TUGAS REFLEKSI PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN.pdf

hisarwindovanisitumo 1 views 6 slides Oct 13, 2025
Slide 1
Slide 1 of 6
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6

About This Presentation

jurnal


Slide Content

TUGAS REFEKSI
MODUL PENEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

Nomor Peserta : 10202206100006
Nama : Herti Sitorus
Mapel : Pendidikan Agama Kristen
LPTK : IAKN TARUTUNG
Dosen Fasilitator : Dr. RIDA GULTOM, M.Pdk
NO.HP : 082368322878
Kelompok Belajar : Kelompok 14

1. Pilih materi yang menarik dan deskripsikan materi tersebut!
Topik yang menarik buat saya adalah: Topik 5 Pengembangan Asesmen pembelajaran
Salah satu materi yang paling menarik dalam modul ini adalah tentang Langkah Asesmen Awal
hingga Diferensiasi. Materi ini memberikan panduan konkret kepada guru untuk benar-benar
memahami siapa peserta didiknya sebelum proses belajar dimulai. Dengan melakukan asesmen
awal seperti pretest, kuesioner minat, atau tes gaya belajar, guru bisa mendapatkan gambaran
yang lebih utuh tentang kesiapan, minat, dan cara belajar setiap individu. Hasil dari asesmen
tersebut kemudian dianalisis dan digunakan untuk mengelompokkan peserta didik, agar
pembelajaran bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Tidak ada lagi pendekatan
seragam untuk semua; pembelajaran dirancang secara berbeda sesuai karakteristik tiap
kelompok.
Materi ini terasa sangat membumi dan aplikatif karena menyentuh tantangan nyata yang
sering guru hadapi di kelas: keberagaman. Dengan memahami dan menerapkan langkah-langkah
ini, guru bisa menciptakan pengalaman belajar yang lebih adil, menyenangkan, dan bermakna.
Tidak hanya itu, pembelajaran berdiferensiasi yang lahir dari hasil asesmen awal akan membuat
peserta didik merasa dihargai dan diakomodasi, sehingga mereka lebih termotivasi untuk belajar.
Ini bukan hanya tentang teknik mengajar, tapi juga soal empati, kepekaan, dan komitmen untuk
memastikan setiap anak mendapatkan kesempatan terbaik dalam belajar.

2. Analisis implementasi/penerapan materi tersebut!

Implementasi dari materi Langkah Asesmen Awal hingga Diferensiasi dalam praktik
pembelajaran sangat bergantung pada kesadaran dan kesiapan guru dalam mengenali perbedaan
individual peserta didik sejak awal. Di lapangan, penerapan asesmen awal bisa dilakukan dengan
cara sederhana namun bermakna, seperti memberikan pretest di awal semester, menyebarkan
angket minat belajar, atau mengamati perilaku dan respons peserta didik selama beberapa hari
pertama pembelajaran. Dari data tersebut, guru dapat mulai mengelompokkan peserta didik,
misalnya berdasarkan tingkat penguasaan materi atau gaya belajar dominan mereka visual,
auditori, atau kinestetik. Ini menjadi langkah awal yang sangat penting agar proses pembelajaran
tidak hanya bersifat umum, tetapi benar-benar menyentuh kebutuhan dan potensi masing-masing
anak.

Setelah pengelompokan dilakukan, tantangan selanjutnya adalah mendesain pembelajaran yang
berdiferensiasi. Ini berarti guru harus menyiapkan variasi dalam materi, metode, dan bentuk
tugas. Sebagai contoh, dalam pelajaran Pendidikan Agama Kristen, peserta didik dengan gaya
belajar visual bisa diajak membuat ilustrasi dari cerita Alkitab, seperti perumpamaan tentang
Anak yang Hilang. Untuk peserta didik yang auditori, guru bisa mengajak mereka menyanyikan
lagu rohani atau mendengarkan renungan singkat. Sedangkan untuk peserta didik kinestetik,
mereka bisa diajak bermain peran tokoh-tokoh Alkitab atau membuat proyek kecil tentang
tindakan kasih di rumah dan lingkungan sekitar. Di sinilah kreativitas dan kepekaan guru diuji.
Meski membutuhkan usaha ekstra, hasilnya sangat nyata: peserta didik merasa dilibatkan,
dihargai, dan pembelajaran menjadi lebih hidup. Ini adalah wujud nyata dari pembelajaran yang
berpihak pada murid—sebuah pendekatan yang penuh kasih dan bermakna.

3. Tuliskan pengalaman praktis dari proses pembelajaran yang mendukung atau
bertentangan dengan materi yang dipelajari!
Saya pernah mengalami sendiri betapa pentingnya melakukan asesmen awal dan menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi dalam mengajar Pendidikan Agama Kristen di kelas tiga. Di awal
semester, saya menyampaikan cerita Alkitab seperti biasanya, dan saya pikir semua peserta didik
akan menikmati dan memahami dengan cara yang sama. Tapi ternyata tidak. Ada beberapa anak
yang tampak antusias, ikut menanggapi, bahkan bertanya. Tapi ada juga yang terlihat bingung,
cepat kehilangan fokus, atau hanya diam saja. Dari situ saya mulai merasa, “Oh, sepertinya saya
perlu memahami mereka lebih dalam lagi.”

Saya pun mencoba melakukan asesmen awal yang sederhana saya sebar angket minat, dan saya
amati gaya belajar mereka selama beberapa hari. Ternyata memang beragam: ada yang lebih
suka melihat gambar, ada yang lebih suka mendengarkan, dan ada yang tidak bisa diam, lebih
suka bergerak. Akhirnya saya mulai menyesuaikan pendekatan. Saat mengajar tentang kasih
Tuhan, saya bagi mereka ke dalam kelompok berdasarkan gaya belajarnya. Ada yang membuat
poster, ada yang menyanyikan lagu rohani, dan ada yang bermain peran sebagai tokoh Alkitab.
Dan yang paling saya syukuri, suasana kelas jadi jauh lebih hidup. Anak-anak yang tadinya pasif
mulai menunjukkan semangatnya. Dari pengalaman ini, saya benar-benar merasakan bahwa
ketika kita mau memahami kebutuhan unik setiap anak, pembelajaran bukan hanya jadi efektif—
tapi juga terasa hangat dan bermakna.

4. Uraikan tantangan yang dihadapi dan hikmah (lesson learn) yang didapatkan!
Tantangan terbesar yang saya hadapi ketika mencoba menerapkan asesmen awal dan diferensiasi
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen adalah bagaimana mengenali dan memahami
gaya belajar setiap peserta didik secara tepat. Setiap anak itu unik, dan kadang saya merasa
kesulitan untuk segera mengetahui cara terbaik agar mereka bisa menangkap pelajaran dengan
baik. Beberapa anak lebih mudah mencerna melalui cerita, sementara yang lainnya
membutuhkan gambar atau bahkan gerakan untuk bisa memahami. Proses ini tidak langsung,
dan terkadang saya merasa kurang yakin apakah saya sudah menemukan metode yang tepat.
Namun, saya tahu saya harus lebih sabar dan teliti untuk memperhatikan setiap anak dengan
seksama.

Hikmah yang saya dapatkan dari tantangan ini adalah bahwa keterbukaan terhadap perbedaan
adalah kunci untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna. Saya belajar bahwa
sebagai guru, kita harus bisa melibatkan hati dan pikiran, bukan hanya mengajar materi, tetapi
juga mengerti siapa peserta didik kita. Saya jadi semakin sadar bahwa asesmen awal tidak hanya
tentang mengukur sejauh mana mereka tahu, tetapi lebih pada mengenali karakter, minat, dan
kebutuhan belajar mereka. Dan dari situ, saya semakin yakin bahwa dengan pendekatan yang
lebih personal dan berdiferensiasi, setiap anak bisa tumbuh dengan cara yang sesuai dengan
potensi mereka. Pembelajaran menjadi lebih hidup dan saya merasa lebih dekat dengan mereka,
bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendamping dalam perjalanan belajar mereka.

5. Buat rencana aksi penerapan materi tersebut dalam kegiatan pembelajaran!
Berikut adalah rencana aksi untuk penerapan materi asesmen awal dan diferensiasi dalam
kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen:
1. Langkah Persiapan
 Tujuan: Menyusun rencana pembelajaran yang mengakomodasi perbedaan gaya belajar
peserta didik.
 Kegiatan:
o Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan
mempertimbangkan berbagai gaya belajar (visual, auditori, kinestetik).
o Menyiapkan instrumen asesmen awal, seperti angket minat belajar, tes gaya belajar,
dan pretest tentang pemahaman dasar Alkitab.
o Mempersiapkan berbagai media pembelajaran, seperti gambar, video, lagu rohani,
dan bahan untuk drama atau permainan peran.
2. Pelaksanaan Asesmen Awal
 Tujuan: Mengidentifikasi gaya belajar, minat, dan kesiapan peserta didik dalam memahami
topik-topik Pendidikan Agama Kristen.
 Kegiatan:
o Pada awal pembelajaran, beri pretest untuk mengukur pemahaman awal tentang
topik yang akan diajarkan (misalnya, cerita Alkitab tentang kasih).
o Sebarkan angket minat untuk mengetahui apa yang membuat peserta didik tertarik
dalam mempelajari agama.
o Lakukan observasi dan diskusi kelompok kecil untuk melihat bagaimana anak
merespons materi dan aktivitas pembelajaran.
3. Pengelompokkan Peserta Didik
 Tujuan: Mengelompokkan peserta didik berdasarkan gaya belajar dan tingkat pemahaman
mereka.
 Kegiatan:
o Kelompokkan peserta didik berdasarkan hasil asesmen awal (visual, auditori,
kinestetik).
o Tentukan kelompok dengan tingkat pemahaman yang serupa untuk memudahkan
perancangan pembelajaran yang lebih sesuai.
4. Rancang Pembelajaran Berdiferensiasi
 Tujuan: Menyesuaikan materi, metode, dan tugas agar sesuai dengan gaya belajar peserta
didik yang berbeda.

 Kegiatan:
o Untuk peserta didik visual: Berikan mereka media gambar atau video yang
menggambarkan cerita Alkitab, seperti gambar perumpamaan Anak yang Hilang.
o Untuk peserta didik auditori: Ajak mereka mendengarkan cerita Alkitab yang
diceritakan dengan intonasi yang menarik, dan ajak mereka menyanyikan lagu
rohani yang sesuai dengan tema.
o Untuk peserta didik kinestetik: Libatkan mereka dalam permainan peran, misalnya
dengan bermain peran sebagai tokoh-tokoh Alkitab dalam cerita kasih dan
pengampunan.
5. Pelaksanaan Pembelajaran
 Tujuan: Mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai dengan gaya
belajar peserta didik.
 Kegiatan:
o Selama pembelajaran, lakukan penilaian formatif melalui observasi dan umpan
balik secara langsung kepada peserta didik untuk mengetahui bagaimana mereka
menyerap materi.
o Berikan tugas berdiferensiasi sesuai dengan kelompok gaya belajar masing-masing.
Misalnya, buat presentasi tentang kasih Tuhan dalam kelompok visual, membuat
drama tentang pengampunan dalam kelompok kinestetik, dan diskusi tentang makna
kasih dalam kelompok auditori.
6. Evaluasi dan Refleksi
 Tujuan: Mengevaluasi proses pembelajaran dan mencatat pembelajaran yang telah
berlangsung.
 Kegiatan:
o Setelah kegiatan pembelajaran selesai, lakukan penilaian sumatif untuk mengetahui
sejauh mana peserta didik menguasai materi, seperti dengan memberikan kuis atau
tugas akhir.
o Refleksikan hasil pembelajaran bersama peserta didik, ajak mereka berdiskusi
tentang hal-hal yang mereka pelajari dan cara mereka belajar. Ini memberikan
kesempatan bagi mereka untuk mengekspresikan pendapat dan pengalaman mereka.

7. Perbaikan dan Pengembangan
 Tujuan: Menyempurnakan pembelajaran di masa depan berdasarkan hasil evaluasi.
 Kegiatan:
o Berdasarkan hasil asesmen dan umpan balik dari peserta didik, lakukan perbaikan
dalam strategi pembelajaran untuk hari-hari berikutnya.
o Kembangkan lebih banyak variasi dalam metode pembelajaran dan asesmen agar
semakin inklusif dan memperhatikan kebutuhan semua peserta didik.
Tags