Transformasi Talenta Nasional untuk Mewujudkan SDM Unggul

DadangSolihin 1 views 28 slides Oct 15, 2025
Slide 1
Slide 1 of 28
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28

About This Presentation

Transformasi Talenta Nasional adalah amanah sejarah yang menjadi kompas bagi bangsa ini dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia unggul untuk menyongsong Indonesia Emas 2045. Desain Besar Manajemen Talenta Nasional (DBMTN) sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 108 Tahun 2024 menegaskan bahwa...


Slide Content

1

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series

Transformasi Talenta Nasional untuk Mewujudkan SDM Unggul
oleh
Dr. Dadang Solihin, SE, MA
Taprof Bidang Sosial Budaya Lemhannas RI
Tulisan 5 dari 10

1. Geopolitik Talenta Nasional dalam Persaingan Global
Transformasi talenta nasional adalah amanah besar yang tidak bisa dipandang sebagai
program jangka pendek, melainkan sebuah strategi geopolitik yang berkelanjutan untuk
memperkuat ketahanan nasional dan kepemimpinan bangsa di tengah percaturan dunia.
Desain Besar Manajemen Talenta Nasional (DBMTN) menegaskan bahwa talenta unggul
dalam riset, inovasi, seni budaya, dan olahraga bukan sekadar individu berprestasi, melainkan
simbol martabat bangsa, instrumen diplomasi, serta benteng kedaulatan di tengah arus
globalisasi
1
. Geopolitik modern tidak lagi hanya bertumpu pada kekuatan militer atau sumber
daya alam, melainkan juga pada kemampuan suatu bangsa melahirkan manusia unggul yang
diakui dunia. Dengan demikian, mempersiapkan SDM unggul adalah strategi membangun soft
power yang berdaya saing tinggi, sekaligus memastikan Indonesia berdiri tegak sebagai bangsa
yang diperhitungkan dalam tatanan global.
Dalam konteks persaingan global yang semakin kompleks, keunggulan talenta menjadi faktor
penentu daya saing. Negara-negara yang berhasil menguasai teknologi mutakhir, melahirkan
inovasi disruptif, menampilkan budaya yang menginspirasi, dan meraih prestasi olahraga
dunia akan memperoleh kehormatan sekaligus pengaruh. Oleh karena itu, DBMTN harus

1
Peraturan Presiden Nomor 108 Tahun 2024 tentang Desain Besar Manajemen Talenta Nasional

2

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
diposisikan sebagai bagian integral dari strategi politik luar negeri Indonesia. Talenta unggul
yang tampil di panggung Nobel, Olimpiade, Festival Film Cannes, hingga forum sains
internasional adalah wajah diplomasi bangsa, sekaligus pembawa pesan bahwa Indonesia
bukan hanya peserta, tetapi juga penentu arah peradaban dunia. Inilah yang dimaksud dengan
geopolitik talenta, di mana individu berprestasi menjadi bagian dari orkestrasi kekuatan
nasional.
Namun, membangun talenta unggul tidaklah sederhana. Indonesia masih menghadapi
tantangan serius dalam hal daya saing global. Peringkat Global Talent Competitiveness Index
(GTCI) yang masih tertinggal, Indonesia menempati peringkat ke-80 dari 134 negara,
keterbatasan jumlah SDM Iptek per satu juta penduduk, rendahnya partisipasi dalam seni
budaya, dan kurangnya pembinaan olahraga prestasi menunjukkan perlunya strategi
menyeluruh
2
. DBMTN hadir untuk menjawab tantangan ini melalui pendekatan komprehensif:
mulai dari pemetaan kebutuhan dan ketersediaan talenta, pembibitan sejak usia dini,
pengembangan yang terintegrasi, hingga penguatan talenta unggul yang mampu tampil di
panggung dunia. Dengan lima tahapan rencana aksi dari 2024 hingga 2045, bangsa ini sedang
menapaki jalan panjang menuju puncak kejayaan Indonesia Emas.
Dalam perspektif ketahanan nasional, talenta unggul adalah sumber kekuatan non-militer
yang memperkuat daya tahan bangsa. Riset dan inovasi yang dihasilkan talenta akan
memperkuat kemandirian ekonomi, mengurangi ketergantungan pada impor, dan membuka
jalan bagi industrialisasi berbasis pengetahuan. Seni budaya yang dikelola oleh talenta kreatif
akan memperkokoh identitas kebangsaan sekaligus menjadi instrumen diplomasi budaya.
Sementara olahraga prestasi akan menginspirasi generasi muda, membangun karakter
disiplin, dan menumbuhkan kebanggaan nasional. Ketiga bidang talenta ini adalah medan
perjuangan modern yang sama pentingnya dengan medan perang fisik, karena menentukan
citra, martabat, dan posisi tawar bangsa dalam percaturan dunia.
Kepemimpinan nasional memegang peranan penting dalam orkestrasi transformasi talenta.
Tanpa kepemimpinan yang visioner, integratif, dan konsisten, manajemen talenta hanya akan
menjadi retorika. DBMTN menggariskan pentingnya sinergi lintas sektor—pemerintah,
akademisi, dunia usaha, komunitas budaya, dan masyarakat sipil—untuk menciptakan
ekosistem yang kondusif. Kepemimpinan yang berakar pada Pancasila akan memastikan
bahwa transformasi talenta tidak tercerabut dari nilai kebangsaan. Talenta unggul bukan
sekadar individu yang kompetitif, tetapi juga warga bangsa yang berkarakter, berintegritas,
dan mengabdi pada cita-cita kolektif Indonesia Emas 2045.
Fondasi ideologis transformasi talenta adalah Empat Konsensus Dasar bangsa: Pancasila, UUD
1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Pancasila memastikan bahwa pengembangan talenta
selalu berpihak pada kemanusiaan, persatuan, dan keadilan sosial. UUD 1945 memberikan
landasan konstitusional bahwa negara berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa. NKRI
menyediakan ruang geografis dan politik bagi pemerataan akses talenta di seluruh pelosok
nusantara. Sementara Bhinneka Tunggal Ika menjamin inklusivitas, bahwa setiap anak bangsa
tanpa diskriminasi berhak mengembangkan bakatnya. Dengan fondasi ini, transformasi
talenta nasional tidak hanya melahirkan individu unggul, tetapi juga memperkuat kohesi sosial
dan keutuhan bangsa.

2
INSEAD (2024). Global Talent Competitiveness Indeks 2023, https://www.insead.edu/system/files/2023-
11/gtci-2023-report.pdf

3

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Transformasi talenta juga harus dipandang dalam kerangka lingkungan strategis dan Wawasan
Nusantara. Dunia sedang bergerak cepat dengan megatren revolusi industri 4.0, digitalisasi,
perubahan iklim, dan pergeseran geopolitik. Indonesia harus menyiapkan talenta yang
adaptif, resilien, dan inovatif agar mampu menavigasi perubahan tersebut. Wawasan
Nusantara memastikan bahwa pembangunan talenta tidak hanya berpusat di kota besar,
tetapi merata hingga wilayah perbatasan, kepulauan, dan pedalaman. Dengan demikian,
talenta unggul tidak hanya menjadi representasi individu, tetapi juga simbol keutuhan wilayah
dan kedaulatan bangsa.
Kewaspadaan nasional menjadi dimensi penting dalam menjaga keberlanjutan talenta unggul.
Ancaman brain drain, infiltrasi budaya asing, radikalisme, dan penyalahgunaan teknologi
dapat melemahkan ekosistem talenta. Oleh karena itu, DBMTN tidak hanya fokus pada
pembinaan, tetapi juga perlindungan. Negara harus hadir melalui regulasi, sistem deteksi dini,
dan mekanisme insentif agar talenta tidak tercerabut dari tanah air, melainkan berkontribusi
langsung bagi bangsa. Talenta unggul yang aman, sejahtera, dan terlindungi adalah jaminan
masa depan Indonesia Emas 2045.
Mempersiapkan SDM unggul melalui DBMTN adalah kerja besar bangsa yang membutuhkan
visi jauh ke depan. Tahun 2045 bukan hanya target simbolik seratus tahun Indonesia merdeka,
melainkan momentum sejarah untuk menegaskan Indonesia sebagai negara maju, berdaulat,
adil, dan makmur. Di saat itu, kita bercita-cita menjadi lima besar ekonomi dunia, tetapi
capaian itu tidak akan berarti tanpa manusia unggul yang menjadi penggeraknya. Oleh karena
itu, setiap tahapan DBMTN harus dijalankan dengan konsistensi dan keberanian politik.
Talenta unggul adalah investasi strategis, bukan biaya jangka pendek. Mereka adalah aset
bangsa yang tak ternilai, penentu peradaban, dan pewaris cita-cita kemerdekaan.
Dalam kerangka heroisme kebangsaan, melahirkan talenta unggul adalah kelanjutan dari
perjuangan para pendiri bangsa. Jika dahulu kemerdekaan diperjuangkan dengan bambu
runcing, hari ini kedaulatan bangsa diperjuangkan dengan riset unggul, karya budaya
mendunia, dan prestasi olahraga berkelas internasional. Generasi talenta adalah pejuang era
modern yang membawa panji Merah Putih ke kancah dunia. Mereka adalah wajah Indonesia
yang penuh percaya diri, siap bersaing sejajar dengan bangsa manapun, namun tetap berakar
pada nilai luhur Pancasila. Dengan semangat ini, transformasi talenta nasional bukan hanya
agenda teknokratis, tetapi juga panggilan sejarah untuk menunaikan janji kemerdekaan.
Untuk itu, seluruh pemangku kepentingan harus menjadikan DBMTN sebagai kompas dalam
menyiapkan SDM unggul. Pemerintah harus konsisten menyediakan regulasi, pendanaan, dan
kelembagaan. Dunia pendidikan harus menanamkan literasi, kreativitas, dan karakter sejak
dini. Dunia usaha harus bersinergi dalam membuka ruang inovasi dan apresiasi. Masyarakat
sipil harus berpartisipasi dalam membangun ekosistem yang kondusif. Dengan kolaborasi
multipihak, Indonesia akan mampu menciptakan generasi emas yang bukan hanya ahli di
bidangnya, tetapi juga pemimpin bangsa dan warga dunia.
Masa depan bangsa ini ditentukan oleh kualitas talenta hari ini. Investasi pada SDM unggul
adalah investasi pada keberlanjutan republik. Kita tidak boleh terlambat, sebab sejarah
menunjukkan bahwa bangsa yang gagal memanfaatkan momentum demografi akan
kehilangan peluang emas. Sebaliknya, bangsa yang berani membangun manusia unggul akan
memetik buah kejayaan yang panjang. Dengan semangat kebangsaan, keteguhan geopolitik,
dan kesetiaan pada konsensus dasar bangsa, kita bergerak menuju Indonesia Emas 2045
dengan keyakinan penuh bahwa talenta unggul adalah mercusuar kejayaan bangsa.

4

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series

Tabel
Aspek Strategis Transformasi Talenta Nasional
No. Dimensi Strategis Fokus Utama Indikator Keberhasilan
1. Geopolitik Talenta Talenta sebagai soft power
global
Rekognisi internasional di
riset, budaya, olahraga
2. Ketahanan Nasional Talenta sebagai benteng non-
militer
Kemandirian iptek, budaya,
olahraga berprestasi
3. Kepemimpinan Nasional Orkestrasi lintas sektor dan
nilai Pancasila
Ekosistem kolaboratif talenta
nasional
4. Konsensus Dasar Bangsa Pancasila, UUD 1945, NKRI,
Bhinneka Tunggal Ika
Inklusivitas, keadilan, dan
kohesi sosial
5. Lingkungan Strategis &
Wawasan Nusantara
Adaptif terhadap megatren
global
Pemerataan talenta hingga
wilayah 3T
6. Kewaspadaan Nasional Perlindungan dari ancaman
global
Pencegahan brain drain dan
radikalisme

2. Ketahanan Nasional melalui Manajemen Talenta Unggul
Ketahanan nasional adalah konsep menyeluruh yang melampaui batas pengertian
konvensional tentang kekuatan militer. Ia mencakup daya tahan bangsa dalam menghadapi
ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Dalam era globalisasi yang sarat dengan disrupsi, baik akibat revolusi industri 4.0, perubahan
iklim, konflik geopolitik, maupun arus budaya transnasional, ketahanan nasional ditentukan
oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. DBMTN hadir sebagai instrumen strategis
untuk mengelola dan menyiapkan SDM unggul yang tidak hanya tangguh secara individu,
tetapi juga resilien secara kolektif. Melalui DBMTN, talenta nasional dipandang sebagai garda
depan dalam menghadapi krisis multidimensi, sekaligus sebagai benteng modern yang
menopang keutuhan NKRI.
Manajemen talenta unggul adalah langkah transformasi mendasar agar Indonesia tidak hanya
memiliki jumlah penduduk besar, tetapi juga kualitas manusia yang mampu menjawab
tantangan zaman. Ketahanan nasional akan rapuh bila bangsa ini hanya mengandalkan
kekayaan alam tanpa menyiapkan manusia unggul untuk mengelolanya. Dengan DBMTN,
pengembangan talenta difokuskan pada tiga bidang utama yaitu riset dan inovasi, seni
budaya, serta olahraga, yang semuanya memiliki kontribusi langsung terhadap ketahanan
nasional. Riset dan inovasi akan memperkuat kemandirian teknologi dan ekonomi, seni
budaya akan memperkokoh identitas bangsa sekaligus menjadi instrumen diplomasi,
sementara olahraga akan membangun karakter bangsa yang tangguh, sehat, dan disiplin.
Ketiga bidang ini merupakan spektrum ketahanan yang saling melengkapi, menjadikan talenta
sebagai faktor strategis dalam menjaga stabilitas dan integritas bangsa.
Ketahanan nasional yang bertumpu pada talenta unggul menjadikan Indonesia lebih siap
menghadapi disrupsi global. Perubahan iklim, pandemi, maupun krisis energi adalah ancaman
nyata yang membutuhkan solusi berbasis ilmu pengetahuan dan inovasi. Talenta riset yang

5

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
unggul akan melahirkan inovasi teknologi ramah lingkungan, sistem kesehatan yang adaptif,
dan energi terbarukan yang mandiri. Di sisi lain, gempuran budaya asing dan derasnya arus
informasi menuntut talenta seni budaya yang kreatif untuk memperkokoh jati diri bangsa.
Mereka akan menjaga agar identitas Indonesia tetap hidup dalam modernitas, menghadirkan
karya yang tidak hanya mendunia tetapi juga mengakar pada nilai-nilai kebangsaan.
Sementara itu, talenta olahraga akan menjadi motor pembentukan karakter bangsa yang
sehat, gigih, dan memiliki daya juang tinggi, sehingga bangsa ini tetap berdaya di tengah
kompetisi internasional. Semua ini menjadikan talenta sebagai pilar ketahanan nasional yang
tak tergantikan.
Transformasi talenta unggul juga berperan dalam memperkuat integrasi nasional. Indonesia
adalah bangsa majemuk yang terdiri dari ratusan etnis, bahasa, dan budaya. Potensi
perpecahan selalu mengintai bila keragaman tidak dikelola dengan baik. DBMTN memastikan
bahwa seluruh anak bangsa, tanpa diskriminasi, memiliki kesempatan yang setara untuk
mengembangkan bakatnya. Inklusivitas dalam manajemen talenta memperkuat kohesi sosial,
karena setiap individu merasa menjadi bagian dari proyek besar bangsa. Bhinneka Tunggal Ika
menjadi nyata ketika talenta dari Papua, Sumatera, Kalimantan, hingga Maluku memiliki
panggung yang sama untuk menunjukkan prestasi. Dengan demikian, manajemen talenta
unggul bukan hanya soal prestasi, tetapi juga alat pemersatu bangsa yang meneguhkan NKRI.
Lebih jauh, ketahanan nasional dalam konteks DBMTN memastikan Indonesia tidak menjadi
objek, melainkan subjek dalam dinamika global. Selama ini, banyak negara berkembang hanya
menjadi pasar bagi inovasi bangsa lain atau sekadar penonton dalam peradaban dunia.
Dengan menyiapkan talenta unggul, Indonesia justru akan tampil sebagai pelaku aktif,
memberikan kontribusi nyata dalam sains, teknologi, budaya, dan olahraga dunia. Talenta
yang lahir dari DBMTN akan tampil di panggung Nobel, Olimpiade, hingga festival budaya
internasional sebagai representasi kebanggaan bangsa. Setiap capaian itu bukan hanya
prestasi individu, tetapi juga kemenangan bangsa yang menunjukkan bahwa Indonesia
mampu berdiri sejajar dengan negara manapun.
Dalam perspektif kepemimpinan nasional, DBMTN menuntut hadirnya pemimpin yang
visioner, berintegritas, dan berani mengambil keputusan strategis. Tanpa kepemimpinan yang
kuat, ekosistem talenta akan terjebak dalam birokrasi dan fragmentasi kepentingan.
Pemimpin nasional harus menjadi penggerak orkestrasi lintas sektor, memastikan sinergi
antara pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat. Lebih dari itu, pemimpin harus
mampu menanamkan nilai Pancasila dalam setiap proses pembinaan talenta. SDM unggul
yang dihasilkan bukan hanya berorientasi pada keunggulan individu, tetapi juga pada
pengabdian untuk bangsa. Dengan kepemimpinan yang berakar pada nilai kebangsaan,
manajemen talenta akan benar-benar menjadi benteng modern bagi ketahanan nasional.
Ketahanan nasional melalui talenta unggul juga mengandung dimensi kewaspadaan nasional.
Ancaman brain drain, infiltrasi ideologi transnasional, serta penyalahgunaan teknologi dapat
melemahkan bangsa bila tidak diantisipasi. DBMTN menggariskan pentingnya sistem
perlindungan bagi talenta, mulai dari jaminan kesejahteraan, regulasi yang adil, hingga insentif
agar mereka tetap berkarya di tanah air. Talenta yang terlindungi adalah talenta yang akan
setia pada bangsa, tidak mudah tergoda untuk berpaling ke negara lain. Kewaspadaan
nasional menjadi pagar agar talenta unggul tidak tercerabut dari akar kebangsaan, melainkan
tumbuh subur di tanah air sendiri.

6

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Mempersiapkan SDM unggul untuk ketahanan nasional adalah investasi strategis bangsa
menuju Indonesia Emas 2045. Pada tahun seratus kemerdekaan, Indonesia bercita-cita
menjadi negara maju dengan kekuatan ekonomi dan pengaruh global. Namun, cita-cita itu
hanya bisa dicapai bila bangsa ini memiliki manusia unggul yang mampu menjawab tantangan
masa depan. Ketahanan nasional bukan hanya soal bertahan, tetapi juga soal menang dalam
kompetisi global. Talenta unggul adalah senjata bangsa dalam perang modern, perang yang
tidak lagi menggunakan senapan, melainkan ide, inovasi, dan kreativitas. Dengan DBMTN,
Indonesia sedang menyiapkan generasi pejuang baru yang akan membawa panji Merah Putih
berkibar di panggung dunia.
Dalam narasi heroik kebangsaan, perjuangan melahirkan talenta unggul adalah kelanjutan
dari perjuangan kemerdekaan. Jika dahulu para pendiri bangsa bertaruh nyawa demi merebut
kemerdekaan, maka hari ini generasi talenta bertaruh gagasan, karya, dan prestasi demi
mengisi kemerdekaan. Mereka adalah para pahlawan modern yang mengharumkan nama
bangsa dengan tinta emas peradaban. Setiap riset yang diakui dunia, setiap karya seni yang
mendunia, setiap medali emas yang diraih di Olimpiade adalah bukti bahwa semangat juang
bangsa ini tidak pernah padam. Talenta unggul adalah api yang akan menerangi jalan bangsa
menuju Indonesia Emas 2045.
Dengan demikian, ketahanan nasional melalui manajemen talenta unggul adalah jawaban
strategis terhadap tantangan abad ke-21. DBMTN bukan sekadar dokumen perencanaan,
tetapi sebuah manifesto kebangsaan untuk meneguhkan Indonesia sebagai bangsa besar.
Talenta unggul adalah modal resilien bangsa, perisai keutuhan NKRI, dan mercusuar kejayaan
Indonesia di dunia. Dengan kerja kolektif, kepemimpinan visioner, dan kesetiaan pada nilai-
nilai kebangsaan, kita yakin Indonesia akan menapaki tangga sejarah menuju puncak kejayaan
sebagai negara maju, berdaulat, dan bermartabat.
Tabel
Dimensi Strategis Ketahanan Nasional melalui Manajemen Talenta Unggul
No. Dimensi Strategis Fokus Utama Indikator Keberhasilan
1. Riset dan Inovasi Kemandirian Iptek untuk
ketahanan ekonomi
Jumlah SDM Iptek, publikasi, paten,
inovasi global
2. Seni Budaya Identitas dan diplomasi
budaya
Rekognisi internasional karya budaya,
partisipasi masyarakat
3. Olahraga Prestasi Karakter bangsa yang
sehat dan tangguh
Medali Olimpiade/Paralimpiade,
partisipasi olahraga nasional
4. Integrasi Nasional Inklusivitas talenta dari
seluruh wilayah
Representasi daerah, kesetaraan gender,
akses wilayah 3T
5. Kewaspadaan
Nasional
Perlindungan talenta dari
ancaman global
Pencegahan brain drain, regulasi, sistem
insentif
6. Kepemimpinan
Nasional
Orkestrasi lintas sektor
berbasis Pancasila
Sinergi multipihak, konsistensi kebijakan,
ekosistem berkelanjutan

7

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series

3. Kepemimpinan Nasional dalam Ekosistem Talenta
Kepemimpinan nasional adalah kunci yang menentukan arah dan keberlanjutan transformasi
talenta nasional. Dalam dunia yang penuh dengan perubahan cepat, ketidakpastian global,
serta persaingan antarnegara yang semakin ketat, bangsa ini tidak cukup hanya memiliki
sumber daya manusia yang cerdas dan berbakat. Lebih dari itu, Indonesia memerlukan
kepemimpinan yang visioner, integratif, dan konsisten untuk mengorkestrasi seluruh potensi
talenta agar menjadi kekuatan strategis bangsa. DBMTN menegaskan bahwa pembangunan
ekosistem talenta tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, melainkan harus dipandu oleh
kepemimpinan nasional yang mampu merangkul semua pemangku kepentingan. Dengan
kepemimpinan yang kokoh, talenta bangsa bukan hanya tumbuh secara individual, tetapi juga
berkembang dalam ekosistem yang berakar kuat pada nilai Pancasila dan tetap kompetitif
dalam arena global.
Kepemimpinan nasional dalam konteks ekosistem talenta bukan hanya berfungsi sebagai
fasilitator, tetapi juga inspirator dan teladan. Pemimpin yang visioner adalah mereka yang
mampu melihat jauh ke depan, membaca arah perkembangan dunia, serta menyiapkan
strategi untuk menempatkan talenta Indonesia di posisi terhormat dalam percaturan
internasional. Pemimpin yang integratif adalah mereka yang mampu menyatukan peran
pemerintah, dunia akademik, industri, masyarakat sipil, dan komunitas budaya dalam satu
irama orkestrasi kebangsaan. Sementara itu, pemimpin yang konsisten adalah mereka yang
tidak terjebak pada kepentingan jangka pendek, melainkan teguh menjalankan visi Indonesia
Emas 2045. Ketiga dimensi kepemimpinan ini saling melengkapi, membentuk kekuatan moral
dan strategis dalam membangun talenta unggul.
DBMTN menempatkan kepemimpinan nasional sebagai pengendali utama yang memastikan
ekosistem talenta berjalan dengan baik. Gugus Tugas Manajemen Talenta Nasional dibentuk
langsung di bawah Presiden, yang memperlihatkan betapa pentingnya kepemimpinan
tertinggi dalam mengarahkan perjalanan ini. Gugus Tugas tersebut tidak hanya menyusun
rencana aksi, tetapi juga mengoordinasikan lintas kementerian, pemerintah daerah, lembaga
riset, komunitas budaya, lembaga olahraga, hingga dunia usaha. Kepemimpinan nasional
dalam hal ini tidak bersifat otoriter, tetapi kolaboratif, dengan semangat gotong royong
sebagai intinya. Inilah implementasi nyata nilai Pancasila, di mana kepemimpinan dibangun di
atas asas musyawarah, persatuan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kepemimpinan nasional dalam ekosistem talenta juga berfungsi menjaga agar proses
transformasi tidak tercerabut dari jati diri bangsa. Dalam dinamika global yang sarat dengan
pengaruh eksternal, ada risiko bahwa talenta nasional menjadi sekadar produk globalisasi
yang kehilangan akar kebangsaannya. Oleh karena itu, kepemimpinan yang berakar pada
Pancasila menjadi sangat penting. Pemimpin yang menanamkan nilai gotong royong,
kemanusiaan, persatuan, dan keadilan sosial akan memastikan bahwa talenta yang lahir tidak
hanya unggul secara intelektual, tetapi juga berkarakter kebangsaan. Mereka menjadi pribadi
yang rendah hati, berintegritas, serta menjadikan prestasi bukan untuk kepentingan pribadi,
melainkan untuk kemuliaan bangsa.
Lebih dari itu, kepemimpinan nasional dalam ekosistem talenta adalah kepemimpinan yang
inklusif. Ia tidak hanya memberi ruang kepada kelompok tertentu, tetapi memastikan seluruh
anak bangsa dari berbagai latar belakang memiliki kesempatan yang sama. Kepemimpinan

8

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
yang inklusif akan mendorong partisipasi talenta dari wilayah perbatasan, kepulauan
terpencil, serta kelompok rentan termasuk perempuan dan penyandang disabilitas. Dengan
demikian, ekosistem talenta tidak hanya melahirkan individu unggul, tetapi juga
merepresentasikan semangat kebhinekaan sebagai kekuatan bangsa. Kepemimpinan inklusif
ini mencerminkan Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi jiwa pemersatu bangsa, sehingga
talenta benar-benar hadir dari dan untuk seluruh Indonesia.
Dalam perspektif geopolitik dan ketahanan nasional, kepemimpinan nasional dalam
ekosistem talenta memiliki peran strategis yang tak tergantikan. Dunia kini memasuki era
kompetisi talenta, di mana negara yang mampu melahirkan ilmuwan, inovator, seniman, dan
atlet kelas dunia akan menjadi kekuatan yang disegani. Kepemimpinan yang mampu
menavigasi bangsa di tengah persaingan ini akan memastikan Indonesia tidak tertinggal,
melainkan tampil sebagai subjek aktif dalam percaturan global. Dengan kepemimpinan yang
kuat, talenta bangsa tidak hanya menjadi simbol prestasi, tetapi juga menjadi instrumen
diplomasi, penggerak ekonomi, serta benteng ketahanan nasional.
Kepemimpinan nasional juga penting dalam menjamin keberlanjutan ekosistem talenta lintas
generasi. Proses pembibitan, pengembangan, dan penguatan talenta membutuhkan waktu
panjang dan kesinambungan kebijakan. Tanpa kepemimpinan yang konsisten, transformasi
talenta bisa terhenti atau berjalan setengah hati akibat pergantian pemerintahan atau
kepentingan politik jangka pendek. Oleh karena itu, kepemimpinan nasional yang mampu
menjembatani transisi antarperiode pemerintahan adalah syarat mutlak. Visi Indonesia Emas
2045 harus menjadi kompas bersama, dan kepemimpinan nasional berperan menjaga agar
setiap kebijakan selalu mengarah pada tujuan besar tersebut.
Keteladanan menjadi aspek lain yang sangat penting dalam kepemimpinan nasional.
Pemimpin yang mampu memberi contoh akan menjadi inspirasi bagi talenta muda untuk
berjuang, bekerja keras, dan berkarya bagi bangsa. Sejarah Indonesia menunjukkan bahwa
kepemimpinan yang menginspirasi lahir dari pribadi-pribadi yang berani mengorbankan
kepentingan pribadi demi kepentingan bangsa. Dalam konteks ekosistem talenta, teladan itu
diwujudkan dalam keberanian memberi ruang, penghargaan, dan dukungan penuh bagi anak-
anak bangsa untuk tumbuh menjadi talenta unggul. Kepemimpinan yang demikian akan
melahirkan generasi emas yang bukan hanya cerdas, tetapi juga berjiwa patriotik.
Dengan seluruh dimensi tersebut, jelas bahwa kepemimpinan nasional adalah penggerak
utama transformasi talenta menuju Indonesia Emas 2045. Tanpa kepemimpinan yang kuat,
ekosistem talenta hanya akan menjadi slogan. Tetapi dengan kepemimpinan yang visioner,
integratif, konsisten, dan berakar pada nilai kebangsaan, ekosistem talenta akan menjadi
kekuatan nyata yang membawa bangsa ini menuju kejayaan. Pemimpin bangsa harus
menempatkan dirinya bukan hanya sebagai pengambil keputusan, tetapi juga sebagai penjaga
mimpi, pengawal cita-cita, dan pemandu perjalanan sejarah bangsa menuju puncak kejayaan.
Kita meyakini bahwa kepemimpinan nasional dalam ekosistem talenta adalah wujud nyata
dari panggilan sejarah. Ia adalah kelanjutan dari perjuangan para pendiri bangsa yang
mewariskan kemerdekaan dengan darah dan air mata. Kini, tugas kepemimpinan nasional
adalah mewariskan Indonesia Emas 2045 dengan talenta unggul yang berprestasi mendunia.
Dalam konteks ini, kepemimpinan bukan hanya soal jabatan, melainkan soal pengabdian,
teladan, dan komitmen untuk mengabdi pada bangsa. Talenta unggul yang lahir dari ekosistem
ini akan menjadi pilar peradaban, mercusuar kejayaan, dan wajah Indonesia yang
membanggakan di mata dunia. Dengan kepemimpinan yang kokoh, bangsa ini akan menapaki

9

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
tangga sejarah dengan penuh keyakinan, menuju cita-cita besar: Indonesia yang maju,
berdaulat, adil, dan makmur.
Tabel
Dimensi Kepemimpinan Nasional dalam Ekosistem Talenta
No Dimensi Strategis Fokus Utama Indikator Keberhasilan
1. Visi Kepemimpinan Menentukan arah transformasi
talenta
Visi jangka panjang menuju
Indonesia Emas 2045
2. Integrasi Multipihak Kolaborasi pemerintah, akademisi,
industri, masyarakat
Ekosistem sinergis lintas sektor
3. Konsistensi
Kebijakan
Menjaga kesinambungan lintas
pemerintahan
Program talenta berkelanjutan
hingga 2045
4. Teladan Pancasila Menanamkan nilai kebangsaan
dalam talenta
Talenta unggul berkarakter
Pancasila
5. Inklusivitas Kesetaraan akses talenta di seluruh
wilayah
Representasi daerah, gender,
disabilitas
6. Kepemimpinan
Global
Menempatkan talenta sebagai soft
power
Rekognisi internasional di forum
dunia

4. Pancasila sebagai Fondasi Transformasi Talenta Nasional
Pancasila adalah fondasi yang menjiwai seluruh bangunan kebangsaan Indonesia. Ia bukan
sekadar dasar negara, melainkan bintang penuntun yang mengarahkan bangsa dalam
perjalanan panjang sejarahnya. Dalam konteks transformasi talenta nasional, Pancasila
menjadi ruh yang menghidupkan, membimbing, dan mengawal agar seluruh proses
manajemen talenta tidak terjebak pada orientasi pragmatis dan individualistis semata,
melainkan terikat pada cita-cita luhur bangsa. DBMTN menegaskan bahwa pengembangan
talenta di bidang riset, budaya, dan olahraga harus dilaksanakan secara terintegrasi dengan
nilai-nilai Pancasila. Hal ini berarti bahwa setiap talenta yang dibina dan dikembangkan bukan
hanya dituntut untuk unggul secara teknis dan profesional, tetapi juga harus menjadi pribadi
yang berkarakter, berakhlak mulia, dan memiliki tanggung jawab sosial bagi bangsa dan
negara.
Pancasila sebagai fondasi transformasi talenta mengandung makna bahwa keberhasilan tidak
boleh diukur semata-mata dari capaian prestasi individual. Talenta riset yang berhasil
menorehkan inovasi tidak cukup hanya dinilai dari dampak akademiknya, tetapi juga dari
kontribusinya terhadap kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. Talenta budaya yang
menghasilkan karya seni mendunia tidak hanya dihargai karena popularitasnya, tetapi juga
karena kemampuannya memperkokoh persatuan bangsa, menjaga identitas nasional, dan
menghidupkan gotong royong. Talenta olahraga yang meraih medali emas di ajang
internasional tidak semata menjadi kebanggaan pribadi, melainkan simbol kekuatan kolektif,
kedisiplinan, dan daya juang bangsa. Inilah makna implementasi nilai Pancasila dalam DBMTN:
prestasi individu harus selalu dikembalikan pada kemuliaan bangsa.
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa menegaskan bahwa setiap talenta unggul harus berakar pada
spiritualitas yang kuat. Keunggulan ilmu pengetahuan, budaya, maupun olahraga tidak boleh

10

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
tercerabut dari nilai moral dan etika. Talenta unggul yang beriman dan bertakwa akan
menjadikan prestasinya sebagai jalan pengabdian, bukan sekadar untuk kebanggaan pribadi.
Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab mengingatkan bahwa pengembangan talenta harus
menjunjung tinggi martabat manusia, menghormati keberagaman, dan menolak diskriminasi.
Setiap anak bangsa memiliki potensi yang harus diberi ruang berkembang tanpa memandang
suku, agama, gender, atau kondisi sosial. Nilai Persatuan Indonesia menjadi pegangan bahwa
seluruh talenta, dari Sabang sampai Merauke, adalah bagian dari orkestrasi besar kebangsaan.
Mereka tidak boleh tercerai-berai, tetapi harus menjadi simpul yang menguatkan ikatan NKRI.
Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan meneguhkan pentingnya kepemimpinan kolektif dalam ekosistem talenta, di mana
setiap pihak—pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat—berpartisipasi dalam
semangat musyawarah. Nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia memastikan
bahwa hasil dari transformasi talenta bukan hanya dinikmati oleh segelintir orang, melainkan
menjadi kemaslahatan bagi seluruh rakyat.
Dalam perspektif pembangunan manusia seutuhnya, Pancasila menjadi filter sekaligus
pengarah agar transformasi talenta tidak terjebak dalam jebakan kapitalisme global yang
menilai manusia hanya dari aspek produktivitas dan profit. DBMTN menekankan bahwa
talenta unggul harus tetap menjadi warga bangsa yang menjunjung moralitas, gotong royong,
dan solidaritas sosial. Mereka tidak hanya dituntut untuk bersaing, tetapi juga untuk
berkolaborasi; tidak hanya mengejar prestasi pribadi, tetapi juga menginspirasi sesama. Inilah
yang membedakan manajemen talenta Indonesia dengan paradigma manajemen talenta di
negara lain. Indonesia menempatkan dimensi moral, sosial, dan kebangsaan sebagai inti dari
setiap strategi pengembangan talenta.
Implementasi Pancasila dalam DBMTN juga berarti menginternalisasikan nilai kebangsaan ke
dalam setiap tahap pembinaan talenta. Pada tahap pembibitan, anak-anak bangsa perlu
diperkenalkan pada semangat kebhinekaan, gotong royong, dan nasionalisme. Pada tahap
pengembangan, mereka harus diberi ruang untuk mengasah keterampilan, kreativitas, dan
inovasi, namun tetap dibimbing dengan prinsip etika dan tanggung jawab sosial. Pada tahap
penguatan, talenta unggul harus diarahkan untuk mengabdikan diri pada bangsa, baik melalui
kontribusi di bidang riset, karya budaya, maupun prestasi olahraga. Dengan demikian,
transformasi talenta bukan hanya proses teknis, tetapi juga proses pembentukan karakter
kebangsaan.
Pancasila juga berfungsi sebagai jembatan antara identitas lokal dan kompetisi global. Talenta
Indonesia harus mampu berkompetisi di kancah internasional tanpa kehilangan akar
kebangsaannya. Inilah tantangan besar yang hanya bisa dijawab dengan menjadikan Pancasila
sebagai fondasi. Riset dan inovasi Indonesia harus mampu melahirkan solusi untuk masalah
global, tetapi tetap berpijak pada kebutuhan nasional. Seni budaya Indonesia harus mampu
menginspirasi dunia, tetapi tetap setia pada nilai dan tradisi lokal. Olahraga Indonesia harus
mampu meraih prestasi dunia, tetapi tetap menampilkan karakter bangsa yang sportif,
berintegritas, dan menjunjung tinggi persaudaraan. Dengan demikian, Pancasila menjamin
keseimbangan antara globalisasi dan nasionalisme.
Lebih jauh, Pancasila dalam DBMTN menjadi pedoman agar talenta unggul tidak tercerjebak
dalam ego sektoral atau individual. Ekosistem talenta nasional hanya bisa terbangun jika
setiap pihak memegang teguh nilai persatuan dan gotong royong. Pemerintah, akademisi,
industri, masyarakat sipil, dan komunitas budaya harus bersinergi dalam semangat Pancasila.
Dengan gotong royong, keterbatasan sumber daya dapat diatasi. Dengan persatuan,

11

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
fragmentasi kepentingan dapat disatukan. Dengan keadilan, seluruh anak bangsa dapat
merasakan manfaat dari transformasi talenta. Inilah semangat yang menjadikan DBMTN
bukan sekadar kebijakan teknokratis, tetapi sebuah gerakan kebangsaan.
Dalam perspektif heroisme kebangsaan, Pancasila memberi inspirasi bahwa melahirkan
talenta unggul adalah bagian dari perjuangan melanjutkan cita-cita kemerdekaan. Para pendiri
bangsa mewariskan kemerdekaan dengan darah dan pengorbanan, kini generasi talenta
dituntut untuk mengisi kemerdekaan dengan prestasi dan pengabdian. Setiap inovasi yang
lahir dari laboratorium, setiap karya budaya yang mengharumkan nama bangsa, setiap medali
emas yang diraih di Olimpiade adalah wujud pengamalan Pancasila. Talenta unggul adalah
pahlawan modern yang membawa panji Pancasila ke panggung dunia, membuktikan bahwa
Indonesia mampu bersaing sejajar dengan bangsa lain tanpa kehilangan jati dirinya.
Pancasila sebagai fondasi transformasi talenta juga menjadi kunci bagi keberlanjutan bangsa
menuju Indonesia Emas 2045. Pada momentum seratus tahun kemerdekaan, bangsa ini
bercita-cita menjadi negara maju, berdaulat, adil, dan makmur. Cita-cita itu hanya bisa dicapai
bila bangsa ini memiliki manusia unggul yang tidak hanya cerdas dan kompetitif, tetapi juga
berkarakter Pancasila. Tanpa Pancasila, transformasi talenta berisiko kehilangan arah,
tercerabut dari akar kebangsaan, dan terjebak dalam arus globalisasi yang serba materialistik.
Tetapi dengan Pancasila, transformasi talenta akan tetap berada dalam koridor kebangsaan,
memastikan bahwa prestasi individu selalu bermuara pada kejayaan bangsa.
Dengan demikian, jelas bahwa Pancasila adalah ruh dalam DBMTN. Ia menjiwai seluruh
strategi, kebijakan, dan program dalam menyiapkan SDM unggul. Ia memastikan bahwa setiap
talenta yang lahir bukan hanya individu berprestasi, tetapi juga warga bangsa yang
menjunjung moralitas, solidaritas, dan pengabdian. Pancasila menjadi jaminan bahwa
transformasi talenta adalah bagian dari pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, yakni
manusia yang beriman, berilmu, berkarakter, dan berkomitmen pada bangsa. Dengan fondasi
ini, kita yakin bahwa Indonesia akan mampu melahirkan generasi emas yang tidak hanya
unggul dalam kompetisi global, tetapi juga setia menjaga martabat bangsa. Mereka akan
menjadi wajah Indonesia Emas 2045, yang bukan hanya negara maju secara ekonomi, tetapi
juga bangsa yang bermartabat, adil, dan berkepribadian.
Tabel
Dimensi Strategis Implementasi Pancasila dalam Transformasi Talenta Nasional:
No Dimensi Strategis Fokus Utama Indikator Keberhasilan
1. Ketuhanan Integrasi nilai spiritual dan moral
dalam pembinaan talenta
Talenta beriman, beretika, dan
berintegritas
2. Kemanusiaan Penghormatan martabat
manusia dan keadilan
Inklusivitas, nondiskriminasi, dan
kesetaraan akses
3. Persatuan Talenta sebagai perekat
kebangsaan
Representasi seluruh daerah dalam
ekosistem talenta
4. Kerakyatan Kepemimpinan kolektif dan
musyawarah
Sinergi multipihak dalam
pembinaan talenta
5. Keadilan Sosial Distribusi hasil transformasi
talenta yang merata
Kesejahteraan talenta, pemerataan
kesempatan

12

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
No Dimensi Strategis Fokus Utama Indikator Keberhasilan
6. Identitas Global Pancasila sebagai jembatan
lokal-global
Prestasi dunia yang tetap berakar
pada nilai kebangsaan

5. UUD 1945 sebagai Landasan Konstitusional DBMTN
UUD 1945 adalah pilar konstitusional yang meneguhkan arah pembangunan bangsa dan
menempatkan pendidikan serta pengembangan sumber daya manusia sebagai mandat
negara. Di dalamnya terkandung amanat bahwa negara bertanggung jawab untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, melindungi segenap tumpah darah Indonesia, dan
mewujudkan kesejahteraan umum. Dalam kerangka ini, DBMTN bukan sekadar dokumen
teknokratis, melainkan instrumen konstitusional yang hadir untuk memastikan amanat UUD
1945 dijalankan secara nyata. DBMTN adalah wujud kehadiran negara dalam menjamin bahwa
setiap warga negara memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk mengembangkan talenta
terbaiknya, sehingga kualitas manusia Indonesia dapat menjadi fondasi menuju Indonesia
Emas 2045.
Transformasi talenta nasional tidak dapat dilepaskan dari prinsip-prinsip dasar yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945. Kalimat “mencerdaskan kehidupan bangsa” bukan
hanya retorika, melainkan komitmen konstitusional bahwa setiap anak bangsa berhak
memperoleh pendidikan dan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat, dan
potensinya. DBMTN adalah turunan strategis dari komitmen ini, yang memperluas makna
pendidikan menjadi manajemen talenta secara menyeluruh, meliputi pembibitan,
pengembangan, hingga penguatan talenta unggul di bidang riset, seni budaya, dan olahraga.
Dengan kata lain, DBMTN meneguhkan bahwa tanggung jawab negara tidak berhenti pada
penyediaan akses pendidikan formal, tetapi juga meliputi penciptaan ekosistem yang adil,
merata, dan berkelanjutan bagi pengembangan potensi manusia.
UUD 1945 menjadi landasan moral dan hukum agar transformasi talenta nasional tidak hanya
diarahkan pada kepentingan ekonomi atau kebutuhan geopolitik, tetapi juga menyentuh hak-
hak konstitusional setiap warga negara. DBMTN menekankan pemerataan kesempatan bagi
seluruh rakyat Indonesia, tanpa diskriminasi suku, agama, gender, atau status sosial. Hal ini
sejalan dengan semangat pasal-pasal dalam UUD 1945 yang menjamin persamaan kedudukan
warga negara di hadapan hukum dan pemerintahan. Dengan demikian, DBMTN memastikan
bahwa pembangunan SDM unggul benar-benar mencerminkan prinsip keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya segelintir kelompok yang memiliki akses pada sumber
daya tertentu.
Landasan konstitusional DBMTN juga memperkuat legitimasi demokrasi Indonesia. UUD 1945
menegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat, dan oleh karena itu pembangunan
manusia adalah bagian integral dari penguatan demokrasi itu sendiri. SDM unggul yang lahir
dari DBMTN diharapkan tidak hanya menjadi individu berprestasi, tetapi juga warga negara
yang aktif berpartisipasi dalam kehidupan demokrasi. Mereka akan menjadi generasi emas
yang menghidupkan semangat musyawarah, menjunjung tinggi supremasi hukum, dan
berkomitmen pada persatuan nasional. Dalam kerangka ini, DBMTN bukan hanya strategi
pembangunan manusia, tetapi juga investasi jangka panjang untuk memperkuat demokrasi
konstitusional yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

13

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
UUD 1945 juga memberi jaminan agar transformasi talenta nasional dijalankan dengan
keberlanjutan. Negara tidak boleh membiarkan pembangunan SDM terhenti karena
perubahan pemerintahan atau dinamika politik jangka pendek. Amanat konstitusi menuntut
agar kebijakan strategis seperti DBMTN dijalankan lintas generasi, dengan konsistensi dan
kesinambungan yang dijaga. Dengan demikian, transformasi talenta nasional menjadi bagian
dari perjalanan panjang bangsa menuju Indonesia Emas 2045, di mana keberhasilan tidak
hanya diukur dari capaian jangka pendek, tetapi dari kemampuan bangsa membangun sistem
yang tahan lama, resilien, dan berkelanjutan.
Dalam perspektif geopolitik dan ketahanan nasional, UUD 1945 memberikan legitimasi bagi
negara untuk mengembangkan talenta sebagai kekuatan strategis. Pasal-pasal yang
menegaskan perlindungan negara, kedaulatan bangsa, dan hak warga negara menjadi dasar
bagi upaya menjadikan talenta unggul sebagai benteng non-militer bangsa. Talenta riset yang
melahirkan inovasi teknologi, talenta budaya yang memperkokoh identitas nasional, dan
talenta olahraga yang mengharumkan nama bangsa di dunia internasional, semuanya adalah
instrumen untuk memperkuat ketahanan nasional. Dengan UUD 1945 sebagai payung hukum,
DBMTN dijalankan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja, tetapi juga
untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang berdaulat dan disegani.
Lebih jauh, UUD 1945 menjamin bahwa hasil dari transformasi talenta nasional harus
dirasakan oleh seluruh rakyat. Keadilan sosial, sebagaimana ditegaskan dalam sila kelima
Pancasila dan pasal-pasal UUD 1945, adalah prinsip yang mengikat agar manfaat
pembangunan manusia tidak terpusat di perkotaan atau di kalangan elit, tetapi tersebar
hingga pelosok negeri. DBMTN harus mampu menghadirkan kebijakan afirmatif bagi wilayah
tertinggal, daerah perbatasan, dan kelompok masyarakat rentan. Dengan begitu,
pembangunan SDM unggul benar-benar mencerminkan keutuhan NKRI, di mana setiap warga
negara dari Sabang sampai Merauke memiliki kesempatan setara untuk berkontribusi pada
kejayaan bangsa.
UUD 1945 juga menempatkan pembangunan manusia dalam bingkai besar Wawasan
Nusantara. Amanat konstitusi tentang menjaga keutuhan wilayah dan memperkuat persatuan
bangsa memberi landasan agar DBMTN dijalankan dengan memperhatikan keragaman
geografis dan sosial budaya Indonesia. Talenta dari berbagai daerah harus mendapat ruang
yang sama untuk berkembang, sehingga ekosistem talenta nasional mencerminkan kekayaan
nusantara yang majemuk. Dengan fondasi konstitusional ini, Indonesia akan memiliki generasi
emas yang bukan hanya unggul secara individu, tetapi juga merepresentasikan kekuatan
kolektif bangsa yang majemuk.
Dalam konteks heroisme kebangsaan, menjadikan UUD 1945 sebagai landasan DBMTN berarti
melanjutkan semangat perjuangan para pendiri bangsa. Mereka telah merumuskan konstitusi
bukan sekadar untuk mengatur kehidupan bernegara, tetapi juga untuk menjamin martabat
manusia Indonesia. Kini, tugas generasi penerus adalah memastikan bahwa amanat konstitusi
itu diwujudkan dalam bentuk nyata, yakni melahirkan SDM unggul yang menjadi penggerak
bangsa menuju kemajuan. Dengan berpegang pada UUD 1945, transformasi talenta nasional
tidak hanya menjadi program pembangunan, tetapi juga sebuah perjuangan suci untuk
menjaga warisan kemerdekaan dan mewujudkan janji Indonesia sebagai bangsa yang maju,
adil, dan berdaulat.
Maka jelaslah bahwa UUD 1945 bukan hanya dasar hukum, melainkan sumber legitimasi
moral, politik, dan strategis bagi DBMTN. Ia memastikan bahwa transformasi talenta nasional

14

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
berjalan sesuai dengan cita-cita kemerdekaan, memenuhi hak-hak warga negara,
memperkuat demokrasi, menjaga keberlanjutan, serta menjamin keadilan sosial. Dengan UUD
1945 sebagai landasan, bangsa ini dapat melangkah dengan percaya diri menuju Indonesia
Emas 2045, di mana setiap warga negara diberdayakan untuk menjadi talenta unggul, dan
setiap prestasi individu bermakna bagi kejayaan kolektif bangsa.
Tabel
Dimensi Strategis UUD 1945 sebagai Landasan Konstitusional DBMTN
No Dimensi Strategis Fokus Utama Indikator Keberhasilan
1. Amanat Konstitusi Mencerdaskan kehidupan
bangsa
Peningkatan akses dan kualitas
pembinaan talenta
2. Hak Warga Negara Kesetaraan dan
nondiskriminasi
Talenta berkembang tanpa hambatan
sosial-ekonomi
3. Demokrasi
Konstitusional
Partisipasi dan legitimasi
rakyat
Talenta unggul berperan dalam
kehidupan demokrasi
4. Keberlanjutan
Kebijakan
Konsistensi lintas generasi DBMTN berkesinambungan hingga
Indonesia Emas 2045
5. Ketahanan Nasional Talenta sebagai kekuatan
strategis
Kemandirian Iptek, budaya, dan
olahraga prestasi
6. Keadilan Sosial Pemerataan hasil
pembangunan SDM
Akses inklusif bagi daerah 3T dan
kelompok rentan

6. NKRI sebagai Ruang Ekosistem Talenta Nasional
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah rumah besar yang mempersatukan lebih dari 17
ribu pulau, ratusan etnis, bahasa, dan budaya, serta keanekaragaman yang menjadikan bangsa
ini unik di mata dunia. NKRI bukan sekadar konstruksi politik, melainkan wujud final dari
perjalanan panjang sejarah kebangsaan Indonesia. Dalam konteks pembangunan manusia,
NKRI menghadirkan ruang yang luas dan strategis untuk pengembangan talenta nasional. Dari
Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga Rote, setiap jengkal tanah Indonesia adalah
laboratorium kehidupan yang menyimpan potensi talenta. DBMTN menegaskan pentingnya
memanfaatkan ruang NKRI ini secara adil, merata, dan inklusif agar setiap anak bangsa
memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang. NKRI tidak hanya menjadi simbol
geografis yang mempersatukan, tetapi juga ekosistem produktif yang melahirkan SDM unggul
dari seluruh penjuru nusantara.
Transformasi talenta nasional dalam bingkai NKRI mengandung makna bahwa pembangunan
SDM tidak boleh bersifat sentralistis. Selama ini, akses terhadap pendidikan unggul, fasilitas
riset, panggung budaya, dan sarana olahraga kerap terkonsentrasi di kota-kota besar.
Ketimpangan ini berisiko melahirkan kesenjangan talenta, di mana hanya sebagian kecil
masyarakat yang mampu mengembangkan potensinya secara optimal. DBMTN hadir untuk
mengatasi masalah tersebut dengan menegaskan prinsip kesetaraan wilayah. NKRI sebagai
ruang ekosistem talenta harus memastikan bahwa anak dari pelosok Papua memiliki
kesempatan yang sama dengan anak di Jakarta untuk menjadi ilmuwan, seniman, atau atlet

15

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
berprestasi. Hal ini tidak hanya menyangkut keadilan sosial, tetapi juga menyangkut
ketahanan nasional, karena ketimpangan wilayah dapat menjadi sumber kerentanan bangsa.
Dalam perspektif geopolitik, NKRI adalah ruang strategis yang harus dihidupkan dengan
talenta unggul. Keberadaan wilayah perbatasan, kepulauan kecil, dan daerah terpencil
seringkali dipandang sebagai titik rawan yang memerlukan perhatian khusus. Namun, dalam
kerangka DBMTN, wilayah-wilayah tersebut justru dilihat sebagai sumber kekuatan baru. Anak
bangsa yang lahir dan tumbuh di daerah perbatasan memiliki potensi luar biasa bila diberi
akses pembinaan talenta yang memadai. Dengan demikian, pengembangan talenta tidak
hanya berfungsi mencetak individu unggul, tetapi juga menjadi strategi geopolitik untuk
memperkuat kedaulatan NKRI. Setiap talenta yang lahir dari daerah terdepan adalah benteng
hidup yang meneguhkan eksistensi negara di mata dunia.
NKRI sebagai ruang ekosistem talenta juga meneguhkan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
Keberagaman etnis, bahasa, dan budaya bukanlah hambatan, melainkan modal untuk
melahirkan kreativitas dan inovasi. Dalam seni budaya, keberagaman ini telah terbukti
melahirkan kekayaan ekspresi yang diakui dunia. Dalam sains dan teknologi, pengalaman
hidup di berbagai konteks geografis memberikan inspirasi bagi lahirnya solusi yang beragam
dan adaptif. Dalam olahraga, karakter masyarakat di berbagai daerah melahirkan talenta yang
unik, sesuai dengan kondisi lingkungan mereka. Semua ini memperlihatkan bahwa NKRI
adalah ekosistem yang kaya, yang bila dikelola dengan bijak melalui DBMTN, akan melahirkan
generasi emas yang tak hanya unggul, tetapi juga merepresentasikan wajah majemuk bangsa
Indonesia.
Transformasi talenta dalam ruang NKRI juga menuntut keterlibatan kepemimpinan nasional
yang inklusif. Pemimpin bangsa harus hadir memastikan pemerataan fasilitas, program, dan
kebijakan di seluruh wilayah. DBMTN tidak boleh hanya berorientasi pada pencapaian angka-
angka makro, tetapi harus benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat di daerah. Dengan
kepemimpinan yang berpihak pada keadilan wilayah, ekosistem talenta akan tumbuh subur di
seluruh penjuru tanah air. Pemimpin yang berakar pada nilai Pancasila akan memahami bahwa
keadilan bukan sekadar distribusi fasilitas, tetapi juga kesempatan yang setara untuk
berkontribusi pada bangsa. Inilah makna NKRI sebagai ruang ekosistem talenta: sebuah wadah
besar di mana semua anak bangsa dapat bersinar tanpa terkecuali.
Dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, NKRI menghadirkan tantangan sekaligus
peluang. Tantangan berupa disparitas infrastruktur, kualitas pendidikan, dan akses informasi
masih nyata. Namun, peluang untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju justru lahir
dari kemampuan kita mengatasi disparitas ini. DBMTN menekankan pentingnya kolaborasi
multipihak dalam menghadirkan solusi: pemerintah pusat dan daerah, dunia pendidikan,
dunia usaha, komunitas budaya, serta masyarakat sipil. Semua pihak harus bersinergi dalam
semangat gotong royong, memastikan bahwa setiap sudut negeri menjadi bagian dari
ekosistem talenta yang kokoh. Gotong royong adalah roh kebangsaan yang menjadikan NKRI
bukan sekadar negara, tetapi komunitas besar yang saling menguatkan.
Lebih jauh, NKRI sebagai ruang ekosistem talenta memiliki dimensi strategis bagi ketahanan
nasional. Bangsa yang gagal memanfaatkan potensi manusianya di seluruh wilayah akan
menghadapi risiko keterbelakangan, marginalisasi, dan ketidakstabilan sosial. Sebaliknya,
bangsa yang mampu mengorkestrasi seluruh potensinya akan menjadi bangsa yang resilien.
Talenta yang lahir dari berbagai daerah akan menjadi modal resilien, memperkuat daya tahan
bangsa dalam menghadapi disrupsi global. Ketika seluruh wilayah merasa diakui, dihargai, dan

16

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
diberi kesempatan, integrasi nasional akan semakin kuat. Dengan demikian, pembangunan
talenta dalam kerangka NKRI bukan hanya urusan pembangunan manusia, tetapi juga urusan
menjaga keutuhan negara.
Heroisme kebangsaan menuntun kita untuk memahami bahwa melahirkan talenta unggul dari
seluruh penjuru negeri adalah bagian dari perjuangan mewujudkan janji kemerdekaan. Para
pendiri bangsa berjuang untuk menyatukan nusantara dalam bingkai NKRI. Kini, tugas kita
adalah memastikan bahwa bingkai itu diisi dengan generasi emas yang lahir dari setiap daerah.
Anak desa yang menjadi ilmuwan dunia, anak nelayan yang menjadi seniman internasional,
anak perbatasan yang menjadi atlet berkelas global—semuanya adalah wujud nyata bahwa
NKRI benar-benar menjadi ekosistem talenta. Setiap prestasi yang lahir dari pelosok negeri
adalah bukti bahwa Indonesia Emas 2045 bukan sekadar mimpi, melainkan cita-cita yang
sedang diwujudkan.
NKRI memberikan kita ruang yang luas untuk bermimpi sekaligus bekerja keras. Dengan
DBMTN sebagai instrumen konstitusional, kita memiliki peta jalan yang jelas untuk
menyiapkan SDM unggul. Tugas kita adalah memastikan bahwa peta jalan ini dijalankan
dengan konsisten, adil, dan berkelanjutan. Indonesia Emas 2045 akan tercapai jika seluruh
anak bangsa diberi ruang dan kesempatan yang sama. NKRI adalah jaminan bahwa cita-cita
ini bukan hanya untuk sebagian, tetapi untuk seluruh rakyat. Dengan semangat kebangsaan,
kepemimpinan visioner, dan gotong royong yang menyeluruh, NKRI akan terus menjadi ruang
ekosistem produktif yang melahirkan generasi emas bagi kejayaan bangsa.
Tabel
Dimensi Strategis NKRI sebagai Ruang Ekosistem Talenta Nasional
No Dimensi Strategis Fokus Utama Indikator Keberhasilan
1. Kesetaraan Wilayah Akses talenta merata di pusat
dan daerah
Fasilitas dan program talenta di
seluruh provinsi
2. Inklusivitas Sosial Partisipasi semua kelompok
tanpa diskriminasi
Representasi gender, suku, agama,
disabilitas
3. Geopolitik
Perbatasan
Talenta sebagai benteng
kedaulatan
Prestasi talenta dari wilayah
perbatasan
4. Keberagaman
Budaya
Kreativitas berbasis Bhinneka
Tunggal Ika
Karya budaya dari berbagai daerah
diakui dunia
5. Integrasi Nasional Talenta sebagai perekat NKRI Partisipasi daerah 3T dalam DBMTN
6. Ketahanan Nasional Talenta sebagai modal resilien
bangsa
Peningkatan kohesi sosial dan daya
tahan nasional

7. Bhinneka Tunggal Ika dan Inklusivitas Talenta
Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan luhur bangsa Indonesia yang telah mengakar sejak
lahirnya republik ini. Ia bukan sekadar semboyan, tetapi filosofi kebangsaan yang menegaskan
bahwa keberagaman adalah kekuatan, bukan kelemahan. Dalam kerangka DBMTN, semangat
Bhinneka Tunggal Ika menjadi prinsip utama yang memastikan bahwa pengembangan talenta
nasional tidak hanya berfokus pada pencapaian prestasi individu, tetapi juga pada
penghormatan dan pemanfaatan keragaman sebagai modal sosial yang memperkuat bangsa.

17

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Talenta unggul tidak boleh dimonopoli oleh kelompok tertentu, melainkan harus bersifat
inklusif, terbuka, dan merangkul seluruh anak bangsa tanpa diskriminasi berdasarkan gender,
agama, suku, bahasa, maupun kondisi disabilitas.
Inklusivitas dalam manajemen talenta adalah syarat mutlak untuk membangun bangsa yang
tangguh. Indonesia adalah rumah bagi lebih dari 1.300 suku bangsa dan ratusan bahasa
daerah. Kekayaan budaya, pengalaman hidup, dan pandangan dunia yang beragam ini adalah
ladang subur bagi lahirnya inovasi. DBMTN menjadikan keberagaman sebagai energi kreatif
yang memperkaya proses pembibitan, pengembangan, hingga penguatan talenta unggul.
Seorang ilmuwan dari Papua membawa perspektif khas dari tanah yang kaya sumber daya
alam. Seorang seniman dari Jawa menyumbangkan nilai filosofis dan estetika yang mendalam.
Seorang atlet dari Sulawesi melahirkan semangat juang yang tak kenal menyerah. Semua
talenta itu, dengan latar belakang beragam, bersatu dalam semangat kebangsaan, menjadikan
Indonesia lebih berwarna, lebih kuat, dan lebih berdaya saing di panggung dunia.
Prinsip inklusivitas juga menegaskan bahwa pengembangan talenta harus membuka ruang
yang sama bagi laki-laki maupun perempuan. Perempuan Indonesia telah membuktikan
kiprah luar biasa dalam sejarah, dari RA Kartini yang memperjuangkan emansipasi, hingga Sri
Mulyani yang mengharumkan nama bangsa di dunia internasional. DBMTN harus menjamin
agar perempuan mendapat ruang setara dalam pendidikan, riset, budaya, dan olahraga.
Demikian pula, penyandang disabilitas tidak boleh dikesampingkan. Mereka memiliki potensi
luar biasa yang dapat menjadi inspirasi bagi bangsa. Keberhasilan atlet-atlet paralimpiade
Indonesia adalah bukti bahwa keterbatasan fisik bukan penghalang untuk berprestasi, asalkan
negara memberikan dukungan dan kesempatan yang adil.
Inklusivitas dalam DBMTN juga berarti memastikan keadilan wilayah. Tidak boleh ada
ketimpangan antara pusat dan daerah, antara perkotaan dan pedesaan. NKRI sebagai rumah
besar bangsa ini harus menjadi ekosistem yang adil bagi seluruh warganya. DBMTN menuntut
pemerataan akses terhadap pendidikan berkualitas, fasilitas riset modern, panggung seni
budaya, serta sarana olahraga yang memadai di seluruh pelosok nusantara. Anak bangsa dari
perbatasan Kalimantan harus memiliki kesempatan yang sama dengan anak dari ibu kota
untuk mengembangkan potensinya. Dengan pemerataan ini, setiap daerah akan menjadi
pusat pertumbuhan talenta, sehingga Indonesia memiliki basis kekuatan yang menyeluruh,
bukan hanya terpusat pada segelintir wilayah.
Keberagaman yang dikelola dengan inklusivitas bukan hanya memperkuat kohesi sosial, tetapi
juga memperbesar peluang inovasi. Dalam riset ilmiah, kolaborasi lintas disiplin dan latar
belakang menghasilkan solusi kreatif yang lebih komprehensif. Dalam seni budaya,
percampuran tradisi dan modernitas melahirkan karya yang segar dan mendunia. Dalam
olahraga, keberagaman karakter dan semangat dari berbagai daerah memperkaya dinamika
kompetisi. Semua ini menunjukkan bahwa keragaman adalah sumber inovasi yang
memperkuat daya saing bangsa. Bangsa yang menghargai keragaman akan lebih adaptif dalam
menghadapi perubahan global, karena memiliki banyak perspektif dan strategi untuk
menghadapinya.
Dalam perspektif geopolitik dan ketahanan nasional, Bhinneka Tunggal Ika dan inklusivitas
talenta adalah kekuatan yang membuat Indonesia tidak mudah dipecah belah. Sejarah
menunjukkan bahwa bangsa yang gagal mengelola keberagaman rentan terhadap konflik
sosial, separatisme, dan disintegrasi. Sebaliknya, bangsa yang berhasil menjadikan
keberagaman sebagai kekuatan akan tumbuh sebagai bangsa yang solid dan disegani. DBMTN

18

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
memastikan bahwa setiap anak bangsa merasa diakui dan diberi kesempatan yang sama,
sehingga tercipta rasa memiliki yang kuat terhadap negara. Talenta yang lahir dari semangat
kebhinekaan akan menjadi perekat integrasi nasional, menjaga NKRI tetap utuh di tengah arus
globalisasi yang sering kali mengikis identitas.
Kepemimpinan nasional memegang peran penting dalam memastikan inklusivitas ini
terwujud. Pemimpin yang berakar pada nilai Pancasila akan memahami bahwa keadilan dan
kesetaraan adalah fondasi penting dalam membangun bangsa. Dengan kepemimpinan yang
visioner, integratif, dan konsisten, kebijakan DBMTN dapat dijalankan dengan adil dan
menyeluruh. Kepemimpinan inklusif berarti memberi ruang bagi suara-suara dari pinggiran,
memastikan partisipasi seluruh elemen masyarakat dalam membangun ekosistem talenta.
Kepemimpinan seperti ini bukan hanya memfasilitasi lahirnya talenta unggul, tetapi juga
menumbuhkan rasa kebangsaan yang mendalam, bahwa setiap prestasi individu adalah
kemenangan bersama bangsa Indonesia.
Heroisme kebangsaan dalam konteks ini berarti menjadikan setiap talenta unggul, dari
manapun asalnya, sebagai pahlawan modern bangsa. Anak dari desa terpencil yang berhasil
meraih Nobel dalam sains, penyandang disabilitas yang meraih medali emas paralimpiade,
atau seniman lokal yang karyanya dipamerkan di panggung dunia, semuanya adalah pahlawan
yang membuktikan bahwa Indonesia mampu bersaing dengan bangsa lain tanpa kehilangan
jati dirinya. Prestasi mereka adalah wujud nyata semangat Bhinneka Tunggal Ika, di mana
keberagaman menjadi jalan menuju kejayaan kolektif.
Dengan demikian, Bhinneka Tunggal Ika dan inklusivitas talenta adalah prinsip yang menjiwai
DBMTN. Keduanya memastikan bahwa transformasi talenta nasional tidak hanya melahirkan
individu berprestasi, tetapi juga membangun bangsa yang solid, inovatif, dan berdaya saing.
Prinsip ini menjamin bahwa Indonesia Emas 2045 bukan hanya mimpi segelintir orang,
melainkan cita-cita bersama seluruh rakyat. Dengan menghargai keragaman, merangkul
inklusivitas, dan menanamkan semangat kebangsaan, Indonesia akan mampu melahirkan
generasi emas yang mengharumkan nama bangsa, memperkuat integrasi nasional, dan
meneguhkan posisi Indonesia sebagai bangsa besar di mata dunia.
Tabel
Dimensi Strategis Bhinneka Tunggal Ika dan Inklusivitas Talenta dalam Kerangka DBMTN
No Dimensi Strategis Fokus Utama Indikator Keberhasilan
1. Kesetaraan Gender Akses setara bagi laki-laki dan
perempuan
Keterwakilan perempuan dalam
riset, budaya, olahraga
2. Inklusivitas Disabilitas Penghargaan pada potensi
penyandang disabilitas
Prestasi paralimpiade,
keterlibatan dalam riset & seni
3. Keberagaman Etnis
dan Budaya
Talenta dari seluruh suku dan
budaya
Representasi daerah dalam
ekosistem talenta
4. Pemerataan Wilayah Akses setara pusat-daerah,
kota-desa
Fasilitas dan program talenta di
wilayah 3T
5. Kohesi Sosial Talenta sebagai perekat
kebangsaan
Peningkatan rasa kebersamaan
dan solidaritas sosial
6. Inovasi Berbasis
Keragaman
Kreativitas dari perbedaan
latar belakang
Jumlah karya riset, seni, olahraga
yang mendunia

19

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series

8. Lingkungan Strategis dan Tantangan Global
Lingkungan strategis global pada abad ke-21 ditandai oleh dinamika yang bergerak cepat,
penuh ketidakpastian, dan sarat dengan tantangan multidimensi. Revolusi industri 4.0,
perubahan iklim, kompetisi geopolitik energi, serta pergeseran arsitektur keamanan dunia
adalah realitas yang harus dihadapi setiap bangsa, termasuk Indonesia. DBMTN merupakan
respons strategis agar bangsa ini tidak hanya menjadi penonton, tetapi aktor utama dalam
menghadapi arus perubahan global. Talenta unggul yang dihasilkan DBMTN tidak cukup hanya
menguasai pengetahuan teknis, tetapi juga harus memiliki kesadaran geopolitik, wawasan
kebangsaan, dan daya juang untuk menavigasi kompleksitas global demi kepentingan nasional
dan kejayaan bangsa.
Revolusi industri 4.0 telah mengubah wajah dunia dengan kehadiran kecerdasan buatan, big
data, robotik, dan internet of things. Dunia kerja dan pendidikan ditantang untuk beradaptasi
dengan percepatan teknologi yang disruptif. Talenta Indonesia tidak boleh tertinggal. DBMTN
menegaskan pentingnya menyiapkan SDM unggul yang tidak hanya mahir menguasai
teknologi, tetapi juga mampu menciptakan inovasi baru yang relevan dengan kebutuhan
bangsa. Tantangan industri 4.0 adalah peluang emas bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan
negara berkembang, asalkan generasi muda diarahkan menjadi pencipta, bukan hanya
pengguna teknologi. Dengan talenta yang inovatif, bangsa ini dapat memimpin di sektor
strategis seperti kesehatan, pangan, energi, maritim, dan pertahanan.
Selain tantangan teknologi, perubahan iklim adalah ancaman nyata yang melampaui batas
negara. Banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dan kenaikan permukaan laut mengancam
ketahanan pangan, energi, dan kesehatan global. DBMTN memandang isu ini sebagai bagian
penting dari pembangunan talenta. Talenta unggul dalam bidang riset lingkungan, energi
terbarukan, dan teknologi ramah lingkungan harus dilahirkan untuk memastikan Indonesia
mampu menghadapi dampak perubahan iklim sekaligus berkontribusi pada upaya global.
Generasi emas yang disiapkan DBMTN harus mampu memimpin transisi menuju
pembangunan berkelanjutan yang menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan
kelestarian lingkungan. Dengan demikian, Indonesia bukan hanya korban perubahan iklim,
melainkan pemimpin dalam solusi global.
Geopolitik energi adalah medan persaingan lain yang menuntut kesiapan talenta nasional.
Energi adalah urat nadi pembangunan, dan perebutan sumber energi telah lama menjadi
sumber konflik internasional. Indonesia dengan kekayaan sumber daya alamnya memiliki
posisi strategis, namun tanpa talenta unggul, kekayaan itu dapat menjadi bumerang. DBMTN
menekankan pentingnya melahirkan talenta di bidang energi, mulai dari riset energi
terbarukan, manajemen sumber daya, hingga diplomasi energi. Talenta unggul ini akan
memastikan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pengekspor bahan mentah, tetapi juga
pelaku utama dalam rantai nilai energi global. Dengan talenta energi yang kuat, Indonesia
dapat memperkuat kedaulatan energi, mengurangi ketergantungan, dan meningkatkan posisi
tawar dalam percaturan geopolitik dunia.
Arsitektur keamanan dunia juga mengalami perubahan signifikan. Ancaman tidak lagi hanya
bersifat konvensional, tetapi juga multidimensional, seperti kejahatan siber, terorisme lintas
negara, pandemi global, dan konflik hibrida. Dalam konteks ini, DBMTN memiliki peran vital
dalam melahirkan talenta yang mampu menghadapi ancaman kompleks tersebut. Talenta di
bidang keamanan siber, intelijen strategis, kesehatan global, dan diplomasi internasional

20

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
menjadi kebutuhan mendesak. Dengan menyiapkan talenta unggul di bidang ini, Indonesia
tidak hanya mampu melindungi dirinya dari ancaman, tetapi juga berkontribusi dalam
menjaga perdamaian dunia. Talenta Indonesia akan menjadi bagian dari soft power yang
memperkuat diplomasi global dan memperkokoh ketahanan nasional.
Lingkungan strategis global juga ditandai dengan meningkatnya interdependensi antarbangsa.
Isu perdagangan, keuangan, migrasi, hingga kesehatan saling terkait erat, menuntut kolaborasi
internasional. Talenta unggul Indonesia harus dibekali dengan kemampuan bekerja lintas
budaya, memahami dinamika global, dan membangun jejaring internasional. DBMTN
menempatkan diplomasi talenta sebagai bagian penting dari strategi nasional. Setiap
ilmuwan, seniman, dan atlet yang berkiprah di dunia internasional adalah duta bangsa yang
membawa nama Indonesia ke panggung global. Dengan kesadaran geopolitik yang kuat,
mereka akan menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi, sehingga setiap
prestasi menjadi simbol kejayaan Indonesia.
Namun, menghadapi lingkungan strategis global tidak hanya membutuhkan kecerdasan
intelektual, tetapi juga ketangguhan moral. Talenta unggul harus berakar pada Pancasila agar
tidak tercerabut dari identitas kebangsaan. Mereka harus memiliki integritas, gotong royong,
dan rasa tanggung jawab sosial yang tinggi. Dengan karakter kebangsaan yang kuat, talenta
Indonesia tidak mudah tergoda oleh kepentingan sempit atau hegemoni asing. Mereka akan
menjadi generasi emas yang mampu bersaing secara global, tetapi tetap setia menjaga
kedaulatan dan martabat bangsa. Inilah kekuatan sejati Indonesia: talenta unggul yang
kompetitif, berkarakter, dan berwawasan kebangsaan.
Heroisme kebangsaan dalam menghadapi tantangan global adalah semangat yang
menyalakan api perjuangan bangsa. Jika pada masa lalu para pahlawan berjuang dengan
bambu runcing melawan kolonialisme, maka hari ini generasi talenta berjuang dengan ilmu
pengetahuan, inovasi, dan kreativitas melawan tantangan global. Setiap riset yang
menghasilkan teknologi ramah lingkungan, setiap karya budaya yang menginspirasi dunia,
setiap medali olahraga yang diraih di panggung internasional adalah bentuk baru dari
heroisme bangsa. DBMTN adalah kawah candradimuka yang melahirkan pahlawan-pahlawan
modern untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.
Dengan seluruh tantangan yang ada, lingkungan strategis global harus dipandang bukan
sebagai ancaman semata, tetapi sebagai peluang untuk membuktikan kapasitas bangsa.
DBMTN adalah jawaban strategis yang memastikan bahwa bangsa ini tidak hanya mampu
bertahan, tetapi juga mampu memimpin dalam peradaban global. Transformasi talenta
nasional adalah jalan untuk meneguhkan Indonesia sebagai bangsa besar yang tidak tunduk
pada tekanan, tetapi tampil sebagai pemimpin yang disegani. Pada tahun 2045, ketika
Indonesia memasuki usia satu abad kemerdekaan, bangsa ini akan menyongsong status
sebagai negara maju. Namun, capaian itu hanya akan berarti bila didorong oleh SDM unggul
yang mampu mengelola tantangan global dengan cerdas, tangguh, dan bermartabat.
Dengan demikian, DBMTN adalah strategi kebangsaan untuk menyiapkan talenta yang tidak
hanya mampu menjawab kebutuhan domestik, tetapi juga mampu memberi kontribusi nyata
bagi dunia. Ujian terbesar bangsa ini bukanlah seberapa besar sumber daya alam yang dimiliki,
tetapi seberapa mampu melahirkan manusia unggul yang bisa memanfaatkan lingkungan
strategis global demi kepentingan nasional. Inilah misi luhur yang menuntut kolaborasi,
kepemimpinan visioner, dan kesetiaan pada nilai kebangsaan. Dengan talenta unggul yang

21

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
dilahirkan, Indonesia akan mampu berdiri sejajar dengan bangsa manapun, bahkan menjadi
pelopor dalam membangun dunia yang lebih adil, damai, dan berkelanjutan.
Tabel
Dimensi Strategis Lingkungan Global dan Tantangan dalam Kerangka DBMTN
No Dimensi Strategis Fokus Utama Indikator Keberhasilan
1. Revolusi Industri 4.0 Inovasi teknologi dan
digitalisasi
Jumlah inovasi, start-up, paten, dan
SDM digital
2. Perubahan Iklim Talenta ramah lingkungan dan
berkelanjutan
Riset energi hijau, mitigasi
bencana, inovasi lingkungan
3. Geopolitik Energi Kedaulatan dan kemandirian
energi
Penguasaan energi terbarukan,
diplomasi energi
4. Arsitektur Keamanan
Global
Talenta dalam keamanan siber
dan diplomasi
Kapasitas SDM di bidang siber,
kesehatan global, pertahanan
5. Interdependensi
Global
Kolaborasi lintas budaya dan
jejaring internasional
Jumlah kerja sama internasional
dan jejaring riset
6. Karakter Kebangsaan Integritas, gotong royong, dan
nasionalisme
Talenta berkarakter Pancasila dan
berdaya saing global

9. Wawasan Nusantara sebagai Paradigma Talenta Nasional
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang dirinya sendiri, tentang
tanah air yang membentang dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote,
sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Ia lahir dari
kesadaran kolektif bahwa Indonesia bukan sekadar wilayah yang dipersatukan oleh garis
batas, melainkan sebuah ruang hidup yang menyatu karena sejarah, cita-cita, dan tekad untuk
tetap bersama dalam bingkai NKRI. Dalam konteks pembangunan manusia dan
pengembangan sumber daya unggul, Wawasan Nusantara berfungsi sebagai paradigma
utama yang memastikan bahwa setiap anak bangsa, dari pusat hingga perbatasan, dari
perkotaan hingga pedalaman, memiliki hak yang sama untuk tumbuh menjadi talenta unggul.
DBMTN meneguhkan pentingnya Wawasan Nusantara sebagai fondasi agar manajemen
talenta tidak bias pusat, melainkan berbasis pemerataan regional.
Transformasi talenta nasional tanpa Wawasan Nusantara berisiko menciptakan ketimpangan
yang berbahaya. Bila akses hanya terpusat di kota besar atau wilayah tertentu, maka banyak
potensi anak bangsa di daerah terluar dan tertinggal yang terabaikan. Hal ini bukan hanya
merugikan individu, tetapi juga melemahkan integrasi nasional. DBMTN hadir untuk
mengatasi potensi kesenjangan ini dengan menegaskan bahwa seluruh wilayah Indonesia
adalah laboratorium talenta. Anak dari pulau kecil di Maluku harus memiliki kesempatan yang
sama dengan anak dari Jakarta untuk mengembangkan bakatnya di bidang riset, budaya, atau
olahraga. Anak dari pedalaman Kalimantan harus memiliki fasilitas setara dengan anak dari
kota besar untuk berinovasi. Dengan paradigma Wawasan Nusantara, pembangunan talenta
nasional benar-benar mencerminkan keutuhan bangsa, bukan hanya segelintir wilayah.
Wawasan Nusantara dalam DBMTN juga meneguhkan dimensi geopolitik. Indonesia adalah
negara kepulauan terbesar di dunia dengan posisi strategis di antara dua benua dan dua

22

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
samudera. Posisi ini memberikan peluang sekaligus tantangan. Talenta dari wilayah
perbatasan dan kepulauan kecil bukan hanya mewakili dirinya sendiri, tetapi juga menjadi
simbol kedaulatan negara. Ketika seorang atlet dari Papua mengibarkan Merah Putih di ajang
internasional, atau ketika seorang peneliti dari Nusa Tenggara menghasilkan inovasi energi
terbarukan, mereka tidak hanya mengharumkan nama bangsa, tetapi juga meneguhkan
eksistensi Indonesia di panggung global. Dengan demikian, Wawasan Nusantara dalam
pengembangan talenta adalah strategi geopolitik yang memperkuat posisi Indonesia sebagai
bangsa besar.
Lebih jauh, Wawasan Nusantara menjamin bahwa pembangunan talenta memperkuat kohesi
sosial dan identitas kebangsaan. Keanekaragaman budaya, bahasa, dan tradisi di seluruh
nusantara bukanlah penghalang, melainkan sumber daya kreatif yang memperkaya ekosistem
talenta. Seniman dari Bali, musisi dari Minang, penari dari Aceh, atau budayawan dari Toraja
semuanya memberi kontribusi unik dalam memperkaya khazanah budaya nasional. Dengan
paradigma Wawasan Nusantara, keberagaman ini tidak hanya dihargai, tetapi juga dijadikan
kekuatan untuk melahirkan inovasi budaya yang mendunia. Hal ini sekaligus memperkokoh
rasa persatuan dan kebanggaan kolektif sebagai bangsa majemuk yang tetap satu.
Dalam bidang riset dan inovasi, Wawasan Nusantara mendorong lahirnya solusi berbasis lokal
untuk masalah nasional. Anak bangsa dari daerah pesisir dapat mengembangkan teknologi
kelautan yang relevan, sementara anak dari dataran tinggi bisa menciptakan inovasi pertanian
yang sesuai dengan lingkungannya. Talenta dari daerah rawan bencana dapat
mengembangkan teknologi mitigasi bencana. Semua potensi ini hanya akan terwujud bila
DBMTN benar-benar menerapkan Wawasan Nusantara sebagai paradigma, di mana setiap
daerah dipandang sebagai pusat pengetahuan dan inovasi. Dengan cara ini, pembangunan
talenta bukan hanya soal mencetak individu unggul, tetapi juga soal memperkuat daya tahan
bangsa melalui solusi yang kontekstual dan berbasis lokal.
Wawasan Nusantara juga menjadi benteng menghadapi tantangan global. Globalisasi
seringkali membawa arus homogenisasi budaya, dominasi ekonomi, dan tekanan geopolitik
yang bisa mengikis identitas bangsa. Dengan Wawasan Nusantara, talenta Indonesia dibekali
dengan kesadaran geopolitik dan identitas kebangsaan yang kokoh, sehingga mereka mampu
berinteraksi dengan dunia tanpa kehilangan jati diri. Seorang ilmuwan Indonesia yang
berkiprah di panggung internasional, seorang atlet yang meraih medali dunia, atau seorang
seniman yang tampil di festival global tetap membawa nilai-nilai nusantara dalam dirinya.
Mereka adalah duta bangsa yang tidak hanya berprestasi, tetapi juga menjaga martabat dan
kedaulatan Indonesia.
Kepemimpinan nasional memiliki peran penting dalam memastikan bahwa Wawasan
Nusantara benar-benar menjadi paradigma dalam DBMTN. Pemimpin yang visioner harus
menjamin pemerataan fasilitas, pembiayaan, dan program di seluruh wilayah. Mereka harus
memastikan bahwa anak bangsa di wilayah perbatasan tidak merasa terabaikan, dan bahwa
daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) mendapat perhatian khusus. Dengan kepemimpinan
yang berpihak pada pemerataan, ekosistem talenta akan tumbuh di seluruh pelosok
nusantara, memperkuat integrasi nasional, dan meneguhkan NKRI.
Dalam narasi heroisme kebangsaan, Wawasan Nusantara adalah panggilan sejarah untuk
memastikan bahwa transformasi talenta benar-benar inklusif. Setiap anak bangsa, tanpa
memandang asal-usulnya, adalah bagian dari proyek besar menuju Indonesia Emas 2045.
Seorang peneliti dari pedalaman, seorang atlet dari daerah terpencil, seorang seniman dari

23

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
kampung kecil—semuanya adalah pahlawan modern yang memperkaya bangsa dengan
prestasi mereka. Setiap prestasi dari pelosok negeri adalah simbol bahwa Indonesia adalah
bangsa besar yang tidak pernah meninggalkan anak bangsanya. Dengan Wawasan Nusantara,
kita melangkah bersama menuju Indonesia Emas dengan keyakinan bahwa kejayaan bangsa
ini adalah hasil kerja kolektif seluruh rakyat.
Dengan demikian, Wawasan Nusantara sebagai paradigma talenta nasional bukan hanya
konsep ideal, tetapi kebutuhan nyata untuk memastikan transformasi SDM unggul berjalan
adil, merata, dan berkelanjutan. DBMTN menegaskan bahwa talenta nasional harus menjadi
representasi keutuhan dan kedaulatan bangsa, bukan hanya simbol prestasi individu. Dengan
Wawasan Nusantara, Indonesia akan mampu melahirkan generasi emas yang tidak hanya
unggul dalam kompetisi global, tetapi juga setia menjaga persatuan dan kedaulatan NKRI.
Tabel
Dimensi Strategis Wawasan Nusantara sebagai Paradigma Talenta Nasional
No Dimensi Strategis Fokus Utama Indikator Keberhasilan
1. Pemerataan
Regional
Kesetaraan pusat-daerah Fasilitas dan program talenta di semua
provinsi
2. Geopolitik
Perbatasan
Talenta sebagai penjaga
kedaulatan
Prestasi dari wilayah perbatasan dan
pulau kecil
3. Keberagaman
Budaya
Kreativitas berbasis lokal Karya budaya daerah diakui di tingkat
nasional dan global
4. Inovasi
Kontekstual
Solusi berbasis lingkungan
lokal
Riset dan inovasi dari berbagai wilayah
nusantara
5. Identitas
Kebangsaan
Talenta berkarakter
nusantara
Partisipasi talenta dalam penguatan
persatuan nasional
6. Integrasi Nasional Talenta sebagai perekat
bangsa
Meningkatnya kohesi sosial dan
keterwakilan daerah 3T

10. Kewaspadaan Nasional dalam Menjaga Talenta Bangsa
Kewaspadaan nasional adalah benteng terakhir yang memastikan keberlangsungan kehidupan
bangsa di tengah arus global yang sarat tantangan. Dalam konteks transformasi talenta
nasional, kewaspadaan menjadi sangat penting karena talenta adalah aset strategis yang
menentukan arah masa depan Indonesia. Mereka adalah putra-putri terbaik bangsa yang
menjadi motor inovasi, wajah kebudayaan, dan simbol kejayaan di panggung olahraga.
Namun, potensi besar ini juga diiringi kerentanan terhadap ancaman global, seperti brain
drain, penyalahgunaan teknologi, radikalisme, dan infiltrasi budaya asing. Tanpa kewaspadaan
nasional yang memadai, talenta unggul berisiko terseret arus globalisasi yang tidak terkendali
dan kehilangan arah kebangsaan. Oleh karena itu, DBMTN menegaskan pentingnya
membangun ekosistem talenta yang tidak hanya mengembangkan kapasitas, tetapi juga
melindungi keberlanjutan talenta dengan sistem yang resilien.
Ancaman brain drain adalah persoalan klasik yang masih menghantui bangsa-bangsa
berkembang. Banyak talenta cemerlang memilih bekerja atau berkarya di luar negeri karena
merasa tidak mendapat ruang atau dukungan yang cukup di tanah air. Akibatnya, bangsa

24

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
kehilangan potensi terbaiknya dan justru memperkaya negara lain. DBMTN memandang
fenomena ini sebagai ancaman serius yang harus ditangani dengan kebijakan strategis. Negara
harus menciptakan lingkungan yang kondusif, memberi insentif yang layak, dan menyediakan
ekosistem inovasi agar talenta merasa bangga, aman, dan sejahtera bila tetap berkontribusi
di Indonesia. Kewaspadaan nasional dalam hal ini diwujudkan dalam bentuk regulasi, program
insentif, dan kebijakan yang menempatkan talenta sebagai aset bangsa yang harus dijaga.
Penyalahgunaan teknologi adalah ancaman lain yang harus diantisipasi. Dalam era revolusi
industri 4.0, teknologi adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ia membuka peluang besar
bagi lahirnya inovasi dan produktivitas, tetapi di sisi lain, ia juga dapat disalahgunakan untuk
kejahatan siber, penyebaran disinformasi, hingga eksploitasi data pribadi. Talenta unggul yang
menguasai teknologi harus dibekali dengan etika dan tanggung jawab sosial agar tidak
terjebak dalam penggunaan yang merugikan bangsa. DBMTN menekankan pentingnya literasi
digital, etika teknologi, dan regulasi yang kuat untuk memastikan bahwa talenta tidak menjadi
alat kepentingan asing atau kelompok destruktif, melainkan menjadi penggerak kedaulatan
digital bangsa.
Radikalisme juga menjadi ancaman nyata bagi keberlanjutan talenta. Talenta unggul, terutama
generasi muda yang tengah mencari jati diri, rentan terhadap infiltrasi ideologi ekstrem yang
berusaha mengikis nilai kebangsaan. Radikalisme bukan hanya persoalan agama, tetapi juga
bisa muncul dalam bentuk intoleransi, separatisme, atau ideologi transnasional yang
mengancam keutuhan NKRI. Oleh karena itu, DBMTN harus bersinergi dengan lembaga
pendidikan, komunitas budaya, dan institusi keagamaan untuk menanamkan nilai-nilai
Pancasila, moderasi, dan toleransi. Kewaspadaan nasional berarti tidak hanya mengawasi
secara fisik, tetapi juga membangun benteng ideologis dalam hati dan pikiran talenta bangsa.
Infiltrasi budaya asing adalah tantangan lain yang menuntut kewaspadaan nasional.
Globalisasi sering kali membawa nilai-nilai yang tidak sejalan dengan identitas bangsa, seperti
konsumerisme berlebihan, hedonisme, atau individualisme ekstrem. Tanpa filter yang kuat,
talenta unggul bisa kehilangan akar budaya dan kebangsaan. DBMTN menekankan pentingnya
memperkokoh identitas kebangsaan melalui pendidikan karakter, penguatan seni budaya
lokal, dan diplomasi budaya. Dengan begitu, talenta unggul tetap bisa bersaing di dunia global,
tetapi tidak tercerabut dari jati diri nusantara. Mereka akan menjadi pribadi yang modern dan
kosmopolit, tetapi tetap berakar kuat pada Pancasila dan kebudayaan Indonesia.
Kewaspadaan nasional juga berarti membangun sistem deteksi dini yang kuat. Negara harus
mampu membaca tanda-tanda ancaman sejak awal agar dapat segera mengambil langkah
mitigasi. Dalam ekosistem talenta, deteksi dini bisa dilakukan melalui sistem monitoring
perkembangan talenta, analisis risiko geopolitik, serta pemetaan kerentanan sosial. Dengan
pendekatan berbasis data, DBMTN dapat mengantisipasi potensi brain drain, mencegah
infiltrasi ideologi, atau melawan penyalahgunaan teknologi sebelum menjadi masalah besar.
Sistem deteksi dini ini harus didukung oleh kolaborasi multipihak—pemerintah, akademisi,
industri, media, dan masyarakat—agar setiap ancaman bisa direspon secara cepat dan efektif.
Selain deteksi dini, kewaspadaan nasional juga mencakup regulasi yang adaptif. Dunia
bergerak cepat, dan ancaman baru bermunculan seiring perkembangan zaman. Regulasi yang
kaku dan lamban akan membuat negara tertinggal dalam melindungi talenta. Oleh karena itu,
DBMTN menuntut regulasi yang responsif, progresif, dan mampu menyesuaikan dengan
dinamika global. Regulasi ini harus meliputi perlindungan hak kekayaan intelektual,
pengaturan mobilitas talenta internasional, serta kebijakan afirmatif bagi kelompok rentan.

25

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Dengan regulasi yang adaptif, talenta bangsa dapat berkembang tanpa khawatir dieksploitasi
atau tersisih dalam persaingan global.
Kewaspadaan nasional juga harus diwujudkan dalam bentuk sistem perlindungan yang
menyeluruh. Negara harus hadir memberi jaminan kesejahteraan, keamanan, dan kepastian
bagi talenta. Hal ini mencakup akses pendidikan yang merata, fasilitas riset yang memadai,
jaminan sosial yang adil, serta penghargaan yang layak bagi prestasi. Perlindungan ini bukan
sekadar untuk mencegah ancaman, tetapi juga untuk membangun rasa percaya diri dan
kebanggaan talenta terhadap bangsa. Talenta yang merasa dihargai dan dilindungi akan lebih
setia dan termotivasi untuk mengabdikan diri pada tanah air.
Dalam narasi heroik kebangsaan, kewaspadaan nasional dalam menjaga talenta bangsa
adalah kelanjutan dari semangat perjuangan para pahlawan. Jika dahulu para pendiri bangsa
menjaga kedaulatan dengan bambu runcing dan semangat perlawanan, maka kini generasi
penerus menjaga kedaulatan dengan ilmu pengetahuan, inovasi, dan prestasi. Setiap ilmuwan
yang bertahan di tanah air untuk berkontribusi, setiap seniman yang menolak kehilangan
identitas budaya, setiap atlet yang mengibarkan Merah Putih dengan penuh kebanggaan di
panggung dunia adalah pahlawan modern yang menunjukkan bahwa kewaspadaan nasional
tidak sia-sia. Mereka adalah bukti bahwa bangsa ini mampu melindungi dan mengembangkan
aset strategisnya demi Indonesia Emas 2045.
Dengan demikian, kewaspadaan nasional dalam menjaga talenta bangsa adalah pilar penting
dalam DBMTN. Ia memastikan bahwa talenta tidak hanya berkembang secara teknis, tetapi
juga terlindungi dari ancaman global. Kewaspadaan nasional adalah filter yang menjaga agar
talenta tetap setia pada bangsa, berakar pada nilai Pancasila, dan berkontribusi nyata bagi
NKRI. Dengan sistem deteksi dini, regulasi adaptif, dan perlindungan menyeluruh, Indonesia
akan mampu menyiapkan SDM unggul yang bukan hanya tangguh menghadapi tantangan
global, tetapi juga resilien menjaga keutuhan nasional. Pada akhirnya, kewaspadaan nasional
adalah jaminan bahwa perjalanan menuju Indonesia Emas 2045 akan ditempuh dengan
kokoh, karena bangsa ini mampu menjaga aset terbesarnya: talenta unggul yang setia,
berkarakter, dan berdaya saing dunia.
Tabel
Dimensi Strategis Kewaspadaan Nasional dalam Menjaga Talenta Bangsa
No Dimensi Strategis Fokus Utama Indikator Keberhasilan
1. Pencegahan Brain
Drain
Menahan talenta tetap
berkarya di tanah air
Jumlah talenta kembali dan
bertahan di Indonesia
2. Etika Teknologi Pemanfaatan teknologi yang
bertanggung jawab
Literasi digital, regulasi data,
inovasi etis
3. Deradikalisasi Talenta Perlindungan dari infiltrasi
ideologi ekstrem
Kurikulum Pancasila, moderasi,
toleransi
4. Perlindungan Budaya Menjaga talenta dari infiltrasi
budaya asing
Karya budaya lokal mendunia,
diplomasi budaya
5. Deteksi Dini Ancaman Monitoring risiko global
terhadap talenta
Sistem peringatan dini, data
talenta nasional
6. Sistem Perlindungan
Menyeluruh
Jaminan kesejahteraan dan
keamanan talenta
Akses pendidikan, jaminan sosial,
penghargaan prestasi

26

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series

Daftar Pustaka
Bennis, Warren & Goldsmith, Burt. Learning to Lead: A Workbook on Becoming a Leader.
Basic Books.
Buckingham, Marcus & Clifton, Donald O. Now, Discover Your Strengths. Free Press.
Christensen, Clayton M., Raynor, Michael E., & McDonald, Rory. What Is Disruptive
Innovation? Harvard Business Review Press (serta bukunya The Innovator’s
Dilemma).
Collins, Jim. Good to Great: Why Some Companies Make the Leap… and Others Don’t.
HarperBusiness.
Davis, Richard A. The Intangibles of Leadership: The 10 Qualities of Superior Executive
Performance. Jossey-Bass.
Goleman, Daniel, Boyatzis, Richard, & McKee, Annie. Primal Leadership: Unleashing the
Power of Emotional Intelligence. Harvard Business Review Press.
Hamel, Gary & Prahalad, C. K. Competing for the Future. Harvard Business Press.
Heifetz, Ronald A. & Linsky, Marty. Leadership on the Line: Staying Alive through the Dangers
of Leading. Harvard Business Review Press.
Hennessy, John L. Leading Matters: Lessons from My Journey. Stanford University Press.
INSEAD (2024). Global Talent Competitiveness 2023, Index
https://www.insead.edu/system/files/2023-11/gtci-2023-report.pdf
Kissinger, Henry. Leadership: Six Studies in World Strategy. Penguin Press.
Kouzes, James M., & Posner, Barry Z. The Leadership Challenge. John Wiley & Sons.
Matriciano, Pedro. Talent Intelligence: What You Need to Know to Empower People & Teams
for Business Results. IMD / Wiley (atau edisi IMD).
Maxwell, John C. The 21 Irrefutable Laws of Leadership. Thomas Nelson.
Morgan, Jacob. The Future Leader: 9 Skills and Mindsets to Succeed in the Next Decade.
Wiley.
Northouse, Peter G. Leadership: Theory and Practice. Sage Publications.
Peraturan Presiden Nomor 108 Tahun 2024 tentang Desain Besar Manajemen Talenta
Nasional
Ram Charan, Stephen Drotter & James Noel. The Leadership Pipeline: How to Build the
Leadership Powered Company. Jossey-Bass.
Schein, Edgar H. Organizational Culture and Leadership. Jossey-Bass.
Senge, Peter M. The Fifth Discipline: The Art & Practice of the Learning Organization.
Doubleday.
Ulrich, Dave, Brockbank, Wayne, Johnson, Bruce, Sandholtz, Jon Younger. HR Competencies:
Mastery at the Intersection of People and Business. Society for Human Resource
Management (SHRM).

27

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series
Willink, Jocko & Babin, Leif. Extreme Ownership: How U.S. Navy SEALs Lead and Win. St.
Martin’s Press.

Jakarta, 16 Oktober 2025

Dadang Solihin

28

Mempersiapkan SDM Unggul
The Series

Tentang Penulis

Sejak awal Januari 2022 Dadang Solihin memperkuat Lemhannas RI
sebagai Tenaga Ahli Profesional (Taprof). Wredatama ini menempuh
pendidikan S1 dan S2 pada Program Studi Ekonomi Pembangunan.
Gelar SE ia peroleh dari Fakultas Ekonomi Universitas Katolik
Parahyangan Bandung (1986), dan gelar MA ia peroleh dari University
of Colorado at Denver, USA (1996). Adapun gelar Doktor Ilmu
Pemerintahan ia peroleh dari FISIP Universitas Padjadjaran Bandung
(2011).
Kariernya sebagai PNS ia tekuni lebih dari 33 tahun. Dimulai dari
Bappenas sejak awal 1988, di mana ia pernah menjadi Direktur selama 7 tahun lebih. Atas
pengabdiannya ini, negara menganugerahi Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya
melalui 3 Presiden RI, yaitu dari Presiden Gusdur (2020), Presiden SBY (2009) dan Presiden
Jokowi (2019).
Ia pernah menjadi Rektor PTS Universitas Darma Persada (Unsada) Jakarta Masa Bakti 2015-
2018, dan sempat mendirikan Batalyon Bushido Resimen Mahasiswa Jayakarta. Pangkat
Akademiknya adalah Associate Professor/Lektor Kepala TMT 1 Oktober 2004. Ia juga pernah
menjadi Ketua Dewan Riset Daerah Provinsi DKI Jakarta Masa Bakti 2018-2022.
Jabatan terakhirnya sebagai PNS adalah Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Budaya dan
Pariwisata sampai memasuki usia pensiun sebagai PNS golongan IV.e TMT 1 Desember 2021.
Di dunia kampus, saat ini ia menjabat sebagai Ketua Senat Akademik Institut STIAMI.
Senior citizen yang setiap hari menikmati perjalanan Bike to Work ini adalah Peserta Terbaik
Diklat Kepemimpinan Tingkat II Angkatan XXIX tahun 2010 yang diselenggarakan oleh
Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI Jakarta dan Peserta Terbaik Program Pendidikan
Reguler Angkatan (PPRA) XLIX tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Lembaga Ketahanan
Nasional (Lemhannas) RI. Ia dinyatakan Lulus Dengan Pujian serta dianugerahi Penghargaan
Wibawa Seroja Nugraha.
Pada tahun 2019 Dadang Solihin mengikuti Pelatihan Jabatan Fungsional Perencana Tingkat
Utama yang diadakan oleh Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan Perencana
(Pusbindiklatren) Kementerian PPN/Bappenas RI bekerjasama dengan Lembaga Penyelidikan
Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM-FEB UI).
Ia dinyatakan lulus dengan memperoleh Nilai Terbaik dan Policy Papernya dijadikan standar
nasional dalam Penilaian Kinerja Jabatan Fungsional Perencana yang diatur dalam Peraturan
Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 1 Tahun 2022.