Dampak Propofol yang Diberikan Sebelum Extubasi terhadap Kejadian Adverse Pernafasan pada Pasien Pediatrik yang Menjalani Tonsilektomi dan Adenoidektomi : Sebuah Uji Coba Terkontrol Acak Presented By: Nugraheni Maraelenisa Letelay - C035212001 Supervisor : Dr. dr. Haizah Nurdin, Sp. An- TI,Subs p .TI (K) Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Departemen Ilmu Anestesi , Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2025
Informasi Penulis Ruting Liao, Zhijian Zhou, Xuan Wang, Huiying Zhao Institusi : Department Anestesi , Children’s Hospital of Fudan University, Shanghai, China
Abstrak Latar Belakang/ Tujuan : menyelidiki dampak propofol sebelum ekstubasi terhadap PRAEs pada pasien pediatrik yang menjalani tonsilektomi dan adenoidektomi Metode: single-center randomized controlled trial/Uji coba terkontrol acak satu pusat Hasil: dari 239 pasien , 119 dalam kelompok propofol dan 120 dalam kelompok kontrol tidak ada perbedaan signifikan dalam tingkat PRAE antara kedua kelompok . Namun , kelompok propofol menunjukkan penurunan yang mencolok dalam batuk sedang hingga berat dan agitasi pasca operasi Kesimpulan: tidak signifikan mengurangi kejadian efek samping pernapasan , signifikan mengurangi insiden batuk parah , mengurangi agitasi pascaoperasi , memperbaiki pemulihan pasca operasi dan hasil klinis
PENDAHULUAN Peristiwa pernapasan merugikan perioperatif (PRAEs) salah satu komplikasi yang paling umum dalam anestesi pediatrik , dengan peningkatan insiden selama ekstubasi trakea , yang mengarah pada hipoksia parah dan aspirasi , peningkatan kemungkinan rawat inap di unit perawatan intensif (ICU) yang tidak direncanakan , lama tinggal di rumah sakit yang lebih panjang , dan beban ekonomi yang lebih besar bagi pasien Dilaporkan bahwa tingkat PRAEs pada anak-anak yang menjalani tonsilektomi dan adenoidektomi dengan setidaknya satu faktor risiko yang relevan adalah setinggi 62%
PENDAHULUAN Beberapa studi telah membandingkan efek ekstubasi dala m dan efek ekstubasi sadar terhadap PRAE, yang menunjukkan bahwa ekstubasi anesthesia dalam tidak dapat mengurangi insiden PRAE pada anak-anak Propofol, anestesi umum , terutama memberikan efek inhibisi pada sistem saraf pusat dengan meningkatkan neurotransmitter asam gamma- aminobutirat (GABA). Propofol telah terbukti mengurangi kejadian laringospasme dibandingkan dengan sevoflurane
METODE Anak- anak berusia 3 hingga 8 tahun ; Subjek yang diklasifikasikan sebagai American Society of Anestesiologists (ASA) kelas I hingga III (Mayhew et al, 2019); Subjek yang dijadwalkan untuk menjalani tonsilektomi dan adenoidektomi ; dan Subjek yang orangtuanya telah memberikan persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini . Uji coba terkontrol acak satu pusat Pasien dengan penyakit jantung bawaan ; Pasien dengan tumor, penyakit paru berat , disfungsi hati atau ginjal ; Pasien dengan gangguan neurologis atau koagulasi ; dan Pasien yang tidak bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian . Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
METODE Grup Propofol Grup Kontrol Akhir operasi Sevoflurane stop, aliran O2 10L/ mnt . Napas spontan tidak teratur dosis awal 0,5mg/ kgBB 0,5mg/ kgBB ssuai kebutuhan jika terdapat gerakan involunter Sevoflurane stop oksigen aliran tinggi > 10L/ mnt dan infus saline 0,15mL/kg Kriteria ekstubasi 1. Pernapasan stabil tanpa tanda depresi 2. Volume tidal > 5mL/kg. Gerakan tubuh atau membuka mata Volume tidal > 5mL/kg tanpa depresi
HASIL Data untuk penelitian ini dikumpulkan dari total 239 pasien , yang terdiri dari 119 pasien pada kelompok propofol (49 pasien menerima dosis 1 mg/kg propofol, 52 menerima 1,5 mg/kg, dan 18 menerima 2 mg/kg) dan 120 orang pada kelompok kontrol . Gambar 1. Diagram alur pemilihan dan keikutsertaan pasien dalam penelitian ini
HASIL Grup kontrol n = 120 Grup propofol n = 119 t-value, χ 2 or Z- value p-value Age (y), Mean ± SD 4.75 ± 1.49 4.50 ± 1.33 1.35 0.18 Gender 0.05 0.83 (Male), n (%) 72 (60.0%) 73 (61.3%) (Female), n (%) 48 (40.0%) 46 (38.7%) Weight (kg), Mean ± SD 20.39 ± 5.42 19.77 ± 4.61 0.96 0.34 ASA, n (%) 0.51 0.78 Class I 81 (67.5%) 77 (64.7%) Class II 36 (30.0%) 40 (33.6%) Class III 3 (2.5%) 2 (1.7%) Anesthesia duration (min), Median (IQR) 21.50 (16.25 to 30.00) 24.00 (16.00 to 32.00) 0.71 0.48 Surgery duration (min), Median (IQR) 16.00 (11.00 to 25.00) 18.00 (11.00 to 27.00) 0.64 0.52 Presence of asthma, n (%) (0.0%) 1 (0.8%) - 0.50 Presence of eczema, n (%) 5 (4.2%) 3 (2.5%) 0.12 0.73 Recent cold symptoms in the past two weeks, n (%) 38 (31.7%) 39 (32.8%) 0.03 0.86 Tabel 1. Data demografi dan klinis pasien pada kelompok kontrol dan propofol.
HASIL Tabel 2. Perbandingan kejadian PRAE antara kelompok kontrol dan propofol Grup kontrol n = 120 Grup propofol n = 119 RR 95% CI p-value Laringospasme (0.0%) (0.0%) - - - Bronkospasme (0.0%) (0.0%) - - - Kejang akibat menahan napas 2 (1.7%) (0.0%) - - 0.48 Batuk parah 10 (8.3%) (0.0%) - - <0.01 Desaturasi <92% 7 (5.8%) 7 (5.9%) 1.01 0.37–2.79 0.99 Obstruksi jalan napas (0.0%) 5 (4.2%) - - 0.07 Komplikasi keseluruhan 13 (10.8%) 7 (5.9%) 0.54 0.23–1.31 0.17
HASIL Gambar 2. Distribusi pasien dari kelompok kontrol dan propofol di berbagai tingkat keparahan batuk .
HASIL Table 3. Insiden dan tingkat keparahan batuk pada pasien kelompok kontrol dan propofol setelah ekstubasi . Derajat batuk grup kontrol n = 120 Grup propofol n = 119 RR 95% CI p-value 25 (20.8%) 79 (66.4%) 1 23 (19.2%) 24 (20.2%) 0–1 48 (40.0%) 103 (86.6%) 2.16 1.72–2.72 < 0.001 2 62 (51.7%) 16 (13.4%) 3 10 (8.3%) (0.0%) 2–3 72 (60.0%) 16 (13.4%) 0.22 0.14–0.36 < 0.001
HASIL Gambar 3. Distribusi pasien kelompok kontrol (A) dan propofol (B), dengan atau tanpa riwayat infeksi saluran napas atas , pada berbagai tingkat keparahan batuk .
HASIL Table 4. Insiden dan tingkat keparahan batuk setelah ekstubasi pada pasien kelompok kontrol dan propofol yang mengalami infeksi saluran napas atas dalam dua minggu sebelumnya Derajat batuk Grup kontrol n = 38 Grup propofol n = 39 RR 95% CI p-value 10 (26.3%) 19 (48.7%) 1 4 (10.5%) 11 (28.2%) 0–1 14 (36.8%) 30 (76.9%) 2.09 1.33–3.28 < 0.001 2 20 (52.6%) 9 (23.1%) 3 4 (10.5%) (0.0%) 2–3 24 (63.2%) 9 (23.1%) 0.37 0.20–0.68 < 0.001
HASIL Tabel 5. Perbandingan beberapa parameter saat ekstubasi antara kelompok kontrol dan propofol. Control Propofol t-value, χ 2 Mean difference or p-value group group or Z- value RR (95% CI) n = 120 n = 119 Extubation time (minutes), Mean ± SD 10.41 ± 2.01 11.72 ± 2.40 –4.59 –1.31 (–1.88 to –0.75) <0.001 End-tidal sevoflurane concen- tration at extubation (%), Me- 0.22 (0.12 to 0.29) 0.28 (0.20 to 0.32) 3.58 –0.05 (–0.08 to –0.02) <0.01 dian (IQR) Postoperative agitation, n (%) 73 (60.8%) 5 (4.2%) 87.16 0.07 (0.03 to 0.17) <0.001 FLACC pain score, Median 2 (1 to 3) 2 (0 to 3) 0.65 (0 to 0) 0.51 (IQR) Pre-extubation RASS score, Median (IQR) 2 (2 to 3) –3 (–4 to 1) 12.63 5 (4 to 5) <0.001 Time to wakefulness (min- 16.50 (11.00 18.00 (11.00 0.63 –1.00 (–3.00 to 2.00) 0.53 utes), Median (IQR) to 24.00) to 25.00)
DISKUSI Studi saat ini aman untuk menggunakan propofol, atau tidak , sebelum ekstubasi , mengingat risiko terjadinya laringospasme dan bronkospasme setelah ekstubasi pada anak sangat rendah . Propofol dalam dosis kecil sebelum ekstubasi tidak mengurangi angka kejadian PRAE pada anak yang menjalani tonsilektomi dan adenoidektomi signifikan mengurangi kejadian batuk setelah ekstubasi ekstubasi nyaman dan lanc a r
DISKUSI Hosseini et al (2022) propofol dosis rendah dapat menekan terjadinya spasme laring ( kelompok kontrol vs kelompok propofol, 0 vs 14,3%) tidak ada perbedaan signifikan dalam tingkat batuk di antara kedua kelompok tersebut . Dalam penelitian kami, dosis total propofol yang lebih tinggi (>0,5 mg/kg) secara efektif mengurangi batuk . Perbedaan kemampuan ahli anestesi berkontribusi Stimulasi ETT ke jalan napas batuk cedera tenggorokan , edema laring , serak , memperburuk gejala asma , komplikasi speerti pneumotorak atau emfisema subkutan ( Irwan , 2006)
DISKUSI Hasil penelitian kami sejalan dengan studi oleh Hohlrieder et al (2007), yang menunjukkan penurunan yang signifikan dalam kejadian batuk saat ekstubasi melalui anestesi intravena total dibandingkan dengan anestesi gabungan .
DISKUSI Propofol ( konsentrasi hypnosis) signifikan mengurangi penyempitan faring dan menekan refleks laring mengurangi stimulasi intens jalan napas selama ekstubasi (Sundman et al, 2001). Propofol ( anestesi umum ) menurunkan reflex batuk yang terkait dengan sistem saraf pusat (Widdicombe dan Singh, 2006). Penelitian lain pada tahun 2023 dosis tunggal 0,5 mg/kg propofol pada akhir pembedahan tidak secara efektif mengurangi kejadian batuk yang muncul (Ouellet et al, 2023).
DISKUSI Hal ini kemungkinan disebabkan oleh waktu paruh propofol yang pendek kadar propofol dalam darah yang tidak cukup untuk menekan rangsangan saluran napas. Penelitian ini dosis tambahan propofol mempertahankan konsentrasi tertentu propofol dalam darah memperpanjang durasi kerja propofol secara efektif mengurangi kejadian batuk pasca-ekstubasi . Serupa dengan ekstubasi anestesi dalam meskipun tidak dapat mengurangi PRAE, namun secara signifikan mengurangi terjadinya batuk pasca-ekstubasi (Baijal et al, 2015; von Ungern-Sternberg et al, 2013
DISKUSI Hasil sekunder pemberian propofol praekstubasi secara signifikan mengurangi terjadinya agitasi pasca operasi pada pasien anak sejalan studi oleh Miyake et al (2023). Propofol menstimulasi reseptor asam gamma- aminobutirat (GABA) ↑ sinyal penghambatan efek penenang sentral ( Sahinovic et al, 2018) Propofol antagonis reseptor N- metil -D-aspartat (NMDA) ↓ aktivitas neurotransmitter menekan jalur saraf yang terkait dengan kecemasan dan agitasi (Vasileiou et al, 2009).
DISKUSI Keuntungan : Propofol agen induksi intravena yang umum digunakan dan mudah diakses . Propofol waktu paruh yang pendek metabolism cepat mengurangi prolonged sedation & efek samping lainnya ( Chidambaran et al, 2015). Propofol pra-ekstubasi mengurangi agitasi pasca operasi Dosis kecil propofol beberapa kali setelah dimulainya kembali pernapasan spontan konsentrasi obat terkontrol ↓ efek samping . Keterbatasan kurangnya pemantauan tingkat sedasi pada pasien anak selama ekstubasi .
Pemberian propofol berulang kali dalam dosis kecil sebelum ekstubasi tidak mengurangi kejadian PRAE setelah tonsilektomi dan adenoidektomi pada pasien anak , tetapi dapat mengurangi tingkat batuk . Selain itu , propofol juga mengurangi kejadian agitasi pascaoperasi . Temuan ini menyoroti pendekatan potensial untuk ekstubasi yang aman pada pasien . Namun , penelitian dan validasi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan efektivitas dan keamanan propofol yang tepat pada kelompok usia lain dan pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan yang berbeda . Kesimpulan