Tugas Respirologi Tata Laksana TB pada Anak

IrkaniaPasangka2 0 views 21 slides Oct 09, 2025
Slide 1
Slide 1 of 21
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21

About This Presentation

Tugas Respirologi Tata Laksana TB pada Anak


Slide Content

TATALAKSANA TB ANAK Oleh : dr. Halifah Haris dr. Anna Mariska dr. Irmanty Patiung dr. Ririn Friska Wairara dr. Mahmudah Pembimbing : dr. Dwi Wastoro Dadiyanto , SpA (K)

Tata laksana TB anak: 1. Pengobatan 2. Pencegahan / Profilaksis - Profilaksis primer - Profilaksis sekunder

Tujuan Pemberian OAT Menyembuhkan pasien TB Mencegah kematian akibat TB atau efek jangka panjangnya. Mencegah TB relaps. Mencegah terjadinya dan transmisi resistensi obat. Menurunkan transmisi TB. Mencapai seluruh tujuan pengobatan dengan toksisitas seminimal mungkin. Mencegah reservasi sumber infeksi dimasa yang akan datang.

Hal yang perlu diperhatikan Obat TB diberikan dalam panduan obat, tidak boleh diberikan sebagai monoterapi. Pengobatan diberikan setiap hari. Pemberian gizi yang adekuat. Mencari penyakit penyerta, jika ada ditatalaksana bersamaan.

Obat TB yang digunakan: First line: isoniazid (H), rifampisin (R), pirazinamid (P), etambutol (E), streptomisin (S). Second line: para aminosalicylic acid, cycloserin terizidone, ethionamide, prothionamide, ofloxacin, levofloxacin, moxifloxacin, gatifloxacin, ciprofloxacin, kanamycin, amikasin dan capreomycin, yang digunakan jika terjadi MDR.

Nama Obat Dosis Harian (mg/kgBB/hari) Dosis maksimal (mg/hari) Efek samping Isoniazid 10 (7-15) 300 Hepatitis, neuritis perifer, hipersensitifitas Rifampicin 15 (10-20) 600 Gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis, trombositopenia, peningkatan enzim hati, cairan tubuh berwarna orange kemerahan pirazinamide 35 (30-40) - Toksisitas hepar, atralgia,gastrointestinal Etambutol 20 (15-25) - Neuritis optik, ketajaman mata berkurang, buta warna merah hiaju, hipersensitivitas, gastrointestinal

Kategori Diagnostik Fase Intensif Fase Lanjutan TB Klinis 2HRZ 4RH TB Kelenjar Efusi Pleura TB Tb Terkonfirmasi Bakteriologis 2HRZE 4RH Tb paru dengan kerusakan luas Tb ekstra paru TB Tulang 2HRZE 10RH Tb Milier Tb Meningitis

DOSIS OAT, KDT PADA TB ANAK BERAT BADAN (KG) FASE INTENSIF ( 2 BULAN) RHZ (75/50/150) FASELANJUTAN (4 BULAN) RH (75/50) 5 - 7 1 Tab 1 tab 8 - 11 2 tab 2 tab 12 - 16 3 tab 3 tab 17 - 22 4 tab 4 tab 23 – 30 5 tab 5 tab > 30 OAT dewasa

Keterangan: Bayi < 5 kg pemberian OAT secara terpisah, tidak dalam bentuk FDC Apabila ada kenaikan BB maka dosis dan jumlah tablet menyesuaikan Untuk anak dengan obesitas, dosis FDC berdasarkan BB ideal Obat FDC diberikan secara utuh Diberikan dengan cara ditelan utuh, dikunyah atau dimasukkan air dalam sendok Diberikan saat perut kosong/ paling cepat 1 jam setelah makan Bila INH dikombinasi dengan Rifampisin, dosis INH tidak melebihi 10 mg/kgBB/hari Apabila OAT lepas diberikan dalam bentuk puyer, semua obat tidak boleh digerus bersama

FIXED DOSE COMBINATION

KORTIKOSTEROID Pada kondisi : TB Meningitis Sumbatan jalan napas akibat TB Kelenjar (endobronkial TB) Perikarditis TB TB milier dengan gangguan napas berat Efusi pleura TB TB Abdomen + ascites Prednison 2 mg/kgBB/hari, 4 mg/kgBB/hr (sakit berat), max dosis 60 mg/hr selama 4 minggu -tapp off dilakukan secara bertahap setelah 2 minggu pemberian kecuali pada TB meningitis pemberian selama 4 minggu sebelum tappering-off

PIRIDOKSIN Piridoksin Isoniazid menyebabkan defisiensi piridoksin simptomatik Direkomendasikan pada HIV Positif dan Malnutrisi berat Dosis : 5-10 mg

Nutrisi Status gizi pada anak mempengaruhi keberhasilan pengobatan TB. Penilaian status gizi dilakukan secara rutin, meliputi: pengukuran BB, TB, LLA atau pengamatan gejala dan tanda malnutrisi seperti edema/ muscle wasting Pemberian makanan tambahan selama pengobatan ASI tetap diberikan jika anak masih dalam masa menyusu

Pemantauan pengobatan TB anak Orang tua sebagai PMO Setiap kunjungan dievaluasi respon pengobatan, kepatuhan, toleransi dan efek samping obat Respon pengobatan dikatakan baik: gejalanya klinis membaik, nafsu makan meningkat, BB meningkat. Pemberian obat dihentikan setelah pengobatan lengkap, dengan melakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang.

Tatalaksana pasien yang berobat tidak teratur tidak minum obat > 2 minggu (fase intensif) > 2 bulan (fase lanjutan) Ulangi pengobatan dari awal + Menunjukkan Gejala TB

tidak minum obat < 2 minggu (fase intensif) lanjutkan sisa pengobatan < 2 bulan (fase lanjutan) sampai selesai + Menunjukkan Gejala TB

Pengobatan ulang TB Anak yang pernah mendapat pengobatan TB, apabila datang kembali dengan gejala TB, perlu dievaluasi apakah anak tsb menderita TB. Evaluasi dengan Px sputum / sistem skoring

Tata laksana efek samping obat Hepatotoksisitas Px kadar enzim hati tidak perlu dilakukan secara rutin pada anak yg akan memulai pengobatan Peningkatan enzim ringan tanpa gejala klinis ( < 5x nilai normal) BUKAN merupakan indikasi penghentian terapi Hepatomegali / ikhterus -> pengukuran enzim hati dan bila perlu penghentian terapi Obat diberikan kembali jika fungsi hati kembali normal, diberikan dengan dosis kecil dalam rentang terapi dan tetap memonitor fungsi hati

TERIMA KASIH MOHON ASUPAN

Daftar Pustaka Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Pada Anak . Kemenkes RI. 2016 Buku Ajar Respirologi Anak . Edisi 1. Badan Penerbit IDAI. 2018
Tags