun 2021
Luas Tuplah Tahun
2021 (Ha)
Luas Tuplah
Tahun 2021
(KM²)
Awan dan Air Persentase Hutan atau Vegetasi Padat Persentase Vegetasi Kurang Padat Persentase Lahan Terbangun Persentase
1 RTH Hutan Kota 217,36 4,13 1.327,65 25,23 973,65 18,51 2.742,72 52,13 5.261,38 52,61
2 RTH Jalur 63,59 20,21 24,17 7,68 123,45 39,23 103,50 32,89 314,71 3,15
3
RTH Lapangan Olah
Raga
33,35 25,55 21,21 16,25 61,53 47,15 14,43 11,05 130,51 1,31
4 RTH Pemakaman Umum 23,04 37,06 0,09 0,14 37,87 60,93 1,16 1,87 62,15 0,62
5 RTH Sabuk Hijau 0,71 1,05 0,00 0,00 31,17 45,95 35,95 53,00 67,83 0,68
6 RTH Taman Kota 0,00 0,00 0,00 0,00 1,76 100,00 0,00 0,00 1,76 0,02
Total 338,04 5,79 1.373,11 23,52 1.229,44 21,06 2.897,76 49,63 5.838,34 58,38




No Status Kawasan
Kelas Tutupan Lahan Tahun 2022
Luas Tuplah Tahun
2022 (Ha)
Luas Tuplah
Tahun 2022
(KM²)
Awan dan Air Persentase Hutan atau Vegetasi Padat Persentase Vegetasi Kurang Padat Persentase Lahan Terbangun Persentase
1 RTH Hutan Kota 177,78 3,38 1.491,27 28,34 764,02 14,52 2.828,97 53,76 5.262,04 52,62
2 RTH Jalur 183,94 58,95 36,45 11,68 4,58 1,47 87,07 27,90 312,04 3,12
3
RTH Lapangan Olah
Raga
56,75 43,55 30,42 23,35 17,70 13,59 25,43 19,52 130,30 1,30
4 RTH Pemakaman Umum 42,93 68,88 2,32 3,73 0,00 0,00 17,07 27,39 62,33 0,62
5 RTH Sabuk Hijau 39,23 57,71 1,26 1,86 5,50 8,09 21,98 32,34 67,98 0,68
6 RTH Taman Kota 1,76 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,76 0,02
Total 502,39 8,61 1.561,73 26,76 791,81 13,57 2.980,52 51,07 5.836,45 58,36

91

Tabel 5.13 Kelas Tutupan Lahan Tahun 2023
Sumber : Penulis Tahun 2025
Tabel 5.14 Kelas Tutupan Lahan Tahun 2024
Sumber : Penulis Tahun 2025

No Status Kawasan
Kelas Tutupan Lahan Tahun 2023
Luas Tuplah Tahun
2023 (Ha)
Luas Tuplah
Tahun 2023
(KM²)
Awan dan Air Persentase Hutan atau Vegetasi Padat Persentase Vegetasi Kurang Padat Persentase Lahan Terbangun Persentase
1 RTH Hutan Kota 608,67 11,57 728,53 13,85 816,42 15,52 3.107,19 59,06 5.260,82 52,61
2 RTH Jalur 21,82 7,03 116,11 37,42 88,16 28,41 84,21 27,14 310,30 3,10
3 RTH Lapangan Olah Raga 3,33 2,56 77,19 59,17 13,82 10,59 36,12 27,68 130,46 1,30
4 RTH Pemakaman Umum 0,61 0,98 36,37 58,48 8,10 13,02 17,12 27,52 62,19 0,62
5 RTH Sabuk Hijau 3,09 4,57 24,91 36,82 22,66 33,49 17,00 25,12 67,66 0,68
6 RTH Taman Kota 0,00 0,00 1,76 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,76 0,02
Total 637,52 10,93 984,88 16,88 949,16 16,27 3.261,63 55,91 5.833,20 58,33



No Status Kawasan
Kelas Tutupan Lahan Tahun 2024
Luas Tuplah Tahun
2024 (Ha)
Luas Tuplah
Tahun 2024
(KM²)
Awan dan Air Persentase Hutan atau Vegetasi Padat Persentase Vegetasi Kurang Padat Persentase Lahan Terbangun Persentase
1 RTH Hutan Kota 87,98 1,67 1.394,62 26,51 1.072,19 20,38 2.705,15 51,43 5.259,94 52,60
2 RTH Jalur 96,26 30,94 72,29 23,23 119,16 38,30 23,41 7,52 311,11 3,11
3
RTH Lapangan Olah
Raga
35,24 27,08 34,88 26,80 17,85 13,72 42,16 32,40 130,12 1,30
4 RTH Pemakaman Umum 29,01 46,71 10,05 16,18 22,86 36,81 0,18 0,29 62,11 0,62
5 RTH Sabuk Hijau 42,36 62,37 0,00 0,00 25,57 37,63 0,00 0,00 67,93 0,68
6 RTH Taman Kota 1,59 0,00 0,15 8,42 0,00 0,00 0,00 0,00 1,74 0,02
Total 292,45 5,01 1.511,98 25,92 1.257,63 21,56 2.770,90 47,50 5.832,96 58,33

92

Tabel 5.15 Kelas Tutupan Lahan untuk lahan terbangun
Sumber : Penulis Tahun 2025
Tutupan lahan adalah salah satu parameter yang memiliki pengaruh terhadap
terjadinya Perubahan lahan pada ruang terbuka hijau di kota palangka raya, tutupan lahan
berpotensi menjadi salah satu penyebab kurang nya ruang terbuka hijau jika dalam
penggunaannya tidak sesuai dengan kondisi kesesuian dengan peruntukannya. Pada
penelitian ini, pengolahan peta tutupan lahan dilakukan menggunakan citra landsat 8 dari
tahun 2019 hingga tahun 2024 dengan memanfaatkan klasifikasi tak terbimbing atau
Unsupervised algoritma.
Peta tutupan lahan tahun 2019 hinga tahun 2024 dapat dilihat pada gambar 5.14
hingga 5.19, sedangkan luas perkelas tutupan lahan dapat dilihat pada tabel 5.8 hingga tabel
5.13. Berdasarkan klasifikasi citra landsat 8 tutupan lahan pada runag terbuka hijau di kota
palangka raya terbagi menjadi 4 (empat) kelasifikasi tutupan lahan yaitu awan dan air,
hutan atau vegetasi padat, vegetasi kurang padat dan lahan terbangun.
Hasil tutupan lahan pada ruang terbuka hijau di kota palangka raya dari tahun 2019
hingga 2024 menunjukkan bahwa lahan terbangun diruang terbuka hijau di kota palangka
raya mengalami kenaikan dan penurunan dapat di lihat pada tabel dan gambar garfik .


Kelas Tutupan Lahan untuk lahan terbangun di ruang terbuka hijau di kota palangka raya
No Tahun Lahan Terbangun ( Ha ) Persentase Luas Tutupan Lahan (Ha)
1 2019 2.210,82 37,91 5.831,75
2 2020 2.693,86 46,12 5.840,82
3 2021 2.897,76 49,63 5.838,34
4 2022 2.980,52 51,07 5.836,45
5 2023 3.261,63 55,91 5.833,20
6 2024 2.770,90 47,50 5.832,96

93

Gambar 5.21 Grafik Luas lahan terbangun di ruang terbuka hijau di kota palangka raya
Sumber : Penulis Tahun 2025
2.210,82
2.693,86
2.897,76 2.980,52
3.261,63
2.770,90
5.831,75 5.840,82 5.838,34 5.836,45 5.833,20 5.832,96
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
2019 2020 2021 2022 2023 2024
Persentase
Kelas Lahan Terbangun
Grafik Luas Lahan Terbangun Di Ruang Tebuka Hijau


















Dari tahun 2019 hingga tahun 2023 pada kelas tutupan lahan untuk lahan terbangun
di ruang terbuka hijau di kota palangka mengalami kenaikan dari tahun 2019 dengan luas
2.210,82 hektare atau 37,91 persen , tahun 2020 dengan luas 2.693,86 hektare atau 46,12
persen, tahun 2021 dengan luas 2.897,76 hektare atau 49,63 persen, tahun 2022 dengan
luas 2.980,52 hektare atau 51,07 persen, meningkatnya tutupan lahan untuk lahan
terbangun di ruang terbuka hijau di kota palangka raya dikarenakan lahan ruang terbuka
hijau sudah beralih fungsi peruntukan penggunaan lahan yang seharus nya masih menjadi
ruang terbuka hijau malah sebaliknya berubah menjadi tanah/lahan terbuka, permukiman,
kebun dan kolam, sedangkan pada tahun 2024 luas lahan terbangun menurun dengan luas
2.770,90 hektare atau 47,50 persen.
Berkurangnya hutan dapat disebabkan oleh pepohonan yang kering, mati dan
terbakar saat musim kemarau sehingga semakin jarangnya pepohonan, citra akan
menginterpretasikan sebagai lahan terbangun yang mengakibatkan luas lahan terbangun
meningkat di ruang terbuka hijau meningkat pada hasil klasifikasi tahun 2019 hingga tahun

94

2023. Sedangkan pada tahun 2024 luas lahan terbangun menurun dengan luas 2.770,90 atau
47,50 persen disebabkan masih terdapatnya alih fungsi lahan.

5.3 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Ruang Terbuka Hijau di Kota
Palangka Raya.
Perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari
satu sisi penggunaan kepenggunaan yang lainnya diikuti dengan berkurangnya tipe
penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi
suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda (Martin, 1993 dalam Nugroho, 2011).
Identifikasi perubahan penggunaan lahan pada suatu wilayah merupakan suatu proses
mengindentifikasi perbedaan keberadaan suatu obyek atau fenomena yang diamati pada
waktu yang berbeda di wilayah tersebut.
Penggunaan lahan dalam bahasa Indonesia menunjukkan apa yang ada di atas
lahan, baik sebagai hasil kegiatan yang disengaja oleh manusia maupun yang dibentuk
oleh alam. Pengertian ini kalau dalam bahasa Inggris disebut land covers (tutupan tanah).
Penggunaan lahan (dalam bahasa Indonesia) atau land covers (dalam bahasa Inggris)
mencakup 2 pengertian, yaitu land use dan unused (aguna / tidak digunakan). Ini berarti
istilah penggunaan lahan bukanlah terjemahan langsung dari land use karena land use
adalah penggunaan lahan yang benar – benar disengaja atau memberi manfaat bagi
manusia dan lingkungan. Sedangkan unused adalah keadaan di atas tanah tidak ada
penggunaan yang disengaja atau dikehendaki oleh manusia, misalnya lahan kosong, alang
– alang, lahan terlantar, lahan rusak dan sebagainya, yang menurut istilah kita termasuk
sebagai jenis – jenis penggunaan lahan (Sadyohutomo, 2012).
Perubahan penggunaan lahan terhadap ruang terbuka hijau di Kota Palangka Raya
dilakukan menggunakan metode overlay dan digitasi dari data Citra Satelite Resolusi
Tinggi (CSRT) yang di download dari software SAS Planet pada kurun waktu tahun 2019
dan tahun 2024, yang kemudian di olah menggunakan software ArcMap 10.8. Untuk data
vector diambil dari Peta Ruang Terbuka Hijau (Peta Rencana Tata Ruang Kota Palangka
Raya tahun 2019) dengan peta yang terkoresi geometric. Untuk hasil overlay atau digitasi
perubahan penggunaan lahan dan kesesuian perubahan penggunaan lahan dapat dilihat
pada gambar 5.22 hingga gambar dan gambar 5.26.

95

Gambar 5.22 Peta Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2019 ( Menggunakan CSRT)
Sumber : Penulis Tahun 2025
Gambar 5.23 Peta Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2019
Sumber : Penulis Tahun 2025

96

Gambar 5.25 Peta Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2024
Gambar 5.24 Peta Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2024 (Menggunakan CSRT)
Sumber : Penulis Tahun 2025
Sumber : Penulis Tahun 2025

97

Sumber : Penulis Tahun 2025
Gambar 5.26 Peta Analisis Titik Lokasi Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2024
Sumber : Penulis Tahun 2025
Tabel 5.16 Lokasi Perubahan Penggunaan Lahan



















No Jenis RTH
Perubahan
Penggunaan Lahan
Foto Lokasi
1 RTH Hutan Kota Lahan Terbuka

98

No Jenis RTH
Perubahan
Penggunaan Lahan
Foto Lokasi














RTH Hutan Kota

Kebun







RTH Hutan Kota

Saluran Drainase








2 RTH Jalur Kebun

99

No Jenis RTH
Perubahan
Penggunaan Lahan
Foto Lokasi
RTH Jalur Kolam








RTH Jalur Lahan Terbuka









RTH Jalur

Pergudangan









RTH Jalur Permukiman

100

No Jenis RTH
Perubahan
Penggunaan Lahan
Foto Lokasi













3










RTH Lapangan
Olah Raga










Lahan Terbuka

101

Sumber : Penulis Tahun 2025
No Jenis RTH
Perubahan
Penggunaan Lahan
Foto Lokasi









4




RTH Sabuk Hijau
Kebun










Untuk lebih jelasnya tentang perubahan luas dari masing-masing bentuk analisis
perubahan penggunaan lahan pada daerah pemetaan ini dapat dilihat pada tabel 5.17, tabel
5.18, tabel 5.19, tabel 5.20, tabel 5.21 berikut di bawah ini :

102

Tabel 5.17 Rincian Hasil Kesesuian Perubahan Penggunaan Lahan Di Ruang Terbuka Hijau Tahun 2019


No Status Kawasan
Perubahan Penggunaan
Lahan Tahun 2019
Sesuai (Ha)
Persentase Sesuai Perubahan
Penggunaan Lahan Di Ruang
Terbuka Hijau (%)
Tidak Sesuai
(Ha)
Persentase Tidak Sesuai
Perubahan Penggunaan Lahan Di
Ruang Terbuka Hijau (%)
Total Luas (Ha)
1 RTH Hutan Kota Hutan 5.280,07 0,00 0,00 0,00 5.280,07
Kebun 0,00 0,00 17,45 0,33 17,45
Lahan Terbuka 0,00 0,00 23,94 0,45 23,94
Total 5.280,07 99,22 41,40 0,78 5.321,47
2 RTH Jalur Hutan 156,02 0,00 0,00 0,00 156,02
Jalur Hijau 22,27 0,00 0,00 0,00 22,27
Kebun 0,00 0,00 123,54 34,86 123,54
Kolam 0,00 0,00 2,31 0,65 2,31
Lahan Terbuka 0,00 0,00 5,98 1,69 5,98
Permukiman 0,00 0,00 32,89 9,28 32,89
Saluran Drainase 11,32 3,20 0,00 0,00 11,32
Total 189,62 53,51 164,74 46,49 354,35
3 RTH Lapangan Olah Raga Hutan 25,19 19,01 0,00 0,00 25,19
Lahan Terbuka 0,00 0,00 73,71 55,62 73,71
Padang Golf 33,63 25,37 0,00 0,00 33,63
Total 58,81 44,38 73,71 55,62 132,52
4 RTH Pemakaman Umum Pemakaman 65,25 100,00 0,00 0,00 65,25

103

Sumber : Penulis Tahun 2025
Tabel 5.18 Rincian Hasil Kesesuian Perubahan Penggunaan Lahan Di Ruang Terbuka Hijau Tahun 2024
No Status Kawasan
Perubahan Penggunaan
Lahan Tahun 2019
Sesuai (Ha)
Persentase Sesuai Perubahan
Penggunaan Lahan Di Ruang
Terbuka Hijau (%)
Tidak Sesuai
(Ha)
Persentase Tidak Sesuai
Perubahan Penggunaan Lahan Di
Ruang Terbuka Hijau (%)
Total Luas (Ha)
Total 65,25 100,00 0,00 0,00 65,25
5 RTH Sabuk Hijau Kebun 0,00 0,00 69,63 0,00 69,63
Total 0,00 0,00 69,63 100,00 69,63
6 RTH Taman Kota Jalur Hijau 1,88 0,00 0,00 0,00 1,88
Total 1,88 100,00 0,00 0,00 1,88
Total Keseluruhan 5.595,63 94,12 349,47 5,88 5.945,10





No Status Kawasan
Perubahan Penggunaan
Lahan Tahun 2024
Sesuai (Ha)
Persentase Sesuai Perubahan
Penggunaan Lahan Di Ruang
Terbuka Hijau (%)
Tidak Sesuai
(Ha)
Persentase Tidak Sesuai
Perubahan Penggunaan Lahan
Di Ruang Terbuka Hijau (%)
Total Luas (Ha)
1 RTH Hutan Kota Hutan 2.838,57 0,00 0,00 0,00 2.838,57
Kebun 0,00 0,00 17,45 0,33 17,45
Lahan Terbuka 0,00 0,00 2.465,33 46,33 2.465,33
Saluran Drainase 0,00 0,00 0,11 0,002 0,11
Total 2.838,57 53,34 2.482,89 46,66 5.321,47

104

No Status Kawasan
Perubahan Penggunaan
Lahan Tahun 2024
Sesuai (Ha)
Persentase Sesuai Perubahan
Penggunaan Lahan Di Ruang
Terbuka Hijau (%)
Tidak Sesuai
(Ha)
Persentase Tidak Sesuai
Perubahan Penggunaan Lahan
Di Ruang Terbuka Hijau (%)
Total Luas (Ha)
2 RTH Jalur Hutan 158,81 44,82 0,00 0,00 158,81
Jalur Hijau 22,27 6,28 0,00 0,00 22,27
Kebun 0,00 0,00 88,89 25,09 88,89
Kolam 0,00 0,00 3,30 0,93 3,30
Lahan Terbuka 0,00 0,00 17,94 5,06 17,94
Pergudangan 0,00 0,00 0,22 0,06 0,22
Permukiman 0,00 0,00 51,61 14,56 51,61
Saluran Drainase 11,32 3,20 0,00 0,00 11,32
Total 192,40 54,30 161,95 45,70 354,35
3 RTH Lapangan Olah Raga Hutan 25,19 19,01 0,00 0,00 25,19
Lahan Terbuka 0,00 0,00 73,71 55,62 73,71
Padang Golf 33,63 25,37 0,00 0,00 33,63
Total 58,81 44,38 73,71 55,62 132,52
4 RTH Pemakaman Umum Pemakaman 65,25 100,00 0,00 0,00 65,25
Total 65,25 100,00 0,00 0,00 65,25
5 RTH Sabuk Hijau Hutan 14,80 21,26 0,00 0,00 14,80
Kebun 0,00 0,00 54,83 78,74 54,83
Total 14,80 21,26 54,83 78,74 69,63

105

Sumber : Penulis Tahun 2025
Tabel 5.19 Hasil Analisis Kesesuian Perubahan Penggunaan Lahan Di Ruang Terbuka Hijau Tahun 2019
No Status Kawasan
Perubahan Penggunaan
Lahan Tahun 2024
Sesuai (Ha)
Persentase Sesuai Perubahan
Penggunaan Lahan Di Ruang
Terbuka Hijau (%)
Tidak Sesuai
(Ha)
Persentase Tidak Sesuai
Perubahan Penggunaan Lahan
Di Ruang Terbuka Hijau (%)
Total Luas (Ha)
6 RTH Taman Kota Jalur Hijau 1,88 100,00 0,00 0,00 1,88
Total 1,88 100,00 0,00 0,00 1,88
Total Keseluruhan 3.171,72 53,35 2.773,38 46,65 5.945,10


Berdasarkan tabel 5.17 Rincian Hasil Kesesuian Perubahan Penggunaan Lahan Di Ruang Terbuka Hijau Tahun 2019, tabel 5.18 Rincian
Hasil Kesesuian Perubahan Penggunaan Lahan Di Ruang Terbuka Hijau Tahun 2024, tabel 5.19 Hasil Analisis Kesesuian Perubahan
Penggunaan Lahan Di Ruang Terbuka Hijau Tahun 2019 dan tabel 5.20 Hasil Analisis Kesesuian Perubahan Penggunaan Lahan Di Ruang
Terbuka Hijau Tahun 2024, dapat dilihat perubahan penggunaan lahan yang terjadi di ruang terbuka hijau terdapat pada RTH Hutan Kota, RTH
Jalur dan RTH Sabuk Hijau, yang mana dari masing-masing tahun perubahan sebagai berikut :



Analisis Kesesuian Perubahan Penggunaan Lahan Thun 2019
No Status Kawasan Sesuai (Ha)
Persentase Sesuai Perubahan
Penggunaan Lahan Di Ruang
Terbuka Hijau (%)
Tidak Sesuai (Ha)
Persentase Tidak Sesuai Perubahan
Penggunaan Lahan Di Ruang Terbuka
Hijau (%)
Total Luas (Ha)
1 RTH Hutan Kota Total 5.280,07 99,22 41,40 0,78 5.321,47
2 RTH Jalur Total 189,62 53,51 164,74 46,49 354,35
3 RTH Lapangan Olah Raga Total 58,81 44,38 73,71 55,62 132,52
4 RTH Pemakaman Umum Total 65,25 100,00 0,00 0,00 65,25

106

Sumber : Penulis Tahun 2025
Analisis Kesesuian Perubahan Penggunaan Lahan Thun 2019
No Status Kawasan Sesuai (Ha)
Persentase Sesuai Perubahan
Penggunaan Lahan Di Ruang
Terbuka Hijau (%)
Tidak Sesuai (Ha)
Persentase Tidak Sesuai Perubahan
Penggunaan Lahan Di Ruang Terbuka
Hijau (%)
Total Luas (Ha)
5 RTH Sabuk Hijau Total 0,00 0,00 69,63 100,00 69,63
6 RTH Taman Kota Total 1,88 100,00 0,00 0,00 1,88
Total Keseluruhan 5.595,95 94,13 349,47 5,88 5.945,10



• RTH Hutan Kota luas 5.280,07 hektare atau 99,22 persen (sesuai), luas 41,40 hektare atau 0,78 persen (tidak sesuai) dengan rincian
ketidaksesuaian kebun luas 17,45 hektare atau 0,33 persen dan lahan terbuka luas 23,94 hektare atau 0,45 persen.
• RTH Jalur luas 189,62 hektare atau 53,51 persen (sesuai), luas 164,74 hektare atau 46,49 persen (tidak sesuai) dengan rincian
ketidaksesuain kebun luas 123,54 hektare atau 34,86 persen, kolam 2,31 hektare atau 0,65 persen, lahan terbuka 5,98 hektare atau
1,69 persen, permukiman luas 32,89 hektare atau 9,28 persen.
• RTH Lapangan Olah Raga luas 58,81 hektare atau 44,38 persen (sesuai), luas 73,71 hektare atau 55,62 persen (tidak sesuai) dengan
rincian ketiaksesuian lahan terbuka luas 73,71 hektare atau 55,62 persen.
• RTH Sabuk Hijau luas 69,63 hektare atau 100 persen (tidak sesuai) dengan rincian ketidaksesuian kebun luas 69,63 hektare atau 100
persen.
• RTH Pemakaman Umum luas 65,25 hektare atau 100 persen (sesuai)
• RTH Taman Kota luas 1,88 hektare atau 100 persen (sesuai)

107

Tabel 5.20 Hasil Analisis Kesesuian Perubahan Penggunaan Lahan Di Ruang Terbuka Hijau Tahun 2024
Sumber : Penulis Tahun 2025


Analisis Kesesuian Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2024
No Status Kawasan Sesuai (Ha)
Persentase Sesuai Perubahan
Penggunaan Lahan Di Ruang
Terbuka Hijau (%)
Tidak Sesuai (Ha)
Persentase Tidak Sesuai Perubahan
Penggunaan Lahan Di Ruang Terbuka
Hijau (%)
Total Luas (Ha)
1 RTH Hutan Kota Total 2.838,57 53,34 2.482,89 46,66 5.321,47
2 RTH Jalur Total 192,40 54,30 161,95 45,70 354,35
3 RTH Lapangan Olah Raga Total 58,81 44,38 73,71 55,62 132,52
4 RTH Pemakaman Umum Total 65,25 100,00 0,00 0,00 65,25
5 RTH Sabuk Hijau Total 14,80 21,26 54,83 78,74 69,63
6 RTH Taman Kota Total 1,88 100,00 0,00 0,00 1,88

Total Keseluruhan 3.171,72 53,35 2.773,38 46,65 5.945,10


• RTH Hutan Kota luas 2.838,57 hektare atau 53,34 persen (sesuai), luas 2.482,89 hektare atau 46,66 persen (tidak sesuai) dengan
rincian ketidaksesuaian kebun luas 17,45 hektare atau 0,33 persen, lahan terbuka luas 2.465,33 hektare atau 46,33 persen dan saluran
drainase luas 0,11 hektare atau 0,002 persen.
• RTH Jalur luas 192,40 hektare atau 54,30 persen (sesuai), luas 161,95 hektare atau 45,70 persen (tidak sesuai) dengan rincian
ketidaksesuian, kebun luas 88,89 hektare atau 25,09 persen, kolam 3,30 hektare atau 0,93 persen, lahan terbuka 17,94 hektare atau
5,06 persen, pergudangan luas 0,22 hektare atau 0,06 persen dan permukiman luas 51,61 hektare atau 14,56 persen.

108

• RTH Lapangan Olah Raga luas 58,81 hektare atau 44,38 persen (sesuai), luas 73,71 hektare atau 55,62 persen (tidak sesuai) dengan
rincian ketiaksesuian lahan terbuka luas 73,71 hektare atau 55,62 persen.
• RTH Sabuk Hijau luas 14,80 hektare atau 21,26 persen (sesuai), luas 54,83 hektare atau 78,74 persen (tidak sesuai) dengan rincian
ketidaksesuian kebun luas 54,83 hektare atau 78,74 persen.
• RTH Pemakaman Umum luas 65,25 hektare atau 100 persen (sesuai).
• RTH Taman Kota luas 1,88 hektare atau 100 persen (sesuai).

109

Tabel 5.21 Hasil Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di Ruang Terbuka Hijau dari Tahun 2019 hingga
Tahun 2024
Sumber : Penulis Tahun 2025



No Status Kawasan
Luas RTH
Kota
Palangka
Raya
Perubahan Penggunaan Lahan Tahun
2019
Perubahan Penggunaan Lahan
Tahun 2024
Perubahan Penggunaan
Lahan dari Tahun 2019
Hingga Tahun 2024
Luas (Ha) Persentase % Luas (Ha) Persentase % Luas (Ha) Persentase %
1 RTH Hutan Kota 5.321,47 41,40 0,78 2.482,89 46,66 2.441,49 58,98
2 RTH Jalur 354,35 164,74 46,49 161,95 45,70 -2,79 -0,02
3 RTH Lapangan Olah Raga 132,52 73,71 55,62 73,71 55,62 0,00 0,00
4 RTH Pemakaman Umum 65,25 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 RTH Sabuk Hijau 69,63 69,63 100,00 54,83 78,74 -14,80 -0,21
6 RTH Taman Kota 1,88 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Total Keseluruhan 5.945,10 349,47 5,88 2.773,38 46,65 2.423,90 6,94


Berdasarkan tabel 5.19 dan 5.20 Hasil Kesesuian Perubahan Penggunaan Lahan Di
Ruang Terbuka Hijau dapat dilihat perubahan penggunaan lahan yang terjadi di ruang
terbuka hijau di dominasi terdapat pada RTH Hutan Kota, RTH Jalur dan RTH Sabuk Hijau,
yang mana dari masing-masing perubahan sebagai berikut :
RTH Hutan Kota luas 2.838,57 hektare atau 53,34 persen (sesuai), luas 2.482,89
hektare atau 46,66 persen (tidak sesuai) dengan rincian ketidaksesuaian :
1. kebun luas 17,45 hektare atau 0,33 persen,
2. lahan terbuka luas 2.465,33 hektare atau 46,33 persen dan
3. saluran drainase luas 0,11 hektare atau 0,002 persen.
RTH Jalur luas 192,40 hektare atau 54,30 persen (sesuai), luas 161,95 hektare atau
45,70 persen (tidak sesuai) dengan rincian ketidaksesuian
1. kebun luas 88,89 hektare atau 25,09 persen,
2. kolam 3,30 hektare atau 0,93 persen,
3. lahan terbuka 17,94 hektare atau 5,06 persen,
4. pergudangan luas 0,22 hektare atau 0,06 persen dan

110

5. permukiman luas 51,61 hektare atau 14,56 persen.
RTH Lapangan Olah Raga luas 58,81 hektare atau 44,38 persen (sesuai), luas 73,71
hektare atau 55,62 persen (tidak sesuai) dengan rincian ketiaksesuian
1. lahan terbuka luas 73,71 hektare atau 55,62 persen.
RTH Sabuk Hijau luas 14,80 hektare atau 21,26 persen (sesuai), luas 54,83 hektare
atau 78,74 persen (tidak sesuai) dengan rincian ketidaksesuian
1. kebun luas 54,83 hektare atau 78,74 persen
Berdasarkan tabel 5.21 Hasil analisis kesesuian perubahan penggunaan lahan di
ruang terbuka hijau dari tahun 2019 hingga tahun 2024 sebagai berikut, jenis penggunaan
lahan yang mengalami penambahan luasan penggunaan lahan pada periode tahun 2019-2024
terjadi pada RTH Hutan Kota sebesar 2.441,49 hektare atau 58,98 persen dengan rincian
Jenis penggunaan lahan yang mengalami penambahan luasan terbesar adalah lahan terbuka
dengan luas 2.482,89 hektare atau 46,66 persen, RTH Jalur sebesar 161,95 hektare atau
45,70 persen, RTH Lapangan Olah Raga sebesar 73,71 hektare atau 55,62 persen dan RTH
Sabuk Hijau sebesar 54,83 hektare atau 78,74 persen .
Di sisi lain terjadi pengurangan luasan jenis penggunaan lahan terjadi pada RTH
Jalur dan RTH Sabuk Hijau, dengan luas RTH Jalur -2,79 hektare atau -0,02 persen dengan
rincian jenis penggunaan lahan yang mengalami pengurangan luasan terjadi pada kebun
sebesar 88,89 hektare atau 25,09 persen, luas RTH Sabuk Hijau dengan luas -14,80 hektare
atau -0,21 persen dengan rincian sebagai berikut luas kebun 54,83 hektare atau 78,74 persen.
Berdasarkan fenomena perubahan penggunaan lahan di atas, pernyataan Rustiadi
(2001) bahwa proses alih fungsi lahan dapat dipandang merupakan suatu bentuk konsekuensi
logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi
masyarakat yang sedang berkembang. Dengan demikian, seiring pertumbuhan yang terus
berkembang serta perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat adanya Kota Palangka
Raya yang orientasi kebijakan pengembangan wilayah dapat menjadi pemicu perubahan
penggunaan lahan pada Kawasan Ruang Terbuka Hijau
Perubahan Penggunaan Lahan adalah segala bentuk aktifitas manusia di atas lahan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan spiritual maupun material, yang
dilakukan secara terus menerus maupun berkala / periodik. Penggunaan lahan merupakan
pola pemanfaatan lahan yang menunjukkan gambaran aktifitas masyarakat pada wilayah
yang bersangkutan, dan merupakan salah satu parameter dari kondisi sosial ekonomi
masyarakat. Beralih fungsi lahan menjadi tanah/lahan terbuka, permukiman dan kolam
(Arsyad 2010) mendefinisikan penggunaan lahan sebagai setiap bentuk intervensi manusia

111

terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun
spiritual. Selain itu, analisis penggunaan lahan menunjukkan bahwa lahan yang sebelumnya
digunakan sebagai RTH telah beralih fungsi menjadi lahan terbangun, terutama untuk
perumahan dan fasilitas komersial. Data dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Palangka Raya
mencatat bahwa selama periode tersebut, sekitar 100 hektar RTH telah dikonversi menjadi
lahan terbangun (Dinas Lingkungan Hidup, 2021). Hal ini menimbulkan kekhawatiran
mengenai dampak jangka panjang terhadap kualitas lingkungan dan kesejahteraan
masyarakat.
Dalam konteks kesesuaian lahan, hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar
area yang dikonversi tidak sesuai untuk penggunaan lahan terbangun. Penelitian oleh
Prabowo dan Anwar (2019) menunjukkan bahwa lahan dengan kesesuaian rendah untuk
pembangunan seharusnya dipertahankan sebagai RTH untuk menjaga keseimbangan
ekosistem. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah daerah untuk mempertimbangkan hasil
analisis ini dalam perencanaan tata ruang dan pengembangan infrastruktur.

112

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Klasifikasi NDVI Vegetasi di RTH dibagi menjadi lima kelas yaitu kelas awan dan
air, kelas non-vegetasi, kelas vegetasi tidak rapat, kelas vegetasi cukup rapat, dan kelas
vegetasi rapat. Indeks Kerapatan Vegetasi (NDVI) Tren NDVI dari Luas rata RTH
berdasrkan hasil NDVI seluas 5.836,82 ha, hasil NDVI menunjukkan fluktuasi kerapatan
vegetasi di RTH Kota Palangka Raya pada tahun 2019 NDVI tertinggi tercatat pada kelas
vegetasi rapat 1.649,00 ha, tahun 2023 NDVI mencapai puncaknya dengan luas vegetasi
rapat sebesar 1.830,81 ha dan tahun 2024 terjadi penurunan luas vegetasi rapat menjadi
1.689,65 ha. Klasifikasi NDVI Menunjukkan Penurunan Kerapatan Vegetasi hasil
klasifikasi NDVI menunjukkan adanya pergeseran dari kelas vegetasi rapat ke vegetasi tidak
rapat dan bahkan non-vegetasi, yang menandakan degradasi kualitas lingkungan RTH secara
spasial.
Klasifikasi Tutupan Lahan di RTH dibagi menjadi empat kelas yaitu kelas awan dan
air, kelas hutan atau vegetasi padat, kelas lahan terbangun, dan kelas vegetasi kurang padat
hasil Indeks tutupan lahan pada RTH kota palangka raya, Luas Tutupan Lahan rata di RTH
kota palangka raya seluas 5.832,96 ha, hasil tutupan lahan menunjukkan fluktuasi kerapatan
lahan terbangun di RTH Kota Palangka Raya pada tahun 2019 kelas lahan terbangun seluas
2.210,82 ha, pada tahun 2023 tutupan lahan mencapai puncaknya dengan luas lahan
terbangun sebesar 3.261,63 ha dan tahun 2024 terjadi penurunan luas lahan terbangun
menjadi 2.770,90 ha. Klasifikasi tutupan lahan menunjukkan lahan terbangun lebih dominan
di RTH Kota palangka raya yang mana lahan terbangun tersebut menandakkan terjadinya
perubahan penggunaan lahan dari semula RTH menjadi lahan terbangun yang di gunakan
atau di manfaatkan oleh masyarakat.
Sebagian besar perubahan penggunaan lahan di RTH tidak sesuai dengan peruntukan
tata ruang sebagaimana diatur dalam RTRW Kota Palangka Raya. Ini mengindikasikan
lemahnya pengendalian pemanfaatan ruang, yang dapat mengganggu keseimbangan
ekologis kota. Ketidaksesuaian ini mencerminkan lemahnya kontrol dan pengawasan
terhadap implementasi perencanaan ruang kota.

113

Faktor utama penyebab perubahan secara analisis spasial maupun hasil dilapangan antara
lain :
• Pertumbuhan penduduk kota palangka raya yang pesat
Data kependudukan dari tahun 2019 hingga tahun 2024 ada kenaikan jumlah
kepadatan penduduk yaitu 0,162 jiwa/km².
• Meningkatnya pembangunan infrastruktur dan fasilitas perkotaan
• Aktivitas ekonomi dan komersial yang meluas
• Kebijakan pemanfaatan ruang yang belum sepenuhnya berpihak pada pelestarian
RTH.

6.2 Rekomendasi Untuk mengatasi tantangan dalam mempertahankan dan
mengembangkan RTH
penelitian ini merekomendasikan :
1. Memperketat pemberian izin mendirikan bangunan di kawasan lindung dan RTH.
2. Melakukan pemantauan rutin terhadap pelaksanaan pembangunan di kawasan RTH.
3. Melakukan rehabilitasi pada kawasan RTH yang telah beralih fungsi melalui program
penanaman kembali vegetasi.
4. Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya RTH dalam menjaga
keseimbangan ekosistem perkotaan.

6.3 Saran
Untuk Pemerintah atau Instansi Terkait
Beberapa pertimbangan dalam menentuka lokasi (site specific) RTH, antara lain:
1. Pengembangan RTH dilakukan pada zona RTH sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW), Rencana Detil Tata Ruang (RDTR), dan Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan
Strategis.
2. Di kanan kiri sungai dikembangkan RTH sempadan sungai
3. RTH jalur hijau terletak pada jarak 1,5 m dari tepi median.
4. RTH berupa taman perkotaan, hutan kota terletak maksimal 240 meter dari daerah
terbangun (permukiman, perkantoran, industri, dll). Jarak 240 meter merupakan jarak
yang direkomendasikan untuk optimalisasi fungsi ameliorasi iklim mikro oleh vegetasi
(Feyisa et al., 2014).

114

5. RTH sabuk hijau terletak pada batas kota, pemisah kawasan, buffer suatu kawasan. RTH
sabuk hijau berfungsi sebagai daerah penyangga dan untuk membatasi perkembangan
suatu penggunaan lahan atau membatasi aktivitas satu dengan aktivitas lainnya agar
tidak saling mengganggu, serta pengamanan dari faktor lingkungan sekitarnya.
6. RTH fungsi lainnya seperti RTH yang berupa jalur hijau mengacu pada Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2022 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka
Hijau
7. RTH juga dapat dikembangkan secara terintegrasi dengan Ruang Terbuka Biru (lanskap
badan air) dalam memperbaiki lanskap lahan bekas tambang.
8. Pemilihan jenis Vegetasi Penyusun RTH Diupayakan pemilihan jenis vegetasi berupa
pohon untuk optimalisasi penyerapan karbon dan ameliorasi iklim mikro (shading effect
dan cooling effect yang optimal) dengan tetap memperhatikan karakteristik vegetasi
yang sesuai untuk masing-masing jenis RTH yang dikembangkan. Selain itu, pemilihan
jenis dan teknik penanaman disesuaikan dengan kondisi area RTH dengan prinsip
pemilihan jenis vegetasi yang merujuk padakriteria vegetasi untuk RTH pada Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 05/PRT/M/2008, antara lain:
Kepada pemerintah daerah dan instansi terkait dalam meningkatkan pengelolaan ruang
terbuka hijau (RTH) di Kota Palangka Raya :
1. Memperketat pemberian izin mendirikan bangunan di Kawasan lindung dan ruang
terbuka hijau
2. Meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan tata ruang wilayah (RTRW)
untuk memastikan tidak ada alih fungsi lahan RTH menjadi lahan budidaya atau
pembangunan infrastruktur.
3. Melakukan rehabilitasi pada kawasan RTH yang telah beralih fungsi melalui program
penanaman kembali vegetasi.
4. Fokus pada kawasan sabuk hijau yang mengalami ketidaksesuaian tertinggi (78,74%
pada tahun 2024).
Sabuk hijau atau green belt adalah ruang terbuka hijau yang memiliki tujuan utama
untuk membatasi perkembangan suatu penggunaan lahan atau membatasi aktivitas satu
dengan aktivitas lainnya agar tidak saling mengganggu.
5. Merancang ulang rencana tata ruang wilayah (RTRW) dengan memprioritaskan
keberlanjutan lingkungan.

115

6. Mengintegrasikan aspek sosial, ekonomi, dan ekologi dalam perencanaan penggunaan
lahan.

Untuk Akademisi dan Peneliti
1. Menyarankan agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk
penelitian lanjutan.
2. Kajian Mendalam tentang Perubahan Lahan.
3. Melakukan studi komparatif antar kota di Indonesia untuk memahami pola perubahan
RTH di berbagai konteks perkotaan.

Untuk Masyarakat
1. Penulis menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam menjaga keberlanjutan
RTH
2. Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya RTH dalam menjaga
keseimbangan ekosistem perkotaan, seperti penyerapan karbon, pengurangan suhu
udara, dan habitat flora-fauna.
3. Mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan rehabilitasi RTH, seperti
penanaman pohon dan pemeliharaan taman kota.
Mendorong masyarakat untuk melaporkan pelanggaran penggunaan lahan di kawasan
RTH kepada pihak berwenang.

Untuk Kebijakan Publik
1. Mengintegrasikan kebijakan RTH dengan kebijakan lainnya, seperti pengelolaan air,
transportasi, dan energi, untuk menciptakan sinergi dalam pembangunan perkotaan.
2. Memberikan insentif kepada pihak swasta yang berkontribusi dalam pelestarian RTH,
seperti pengurangan pajak bagi perusahaan yang memiliki area hijau.
3. Mengalokasikan anggaran yang cukup untuk pemeliharaan dan pengembangan RTH
dalam APBD Kota Palangka Raya.

6.4 Rekomendasi untuk Penambahan RTH di kota palangka raya
Masih dimungkinkan Penambahan RTH di Kawasan Hutan sebagai berikut :
1. Kawasan hutan produksi tetap selanjut disingkat HP adalah hutan yang bisa
dieksploitasi hasil hutannya dengan cara tebang pilih maupun tebang habis.

116

2. Kawasan hutan produksi konversi yang diselanjutnya disingkat HPK adalah kawasan
hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pembangunan di luar
kehutanan.

6.5 Rekomendasi untuk Masa Depan
Penulis menyoroti pentingnya pendekatan holistik dalam pengelolaan RTH:
1. Menerapkan pendekatan berbasis ekosistem (Ecosystem-Based Approach) dalam
pengelolaan RTH untuk memastikan bahwa semua elemen ekologis, sosial, dan
ekonomi terintegrasi.
2. Mengembangkan indikator keberlanjutan untuk RTH, seperti indeks kualitas udara,
indeks keragaman hayati, dan indeks kenyamanan termal.
3. Membangun kolaborasi antara pemerintah, akademisi, masyarakat, dan sektor swasta
untuk menciptakan solusi bersama dalam menjaga keberlanjutan RTH.

6.6 Kesimpulan Secara Umum
Secara umum, saran-saran yang diberikan oleh penulis bertujuan untuk
mempertahankan dan mengembangkan RTH di Kota Palangka Raya melalui penguatan
regulasi, rehabilitasi lahan, pemanfaatan teknologi, edukasi masyarakat, dan integrasi
kebijakan lintas sektor.
Penelitian ini juga berhasil menggambarkan perubahan penggunaan lahan di RTH
Kota Palangka Raya secara spasial dan temporal. Hasilnya menunjukkan bahwa terjadi
penurunan signifikan dalam luas wilayah RTH yang sesuai dengan fungsinya, yang
disebabkan oleh berbagai faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan. Oleh karena itu,
diperlukan upaya serius dari semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan pemangku
kepentingan lainnya. Dengan implementasi saran ini, diharapkan Kota Palangka Raya dapat
menjadi contoh kota yang berhasil menjaga keseimbangan antara pembangunan dan
keberlanjutan lingkungan.

117

DAFTAR PUSTAKA

A.Panjaitan, b.Sudarsono, and n. Bashit, "analisis kesesuaian penggunaan lahan terhadap
rencana tata ruang wilayah (rtrw) di kabupaten cianjur menggunakan sistem
informasi geografis," jurnal geodesi undip, vol. 8, no. 1, pp. 248-257, jan.
2019. Https://doi.org/10.14710/jgundip.2019.22578
Achmad Mauliyadi A.Salim 2018, nilai dan manfaat ekonomi keberadaan taman pakui
sayang sebagai salah satu bentuk pemanfaatan ruang terbuka hijau. Tesis MPWK
Universitas Bosowa Makasar.
Afrizal. 2016. Metode Penelitian Kualitatif : Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Ainy, C. N. (2012). Pengaruh ruang terbuka hijau terhadap iklim mikro di kawasan Kota
Bogor.
Ainy, R. (2012). Pengendalian Kualitas Udara di Perkotaan. Jakarta: Penerbit Lingkungan
Hidup.
Alwan, A., Barkey, R.A. and Syafri, S., 2020. Perubahan penggunaan lahan dan keselarasan
rencana pola ruang di Kota Kendari. Urban and Regional Studies Journal, 3(1),
pp.1-5.
Andi Mirza Azilia 2023, Keberlanjutan Pembangunan Kawasan perkotaan berbasis
penyiapan ruang terbuka hijau (RTH) di kota pare-pare. Tesis MPWK Universitas
Bosowa Makasar.
Andi Supangat. 2007. Statistika dalam Kajian Deskriftif, Inferensi dan Nonparametrik. Edisi
Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Annisa, N; Kurnain, A; Indrayatie, E.R; Peran, S.B. 2015. Iklim Mikro dan Indeks
Ketidaknyamanan Taman Kota di Kelurahan Komet Kota Banjarbaru.
Banjarmasin: Jurnal EnviroScienteae. Vol.8. Pg. 127-134
Annisa, M. (2015). Pengaruh Vegetasi terhadap Suhu Mikro. Jurnal Ekologi Perkotaan,
2(1), 45-53.
Aronoff S. 1989. Geographic Information System a Management Perspective. Ottawa (US):
WDL Publication.

118

Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air Jilid Kedua (Cetakan Kedua). Bogor (ID): IPB
Pres.
Arsyad, S. (2010). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Badan Pusat Statistik, 2023 Kota palangka raya dalam angka 2023
https://palangkakota.bps.go.id/
Badan Pusat Statistik, 2024 Kota palangka raya dalam angka 2024
https://palangkakota.bps.go.id/
Baja S. 2012. Perencanaan Tata Guna Lahan dalam Pengembangan Wilayah. Yogyakarta
(ID): ANDI.
Barlow, R. 1986. Land Resource Economic. The Economic of Real Estate. Prentice-Hall,
Inc. New Jersey.
Barus B dan Wiradisastra. 2000. Sistem Informasi Geografi Sarana Manajemen
Sumberdaya. Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi. Jurusan Tanah.
Fakultas Pertanian. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
Barus, B, Resort, H, Meru, TP, & Barat, CPJ (2012). Karakteristik Tanah/Lahan Kritis dalam
Perspektif Penataan Ruang. Bimbingan Teknis
Barus, B., Rustiadi, E., dan Djakapermana, R. (2012). Perencanaan Tata Ruang Wilayah.
Jakarta: LP3ES.
Carmines, Edward G., and Richard A. Zeller. Reliability and Validity Assessment. SAGE
Publications, 2006. Dikutip dalam Sudirman A., 2020.
Chapin, F.S. 1995. Urban Land Use Planning. New York : Routledge.
Campbell, J. B. (2011). Introduction to Remote Sensing. New York: The Guilford Press.
Chen, T. dan Brutsaert, W. (1998). Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) for
Vegetation Monitoring. Remote Sensing Journal, 34(3), 112–119.
Chen, T. H., and Wilfried Brutsaert. “Air Temperature and Humidity Retrieval Using
Remote Sensing NDVI.” Remote Sensing of Environment, vol. 64, no. 3, 1998, pp.
308–320.
Djakapermana, R.D. 2010. Pengembangan Wilayah Melalui Pendekatan Kesisteman.
Bogor: IPB Press.
Dinas Lingkungan Hidup Kota Palangka Raya. (2021).Laporan Tahunan.
Dwiyanto, A. (2009). Kuantitas dan kualitas ruang terbuka hijau di permukiman
perkotaan. Teknik, 30(2), 88-92.
Danoedoro, P. (1996). Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta: Andi Offset.

119

Danoedoro, Projo. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Fakultas Geografi UGM, 1996.

Djakapermana, R. (2010). Sistem Perencanaan Tata Ruang. Bandung: Penerbit ITB.
Dwiyanto, A. (2009). Ruang Terbuka Hijau Perkotaan: Peran dan Pengelolaan. Jakarta:
Gramedia.
Ekadinata, A, dkk. 2008. Sistem Informasi Geografis untuk Pengolalaan Bentang Lahan
Berbasis Sumber Daya Alam. Buku 1 : Sistem Informasi Geografis dan
Penginderaan Jauh menggunakan ILWIS Open Source : World Agroforestry
Centre. Bogor.
Ekadinata, A., et al. Modul ArcGIS. World Agroforestry Centre, 2008.
Ernawati, R (2015). Optimalisasi fungsi ekologis ruang terbuka hijau publik di Kota
Surabaya. EMARA Indonesian Journal of Architecture, repository.uinsa.ac.id,
http://repository.uinsa.ac.id/id/eprint/505/
Estes, J. E dan Simonett, D. S. 1975. Fundamnetals of Image Interpretation, In Manual of
Remoet sensing. Falls Chruch, Virginia : The American Society of Photogrametri.
F. Iskandar, M. Awaluddin, and B. D. Yuwono, "analisis kesesuaian penggunaan lahan
terhadap rencana tata ruang/wilayah di kecamatan kutoarjo menggunakan sistem
informasi geografis," Jurnal Geodesi Undip, vol. 5, no. 1, pp. 1-7, Feb.
2016. Https://doi.org/10.14710/jgundip.2016.10551
Fadilla, R., Sudarsono, B., & Bashit, N. (2018). Analisis Kesesuaian Perubahan Penggunaan
Lahan Terhadap Rencana Tata Ruang/Wilayah di Kecamatan Penjaringan Kota
Administratif Jakarta Utara Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jurnal
Geodesi Undip, 7(1), 192-201.
Fadli, M., et al. (2021). Pemantauan Perubahan Vegetasi Menggunakan NDVI di Daerah
Perkotaan. Jurnal Lingkungan dan Pembangunan.
Fandeli, C. (2003). Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Fonataba, M.G., 2010. Pengaruh Perkembangan Guna Lahan Terhadap Kinerja Jalan di
Sepanjang Koridor Jalan Antara Pelabuhan Laut dan Bandar Udara Dominie
Edward Ossok (DEO) Kota Sorong (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
DIPONEGORO).
Fonataba, E. (2010). Struktur dan Pola Penggunaan Lahan Kota. Makalah Seminar
Perencanaan Kota, Universitas Cenderawasih.

120

Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Peneliti Universitas Diponegoro.
GIS Konsorsium Aceh Nias. (2007). Modul Pelatihan ArcGIS Tingkat Dasar, Staf
Pemerintah Kota Banda Aceh, Banda Aceh.
Geiger, R. (1959). The Climate Near the Ground. Harvard University Press.
Hamrun, & Prianto, A. (2017). Kebijakan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Kota
Makassar. https://doi.org/10.31227/osf.io/87tdn
Handoko, T. H. (2016). Manajemen. BPFE Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Handoko, D. (2016). Pengaruh Ruang Terbuka Hijau terhadap Iklim Mikro. Jurnal Tata
Ruang, 8(1), 31–41.
Hardjowigeno, Sarwono. "Widiatmaka. 2007." Evaluasi kesesuaian lahan dan perencanaan
tataguna lahan (2007).
Howard, J. A. 1996. Penginderaan Jauh untuk Sumberdaya Hutan (teori dan Aplikasi).
Gadjah Mada University Press. Bulaksumur, Yogyakarta.
Howard, J. A. Remote Sensing of Urban Environments. CRC Press, 1996.
Ibrahim Tandidatu 2015, Evaluasi fungsi ruang terbuka hijau. Tesis MPWK Universitas 45
Makasar.
Iskandar, F., Awaluddin, M., & Yuwono, B. D. (2016). Analisis kesesuaian penggunaan
lahan terhadap Rencana Tata Ruang/Wilayah di Kecamatan Kutoarjo menggunakan
sistem informasi geografis. Jurnal Geodesi Undip, 5(1), 1-7.
Indriyanto, D. (2008). Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
Jihan, J. C. (2005), Analisa Penyerasian Penggunaan Tanah dengan Tata Ruang Kecamatan
Dalam Rangka Pengendalian dan Pemanfaatan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Sampang Madura. Universitas Diponegoro. Semarang.
Jihan, J. C. (2014). Analisa Zona Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Sukolilo
Surabaya Timur Berbasis SIG. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Kartasapoetra, G. (2004). Meteorologi dan Klimatologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Keele. 1997. An Introduction to GIS using ArcView : Tutorial, Issue 1. Keele University
Kusumaningrat, M. D., Subiyanto, S., & Yuwono, B. D. (2017). Analisis perubahan
penggunaan dan pemanfaatan lahan terhadap rencana tata ruang wilayah tahun
2009 dan 2017 (Studi Kasus: Kabupaten Boyolali). Jurnal Geodesi Undip, 6(4),
443-452.
Kusmana, C. (2016). Land Use Change and Its Ecological Impact. Bogor: Pustaka IPB.

121

Landgrebe, D. (2003). Signal Theory Methods in Multispectral Remote Sensing. New York:
John Wiley & Sons.
Lambin, Eric F. Land-Use and Land-Cover Change: Implementation Strategy. IGBP Report
No. 48, 2002.
Lillesand and Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Diterjemahkan oleh
Dulbahri, Hartono, dkk. Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Lillesand, Kiefer, (1988). Penginderaan jauh dan Interpretasi Citra, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Lillesand, T. M., and Kiefer, R. W. 1994. Remote Sensing and Image Interpretation. John
Wiley&Son Inc,. New York.
Luthfina, M. A. W., Sudarsono, B., & Suprayogi, A. (2019). Analisis Kesesuaian
Penggunaan Lahan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2010-2030
Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Kecamatan Pati. Jurnal Geodesi
Undip, 8(1), 74-82.
M. Hapsary, S. Subiyanto, dan H. S. Firdaus, “Analisis Prediksi Perubahan Penggunan
Lahan Dengan Pendekatan Artificial Neural Network Dan Regresi Logistik Di Kota
Balikpapan,” Jurnal Geodesi Undip, vol. 10, no. 2, 2021, doi:
https://doi.org/10.14710/jgundip.2021.30637.
Maimun, 2007. Hutan untuk Makhluk Hidup. Http://AcehRecoveryForum.org.
Maimun, M. (2007). Vegetasi dan Lingkungan Kota. Jakarta: UI Press.
Meurah R, Cut. (2005). Penginderaan Jauh. Dalam Modul Geografi SMU 1 Nomor Modul
: Geo. 1. 04. Penerbit : Grafindo Media Pratama. Jakarta
Muhamad Annis Wichi Luthfina dkk (2019), berjudul Analisa kesesuaian penggunaan lahan
terhadap rencana tata ruang wilayah tahun 2010-2030 menggunakan sistem
informasi geografis dikecamatan pati. Tesis MPWK Universitas Bosowa Makasar.
Muhammad Iqbal 2022, optimalisasi pemanfaatan ruang terbuka hijau kota panhkajene
(studi kasus taman musafir kota pangkajene). Tesis MPWK Universitas Bosowa
Makasar.
Munibah K, Sitorus SRP, Rustiadi E, Gandasasmita K, Hartrisari. 2010.“Dampak
Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Erosi di DAS Cidanau, Banten. Jurnal
Tanah dan Iklim. 32:55-69. Kementerian Pertanian
Murdiyarso, D., et al. (2020). Transformasi Lahan dan Ekosistem. CIFOR Working Paper
Series.
Nazir. Moh. 1983. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

122

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, 2011.
Nugroho, Dwi Setyo. 2011. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Kota Semarang
Dengan Menggunakan Teknologi Pengindraan Jauh (Studi : Kecamatan Semarang
Tengah Dan Kecamatan Semarang Utara). Semarang : Universitas Diponogoro.
Nuraini. (2020). Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Samarinda (Studi Dinas
Perumahan Dan Pemukiman Kota Samarinda). EJournal Ilmu Pemerintahan, 8(2),
437–450.
Oke, T. R. (1978). Boundary Layer Climates. London: Methuen & Co Ltd.
Panjaitan, A., Sudarsono, B., & Bashit, N. (2019). Analisis Kesesuaian Penggunaan Lahan
Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Di Kabupaten Cianjur
Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Geodesi Undip, 8(1), 248-257.
Peraturan Daerah No 1 Tahun 2019 tentang rencana tata ruang wilayah kota palangka raya
tahun 2019 - 2039 Kota Palangka Raya.
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2022 Tentang Penyediaan dan Pemanfaataan Ruang
Terbuka Hijau.
Prahasta E. 2002. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografi. Bandung [ID]:
Informatika Bandung.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang.
Prahasta, E. (2005), Sistem Informasi Geografis, Cetakan ke-dua, Penerbit Informatika,
Bandung.
Prahasta, Eddy. (2011), ArcGIS Desktop untuk Bidang Geodesi dan Geomatika, Penerbit
Informatika, Bandung.
Purwadhi, S.H, dan Sanjoto. (2008) Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh,
Penerbit : Pusat Data Penginderaan Jauh dan LAPAN. UNS : Jurusan Geografi.
ISBN 978-979-1458-22-1.
Purwadhi, S.H. (2001). Interpretasi Citra Digital. Jakarta: Grasindo.
Rabowo, A., & Anwar, M. (2019).Analisis Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan
Perkotaan. Jurnal Perencanaan Wilayah.
R Ramadhan, W Widiatmaka and U Sudadi, "Pola perubahan penggunaan lahan dan evaluasi
pemanfaatan ruang di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah", … Alam
Dan Lingkungan (Journal of Natural … (2016)

123

Rahman, A., et al. (2020).penggunaan Citra Satelit untuk Pemantauan Perubahan
Penggunaan Lahan. Jurnal Sains dan Teknologi.
Restu Fadilla dkk (2018),berjudul analisis kesesuaian perubahan penggunaan lahan
Terhadap rencana tata ruang/wilayah di kecamatan Penjaringan kota administratif
jakarta utara Menggunakan sistem informasi geografis.
Ridwan F. 2014. Permodelan Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Dengan Pendekatan
Artificial Neural Network dan Logistic Regression (Studi Kasus: DAS Citarum
Jawa Barat). [skripsi] Program Studi: Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Bogor
[ID]: Institut Pertanian Bogor.
Ritohardoyo, S (2013). Penggunaan dan tata guna lahan. ombak (anggota IKAPI).,
Yogyakarta
Ritohardoyo, S. (2013). Penggunaan Lahan dan Perkembangan Kota. Yogyakarta: Fakultas
Geografi UGM.
Rustiadi E, Saefulhakim S, dan Panuju DR. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah.
Jakarta [ID]: Crestpen Press dan Yayasan Pustaka Obor.
Rustiadi, E., et al. (2011). Perencanaan Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah. Bogor:
IPB Press.
Santun R.P. Sitorus. (2004). Penggunaan Lahan dan Perubahan Fungsi. Jakarta: Pustaka
Penataan Ruang Nasional.
Sadyohutomo, M. (2013), Analisa Lokasi dan Pola Keruangan. Universitas PGRI Adi
Buana. Surabaya
Sandy, I Made. (1977), Penggunaan Tanah di Indonesia. Direktorat Tata Guna Tanah,
Direktorat Jenderal Agraria. Jakarta : Departemen Dalam Negeri.
Sanger, Y. Y., & Rombang, J. A. (2016). Pengaruh tipe tutupan lahan terhadap iklim mikro
di Kota Bitung. Agri-SosioEkonomi, 12(3A), 105-116.
Santun R.P. Sitorus. 2016. Perencanaan Penggunaan Lahan (Cetakan Pertama). Bogor
(ID): IPB Pres.
Sari, R., & Prasetyo, B. (2019). Dampak Pengurangan Ruang Terbuka Hijau terhadap
Lingkungan Perkotaan. Jurnal Ekologi dan Lingkungan.
Septiawan, R. (2016). Kajian Kerapatan Vegetasi Hutan Kota. Jurnal Ekologi Tropis, 10(1),
20–29.
Setiawan, B., et al. (2014). Perubahan Lahan dan Tata Ruang. Surabaya: ITS Press.

124

Sedyawati dan Setyowati. 2007. Model Ruang terbuka Hijau untuk Perbaikan Iklim
Mikro di Kota Semarang. Laporan penelitian. Semarang: Lembaga
Penelitian UNNES.
Setiadi, F (2022). Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Di
Kawasan Perkantoran Walikota (studi Kasus: kelurahan Tuah Negeri, Kecamatan
Tenayan …., repository.uir.ac.id, https://repository.uir.ac.id/18956/
Setiadi, Y (2007). Kajian perubahan penggunaan lahan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya di Kecamatan Umbul Harjo, Kota Yogyakarta .,
eprints.undip.ac.id, http://eprints.undip.ac.id/4467/
Setiawan, H., & Yulianto, D. (2020). Pertumbuhan Penduduk dan Perubahan Penggunaan
Lahan di Kota Palangka Raya. Jurnal Demografi dan Perencanaan.
Singarimbun, M dan S. Effendi (Editor). 1989. MetodePenelitianSurvay. LP3S, Jakarta
Situmorang, Rahel, and Anindita Ramadhani. "Perubahan penggunaan lahan kawasan
sekitar minapolitan pps nizam zachman, kelurahan penjaringan jakarta
utara." jurnal bhuwana (2023): 10-19.
Sugandi, D dan Nanin T. S. (2008), Sistem Informasi Geografi (SIG) Lecture handout.
Jurusan Pendidikan Geografi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Sugandi, D dan Nanin T. S. (2008), Sistem Informasi Geografi (SIG) Lecture handout.
Jurusan Pendidikan Geografi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhadi, P. Studi Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Umbul harjo Kota
Yogyakarta Tahun 1987 – 1996 Berdasarkan Foto Udara. Thesis. UGM.
Yogyakarta.
Suhadi, P. Studi Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Umbulharjo Kota
Yogyakarta Tahun 1987 – 1996 Berdasarkan Foto Udara. Thesis. UGM.
Yogyakarta.
Sukojo, B. M. ( 2012). Penginderaan Jauh (Dasar Teori dan Terapan). Surabaya: Teknik
Geomatika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Susilo, Bowo. 2005. Model SIG-Binary Logistic Regression Untuk Prediksi Perubahan
Penggunaan Lahan (Studi Kasus di Daerah Pinggiran Kota Yogyakarta). Tesis.
Bandung: Teknik Geodesi dan Geomatika, Institut Teknologi Bandung.

125

Susilo, Bowo. 2006. Geokomputasi Berbasis Sistem Informasi Geografi dan Cellular
Automata untuk Pemodelan Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan di Daerah
Pinggiran Kota Yogyakarta. Laporan Penelitian. Yogyakarta : Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada.
Sutanto, prof., 1998. Penginderaan jauh, Jilid I, Fakultas Geografi, Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Sutanto. (1978), Studi Kota dengan Foto Udara, Yogyakarta : Pascasarjana Fakultas
Geografi UGM
Shafieleh, S., & Rustiadi, E. (2020). Pendekatan Spasial dalam Analisis Tata Ruang Kota.
Bogor: IPB Press.
Sudiana, I. (2008). Penggunaan Indeks NDVI untuk Pemetaan Vegetasi. Jurnal Ilmiah
Geomatika, 14(1), 9–17.
Suma’atmadja, N. (1997). Penggunaan Lahan dan Dampaknya terhadap Lingkungan.
Bandung: Penerbit ITB.
Sitorus, Santun R. P. Perubahan Penggunaan Lahan dan Tata Guna Lahan. LP3ES, 2016.
Singarimbun, Masri, and Sofian Effendi. Metode Penelitian Survei. LP3ES, 1989.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta, 2019.
Sudiana, D. Penggunaan NDVI dalam Penilaian Vegetasi. ITB, 2008.
Sitorus, R. P. Pemanfaatan Lahan di Perkotaan. LP3ES, 2004.
Tuman, (2001), Overview of GIS, <URL: http://www.gisdevelopment.net >
Trenberth, K. E. (1995). Climate Change and Global Warming: Overview. In: Global
Change Reports.
Umariyatna. (2010). Analisis Aktifitas Ruang Terbuka Hijau dalam menurunkan suhu udara
mikro, Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia.
Undang - undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Vink, APA. 1975. Landuse Inadvancing Africulture Springer Verlag. New York Helderberg
Wahyunto. (2001). Konversi Lahan dan Implikasinya. Bogor: Balai Penelitian Tanah.
Widiatmaka. (2007). Penggunaan Lahan dan Evaluasi. Bogor: Departemen Ilmu Tanah
IPB.
Widayanti, R., 2010. Formulasi model pengaruh perubahan tata guna lahan terhadap
angkutan kota di Kota Depok. Jurnal Tata Guna Lahan, pp.1-10.
W Widiatmaka, K Munibah, SRP Sitorus and ..., "Appraisal keberlanjutan multidimensi
penggunaan lahan untuk sawah di karawang-jawa barat", Jurnal …
(journal.ugm.ac.id, 2015), https://journal.ugm.ac.id/kawistara/article/view/7591

126

Yuniarto, T dan Woro, S. 1991. “Evaluasi Sumberdaya Lahan-Kesesuaian Lahan”. Jurnal.
Universitas Gadjahmada. Yogyakarta
Yuniarto, B., dan Woro, S. (1991). Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-Faktor
Penyebabnya. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan.
Yuniarto, Bambang, and Woro Setiani. Penggunaan Lahan dan Tata Guna Lahan di
Indonesia. Bumi Aksara, 1991.

LAMPIRAN PETA

!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
Tahai
Gohong
Marang
Bukitsua
Panjehang
Kanarakan
Mungkubaru
Berengbengkel
Petuk barunai
Petuk katimpun
Tumbang rungan
Kereng bangkirai
114°15'55"E
114°15'55"E
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
Lokasi Penelitian
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
KETERANGAN
L E G E N D A
Ibukota Kabupaten
Ibukota Desa/Kelurahan
Sungai
Ibukota Kecamatan
Ruas Jalan
Batas Desa
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan
! !
!! !! !!
!!! !!!
"/
!
!(
!
Kota Palangkaraya
SUMBER DATA
1. Data Spasial Badan Informasi Geospasial BIG tahun 2023
2. Data Spasial Kantor Staff Presiden tahun 2020.
3. Data Spasial Peta Lampiran Perda RTRW Kota Palangka Raya Perda Nomor 1 thn 2019
4. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2023 Kota Palangka Raya
5. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2019 Kota Palangka Raya
6. Citra Landsat 8
BATAS-KECAMATAN
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
1 Kecamatan Bukit Batu 62.272,80
2 Kecamatan Jekan Raya 38.139,10
3 Kecamatan Pahandut 11.134,50
4 Kecamatan Rakumpit 110.586,00
5 Kecamatan Sebangau 63.180,40
285.312,80
No Keterangan
Luas Wilayah Kota Palangka Raya
PerKecamatan ( Ha )
TOTAL
PETA

!
!
!
!
!
!
!!
!!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!! !! !!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!!!!!!!!!!!!!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!!
!
!
!
!
!
!
!
!
!! !
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sabangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
Tahai
Gohong
Marang
Bukitsua
Panjehang
Kanarakan
Mungkubaru
Berengbengkel
Petuk barunai
Petuk katimpun
Tumbang rungan
Kereng bangkirai
114°9'45"E
114°9'45"E
114°1'20"E
114°1'20"E
113°52'55"E
113°52'55"E
113°44'30"E
113°44'30"E
113°36'5"E
113°36'5"E
113°27'40"E
113°27'40"E
1°35'30"S 1°35'30"S
1°44'5"S 1°44'5"S
1°52'40"S 1°52'40"S
2°1'15"S 2°1'15"S
2°9'50"S 2°9'50"S
2°18'25"S 2°18'25"S
Luas Sebaran Ruang Terbuka Hijau
Di Kota Palangka Raya
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
Sebaran dan Luas (Ha) Ruang Terbuka Hijau
Di Kota Palangka Raya
RTH Hutan Kota Luas 5.299,57 Ha
RTH Jalur Luas 376,25 Ha
RTH Lapangan Olah Raga Luas 132,52 Ha
RTH Pemakaman Umum Luas 65,25 Ha
RTH Sabuk Hijau 69,63 Ha
RTH Taman Kota 1,88 Ha
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
L E G E N D A
Ibukota Kabupaten
Ibukota Desa/Kelurahan
Sungai
Ibukota Kecamatan
Ruas Jalan
Batas Desa
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan
! ! !
!! !! !! !!
!!! !!! !!
"/
!
!(
!
Kota Palangkaraya
SUMBER DATA
1. Data Spasial Badan Informasi Geospasial BIG tahun 2023
2. Data Spasial Kantor Staff Presiden tahun 2020.
3. Data Spasial Peta Lampiran Perda RTRW Kota Palangka Raya Perda Nomor 1 thn 2019
4. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2023 Kota Palangka Raya
5. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2019 Kota Palangka Raya
6. Citra Landsat 8
PETA

!H
!H
!H!H
!H
!H!H
!H
!H
!H
!H
!H
!H!H
!H
!H
!H!H
!H
!H
!H
!H
!H!H
!H!H
!H!H!H!H
!H
!H
!H
!H
!H
!H
RTH Jalur
RTH Jalur
RTH Jalur
RTH Jalur
RTH Jalur
RTH Jalur
RTH Jalur
RTH Jalur
RTH Jalur
RTH Jalur
RTH Jalur
RTH Hutan Kota
RTH Taman Kota
RTH Hutan Kota
RTH Hutan Kota
RTH Hutan Kota
RTH Hutan Kota
RTH Hutan Kota
RTH Hutan Kota
RTH Hutan Kota
RTH Hutan Kota
RTH Sabuk Hijau
RTH Pemakaman Umum
RTH Pemakaman Umum
RTH Pemakaman Umum
RTH Pemakaman Umum
RTH Pemakaman Umum
RTH Lapangan Olah Raga
Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
P E T A
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
TITIK LOKASI RUANG TERBUKA HIJAU
DI KOTA PALANGKA RAYA
Keterangan RTH RTRW
Kota Palangka Raya
!H
TITIK POINT RTH
Sebaran Ruang Terbuka Hijau Luas 5.945,10 Ha
Jenis RTH
RTH Hutan Kota
RTH Jalur
RTH Lapangan Olah Raga
RTH Pemakaman Umum
RTH Sabuk Hijau
RTH Taman Kota

!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
Tahai
Gohong
Marang
Bukitsua
Panjehang
Kanarakan
Mungkubaru
Berengbengkel
Petuk barunai
Petuk katimpun
Tumbang rungan
Kereng bangkirai
114°15'55"E
114°15'55"E
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
Administrasi Kota Palangka Raya
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
KETERANGAN
L E G E N D A
Ibukota Kabupaten
Ibukota Desa/Kelurahan
Sungai
Ibukota Kecamatan
Ruas Jalan
Batas Desa
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan
! !
!! !! !!
!!! !!!
"/
!
!(
!
Kota Palangkaraya
SUMBER DATA
1. Data Spasial Badan Informasi Geospasial BIG tahun 2023
2. Data Spasial Kantor Staff Presiden tahun 2020.
3. Data Spasial Peta Lampiran Perda RTRW Kota Palangka Raya Perda Nomor 1 thn 2019
4. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2023 Kota Palangka Raya
5. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2019 Kota Palangka Raya
6. Citra Landsat 8
BATAS-KECAMATAN
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
1Kecamatan Bukit Batu 62.272,80
2Kecamatan Jekan Raya 38.139,10
3Kecamatan Pahandut 11.134,50
4Kecamatan Rakumpit 110.586,00
5Kecamatan Sebangau 63.180,40
285.312,80
No Keterangan
Luas Wilayah Kota Palangka Raya
PerKecamatan ( Ha )
TOTAL
PETA

!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
!.
Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
Tahai
Gohong
Marang
Bukitsua
Panjehang
Kanarakan
Mungkubaru
Berengbengkel
Petuk barunai
Petuk katimpun
Tumbang rungan
Kereng bangkirai
114°15'55"E
114°15'55"E
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
Administrasi Kota Palangka Raya
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
KETERANGAN
L E G E N D A
Ibukota Kabupaten
Ibukota Desa/Kelurahan
Sungai
Ibukota Kecamatan
Ruas Jalan
Batas Desa
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan
! !
!! !! !!
!!! !!!
"/
!
!(
!
Kota Palangkaraya
SUMBER DATA
1. Data Spasial Badan Informasi Geospasial BIG tahun 2023
2. Data Spasial Kantor Staff Presiden tahun 2020.
3. Data Spasial Peta Lampiran Perda RTRW Kota Palangka Raya Perda Nomor 1 thn 2019
4. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2023 Kota Palangka Raya
5. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2019 Kota Palangka Raya
6. Citra Landsat 8
1Kecamatan Bukit Batu 62.272,80
2Kecamatan Jekan Raya 38.139,10
3Kecamatan Pahandut 11.134,50
4Kecamatan Rakumpit 110.586,00
5Kecamatan Sebangau 63.180,40
285.312,80
No Keterangan
Luas Wilayah Kota Palangka Raya
PerKecamatan ( Ha )
TOTAL
PETA

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
PETA KELASIFIKASI
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
KETERANGAN
Kelas Vegetasi
Kelas Vegetasi
Awan dan Air
Non Vegetasi
Vegetasi Tidak Rapat
Vegetasi Cukup Rapat
Vegetasi Rapat
Citra Normalized Difference Vegetasi Index (NDVI)
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Di Kota Palangka Raya

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
PETA RANGE KELASIFIKASI
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
KETERANGAN
Range Kelas Vegetasi
Kelas Vegetasi
0,06 - 0,22 Awan dan Air
0,22 - 0,28 Non Vegetasi
0,28 - 0,33 Vegetasi Tidak Rapat
0,33 - 0,38 Vegetasi Cukup Rapat
0,38 - 0,51 Vegetasi Rapat
Citra Normalized Difference Vegetasi Index (NDVI)
Range Kelas Vegetasi
Terhadap
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Di Kota Palangka Raya

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
PETA ANALISIS
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
KETERANGAN
Kelas Vegetasi
Awan dan Air
Non Vegetasi
Vegetasi Tidak Rapat
Vegetasi Cukup Rapat
Vegetasi Rapat
Range Kelas Vegetasi
0,06 - 0,22 Awan dan Air
0,22 - 0,28 Non Vegetasi
0,28 - 0,33 Vegetasi Tidak Rapat
0,33 - 0,38 Vegetasi Cukup Rapat
0,38 - 0,51 Vegetasi Rapat
Luas Kelas Vegetasi
296,35 Ha Awan dan Air
993,24 Ha Vegetasi Cukup Rapat
1.020,77 Ha Non Vegetasi
1.649,00 Ha Vegetasi Rapat
1.863,44 Ha Vegetasi Tidak Rapat
Normalized Difference Vegetasi Index (NDVI)
Terhadap
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Di Kota Palangka Raya
Tahun 2019

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
PETA ANALISIS
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
KETERANGAN
Kelas Vegetasi
Awan dan Air
Non Vegetasi
Vegetasi Tidak Rapat
Vegetasi Cukup Rapat
Vegetasi Rapat
Range Kelas Vegetasi
0,05 - 0,22 Awan dan Air
0,22 - 0,28 Non Vegetasi
0,28 - 0,33 Vegetasi Tidak Rapat
0,33 - 0,38 Vegetasi Cukup Rapat
0,38 - 0,51 Vegetasi Rapat
Luas Kelas vegetasi
1.629,42 Ha Vegetasi Rapat
1.953,84 Ha Non Vegetasi
284,56 Ha Awan dan Air
1.008,17 Ha Vegetasi Tidak Rapat
947,51 Ha Vegetasi Cukup Rapat
Normalized Difference Vegetasi Index (NDVI)
Terhadap
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Di Kota Palangka Raya
Tahun 2020

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
PETA ANALISIS
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
KETERANGAN
Kelas Vegetasi
Awan dan Air
Non Vegetasi
Vegetasi Tidak Rapat
Vegetasi Cukup Rapat
Vegetasi Rapat
Range Kelas Vegetasi
-0,07 - 0,08 Awan dan Air
0,08 - 0,19 Non Vegetasi
0,19 - 0,28 Vegetasi Tidak Rapat
0,28 - 0,36 Vegetasi Cukup Rapat
0,36 - 0,60 Vegetasi Rapat
Luas Kelas Vegetasi
723,48 Ha Vegetasi Tidak Rapat
622,62 Ha Awan dan Air
1.327,22 Ha Vegetasi Rapat
2.280,09 Ha Non Vegetasi
883,40 Ha Vegetasi Cukup Rapat
Normalized Difference Vegetasi Index (NDVI)
Terhadap
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Di Kota Palangka Raya
Tahun 2021
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
PETA ANALISIS
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
KETERANGAN
Kelas Vegetasi
Awan dan Air
Non Vegetasi
Vegetasi Tidak Rapat
Vegetasi Cukup Rapat
Vegetasi Rapat
Range Kelas Vegetasi
-0,15 - 0,04 Awan dan Air
0,04 - 0,19 Non Vegetasi
0,19 - 0,31 Vegetasi Tidak Rapat
0,31 - 0,40 Vegetasi Cukup Rapat
0,40 - 0,58 Vegetasi Rapat
Luas Kelas Vegetasi
1.370,07 Ha Vegetasi Rapat
359,49 Ha Awan dan Air
668,23 Ha Vegetasi Tidak Rapat
902,46 Ha Vegetasi Cukup Rapat
2.529,59 Ha Non Vegetasi
Normalized Difference Vegetasi Index (NDVI)
Terhadap
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Di Kota Palangka Raya
Tahun 2022

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
PETA ANALISIS
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
KETERANGAN
Kelas Vegetasi
Awan dan Air
Non Vegetasi
Vegetasi Tidak Rapat
Vegetasi Cukup Rapat
Vegetasi Rapat
Range Kelas Vegetasi
-0,00 - 0,20 Awan dan Air
0,20 - 0,29 Non Vegetasi
0,29 - 0,38 Vegetasi Tidak Rapat
0,38 - 0,44 Vegetasi Cukup Rapat
0,44 - 0,61 Vegetasi Rapat
Luas Kelas Vegetasi
564,00 Ha Vegetasi Tidak Rapat
579,93 Ha Non Vegetasi
828,95 Ha Awan dan Air
1.863,68 Ha Vegetasi Cukup Rapat
2.148,37 Ha Vegetasi Rapat
Normalized Difference Vegetasi Index (NDVI)
Terhadap
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Di Kota Palangka Raya
Tahun 2023

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
PETA ANALISIS
4
1:350.000Skala
0 9.200 18.400 27.6004.600
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
KETERANGAN
Kelas Vegetasi
Awan dan Air
Non Vegetasi
Vegetasi Tidak Rapat
Vegetasi Cukup Rapat
Vegetasi Rapat
Range Kelas Vegetasi
0,01 - 0,22 Awan dan Air
0,22 - 0,30 Non Vegetasi
0,30 - 0,36 Vegetasi Tidak Rapat
0,36 - 0,41 Vegetasi Cukup Rapat
0,41 - 0,54 Vegetasi Rapat
Luas Kelas Vegetasi
2.249,53 Ha Non Vegetasi
649,43 Ha Vegetasi Tidak Rapat
1.689,65 Ha Vegetasi Rapat
983,76 Ha Vegetasi Cukup Rapat
535,93 Ha Awan dan Air
Normalized Difference Vegetasi Index (NDVI)
Terhadap
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Di Kota Palangka Raya
Tahun 2024

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
PETA KELASIFIKASI
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
Keterangan Tutupan Lahan
Awan dan Air
Hutan atau Vegetasi Padat
Lahan Terbangun
Vegetasi Kurang Padat
Tutupan Lahan Terhadap
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Di Kota Palangka Raya
SUMBER DATA
1. Data Spasial Badan Informasi Geospasial BIG tahun 2023
2. Data Spasial Kantor Staff Presiden tahun 2020.
3. Data Spasial Peta Lampiran Perda RTRW Kota Palangka Raya Perda Nomor 1 thn 2019
4. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2023 Kota Palangka Raya
5. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2019 Kota Palangka Raya
6. Citra Landsat 8

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
PETA ANALISIS
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
Keterangan Tutupan Lahan
Awan dan Air
Hutan atau Vegetasi Padat
Lahan Terbangun
Vegetasi Kurang Padat
Tutupan Lahan Terhadap
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Di Kota Palangka Raya
Tahun 2019
SUMBER DATA
1. Data Spasial Badan Informasi Geospasial BIG tahun 2023
2. Data Spasial Kantor Staff Presiden tahun 2020.
3. Data Spasial Peta Lampiran Perda RTRW Kota Palangka Raya Perda Nomor 1 thn 2019
4. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2023 Kota Palangka Raya
5. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2019 Kota Palangka Raya
6. Citra Landsat 8

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
PETA ANALISIS
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
Keterangan Tutupan Lahan
548,36 Ha Awan dan Air
1.727,56 Ha Hutan atau Vegetasi Padat
2.210,82 Ha Lahan Terbangun
1.345,00 Ha Vegetasi Kurang Padat
Tutupan Lahan Terhadap
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Di Kota Palangka Raya
Tahun 2019
SUMBER DATA
1. Data Spasial Badan Informasi Geospasial BIG tahun 2023
2. Data Spasial Kantor Staff Presiden tahun 2020.
3. Data Spasial Peta Lampiran Perda RTRW Kota Palangka Raya Perda Nomor 1 thn 2019
4. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2023 Kota Palangka Raya
5. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2019 Kota Palangka Raya
6. Citra Landsat 8

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
PETA ANALISIS
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
Keterangan Tutupan Lahan
485,75 Ha Awan dan Air
1.577,88 Ha Hutan atau Vegetasi Padat
2.693,86 Ha Lahan Terbangun
1.083,33 Ha Vegetasi Kurang Padat
Tutupan Lahan Terhadap
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Di Kota Palangka Raya
Tahun 2020
SUMBER DATA
1. Data Spasial Badan Informasi Geospasial BIG tahun 2023
2. Data Spasial Kantor Staff Presiden tahun 2020.
3. Data Spasial Peta Lampiran Perda RTRW Kota Palangka Raya Perda Nomor 1 thn 2019
4. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2023 Kota Palangka Raya
5. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2019 Kota Palangka Raya
6. Citra Landsat 8

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
PETA ANALISIS
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
Keterangan Tutupan Lahan
338,04 Ha Awan dan Air
1.373,11 Ha Hutan atau Vegetasi Padat
2.897,76 Ha Lahan Terbangun
1.229,44 Ha Vegetasi Kurang Padat
Tutupan Lahan Terhadap
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Di Kota Palangka Raya
Tahun 2021
SUMBER DATA
1. Data Spasial Badan Informasi Geospasial BIG tahun 2023
2. Data Spasial Kantor Staff Presiden tahun 2020.
3. Data Spasial Peta Lampiran Perda RTRW Kota Palangka Raya Perda Nomor 1 thn 2019
4. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2023 Kota Palangka Raya
5. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2019 Kota Palangka Raya
6. Citra Landsat 8

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
PETA ANALISIS
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
Keterangan Tutupan Lahan
502,39 Ha Awan dan Air
1.561,73 Ha Hutan atau Vegetasi Padat
2.980,52 Ha Lahan Terbangun
791,81 Ha Vegetasi Kurang Padat
Tutupan Lahan Terhadap
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Di Kota Palangka Raya
Tahun 2022
SUMBER DATA
1. Data Spasial Badan Informasi Geospasial BIG tahun 2023
2. Data Spasial Kantor Staff Presiden tahun 2020.
3. Data Spasial Peta Lampiran Perda RTRW Kota Palangka Raya Perda Nomor 1 thn 2019
4. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2023 Kota Palangka Raya
5. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2019 Kota Palangka Raya
6. Citra Landsat 8

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
PETA ANALISIS
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
Keterangan Tutupan Lahan
637,52 Ha Awan dan Air
984,88 Ha Hutan atau Vegetasi Padat
3.261,63 Ha Lahan Terbangun
949,16 Ha Vegetasi Kurang Padat
Tutupan Lahan Terhadap
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Di Kota Palangka Raya
Tahun 2023
SUMBER DATA
1. Data Spasial Badan Informasi Geospasial BIG tahun 2023
2. Data Spasial Kantor Staff Presiden tahun 2020.
3. Data Spasial Peta Lampiran Perda RTRW Kota Palangka Raya Perda Nomor 1 thn 2019
4. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2023 Kota Palangka Raya
5. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2019 Kota Palangka Raya
6. Citra Landsat 8

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
PETA ANALISIS
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
Keterangan Tutupan Lahan
292,45 Ha Awan dan Air
1.511,98 Ha Hutan atau Vegetasi Padat
2.770,90 Ha Lahan Terbangun
1.257,63 Ha Vegetasi Kurang Padat
Tutupan Lahan Terhadap
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Di Kota Palangka Raya
Tahun 2024
SUMBER DATA
1. Data Spasial Badan Informasi Geospasial BIG tahun 2023
2. Data Spasial Kantor Staff Presiden tahun 2020.
3. Data Spasial Peta Lampiran Perda RTRW Kota Palangka Raya Perda Nomor 1 thn 2019
4. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2023 Kota Palangka Raya
5. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2019 Kota Palangka Raya
6. Citra Landsat 8

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°15'55"E
114°15'55"E
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
PETA ANALISIS
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
Keterangan Perubahan Penggunaan Lahan
Hutan
Jalur Hijau
Kebun
Kolam
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Lahan Terbuka
Padang Golf
Pemakaman
Permukiman
Saluran Drainase
SUMBER DATA
1. Data Spasial Badan Informasi Geospasial BIG tahun 2023
2. Data Spasial Kantor Staff Presiden tahun 2020.
3. Data Spasial Peta Lampiran Perda RTRW Kota Palangka Raya Perda Nomor 1 thn 2019
4. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2023 Kota Palangka Raya
5. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2019 Kota Palangka Raya
6. Citra Landsat 8
Perubahan Penggunaan Lahan terhadap
Ruang Terbuka Hijau
Di Kota Palangka Raya
Tahun 2019
No Status Kawasan Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2019 Sesuai (Ha)
Persentase Sesuai
Perubahan Penggunaan
Lahan Di Ruang Terbuka
Hijau (%)
Tidak Sesuai (Ha)
Persentase Tidak Sesuai
Perubahan Penggunaan Lahan
Di Ruang Terbuka Hijau (%)
Total Luas (Ha)
1 RTH Hutan Kota Hutan 5.280,07 0,00 0,00 0,00 5.280,07
Kebun 0,00 0,00 17,45 0,33 17,45
Lahan Terbuka 0,00 0,00 23,94 0,45 23,94
Total 5.280,07 99,22 41,40 0,78 5.321,47
2 RTH Jalur Hutan 156,02 0,00 0,00 0,00 156,02
Jalur Hijau 22,27 0,00 0,00 0,00 22,27
Kebun 0,00 0,00 123,54 34,86 123,54
Kolam 0,00 0,00 2,31 0,65 2,31
Lahan Terbuka 0,00 0,00 5,98 1,69 5,98
Permukiman 0,00 0,00 32,89 9,28 32,89
Saluran Drainase 11,32 3,20 0,00 0,00 11,32
Total 189,62 53,51 164,74 46,49 354,35
3 RTH Lapangan Olah Raga Hutan 25,19 19,01 0,00 0,00 25,19
Lahan Terbuka 0,00 0,00 73,71 55,62 73,71
Padang Golf 33,63 25,37 0,00 0,00 33,63
Total 58,81 44,38 73,71 55,62 132,52
4 RTH Pemakaman Umum Pemakaman 65,25 100,00 0,00 0,00 65,25
Total 65,25 100,00 0,00 0,00 65,25
5 RTH Sabuk Hijau Kebun 0,00 0,00 69,63 0,00 69,63
Total 0,00 0,00 69,63 100,00 69,63
6 RTH Taman Kota Jalur Hijau 1,88 0,00 0,00 0,00 1,88
Total 1,88 100,00 0,00 0,00 1,88
Total Keseluruhan 5.595,63 94,12 349,47 5,88 5.945,10

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°15'55"E
114°15'55"E
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
PETA ANALISIS
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
Keterangan Perubahan Penggunaan Lahan
Hutan
Jalur Hijau
Kebun
Kolam
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Lahan Terbuka
Padang Golf
Pemakaman
Permukiman
Saluran Drainase
SUMBER DATA
1. Data Spasial Badan Informasi Geospasial BIG tahun 2023
2. Data Spasial Kantor Staff Presiden tahun 2020.
3. Data Spasial Peta Lampiran Perda RTRW Kota Palangka Raya Perda Nomor 1 thn 2019
4. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2023 Kota Palangka Raya
5. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2019 Kota Palangka Raya
6. Citra Landsat 8
Perubahan Penggunaan Lahan terhadap
Ruang Terbuka Hijau
Di Kota Palangka Raya
Tahun 2019
No Status Kawasan Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2019 Sesuai (Ha)
Persentase Sesuai
Perubahan Penggunaan
Lahan Di Ruang Terbuka
Hijau (%)
Tidak Sesuai (Ha)
Persentase Tidak Sesuai
Perubahan Penggunaan Lahan
Di Ruang Terbuka Hijau (%)
Total Luas (Ha)
1 RTH Hutan Kota Hutan 5.280,07 0,00 0,00 0,00 5.280,07
Kebun 0,00 0,00 17,45 0,33 17,45
Lahan Terbuka 0,00 0,00 23,94 0,45 23,94
Total 5.280,07 99,22 41,40 0,78 5.321,47
2 RTH Jalur Hutan 156,02 0,00 0,00 0,00 156,02
Jalur Hijau 22,27 0,00 0,00 0,00 22,27
Kebun 0,00 0,00 123,54 34,86 123,54
Kolam 0,00 0,00 2,31 0,65 2,31
Lahan Terbuka 0,00 0,00 5,98 1,69 5,98
Permukiman 0,00 0,00 32,89 9,28 32,89
Saluran Drainase 11,32 3,20 0,00 0,00 11,32
Total 189,62 53,51 164,74 46,49 354,35
3 RTH Lapangan Olah Raga Hutan 25,19 19,01 0,00 0,00 25,19
Lahan Terbuka 0,00 0,00 73,71 55,62 73,71
Padang Golf 33,63 25,37 0,00 0,00 33,63
Total 58,81 44,38 73,71 55,62 132,52
4 RTH Pemakaman Umum Pemakaman 65,25 100,00 0,00 0,00 65,25
Total 65,25 100,00 0,00 0,00 65,25
5 RTH Sabuk Hijau Kebun 0,00 0,00 69,63 0,00 69,63
Total 0,00 0,00 69,63 100,00 69,63
6 RTH Taman Kota Jalur Hijau 1,88 0,00 0,00 0,00 1,88
Total 1,88 100,00 0,00 0,00 1,88
Total Keseluruhan 5.595,63 94,12 349,47 5,88 5.945,10

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
PETA ANALISIS
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
Keterangan Perubahan Penggunaan Lahan
Hutan
Jalur Hijau
Kebun
Kolam
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Lahan Terbuka
Padang Golf
Pemakaman
Pergudangan
Permukiman
Saluran Drainase
Perubahan Penggunaan Lahan terhadap
Ruang Terbuka Hijau
Di Kota Palangka Raya
Tahun 2024
SUMBER DATA
1. Data Spasial Badan Informasi Geospasial BIG tahun 2023
2. Data Spasial Kantor Staff Presiden tahun 2020.
3. Data Spasial Peta Lampiran Perda RTRW Kota Palangka Raya Perda Nomor 1 thn 2019
4. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2023 Kota Palangka Raya
5. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2019 Kota Palangka Raya
6. Citra Landsat 8
No Status Kawasan Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2024 Sesuai (Ha)
Persentase Sesuai Perubahan
Penggunaan Lahan Di Ruang
Terbuka Hijau (%)
Tidak Sesuai (Ha)
Persentase Tidak Sesuai Perubahan
Penggunaan Lahan Di Ruang Terbuka
Hijau (%)
Total Luas (Ha)
1RTH Hutan Kota Hutan 2.838,57 0,00 0,00 0,00 2.838,57
Kebun 0,00 0,00 17,45 0,33 17,45
Lahan Terbuka 0,00 0,00 2.465,33 46,33 2.465,33
Saluran Drainase 0,00 0,00 0,11 0,002 0,11
Total 2.838,57 53,34 2.482,89 46,66 5.321,47
2RTH Jalur Hutan 158,10 44,62 0,71 0,20 158,81
Jalur Hijau 22,27 6,28 0,00 0,00 22,27
Kebun 0,00 0,00 88,89 25,09 88,89
Kolam 0,00 0,00 3,30 0,93 3,30
Lahan Terbuka 0,00 0,00 17,94 5,06 17,94
Pergudangan 0,00 0,00 0,22 0,06 0,22
Permukiman 0,00 0,00 51,61 14,56 51,61
Saluran Drainase 11,32 3,20 0,00 0,00 11,32
Total 191,69 54,10 162,66 45,90 354,35
3RTH Lapangan Olah RagaHutan 25,19 19,01 0,00 0,00 25,19
Lahan Terbuka 0,00 0,00 73,71 55,62 73,71
Padang Golf 33,63 25,37 0,00 0,00 33,63
Total 58,81 44,38 73,71 55,62 132,52
4RTH Pemakaman UmumPemakaman 65,25 100,00 0,00 0,00 65,25
Total 65,25 100,00 0,00 0,00 65,25
5RTH Sabuk Hijau Hutan 14,80 21,26 0,00 0,00 14,80
Kebun 0,00 0,00 54,83 78,74 54,83
Total 14,80 21,26 54,83 78,74 69,63
6RTH Taman Kota Jalur Hijau 1,88 100,00 0,00 0,00 1,88
Total 1,88 100,00 0,00 0,00 1,88
Total Keseluruhan 3.171,01 53,34 2.774,09 46,66 5.945,10

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
PETA ANALISIS
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
Keterangan Perubahan Penggunaan Lahan
Hutan
Jalur Hijau
Kebun
Kolam
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Lahan Terbuka
Padang Golf
Pemakaman
Pergudangan
Permukiman
Saluran Drainase
Perubahan Penggunaan Lahan terhadap
Ruang Terbuka Hijau
Di Kota Palangka Raya
Tahun 2024
SUMBER DATA
1. Data Spasial Badan Informasi Geospasial BIG tahun 2023
2. Data Spasial Kantor Staff Presiden tahun 2020.
3. Data Spasial Peta Lampiran Perda RTRW Kota Palangka Raya Perda Nomor 1 thn 2019
4. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2023 Kota Palangka Raya
5. Citra Satelit Resolusi Tinggi Spot 6-7 Tahun 2019 Kota Palangka Raya
6. Citra Landsat 8
No Status Kawasan Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2024 Sesuai (Ha)
Persentase Sesuai Perubahan
Penggunaan Lahan Di Ruang
Terbuka Hijau (%)
Tidak Sesuai (Ha)
Persentase Tidak Sesuai Perubahan
Penggunaan Lahan Di Ruang Terbuka
Hijau (%)
Total Luas (Ha)
1RTH Hutan Kota Hutan 2.838,57 0,00 0,00 0,00 2.838,57
Kebun 0,00 0,00 17,45 0,33 17,45
Lahan Terbuka 0,00 0,00 2.465,33 46,33 2.465,33
Saluran Drainase 0,00 0,00 0,11 0,002 0,11
Total 2.838,57 53,34 2.482,89 46,66 5.321,47
2RTH Jalur Hutan 158,10 44,62 0,71 0,20 158,81
Jalur Hijau 22,27 6,28 0,00 0,00 22,27
Kebun 0,00 0,00 88,89 25,09 88,89
Kolam 0,00 0,00 3,30 0,93 3,30
Lahan Terbuka 0,00 0,00 17,94 5,06 17,94
Pergudangan 0,00 0,00 0,22 0,06 0,22
Permukiman 0,00 0,00 51,61 14,56 51,61
Saluran Drainase 11,32 3,20 0,00 0,00 11,32
Total 191,69 54,10 162,66 45,90 354,35
3RTH Lapangan Olah RagaHutan 25,19 19,01 0,00 0,00 25,19
Lahan Terbuka 0,00 0,00 73,71 55,62 73,71
Padang Golf 33,63 25,37 0,00 0,00 33,63
Total 58,81 44,38 73,71 55,62 132,52
4RTH Pemakaman UmumPemakaman 65,25 100,00 0,00 0,00 65,25
Total 65,25 100,00 0,00 0,00 65,25
5RTH Sabuk Hijau Hutan 14,80 21,26 0,00 0,00 14,80
Kebun 0,00 0,00 54,83 78,74 54,83
Total 14,80 21,26 54,83 78,74 69,63
6RTH Taman Kota Jalur Hijau 1,88 100,00 0,00 0,00 1,88
Total 1,88 100,00 0,00 0,00 1,88
Total Keseluruhan 3.171,01 53,34 2.774,09 46,66 5.945,10

&3
&3
&3
&3&3
&3
&3&3
&3
&3
Kolam
Kebun
Kebun
Permukiman
Permukiman
Pergudangan
Lahan Terbuka
Lahan Terbuka
Lahan TerbukaSaluran Drainase
Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
P E T A
4
1:350.000Skala
0 9.250 18.500 27.7504.625
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
TITIK LOKASI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
DI RUANG TERBUKA HIJAU
KOTA PALANGKA RAYA
Keterangan Perubahan Penggunaan Lahan
Di Ruang Terbuka Hijau
&3Titik Lokasi Perubahan Penggunaan Lahan
Jalur Track Identifikasi Perubahan Penggunaan Lahan
Sebaran Ruang Terbuka Hijau Dengan Luas 5.945,10 Ha
Jenis RTH
RTH Hutan Kota
RTH Jalur
RTH Lapangan Olah Raga
RTH Pemakaman Umum
RTH Sabuk Hijau
RTH Taman Kota

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
P E T A
4
1:350.000Skala
0 9.200 18.400 27.6004.600
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Palangka Raya
Nomor 4 Tahun 2024 Tanggal 13 Maret 2024
DAN
Keterangan RTH RTRW dan RTH RDTR
Kota Palangka Raya
Sebaran Ruang Terbuka Hijau Luas 5.945,10 Ha
Perda No 1 Tahun 2019
RTH Hutan Kota
RTH Jalur
RTH Lapangan Olah Raga
RTH Pemakaman Umum
RTH Sabuk Hijau
RTH Taman Kota
RTH RDTR Luas 951,66 Ha
Jalur Hijau
Pemakaman
Rimba Kota
Ruang Terbuka Non Hijau
SPU Skala Kecamatan
SPU Skala Kelurahan
SPU Skala Kota
SPU Skala RW
Taman Kelurahan
Taman Kota
Taman RW
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palangka Raya
Tahun 2019 - 2039
Nomor 1 Tahun 2019 Tanggal 22 Maret 2019

Kecamatan Rakumpit
Kecamatan Sebangau
Kecamatan Bukit Batu
Kecamatan Jekan Raya
Kecamatan Pahandut
114°7'20"E
114°7'20"E
113°58'45"E
113°58'45"E
113°50'10"E
113°50'10"E
113°41'35"E
113°41'35"E
113°33'0"E
113°33'0"E
113°24'25"E
113°24'25"E
1°37'30"S 1°37'30"S
1°46'15"S 1°46'15"S
1°55'0"S 1°55'0"S
2°3'45"S 2°3'45"S
2°12'30"S 2°12'30"S
2°21'15"S 2°21'15"S
P E T A
4
1:350.000Skala
0 9.200 18.400 27.6004.600
Meters
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Dan Kota
Gedung Program Pascasarjana Kampus UPR Jl. Hendrik Timang, Palangka Raya,
Provinsi Kalimantan Tengah, Kode Pos 73111
Keterangan Rencana Detail Tata Ruang
Kota Palangka Raya
Badan Air
Badan Jalan
Cagar Budaya
Hortikultura
Hutan Produksi yang dapat Dikonversi
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM)
Jalur Hijau
Pariwisata
Pemakaman
Pembangkitan Tenaga Listrik
Pengelolaan Persampahan
Perdagangan dan Jasa Skala Kota
Perdagangan dan Jasa Skala SWP
Perdagangan dan Jasa Skala WP
Pergudangan
Perikanan Budi Daya
Perkantoran
Perkebunan
Perkebunan Rakyat
Perlindungan Setempat
Pertahanan dan Keamanan
Pertambangan Mineral Bukan Logam
Perumahan Kepadatan Rendah
Perumahan Kepadatan Sangat Rendah
Perumahan Kepadatan Sedang
Perumahan Kepadatan Tinggi
Peternakan
Rimba Kota
Ruang Terbuka Non Hijau
SPU Skala Kecamatan
SPU Skala Kelurahan
SPU Skala Kota
SPU Skala RW
Taman Kecamatan
Taman Kelurahan
Taman Kota
Taman RW
Tanaman Pangan
Transportasi
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Palangka Raya
Nomor 4 Tahun 2024 Tanggal 13 Maret 2024
DAN
Keterangan RTH RTRW dan RTH RDTR
Kota Palangka Raya
RTH RDTR Luas 951,66 Ha
Jalur Hijau
Pemakaman
Rimba Kota
Ruang Terbuka Non Hijau
SPU Skala Kecamatan
SPU Skala Kelurahan
SPU Skala Kota
SPU Skala RW
Taman Kelurahan
Taman Kota
Taman RW
Sebaran Ruang Terbuka Hijau Luas 5.945,10 Ha
Perda No 1 Tahun 2019
RTH Hutan Kota
RTH Jalur
RTH Lapangan Olah Raga
RTH Pemakaman Umum
RTH Sabuk Hijau
RTH Taman Kota
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palangka Raya
Tahun 2019 - 2039
Nomor 1 Tahun 2019 Tanggal 22 Maret 2019