zzzzzzzzzzzzzzzzz-Farmakoterapi Asma.pptx

kikirawitri1 1 views 55 slides Oct 11, 2025
Slide 1
Slide 1 of 55
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55

About This Presentation

vgffdsryjdfc


Slide Content

Farmakoterapi Asma a pt. Kiki Rawitri , M.Farm . Fakultas Farmasi UMN Al Washliyah

ASMA Penyakit inflamasi kronik pada saluran pernafasan di mana berbagai sel terlibat , terutama sel mast, eosinofil , dan limfosit T yang ditandai dengan mengi , sulit bernapas , sesak napas , dan batuk Inflamasi Obstruksi saluran napas bersifat reversible Hiperplasia otot polos ( GINA 2021, Dipiro 11 th ed )

Gambaran Bronkus pada Asma ( GINA 2021, Dipiro 11 th ed )

Berdasarkan data dari WHO, saat ini jumlah penderita asma di seluruh dunia mencapai 300 juta . Ada sekitar 250.000 kematian yang disebabkan oleh serangan asma setiap tahunnya , yang kebanyakan berasal dari negara dengan ekonomi rendah-sedang . Menurut hasil Riskesdas tahun 2018 prevalensi asma pada penduduk untuk semua umur di Indonesia mencapai angka 2,4% Epidemiologi

ISPA (rhinovirus, influenza, pneumonia, dll ) Alergen ( debu , serbuk sari bunga , tungau , kecoa , jamur , dll ) Lingkungan ( udara dingin , gas SO 2 , NO 2 , asap rokok , dll ) Emosi : cemas , stress Olahraga : terutama pada suhu dingin dan kering Obat / pengawet : Aspirin, NSAID, sulfit , benzalkonium klorida , β - bloker Stimulus pekerjaan Etiologi / Faktor pemicu

Faktor R isiko (Source: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia, 2019)

Asthma Pathophysiology Smooth Muscle Dysfunction Airway Inflammation Bronchoconstriction Bronchial hyperreactivity Hypertrophy/hyperplasia Inflammatory mediator release Inflammatory cell infiltration Mucosal edema Cellular proliferation Ephitelial proliferation Symptom/Exacerbations ( Pharmacotherapy Dipiro 11 th ed )

Patologi utama : Inflamasi Bronkokonstriksi Hiperresponsivitas Hipersekresi mukus ( Pharmacotherapy Dipiro 11 th ed ) Patofisiologi ( lanjutan )

Inflamasi → kata kunci untuk menjelaskan perubahan patologis yang terjadi pada asma Inflamasi : reaksi pertahanan diri terhadap invasi organisme asing dengan tujuan perbaikan jaringan → respon yang menguntungkan ………… tetapi , Pada asma : inflammatory response terjadi secara tidak tepat → adverse effect Inflamasi pada asma dikarakterisasi oleh infiltrasi eosinofil dan limfosit ke jaringan saluran napas Terjadi pengelupasan (shedding) epithelial cells bronkus dan penebalan lapisan subepitelial Patofisiologi ( lanjutan ) ( Pharmacotherapy Dipiro 11 th ed )

Specimen of Bronchial Mucosa from a Subject without Asthma (Panel A ) and a Patient with Mild Asthma (Panel B) ( Hematoxylin and Eosin) In the subject without asthma , the ephitelium is intact; there is no thickening of the sub-basement membrane, and there is no cellular infiltrate In the patient with mild asthma , there is evidence of goblet-cell hyperplasia in the ephitelial -cell lining. The sub –basement membrane is thickened , with collagen deposition in the submucosal area, and there is a cellular infiltrate. ( Pharmacotherapy Dipiro 11 th ed )

Mediator Sumber Aksi Major basic protein eosinofil Kerusakan epitelial Histamin Sel mast Kontraksi bronkus , edema mukosal , sekresi mukus Leukotrien Sel mast, basofil , eosinofil , neutrofil , makrofag , monosit Kontraksi bronkus , edema mukosal dan inflamasi Prostaglandin Sel mast, sel endotelial Kontraksi bronkus , edema mukosal , sekresi mukus Tromboksan Makrofag monosit , platelet Kontraksi bronkus , sekresi mukus PAF (platelet activating factor) Sel mast, basofil , eosinofil , neutrofil , makrofag , monosit , platelet, sel endotelial Kontraksi bronkus , edema mukosa dan inflamasi , sekresi mukus , bronchial responsiveness Berbagai mediator yang terlibat pada asma

Penanda utama untuk mendiagnosis adanya asma antara lain: Mengi pada saat menghirup napas Riwayat batuk yang memburuk pada malam hari , dada sesak yang terjadi berulang , dan nafas tersengal-sengal Hambatan pernafasan yang reversibel secara bervariasi selama siang hari Adanya peningkatan gejala pada saat olahraga , infeksi virus, paparan terhadap alergen , perubahan musim , dan Terbangun malam-malam dengan gejala-gejala seperti diatas Gejala dan Tanda

Diagnosis Anamnesis riwayat hidung ingusan atau mampat (rhinitis alergi), mata gatal, merah, dan berair (konjungtivitis alergi) eksem atopi , batuk yang sering kambuh ( kronik ) disertai mengi , flu berulang , sakit akibat perubahan musim atau pergantian cuaca , adanya hambatan beraktivitas karena masalah pernapasan ( saat berolahraga ), sering terbangun pada malam hari riwayat keluarga ( riwayat asma , rinitis atau alergi lainnya dalam keluarga ), k eadaan lingkungan rumah (kebersihan, lokasi dan memelihara hewan)

Diagnosis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik pasien asma , sering ditemukan perubahan cara bernapas , dan terjadi perubahan bentuk anatomi toraks . Inspeksi dapat ditemukan; napas cepat, kesulitan bernapas, menggunakan otot napas tambahan di leher , perut dan dada. Auskultasi dapat ditemukan; mengi, ekspirasi memanjang. Pemeriksaan Penunjang Spirometry test. Methacholine Challenge Test. Exercise Challenge Test. Pemeriksaan arus puncak ekspresi dengan Peak Expirometry Flow Rate (PEFR). Uji Alergi ( untuk menilai adanya alergi ) Foto Thorax ( untuk menyingkirkan penyakit selain asma )

Spirometri adalah mesin yang dapat mengukur kapasitas vital paksa (KVP) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1). PEF meter m erupakan alat yang paling sederhana untuk memeriksa gangguan sumbatan jalan napas , yang relatif sangat murah , mudah dibawa . Dengan PEF meter fungsi paru yang dapat diukur adalah arus puncak ekspirasi (APE). Spirometri dan Peak Expiratory Flow Meter (PEF meter)

Klasifikasi Asma Menurut GINA (Global Initiative for Asma ) Step 1 : Intermittent Asthma Step 2 : Mild Persistent Asthma Step 3 : Moderate Persistent Asthma Step 4 : Severe Persistent Asthma ( Global Initiative for Asthma, 2021)

Kegunaan penatalaksanaan asma adalah untuk mengontrol penyakit . Asma dikatakan terkontrol bila : Gejala minimal (sebaiknya tidak ada), termasuk gejala malam Tidak ada keterbatasan aktivitas termasuk exercise Kebutuhan bronkodilator (agonis β2 kerja singkat) minimal (idealnya tidak diperlukan) Variasi harian A liran P uncak E xpiratori (APE) kurang dari 20 % Nilai APE normal atau mendekati normal Efek samping obat minimal (tidak ada) Tidak ada kunjungan ke unit darurat gawat Penatalaksanaan Asma

Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma , agar kualitas hidup meningkat Mencegah eksaserbasi akut Minimal atau meniadakan simptom pada siang maupun malam hari Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin Mempertahankan aktivitas normal termasuk latihan jasmani dan aktivitas lainnya ----tidak ada batasan untuk beraktivitas Menghindari efek samping obat Minimal penggunaan SABA Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara ireversibel Meminimalkan kunjungan ke gawat darurat Tujuan Penatalaksanaan

Edukasi pasien Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus Pemberian oksigen Banyak minum ( untuk menghindari dehidrasi ) Pola hidup sehat ( henti rokok , hindari kegemukan , senam asma ) Terapi Non Farmakologi

Terapi Farmakologi Tatalaksana Terapi Terapi jangka panjang : Long term control medications (preventer, controller, maintenance medication) : untuk mengontrol asma persisten Terapi serangan akut : Quick-relief medications (relievers/rescuers ): diperlukan untuk menangani gejala akut dan episodik

Reliever : Merelaksasi otot polos bronkus dan mengatasi bronkokonstriksi Controller : Mengatasi inflamasi dan mencegah gejala asma ( harus dipakai secara rutin

Sumber : Global Initiative For Asthma, 2022

Simpatomimetik Xantin Antikolinergik Kromolin sodium dan Nedokromil Kortikosteroid Antagonis Reseptor Leukotrien Obat penunjang Farmakologi Obat Asma

Mekanisme kerja : Stimulasi β 2 adrenergik : bronkodilatasi , peningkatan klirens mukosiliari , stabilitas sel mast dan menstimulasi otot skeletal 1. Simpatomimetik

( Pharmacotherapy Dipiro 11 th ed )

Contoh : aminofilin , teofilin , difilin , okstrifilin Mekanisme kerja : merelaksasi secara langsung otot polos bronchi dan pembuluh darah pulmonal , merangsang SSP, menginduksi diuresis, meningkatkan sekresi asam lambung Indikasi : menghilangkan gejala / pencegahan asma bronchial dan bronkospasme reversible yang berkaitan bronchitis kronik dan emfisema 2 . Xantin

3. Antikolinergik

Merupakan antiinflamasi Menghambat pelepasan mediator histamin dan SRS-A ( slow reacting substance anaphylaxis ) dari sel mast Tidak mempunyai aktivitas intrinsic bronkodilator , antikolinergik Bekerja lokal pada paru-paru tempat obat diberikan 4 . Sodium Kromolin

Terapi pemeliharaan dan profilaksis asma Contoh Obat : Deksametason Metil prednisolone Prednison Triamsinolon Beklometason Budesonid Flutikason Flunisolid mometason 5. Kortikosteroid

( Pharmacotherapy Dipiro 11 th ed )

6 . Antagonis Reseptor Leukotrien

7. Obat Penunjang

Bentuk Sediaan Obat Asma Inhalasi Oral Injeksi

Perbandingan Bentuk Sediaan Inhalasi dan Oral

Manajemen A sma Prinsip umum Menurunkan risiko Mengontrol gejala Skill komunikasi sangat dibutuhkan Health literacy : kemampuan pasien untuk mendapatkan, memproses, dan memahami informasi dasar mengenai kesehatan Rekomendasi level populasi Kecenderungan terapi asma yang yang menjadi terapi terbaik pada pasien di suatu populasi tertentu Pemilihan terapi level pasien Terapi yang mempertimbangkan karakteristik individu, faktor risiko, komorbid, dan fenotip yang bisa menurunkan gejala pasien dan risiko eksaserbasi melalu terapi tertentu.

Memulai terapi asma ICS diberikan sesegera mungin , karena : Pasien dengan asma ringan dapat mengalami eksaserbasi berat ICS dosis rendah mengurangi rawat inap dan kematian ICS dosis rendah sangat efektif untuk mencegah eksaserbasi berat , mengurangi gejala , meningkatkan fungsi paru , dan mencegah bronkokunstriksi yang diinduksi aktifitas fisik Terapi awal dengan ICS dosis rendah dihubungkan dengan fungsi paru yang lebih baik daripada jika gejala muncul lebih dari 2-4 tahun Pada asma akibat kerja , menghindari pajanan lebih awal dan terapi lebih awal meningkatkan kemungkinan kesembuhan

Sebelum memulai terapi controller awal : Rekam bukti diagnosa asma Catat control gejala dan factor resiko Nilai fungsi paru jika memungkinkan Latih pasien untuk menggunakan inhaler dengan benar Jadwalkan kunjungan untuk follow up Setelah memulai terapi controller awal : Tinjau ulang respon pengobatan setelah 2-3 bulan Pertimbangkan step down ketika asma telah terkontrol dengan baik selama 3 bulan

Alur terapi asma untuk dewasa dan remaja : 1. Track 1 Penggunaan ICS – formoterol dosis rendah saat dibutuhkan sebagai pelega 2. Track 2 Penggunaan SABA saat dibutuhkan sebagai pelega

Guideline therapy Asthma

Regimen dosis ICS

The control-based asthma management cycle

Mulailah terapi pemeliharaan lebih awal untuk hasil terbaik , mulailah terapi pemeliharaan seawal mungkin sejak diagnosis asma ditegakkan Diindikasikan untuk penggunaan steroid inhalasi dosis rendah jika : gejala asma lebih dari 2 kali sebulan terbangun malam hari karena asma lebih dari sekali sebulan Ada gejala asma dan faktor risiko serangan asma Pertimbangkan meningkatkan terapi jika : terjadi gangguan akibat gejala asma setiap hari Terbangun malam karena asma sekali atau lebih dalam seminggu , terutama ada faktor risiko serangan Jika gejala awal asma disertai serangan akut : Berikan steroid oral jangka pendek dan mulai terapi pemeliharaan ( misal high dose ICS or medium dose ICS/LABA, lalu turunkan ) Prinsip pemberian terapi pemeliharaan ( maintenance ) pada asma

How? Keparahan asma dinilai secara retrospektif dari tingkat pengobatan yang dibutuhkan untuk mengontrol gejala dan kekambuhan When? Penilaian keparahan dilakukan setelah pasien menggunakan obat pengontrol selama beberapa bulan (3-6 bulan ) Keparahan asma tidak bersifat statis → dapat berubah dalam hitungan bulan atau tahun dan dapat dipengaruhi oleh ketersediaan pengobatan Category of asthma severity Mild asthma : terkontrol dengan baik dengan terapi step 1 atau 2 (SABA prn atau low dose ICS/LABA) Moderate asthma : terkontrol dengan baik dengan terapi Step 3 (low dose ICS/LABA) Severe asthma : membutuhkan terapi Step 4/5 (moderate or high dose ICS/LABA ± Add on), a tau tetap tidak terkontrol walaupun mendapatkan pengobatan Menilai keparahan asma

Peran Farmasis Mengedukasi pasien mengenai fakta dasar tentang asma : Bedanya saluran nafas yang normal dengan pasien asma Apa yang terjadi ketika serangan asma Mengedukasi pasien tentang pengobatan asma Bagaimana obat bekerja Pengobatan jangka panjang dan pengobatan serangan akut Tekankan pada kepatuhan penggunaan obat terutama yang mendapat terapi jangka panjang Mengedukasi tentang teknik penggunaan inhaler yang benar Demonstrasikan cara memakai inhaler, dan bentuk device yang lain Memantau penggunaan obat pada saat refill → dapat membantu mengidentifikasi pasien yang kontrol asmanya kurang baik → komunikasikan dengan dokternya Mengedukasi pasien untuk memantau kondisinya : bagaimana memantau gejala dan mengenal kapan kondisi memburuk , kapan dan bagaimana melakukan tindakan darurat ( rescue actions) Mengedukasi pasien untuk mengidentifikasi dan menghindari faktor pemicu

Terima K asih
Tags